Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PEMBELAJARAN INOVATIF DISEKOLAH DASAR BERBASIS DARING


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Inovasi Pendidikan
Dosen: Abdul Mumin Saud, S.SOS, M.PD.

Disusun Oleh :
Kelompok 3
Shela Lestari 195060004
Sevti Larayani 195060013
Muhammad Angga Raihan 195060016
Fakhira Aghnia Rahmawanti 195060024
Nur Fahmi Fardila 195060033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah dan
karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Pembelajaran Inovatif diSD Berbasis Daring”
dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Inovasi Pendidikan kami berusaha menyusun
makalah ini dengan segala kemampuan, namun kami menyadari bahwa makalah ini masih
banyak memiliki kekurangan baik dari segi penulisan maupun segi penyusunan.
Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami terima dengan
senang hati demi perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini bisa memberikan informasi
mengenai “Pembelajaran Inovatif diSD Berbasis Daring”. Dan dapat bermanfaat bagi pembaca
dan dan penulisanya, akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir, semoga Allah SWT
senantiasa meridhoi segala usaha kita Amin.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................1
C. Tujuan Masalah..................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.............................................................................................................................3
A. Pengertian Pembelajaran Inovatif....................................................................................3
B. Model - Model Pembelajaran Inovatif............................................................................3
C. Hambatan Pembelajaran Daring Di sekolah...................................................................4
D. Manfaat teknologi dalam pembelajaran daring..............................................................7
E. Pemanfaatan fortal rumah belajar dalam pembelajaran daring...................................8
F. Penggunaan video tutorial dalam pembelajaran daring..............................................10
G. Pendampingan model pembelajaran inovatif.............................................................11
H. Peran orangtua dalam Pembelajaran Daring............................................................13
I. Persepsi peserta didik terhadap Pembelajaran Daring................................................14
J. Desain Media Pembelajaran Daring...............................................................................15
BAB III.........................................................................................................................................17
PENUTUP....................................................................................................................................17
a. Kesimpulan........................................................................................................................17
b. Saran..................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................19
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penerapan pembelajaran dengan memanfaatkan media daring di Indonesia
didukung dengan adanya Permendikbud Nomor 68 Tahun 2014 tentang peran pendidik
TIK dan pendidik keterampilan komputer dan pengelolaan informasi dalam implementasi
kurikulum 2013. Guru sebagai pendidik juga dituntut memiliki tugas keprofesionalan
mengembangkan kompetensi pengajaran dengan perkembangan IPTEK terkini dalam
melaksanakan pembelajaran di kelas sesuai dengan UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang
guru dan dosen. Selain itu terdapat Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Pendidik bahwasanya standar kompetensi
pedagogik guru kelas SD/MI adalah mampu memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi untuk kepentingan pembelajaran.
Peserta didik sekolah dasar merupakan usia awal dalam memperkenalkan
pemakaian TIK, maka guru perlu mempersiapkan kemampuan dan keterampilan dalam
menggunakan teknologi. Guru kelas dapat menjadi contoh langsung ataupun role model
untuk penggunaan perangkat TIK di sekolah. Penggunaan media pembelajaran berbasis
internet atau moda daring di sekolah dasar merupakan salah satu solusi untuk
menghadapi tantangan perkembangan zaman sekaligus menjalankan fungsi kompetensi
literasi digital dan teknologi sejak dini.
Dengan memanfaatkan media pembelajaran daring diharapkan mampu
menghadirkan pembelajaran yang inovatif, menyenangkan, efektif dan efisien serta
membuat pembelajaran lebih kontekstual.Salah satu pemanfaatan internet sebagai model
pembelajaran daring yang disediakan oleh pemerintah Indonesia adalah melalui Portal
Rumah Belajar. Berdasarkan hasil penelitian (Chabibie & Hakim, 2016: 56-58)yang
berjudul “Pengaruh Penerimaan Teknologi dengan Kebergunaan Web : Studi Kasus
Portal Rumah Belajar Kemendikbud” diperoleh hasil bahwa 80,4% responden menilai
bahwa media pembelajaran online(daring) lebih memudahkan kegiatan belajar dibanding
media offline. Media pembelajaran onlineRumah Belajar dipilih 77,80% responden
karena lebih mudah untuk digunakan. Hal ini membuktikan Portal Rumah Belajar layak
digunakan sebagai model pembelajaran daring di sekolah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran inovatif ?
2. Apa saja model pembelajaran inovatif?
3. Apa hambatan yang dialami dalam pembelajaran daring?
4. Apa manfaat teknologi dalam pembelajaran daring?
5. Apa manfaat fortal rumah belajar dalam pembelajaran daring?
6. Bagaimana penggunaan video tutorial dalam pembelajaran daring?
7. Bagaimana pendampingan model pembelajaran inovasif?
8. Bagaimana peran orang tua dalam pembelajaran daring?
9. Apa persepsi peserta didik terhadap pembelajaran daring?
10. Bagaimana desain media pembelajaran daring?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pembelajaran inovatif .
2. Untuk mengetahui model pembelajaran inovatif.
3. Untu mengetahui hambatan yang dialami dalam pembelajaran daring.
4. Untuk mengetahui teknologi dalam pembelajaran daring.
5. Untuk mengetahui manfaat fortal rumah belajar dalam pembelajaran daring.
6. Untuk mengetahui penggunaan video tutorial dalam pembelajaran daring.
7. Untuk mengetahui pendampingan model pembelajaran inovatif.
8. Untuk mengetahui peran orang tua dalam pembelajaran daring.
9. Untuk mengetahui persepsi peserta didik terhadap pembelajaran daring.
10. Untuk mengetahui desain media pembelajaran daring.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembelajaran Inovatif
Pembelajaran inovatif mengandung arti pembelajaran yang dikemas oleh guru,
atau instruktur, yang merupakan wujud gagasan atau teknik yang dipandangn baru, agar
mampu memfasilitasi siswa untuk memperoleh kemajuan dalam proses dan hasil belajar.
Pembelajaran inovatif bisa mengadaptasi dari model pembelajaran yang menyenangkan,
atau learning is fun, dan merupakan kunci yang diterapkan dalam pembelajaran inovatif.
Jika siswa sudah menanamkan hal ini dalam pikirannya, maka tidak ada lagi siswa yang
pasif di kelas, perasaan tertekan, kemungkinan gagal, keterbatasan pilihan, dan tentu saja
rasa bosan (Jacobsen, 2009; Amri & Ahmadi, 2010; dan Komara, 2014).
Membangun metode pembelajaran inovatif. inovatif sendiri bisa dilakukan
dengan cara, diantaranya, mengukur daya kemampuan serap ilmu masing-masing siswa.
Menurut Darmadi (2017), dan sarjana lainnya, bahwa pembelajaran inovatif dapat
menyeimbangkan fungsi otak kiri dan kanan, apabila dilakukan dengan cara mengelola
media yang berbasis teknologi dalam proses pembelajaran, sehingga terjadilah proses
dalam membangun rasa percaya diri pada siswa (Amri & Ahmadi, 2010; Komara, 2014;
dan Darmadi, 2017). Dengan pembelajaran yang inovatif diharapkan siswa mampu
berpikir kritis dan terampil dalam memecahkan masalah. Siswa yang seperti ini akan
mampu menggunakan penalaran yang jernih dalam proses memahami sesuatu dan mudah
dalam mengambil pilihan serta membuat keputusan.
Hal ini dimungkinkan, karena pemahaman yang terkait dengan persoalan yang
dihadapinya. Kemampuan dalam mengidentifikasi dan menemukan pertanyaan tepat juga
dapat mengarah kepada pemecahan masalah secara lebih baik. Informasi yang
diperolehnya akan dikembangkan dan dianalisis, sehingga dapat menjawab pertanyaan
tersebut dengan baik (Amri & Ahmadi, 2010; Komara, 2014; dan Christy, 2017).Menurut
Sartono Wahyuari (2012), dan sarjana lainnya, bahwa ciri-ciri pembelajaran inovatif,
antara lain: (1) memiliki prosedur yang sistematik untuk memodifikasi perilaku siswa; (2)
hasil belajar yang ditetapkan secara khusus, yaitu perubahan perilaku positif siswa; (3)
penetapan lingkungan belajar secara khusus dan kondusif; (4) ukuran keberhasilan siswa
setelah mengikuti pembelajaran, sehingga bisa menetapkan kriteria keberhasilan dalam
proses belajar-mengajar; serta (5) interaksi dengan lingkungan agar mendorong siswa
aktif dalam lingkungannya (cf Wahyuari, 2012; Burhanuddin, 2014; dan Komara, 2014).

B. Model - Model Pembelajaran Inovatif


Berikut adalah tujuan dan penerapan model-model pemebalajaran inovatif:
1. Model Discovery-Inquiry merupakan pembelajaran yang menitik beratkan pada proses
pemecahan masalah, sehingga peserta didik harus melakukan eksplorasi berbagai
informasi agar dapat menentukan konsep mentalnya sendiri dengan mengikuti petunjuk
pendidik berupa pertanyaan yang mengarah pada pencapaian tujuan pembelajaran. Model
pembelajaran ini dapat digunakan ketika pendidik ingin mengkondisikan peserta didik
untuk membudayakan berpikir tingkat tinggi (high order thinking/HOT), berpikir ilmiah,
mandiri dan tidak hanya mengembangkan keterampilan bernalarnya/kognitif dalam
menyelesaikan permasalahan.
2. Model Flipped Classroom adalah pembelajaran yang membalik metode tradisional di
mana materi biasanya diberikan pada proses pembelajaran, tetapi pada model
pembelajaran ini materi diberikan sebelum proses pembelajaran sehingga ketika proses
kegiatan pembelajaran, peserta didik fokus untuk mendiskusikan materi atau masalah
yang belum dipahami terkait materi yang telah dipelajari peserta didik dan atau
mengerjakan tugas. Model pembelajaran dapat diterapkan ketika pendidik ingin
meminimalkan jumlah instruksi langsung oleh guru kepada siswanya dalam mengajarkan
materi dan memaksimalkan waktu untuk berinteraksi satu sama lain dalam membahas
permasalahan terkait materi yang belum dupahami sehingga siswa memiliki waktu yang
lebih banyak dalam memahami materi secara mandiri.
3. Model Project Based Learning adalah model pembelajaran memberikan pengalaman
belajar yang bermakna bagi peserta didik melalui konsep yang dibangun berdasarkan
produk yang dihasilkan dalam proses pembelajaran berbasis proyek. Model pembelajaran
ini cocok diterapkan ketika pendidik menginginkan peserta didik terlatih untuk mampu
mencari solusi dan berkolaborasi untuk mengerjakan sebuah proyek untuk mengatasi
suatu permasalahan konkret yang mereka hadapi
4. Model Blended Learning adalah pembelajaran yang mengkombinasikan pembelajaran
tatap muka dengan pembelajaran jarak jauh dengan memanfaatkan berbagai macam
media dan teknologi. Model pembelajaran ini dapat menjadi pilihan apabila pendidik
ingin menciptakan pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan melatih peserta didik
menjadi mandiri dalam mengakses sumber belajar dan meningkatkan keterampilan
teknologinya.
5. Model Berbasis Game adalah pembelajaran yang menggunakan permaianan atau game
digital untuk tujuan pembelajaran. Model ini diterapkan oleh pendidik ketika ingin
membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis,
dan kreatif serta kemampuan bekerja sama dalam pembelajaran yang menyenangkan.
6. Model Self Organized Learning Environments/SOLEadalah pembelajaran yang
menitikberatkan proses pembelajaran mandiri dengan memanfaatkan internet dan
perangkat pintar yang dimiliki oleh peserta didik. Model pembelajaran ini digunakan oleh
guru dalam melatih peserta didik untuk berpikir kreatif, mampu memacahkan masalah,
dan mampu berkomunikasi.

C. Hambatan Pembelajaran Daring Di sekolah


Hal yang menjadi kendala atau hambatan pertama adalah kondisi orang tua siswa
yang lebih banyak menggunakan aplikasi WhatsApps(WA). Kendala yang kedua adalah
kesulitan mencari jaringan internet dan gawai telepon pintar yang lebih sering dibawa
orang tua yang bekerja. Aplikasi WA juga lebih mudah karena anak-anak banyak
menggunakan dan bisa menggunakan.Kendala ketiga adalahkesulitansinyal. Berdasarkan
hasil wawancara lebih lanjut, dengan guru yang menggunakan pembelajaran dengan
model daring, menyatakan bahwa model daring tersebut sangat cocok untuk para peserta
didik. Pada awal pembelajaran daring, materi hanya diberikan melalui Microsoft Word
kemudian siswa membaca, sehingga lama-lama siswa merasa bosan. Ketika guru
menyuguhkan pembelajaran daring melalui video, siswa sangat antusias dalam mengikuti
pembelajaran.Apalagi bila mengerjakan latihan soal berupa kuis melalui Google Forms,
siswa sangat antusias karena mereka bisa melihat langsung jawaban yang benar dan juga
mereka juga dapat melihat langsung skor atau hasil dari pekerjaan mereka. Zoom
Meetinghanya sesekali dilaksanakan karena mengingat tidak semua siswa dapat
mengaksesnya terlebih ada beberapa siswa yang terkendala sinyal.Pembelajaran daring
dalam pelaksanaannya memiliki hambatan. Hambatan pertama, ada beberapa anak yang
tidak memilikigawai(HP).
Hambatan yang kedua adalah memiliki HP tetapi terkendala fasilitas HPdan
koneksi internet, terhambat dalam pengiriman tugas karena susah sinyal. Bahkan data
lebih lanjut menjelaskan bahwa untuk beberapa siswa tidak punya HP sendiri, sehingga
hanrus meminjam. Hambatan yang ketiga adalah orang tua memiliki HP tetapi orang
tuabekerja seharian di luar rumah sehingga orang tua hanya dapat mendampingi ketika
malam hari. Hambatan yang keempat adalah keterbatasan koneksi internet, beberapa
siswa tidak mempunyai HPdan jaringan internet tidak baik.Hambatan keempat,
tidaksemua anakmemiliki fasilitas HPdan ada beberapa orang tua yang tidak paham
dengan teknologi. Hal ini menyebabkanorang tua sulit untuk mendampingi dan
memfasilitasi anak. Kasus seperti inisangat menghambat dan guru harus mengulang-
ulangpemberitahuan.Hambatan keenam adalah informasi tidak selalu langsung diterima
wali karena keterbatasan quotainternet. Sebagai contoh, misalnyahari ini ada tugas,
namun 5 hari kemudian baru bisa membuka WA. Bahkan pada awal pembelajaran daring
siswa belumbisa membuka file WA webkarena belummemilikimemiliki pengetahuan
mengenai aplikasitersebut. Hambatan Ketujuhadalahfitur HPyang terbatas, kendala pada
sinyal dan kuota internet. Kendala yang utama adalahsecara teknis tidak semua wali
murid memiliki fasilitas HP Android. Selain itu,siswa banyak yang mengalami kejenuhan
dan kebosanan belajar secara daring sehingga terkadang menjawab soal secara asal-
asalan. Konsentrasi dan motovasianak belajar di rumah dan disekolah tentu akan berbeda.
Hambatan kedelapan adalah HP yang dipakai untuk mengumpul tugas adalah HP milik
orang tuanya, maka siswa baru dapatmengumpulkantugasnya setelah orang tuanya pulang
bekerja. Bahkan ada beberapa anak yang tidak bisa mengumpulkantugasnya. Foto tugas
yang dikirim ke WA juga terkadang tidak jelas, sehingga menyulitkan guru untuk
mengoreksi. Hambatan kesepuluh adalah dalam pemantauan kejujuran siswa dalam
mengerjakan evaluasi karena tidak bisa bertatap muka dengan tutor maupun
teman.Selama pembelajaran daring mengalami beberapa kendala, kendala pertama bila
siswa merasakan kebosanan, guru harus memikirkan strategibagaimana caranya supaya
anak-anak bisa keluar dari zona kebosanan mereka.
Guru harus kreatif dalam menciptakan pembelajaran daring yang menarik bagi
siswa. Hambatan yang kedua yaitu kadang orang tua mengeluhkan mereka tidak bisa
menjelaskan dengan detail kepada siswa. Siswakadang juga tidak menurut seperti ketika
diajari guru di sekolah. Siswapun juga demikian, mereka lebih mudah bila dijelaskan oleh
bapak ibu guru. Orang tua sering tidaksabardalam mendampingi.Hambatan ketiga yaitu
masalah sinyal. Kadang ada beberapa siswa yang mengeluhkan belum bisa mengirimkan
tugas karena terkendala sinyal. Hambatan keempat yaitu kadang pendampingan orang tua
kurang karena harus bekerja dari pagi sampai sore. Sehingga waktu untuk mendampingi
siswadalam mengerjakan tugas hanya saat malam hari.
Hambatannya adalah jika siswa terlambat memberi respon tugas, sementara guru
harus segera merekap skornya. Hambatan pertama berkaitan dengan respon tugas yang
diberikan ini adalah ketidaktepatan waktu dalam pengumpulan tugas. Siswa bisa
mengumpulkan tugas ketikaorang tua sudah ada di rumah. Hambatan kedua, pemantauan
kejujuran siswa dalam mengerjakan evaluasi. Hambatan ketiga, ketika melaksanakan
teleconferencemelalui zoomkadang terkendala sinyal yang tidak lancar. Diskusi melalui
Google Classroomterkadang orang tua yang aktif ikut serta, bukan siswanya sendiri.
Hambatan kempat, sinyal atau jaringan menjadi kendala dalam pengumpulan tugas.
Hambatan kelima, tidak bisa memantau proses secara langsung. Guru hanya bisa
menerima produk saja.Hal ini menyebabkan esensi dari pembelajaran yang
mengedepankan proses tidak dapat teramati oleh guru. Produk merupakan satu-satunya
hal yang bisa dipantau oleh guru.

Kelebihan Dan Kelemahan Pembelajaran Daring


- Kelebihan dalam pembelajaran daring
1. Kelebihan pertama dalam pembelajaran daring adalah lebih parktis dan santai. Praktis
karena dapat memberikan tugas setiap saat dan pelaporan tugas setiap saat.
2. Kedua, lebih fleksibel bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun.Pembelajaran daring
menyebabkan waktu yang lebih fleksibel bagi wali yang bekerja di luar rumah dan bisa
menyesuaikan waktu untuk mendampingi siswa belajar.
3. Ketiga, menghemat waktudan dapat dilakukan kapan saja. Semua siswa dapat
mengaksesnya dengan mudah,artinya dapat dilakukan dimana saja. Penyampaian
informasi lebih cepat dan bisa menjangkau banyak siswa lewat WA Group.
4. Keempat, lebih praktis dan memudahkan dalam pengambilan nilai pengetahuan terutama
bila memakai Google Form. Jika menggunakan Google Form,nilai bisa
langsungdiketahui sehingga siswa lebih tertarik dalam mengerjakantugas. Selain itu siswa
juga dimudahkan dalam mengerjakannya. Siswa tinggal memilih pilihan jawaban yang
dianggap benar dengan meng-klik pilihan jawaban yang dimaksud.
5. Kelebihan kelima adalah siswa bisa dipantau dan didampingi oleh orang tuamasing-
masing.
6. Kelebihan keenam, guru dan siswa memperoleh pengalaman baru terkait pembelajaran
daring. Peran orang tuadalam mendampingi siswalebih banyak.

- Kelemahan dalam Pembelajaran Daring


Kelemahan dalam pembelajaran daring adalah kurang maksimalnya keterlibatan siswa.
Keterlibatan siswa yang dimaksud dapat dilihatdari hasil keterlibatan siswa dalam
mengikuti pembelajaran daring secara penuh dari awal pembelajaran sampai akhir
pembelajaran. Dari hasil penelitianmenunjukkan bahwa hanya 50% siswa yang aktif
terlibat secara penuh, 33 %siswa yang terlibataktif. Sedangkan 17% lainnya,siswa yang
kurang aktifdan kurang berpartisipasi dalam pembelajaran daring
D. Manfaat teknologi dalam pembelajaran daring
Penyebaran virus corona ini pada awalnya sangat berdampak pada dunia ekonomi
yang mulai lesu, tetapi kini dampaknya dirasakan juga oleh dunia pendidikan. Kebijakan
yang diambil oleh banyak negara termasuk Indonesia dengan meliburkan seluruh
aktivitas pendidikan, membuat pemerintah dan lembaga terkait harus menghadirkan
alternatif proses pendidikan bagi peserta didik maupun mahasiswa yang tidak bisa
melaksanakan proses pendidikan pada lembaga pendidikan. Aktivitas yang melibatkan
kumpulan orang-orang kini mulai dibatasi seperti bersekolah, bekerja, beribadah dan lain
sebagainya. Pemerintah sudah mengimbau untuk bekerja, belajar, dan beribadah dari
rumah untuk menekan angka pasien yang terpapar COVID-19. Mentri Pendidikan dan
Kebudayaan, Nadiem Makarim menindak lanjuti kebijakan pemerintah dengan
menerbitkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020, Tentang Pelaksanaan Kebijakan
Pendidikan Dalam Masa Darurat penyebaran COVID-19.
Dalam proses belajar dari rumah dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Belajar dari rumah melalui pembelajaran daring/ jarak jauh dilaksanakan untuk
memberikan pengalaman belaajr yang bermakna bagi siswa tanpa terbebani tuntutan
menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan; b.
belajar dari rumah dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup antara lain
mengenai pandemic COVID-19; c. Aktivitas dan tugas pembelajaran belajar dari rumah
dapat bervariatif antar siswa termasuk mempertimbangkan kesenjangan akses belajar dari
rumah; d. bukti atau produk aktivitas belajar dari rumah diberi umpan baik yang bersifat
kualitatif dan berguna dari guru, tanpa diharuuskan memberi skor/nilai kuantitatif
(Menteri Pendidikan, 2020).
Beberapa sekolah yang ada di daerah pedalaman dan banyak siswa yang terbatas
akses internet tentu belum dapat menyelenggarakan KBM daring. Disini guru harus
berkreatifitas untuk memanfaatkan media belajar alternatif selama peserta didik belajar di
rumah. Mereka dapat menggunakan sumber belajar yang ada yaitu buku siswa sesuai
dengan tema-tema yang diajarkan sesuai jadwal yang telah dibuat sebelumnya.
Pembelajaran secara daring dapat dilakukan dengan memanfaatkanE-learning. E-learning
adalah teknologi informasi dan komunikasi untuk mengaktifkan siswa untuk belajar
kapanpun dan dimanapun. Dahiya dalam(Hartanto, 2016). E-learning memiliki dua tipe
yaitu : pertama Synchronous. Synchronous berarti pada waktu yang sama, proses
pembelajaran terjadi pada saat yang sama antara pendidik dan peserta didik. Aplikasi
yang bisa digunakan yaitu google classroom, aplikasi zoom, aplikasi whatshapp. Kedua,
Asynchronous berarti tidak pada waktu bersamaan. Peserta didik dapat mengambil waktu
pembelajaran berbeda dengan pendidik memberikan materi seperti aplikasi Ruang Guru,
Zenius, Google Suite for Education, dan kelas pintar. Kemendikbud memberikan
kebebasan bagi tiap sekolah untuk memilih platform belajar daring mereka
(Kemendikbud, 2020a). Akan tetapi, untuk mendorong adanya proses berbagi
pengetahuan, Kemendikbud menyediakan platform belajar daring gratis bernama
“Rumah Belajar” dan sebuah platform untuk berbagi antar guru yang bernama “Program
Guru Berbagi”. “Rumah Belajar” menyediakan bahan mengajar dan fitur komunikasi
untuk para penggunanya, sementara “Program Guru Berbagi” berbagi Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan guru-guru di seluruh Indonesia. Untuk
daerah di mana koneksi internetnya tidak terlalu baik, pemerintah bekerja sama dengan
TVRI, stasiun televisi negara, untuk menyampaikan materi belajar yang ada di dalam
program Belajar di Rumah untuk beberapa bulan (Beritasatu, 2020). Dengan munculnya
pandemik COVID-19 kegiatan belajar mengajar yang semula dilaksanakan di sekolah
kini menjadi belajar di rumah melalui daring. Pembelajaran daring dilakukan dengan
disesuaikan kemampuan masing-maisng sekolah. Belajar daring (online) dapat
menggunakan teknologi digital seperti google classroom, rumah belajar, zoom, video
converence, telepon atau live chat dan lainnya. Namun yang pasti harus dilakukan adalah
pemberian tugas melalui pemantauan pendampingan oleh guru melalui whatsapp grup
sehingga anak betul-betul belajar. Kemudian guru-guru juga bekerja dari rumah dengan
berkoordinasi dengan orang tua, bisa melalui video call maupun foto kegiatan belajar
anak dirumah untuk memastikan adanya interaksi antara guru dengan orang tua.
E. Pemanfaatan fortal rumah belajar dalam pembelajaran daring
Berdasarkan hasil penelitian dengan melakukan observasi dan wawancara yang
telah peneliti uraikan, dapat dilihat bahwa cara guru dalam memanfaatkan Portal Rumah
Belajar sebagai model pembelajaran daring (online) cukup beragam. Pola pemanfaatan
Portal Rumah Belajar bagi guru yaitu sebagai bahan referensi pembelajaran,
mengembangkan bahan ajar dan media pembelajaran di kelas. Guru bebas dalam
berkreasi dan berinovasi dalam memanfaatkan portal sesuai dengan kebutuhan dan situasi
belajar peserta didik. Dengan memanfaatkan portal rumah belajar sebagai media
pembelajaran daring (online) dalam proses pembelajaran di kelas berarti guru telah
melaksanakan kompetensi literasi digital dan teknologi kepada peserta didik. Hal ini
sesuai dengan dengan yang diharapkan dalam pendidikan di era revolusi industri 4.0
yaitu generasi melek internet dan teknologi. Penerapan pembelajaran dengan perangkat
daring (online) juga sejalan dengan adanya Permendikbud Nomor 68 Tahun 2014 tentang
pendidik TIK dan pendidik keterampilan komputer dan pengelolaan informasi dalam
implementasi kurikulum 2013 dan Permendikbud Nomor 119 Tahun 2014 tentang
penyelenggaraan pendidikan jarak jauh (PJJ) pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah.
Melalui berbagai layanan fitur dalam portal Rumah Belajar, guru mengharapkan
proses pembelajaran di kelas akan menjadi lebih bervariatif, kontekstual, menarik,
menyenangkan dan efisien. Sebagaimana yang dikemukakan (Firda, 2019: 14) bahwa
“perkembangan teknologi dan internet menjadi acuan dunia pendidikan Indonesia pada
tahun 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mengembangkan kurikulum
baru dan sistem online serta mengembangkan pendidikan menuju Indonesia Kreatif tahun
2045”. Dengan adanya pemanfaatan Portal Rumah Belajar yang dilakukan oleh guru di
sekolah, peserta didik diharapkan dapat mengakses kembali materi yang telah atau akan
dipelajari melalui laptop maupun gawai ketika berada di rumah. Hasil penelitian yang
dilakukan pada bulan Januari sampai Februari 2020 di kelas VA SD Negeri 112/I
Perumnas dan kelas IVA SD Negeri 13/I Muara Bulian menunjukkan bahwa ada banyak
cara yang dilakukan guru dalam memanfaatkan portal Rumah Belajar. Pembelajaran
dengan menggunakan media daring yang telah dilakukan guru tentunya merupakan suatu
upaya untuk menumbuhkan minat dan suasana belajar yang menyenangkan.
Pembelajaran dengan memanfaatkan perangkat TIK dan jaringan internet dapat
dilaksanakan apabila guru tersebut memiliki kompetensi yang baik dan dapat memahami
bahwa peran seorang guru bukan hanya membimbing tetapi juga menciptakan lingkungan
belajar yang menyenangkan bagi peserta didik. Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara, fitur yang sering dimanfaatkan guru dalam proses pembelajaran yaitu
Sumber Belajar, Buku Sekolah Elektronik (BSE) dan Bank Soal.
Sementara untuk fitur lainnya guru belum pernah mencobakan dalam proses
pembelajaran karena masih dalam tahapan mempelajari lebih lanjut dan merencakan
sesuai dengan materi yang dibutuhkan pada pembelajaran. Guru mengaku tidak
mengalami kesulitan samasekali ketika mengakses ketiga fitur tersebut karena materi
yang diperlukan sudah dikelompokkan berdasarkan kelas, mata pelajaran dan topik
tertentu. Hal ini mempermudah guru dalam menyeleksi dan memilah materi yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai oleh peserta didik. Fitur yang paling
sering dimanfaatkan guru sebagai media pembelajaran daring yaitu Sumber Belajar.
Sumber Belajar merupakan fitur yang menyediakan katalog media yang berisi konten-
konten audio, animasi, visual dan audiovisual (Sandi, 2019: 30). Seluruh materi yang
terdapat dalam fitur ini dapat diakses secara daring (online) melalui perangkat komputer
maupun gawai yang terhubung dengan jaringan internet atau dapat pula dipelajari secara
luring (offline) setelah mengunduh file materi dan menyimpannya dalam perangkat.
Kemudian fitur lainnya yang sering dimanfaatkan ialah Buku Sekolah Elektronik (BSE)
dan Bank Soal. Buku Sekolah Elektronik (BSE) merupakan buku yang disediakan dalam
bentuk file elektronik yang dapat diunduh, dicetak dan diperbanyak oleh siapa saja
(Sandi, 2019: 12). Guru memanfaatkan Buku Sekolah Elektronik (BSE) dikarenakan
tidak semua peserta didik memiliki buku cetak dan apabila terdapat materi yang perlu
dijelaskan melalui gambar dari buku. Sedangkan fitur Bank Soal merupakan kumpulan
soal-soal berdasarkan suatu topik tertetu beserta pembahasannya (Sandi, 2019: 13). Cara
pemanfaatan fitur Bank Soal dapat disesuaikan dengan penilaian harian yaitu apabila
telah menyelesaikan satu subtema atau tema ketika membuat evaluasi/penilaian akhir
tema. Fitur Bank Soal dapat pula digunakan guru untuk mencari referensi dalam
membuat lembar kerja peserta didik, soal ulangan dan mengajukan pertanyaan langsung
pada saat proses pembelajaran berlangsung agar memancing peserta didik untuk berpikir
kritis.
F. Penggunaan video tutorial dalam pembelajaran daring
Video tutorial dalam tulisan ini diimplementasikan sebagai media pembelajaran mata
kuliah multimedia. Mata kuliah ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan
mahasiswa dalam membuat aneka media pembelajaran berbasis teknologi informasi dan
komunikasi, seperti: mindmap, komik pendidikan, media presentasi, video pembelajaran,
pembelajaran daring, dan multimedia interaktif berbasis android. Penerapan video tutorial
dalam mata kuliah ini dilaksanakan melalui empat tahapan, yaitu sebagai berikut.
a. Tahap persiapan (pra produksi)
Tahap persiapan (pra-produksi) adalah kegiatan-kegiatan awal sebelum melakukan
perekaman video tutorial. Tahapan ini sangat penting karena untuk mempersiapkan
rancangan video tutorial yang sesuai dengan harapan (Labasariyani & Marlinda,
2014, hal. 95). Beberapa kegiatan yang penulis lakukan pada tahap ini adalah sebagai
berikut.
1) Menganalisis tujuan dan materi kuliah
2) Menganalisis referensi yang memaparkan tentang video tutorial
3) Berdiskusi dengan mahasiswa seputar ciri video tutorial yang mereka harapkan
4) Menulis rancangan materi video dalam bentuk skrip
5) Mempersiapkan peralatan shooting di kamar studio buatan sendiri, seperti lampu,
kamera, kain hijau, laptop, dan alat visualisasi materi kuliah
6) Mengatur jadwal shooting/ perekaman
7) Mengatur tata letak alat yang digunakan dalam proses perekaman
8) Berlatih berbicara di depan kamera sesuai skrip yang telah dibuat.

b. Tahap perekaman (produksi)

Tahap perekaman adalah tahap pengambilan gambar (shooting), perekaman suara,


dan pemotretan objek yang diperlukan dalam memproduksi video tutorial (Asmara,
2015, hal. 166). Perekaman video tutorial ini dilakukan di kamar rumah (in door shooting)
untuk menghindari suara bising, mengoptimalkan kondisi cahaya lampu, dan memudahkan
proses produksi video tutorial secara mandiri. Alat perekam yang digunakan penulis dalam
proses produksi video tutorial adalah (a) kamera mirrorless 24,4 mega piksel yang diletakkan
di atas mini tripod, (b) laptop nitro 5 yang diletakkan di atas meja kerja, (c) program
Camtasia 2018 untuk merekam layar komputer dan mengedit hasil rekaman, (d) kain hijau
yang ditempelkan di dinding kamar/ di belakang presenter, dan (e) lampu studio yang
diletakkan di depan presenter/ belakang laptop. Selain itu, penulis juga menggunakan
Smarthpone dan program AZ Screen recorder untuk membuat video tutorial yang disajikan
melalui layar Smartphone.

c. Tahap penyelesaian akhir (purna produksi)


Tahap penyelesaian akhir adalah tahap penyuntingan hasil rekaman agar lebih bagus dan
sesuai dengan skrip video (Fajar et al., 2017, hal. 13–14). Pada tahap ini, penulis mengedit
tampilan gambar video pada setiap framenya, mengedit suara video sehingga lebih jelas dan
jernih, dan memperkuat tampilan video tutorial dengan teks, gambar ilustrasi, dan panah
penunjuk. Disamping itu, penulis juga menambahkan bagian intro pada awal video,
menambahkan suara latar, dan menambahkan animasi transisi serta animasi objek visual pada
bagian-bagian tertentu di dalam video. Setelah selesai mengedit video, penulis kemudian
memeriksa kembali hasil pratinjau video tersebut, dan setelah kualitas video dirasa cukup
baik, maka penulis memproduksi hasil editan, dan mengunggahnya di channel Youtube.
Contoh video tutorial yang telah diunggah penulis di halaman Youtube adalah sebagai
berikut.
d. Tahap implementasi
Penggunaan video tutorial sebagai media pembelajaran daring di masa pandemi virus corona
penulis lakukan dengan cara membagikan video tutorial tersebut melalui Whatsapp grup
kelas mahasiswa dan kelas Google Classroom. Selanjutnya, penulis memberikan arahan
seputar kegiatan yang harus dilakukan mahasiswa dalam proses pembelajaran, seperti
mendiskusikan isi video, mempraktikkan materi video, dan membuat produk media
pembelajaran inovatif berdasarkan materi yang telah dijelaskan melalui video tutorial.
G. Pendampingan model pembelajaran inovatif
Guru merupakan faktor penentu keberhasilan siswa dalam belajar dan
kesukseskan tersebutlah yang menentukan guru harus bisa memilih salah satu model
pembelajaran inovatif yang tepat dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan karena setiap
model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu, guru harus
kreatif dan selektif dalam memilih model pembelajaran inovatif yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik, prinsip belajarnya dan jenjang pendidikannya. Pembelajaran
inovatif merupakan pembelajaran yang lebih bersifat student centered dengan
memberikan peluang kepada peserta didik untuk lebih mengkonstruksi pengetahuan
secara mandiri. Model ini perlu diterapkan untuk mempersiapkan guru dalam
menghadapi abad 21 (Zain, 2017) sehingga pembelajaran yang inovatif dapat membawa
pengaruh positif pada kinerja peserta didik yang bermacam-macam karakteristik (Naz &
Murad, 2017) dan dengan melibatkan penggunaan teknologi didalam menyajikan inovasi
pada setiap model pembelajaran yang dipilihnya (Lee, 2011; Naga Subramani & Iyappan,
2018)Dengan demikian, guru harus literat dan menyesuaikan dengan perkembangan abad
21 yang berbasis revolusi 4.0 dalam teknologi pembelajarannya.
Revolusi industri 4.0 ini sangat merubah semua sektor dan membawa pengaruh
yang signifikan terhadap setiap perubahan terutama pendidikan sehingga menuntut guru
untuk merubah kegiatan pembelajarannya dengan berkolaborasi menggunakan internet.
Dengan demikian, perkembangan teknologi menuntut guru untuk mengubah media
ajarnya konvensional menjadi media digital dan mampu membentuk peserta didik
menjadi mandiri, berpikir kritis, mampu berkomunikasi, menggunakan teknologi dan
berkolaborasi dengan orang lain. Oleh karena itu diperlukan sebuah media belajar
berbasis digital untuk meningkatkan performa belajar siswa dengan multimedia yang
menarik baik dari audio maupun visualnya. Salah satunya dengan kahoot yang
merupakan sebuah laman daring dengan menggunakan internet dan sangat edukatif
dikarenakan menyediakan fitur-fitur sebagai media inovatif dalam kegiatan proses
pembelajaran (Irwan, Irwan & Waldi, 2019) Hal ini disebabkan karena media
memudahkan didalam penyampaikan pesan pengetahuan sehingga penyampaiannya
harus menarik perhatian siswa sehingga dapat membangkitkan minatnya pada pelajaran
dan diharapkan dapat mempercepat pemahaman siswa dalam proses pembelajaran
(Tuken, 2013).
Penggunaan platfotm kahoot dalam pembelajaran dapat membantu aktivitas
evaluasi pembelajaran menjadi menarik, interaktif, dan kondusif dikarenakan proses
pembelajarannya dengan adanya permainan serta mudah dalam memonitaring hasil
belajar peserta didiknya, dikarenakan hasilnya dapat terlihat secara langsung oleh guru.
Adapun penggunakan kahoot dengan karakteristik multiplayer dapat memfasilitasi
interaksi anak dengan lingkungan sosialnya di dalam kelas dalam bentuk permainan yang
dapat memengaruhi perkembangan sosial emosional anak dalam kemampuan
berkompetisi dan berkolaborasi (Rofiyarti, 2017). Oleh karena itu, guru harus memiliki
soft skill dan hard skill dalam pembelajaran sehingga mampu berkompetensi di era 4.0.
Mitra PKM ini adalah KKG Gugus 066 Kecamatan Lengkong Kota Bandung yang
merupakan wadah didalam pembinaan profesional guru mengenai permasalahan yang
berkaitan dengan kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian dan sosial antar guru
untuk merencanakan, melaksanakan dan menilai kemajuan peserta didik sehingga
berdampak pada perbaikan pembelajaran dan peningkatan prestasi peserta.
Kantor pusat KKG Gugus 066 ini berada di Jl. Halimun No.45 Kecamatan
Lengkong Kota Bandung dengan ketuanya yaitu Hj. Nenden YH, S.Pd., M.M KKG
Gugus 066 terdiri dari 9 SD yaitu SDS BPI, SDN Halimun, SDS BPK Penabur, SDN
Lengkong Kecil, SDS Gagas Ceria, SDS Al Azhar, SDS Kemala Bhayangkari, SDS
Cipaera dan SDS IRK. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di KKG Kecamatan
Lengkong Kota Bandung diperoleh fakta bahwa pembelajaran yang dilakukan guru masih
monoton sehingga siswa terlihat bosan dalam pembelajaran, RPP yang dibuat masih
konvensional dalam langkah pembelajarannya dan kurangnya kreativitas guru dalam
menciptakan media ajar berbasis teknologi informasi didalam pembelajarannya serta
penilaiannya belum otentik dan belum mencerminkan penilain berbasis HOTS (Higher
Order Thinking Skills).
Hal ini terjadi karena sebagian guru belum mampu merancang perangkat
pembelajaran yang berorientasi pada model pembelajaran inovatif. Dengan demikian,
guru-guru perlu mendapatkan pendampingan penggunaan model pembelajaran inovatif
dan penggunakan literasi digital melalui kahoot sebagai game base learning untuk
peningkatan kompetensi dalam merancang, melaksanakan proses pembelajaran inovatif,
dan menilai secara otentik setiap pembelajaran yang dilakukannya. Solusi yang
ditawarkan untuk menyelesaikan masalah mitra di KKG Gugus 066 Kecamatan
Lengkong Kota Bandung adalah pendampingan penggunaan model pembelajaran inovatif
dan pendampigan penggunaaan literasi digital menggunakan kahoot sebagai media
pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik. Tujuannya adalah supaya KKG
dapat menciptakan pembelajaran inovatif dan menyenangkan susuai dengan tuntutan 4.0.

H. Peran orangtua dalam Pembelajaran Daring


Peran orang tua sangat di perlukan untuk proses pemebalajaran anak selama study
from home ini, peran orang tua juga sangat diperlukan utuk memberikan edukasi kepada
anak – anaknya yang masih belum bisa memahami tentang pandemi yang sedang
mewabah untuk tetap berdiam diri dirumah agar tidak terlular dan menularkan wabah
pandemi ini. Orang tua merasa pembelajaran di rumah sangat efektif untuk diterapkan
namun bukan berarti pembelajaran di sekolah tidak lebih efektif dibandingkan dengan
kegiatan pembelajaran di rumahTujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui peran
orang tua dalam menerapkan pembelajaran di rumah saat pandemi covid 19. Banyak
orang tua membantu memberikan motivasi selama siswa dituntut untuk belajar dari
rumah karena himbauan pemerintah mengenai covid-19, hal ini juga yang membuat tidak
sedikit orang tua yang sengaja untuk meluangkan waktunya demi dapat membantu proses
pembelajaran anaknya selama di rumah. Banyak dari orang tua yang setuju jika selama
pembelajaran di rumah, orang tua lah yang juga ikut membantu mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru. Walaupun tidak sedikit juga yang merasa hal ini menjadi tambahan
aktivitas orang tua selain mengerjakan pekerjaan rumah tangga, apalagi bagi kedua orang
tua yang bekerja. Berdasarkan hal tersebut sejalan dengan pendapat Kholil (2020) bahwa
mendampingi anak belajar dari rumah, sambil orangtua mengerjakan pekerjaan yang
harus diselesaikan dari kantor atau dari rumah memang menjadi tantangan tersendiri,
yang perlu dingat adalah orangtua di rumah bukan untuk menggantikan semua peran guru
di sekolah.

Selama pembelajaran di rumah banyak orang tua menganggap bahwa tugas yang
diberikan oleh guru terlalu banyak dan tugas yang diberikan terlihat sulit, namun
walaupun begitu sebagian besar orang tua senang karena tugas dinilai mampu membantu
siswa dalam mengerti materi lebih banyak karena latihan soal berupa tugas yang
diberikan. Guru memberikan tugas karena terbatasnya waktu belajar dan sulitnya
berinteraksi selama pembelajaran dirumah, oleh karena itu banyak dari sebagian guru
yang mengganti hal tersebut menjadi pemberian tugas untuk memantapkan kemampuan
anak mengenai materi yang dipelajari. Sejalan dengan pendapat Puspitasari (2020) bahwa
dengan menggunakan sistem pembelajaran secara daring ini, terkadang muncul berbagai
masalah yang dihadapi oleh anak dan guru, seperti materi pelajaran yang belum selesai
disampaikan oleh guru kemudian guru mengganti dengan tugas lainnya, kemudian tugas
kurang dipahami oleh orang tua, hal tersebut menjadi keluhan bagi para orang tua.
Banyak orang tua menilai bahwa melalui pembelajaran di rumah dapat mempererat
hubungannya dengan anaknya, begitupun anaknya dinilai dapat melakukan pembelajaran
di rumah dengan sangat baik, sehingga banyak orang tua yang berfikir kreatif mencoba
berbagai cara agar anak tidak merasa jenuh saat belajar di rumah, namun banyak juga
yang mengungkapkan bahwa lebih baik anak belajar di sekolah, karena banyak anak yang
ngeyel, lebih suka bermain dari pada belajar, banyak anak menganggpa bahwa di rumah
tempatnya bermain, sehingga terdapat beberapa kasus tugas tidak di selesaikan dengan
baik.

Orang tua juga merasa melalui pembelajaran di rumah, orang tua dapat melihat
perkembangan anaknya dalam belajar. Belajar di rumah juga dapat meningkatkan
attachment atau kelekatan orang tua dan anak, sehingga orang tua bisa lebih memahani
kemampuan anaknya. Hal ini menunjukan bahwa orang tua memiliki peran yang sangat
besar selama terjadinya kegiatan pembelajaran di rumah, orang tualah madrasah pertama
bagi anak-anaknya sebelum adanya pembelajaran di sekolah. Adanya kegiatan
pembelajaran di rumah ini pun memiliki manfaat bagi siswa maupun orangtuanya,
kebijakan pemerintah mengenai pembelajaran daring ini membuat kita semua sadar
pentingnya mempelajari teknologi dan menggunakan teknologi secara positif. Hal ini
juga dapat menjadi pelajaran besar bagi dunia pendidikan Indonesia kedepannya untuk
mengatasi berbagai permasalahan dalam dunia pendidikan sekarang ini.

I. Persepsi peserta didik terhadap Pembelajaran Daring


Siswa Berdasarkan hasil analisis kuesioner yang telah dilaksanakan, lebih dari
setengah total subjek menggunakan Google Classroom dalam pembelajaran daring.
Menurut Heggart & Yoo (2018) Google Classroom merupakan platform yang baik dan
tepat digunakan dalam pembelajaran. Di dalamnya, terdapat beberapa menu yang
mempermudah proses pembelajaran dan penyampaian materi. Terdapat tiga indikator
pada instrument penelitian ini, yaitu teknis, proses pembelajaran, dan dukungan.
Indikator teknis memiliki dua sub-indikator, yaitu signal dan kemahiran siswa dalam
menggunakan gawai. Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas subjek menyatakan
mengalami kesulitan terkait dengan signal, terlebih bagi yang tinggal jauh dari kota. Hal
ini sejalan dengan hasil penelitian Maskar & Wulantina (2019) yang menyatakan bahwa
siswa merasa pembelajaran daring tidak efisien. Hal ini dikarenakan siswa harus
memiliki paket data selama pembelajaran dan sering adanya kesulitan jaringan.
Disamping itu, Ariani (2018) menyatakan bahwa komponen sumber daya manusia
merupakan hal perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran daring. Jika tidak,
maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai dengan maksimal. Namun demikian, lebih
dari setengah subjek pada penelitian ini mengatakan bahwa mereka kurang begitu
menguasai teknologi. Indikator selanjutnya adalah proses pembelajaran yang memiliki
tiga sub-indikator, yaitu interaksi, tugas, dan bahan ajar. Pada sub-indikator interaksi,
mayoritas siswa menyatakan sulit untuk berkomunikasi dengan guru apabila
pembelajaran dilaksanakan secara daring. Siswa lebih menyukai pembelajaran tatap
muka sehingga terjadi diskusi langsung antara guru dan siswa. Menurut (Rizqi, 2016)
pembelajaran daring harus memiliki kekhasan sehingga kemampuan komunikasi
matematis siswa dapat terlatih. Pada sub-indikator tugas, siswa merasa terbebani dalam
melaksanakan pembelajaran daring dikarenakan tugas yang menumpuk. Siswa merasa
kesulitan dalam memahami materi. Menurut Pavlovic et al., (2015) banyak siswa merasa
keberatan dalam pelaksanaan pembelajaran dalam jaringan. Selanjutnya adalah sub
indikator bahan ajar.
Mayoritas guru menggunakan bahan ajar berupa buku yang sulit dipahami oleh
siswa. Menurut subjek, guru belum memfasilitasi siswa dengan menggunakan bahan ajar
yang mudah dipahami. Mustakim (2020) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
pembelajaran daring akan menjadi lebih efisien apabila dalam penerapannya guru
menggunakan media ajar pendukung selain buku, yaitu media sosial. Pada indikator
dukungan, siswa menyatakan mendapatkan dukungan yang baik dari berbagai pihak
dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis daring. Pemerintah menyiapkan Aplikasi
Rumah Belajar sebagai salah satu platform pembelajaran daring. Akan tetapi, ada juga
siswa yang menyatakan kurang bisa menggunakan aplikasi tersebut. Selain itu, subjek
menyatakan bahwa dukungan juga datang dari pihak sekolah dan keluarga. Hal ini dapat
menjadi faktor pendukung tercapainya keberhasilan dalam pembelajaran daring (Dewi,
2020).

Dari pembahasan yang dipaparkan dapat dilihat bahwa pernyataan yang paling
banyak memberikan respon positif ada pada indikator dukungan. Siswa mendapat
dukungan yang baik dari berbagai pihak dalam melaksanakan pembelajaran dalam
jaringan. Sehingga dapat dilihat bahwa siswa memberikan respon positif pada
pembelajaran dalam jaringan meskipun masih terkendala pada beberapa hal terkait teknis
dan proses pembelajaran. Pada indikator teknis, mayoritas siswa mengalami kendala
terkait signal selama pembelajaran daring. Banyak siswa juga belum dapat menguasai
aplikasi pembelajaran dengan baik sehingga akan perpengaruh pada proses pembelajaran.
Dalam indikator proses, siswa menyatakan mengalami kesulitan berkomunikasi dengan
guru dan lebih menyukai berdiskusi secara tatap muka. Selain itu, siswa juga kesulitan
memahami materi apabila hanya bersumber dari buku.

J. Desain Media Pembelajaran Daring


Pengertian Schoology menurut Tugiyo Aminoto dan Hairul Pathoni (2014: 21)
merupakan website yang memadu e-learning dan jejaring sosial. Konsepnya sama seperti
edmodo, namun Schoology mempunyai banyak kelebihan. Membangun elearning dengan
Schoology juga lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan menggunakan moodle,
yaitu karena tidak memerlukan hosting dan pengelolaan Schoology (lebih user friendly).
Tentu fiturnya tidak selengkap moodle, namun untuk pembelajaran e-learning sudah
sangat memadai. Fitur-fitur yang dimiliki Schoology adalah sebagai berikut: Courses,
Group, Discussion, Resources, Quiz, Attendance, dan Analytics. Terdapat tiga cara untuk
login ke akun Schoology, antara lain: a. Basic, terdiri dari: (1) Instruktur, sign up untuk
pemilik akun Schoology. (2) Siswa/Mahasiswa, memerlukan sebuah akses kode yang
disediakan oleh guru/ dosen. (3) Orang tua, memerlukan sebuah akses kode yang
disediakan oleh guru/dosen,dan b. Enterprise, untuk sebuah institusi atau sekolah yang
mengelola guru dan pembelajaran dengan fungsional dan administrasi Rusman
(2012:291) menjelaskan ahwa pembelajaran berbasis web merupakan suatu kegiatan
pembelajaran yang memanfaatkan media situs (website) yang bisa diakses melalui
jaringan internet.

Pembelajaran berbasis web atau yang dikenal juga dengan “web based learning”
merupakan salah satu jenis penerapan dari pembelajaran elektronik (e-learning). Salah
satu platform yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran interaktif ialah
Schoology. Schoology merupakan salah satu laman web yang berbentuk web sosial yang
mana ia menawarkan pembelajaran sama seperti di dalam kelas secara percuma dan
mudah digunakan seperti Facebook. Schoology membantu dosen dalam membuka
kesempatan komunikasi yang luas kepada mahasiswa agar mahasiswa dapat lebih mudah
untuk mengambil peran/bagian dalam diskusi dan kerja sama dalam tim. Selain itu,
Schoology juga mempunyai banyak ciri dan fungsi yang menarik untuk dimanfaatkan
oleh mahasiswa.

Schoology juga didukung oleh berbagai bentuk media seperti video, audio dan
imge yang dapat menarik minat siswa. Schoology mengarahkan mahasiswa
mengaplikasikan penggunaan tekonologi dalam pembelajaran. pendidikan. Adapun
menu-menu yang terdapat dalam aplikasi Schoology antara lain: a)Courses, dengan menu
courses, pengguna dapat membuat kelas baru, bergabung dengan kelas yang sebelumnya
sudah ada atau browsing melalui daftar kelas yang telah ditetapkan. b)Groups, berfungsi
seperti pesan dinding di mana anggota grup juga dapat mem-posting pesan dinding.
Ketika bergabung dengan sebuah grup, pengguna dapat mencari bagian dari grup yang
pengguna inginkan. c)Resources, untuk menjaga, melacak dokumen, file, dan gambar
yang pengguna upload dalam kelas.d)Recent Activity, untuk menampilkan berita terbaru
yang terdapat pada akunSchoology. Kita dapat memposting dan meng-update dalam akun
serta memilih halaman mana yang akan pengguna posting. e.) Calendar, untuk
menampilkan halaman kalender yang telah diposting sebelumnya di Recent
Activity.f)Messages, untuk mengirimkan pesan atau melihat pesan antara sesama
pengguna Schoology, dan g)People, untuk dapat melihat daftar pengguna dalam suatu
kelas.

BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan
Kemajuan teknologi memberikan dampak besar terhadap perkembangan
pendidikan, para pendidik memanfaatkanya untuk mempermudah proses belajar
mengajar serta meningkatkan kualitas pendidikan. Berikut pandangan siswa tehadap
efektifitas pembelajaran berbasis daring. Mayoritas siswa merasa pembelajaran
daring dirasa tidak efektif, karena dalam praktiknya guru lebih dominan dalam
pemberian tugas bukan penjelasan materi. Siswa merasa ada kelebihan dan
kekurangan dalam pelaksanaan daring, seperti:

Kelebihan:

 Siswa merasa lebih santai dan senang


 Siswa merasa punya lebih banyak waktu dirumah bersama keluarganya
 Siswa merasa punya lebih banyak waktu beristirahat dan bersantai
 Siswa merasa lebih rileks dan tidak tegang

Kekurangan:

 Siswa merasa boros dikarenakan kuota jadi cepat habis


 Siswa merasa lebih sulit memahami materi yang disampaikan oleh guru
 Siswa merasa sedih karena uang jajan yang didapatkan berkurang
 Siswa merasa kegiatan sosial dengan teman-temanya terhambat

Mayoritas siswa merasa pembelajaran daring lebih menyenangkan, karena dirasa lebih
santai dan efisien. Siswa berharap penerapan daring bisa diperbaiki, seperti rekomendasi
siswa yaitu penjelasan materi pembelajaran melalui video dan pemanfaatan kemajuan
teknologi.

b. Saran

Pada saat pembelajaran daring peran orangtua dan guru harus saling
bekerjasama dalam proses pembelajaran untuk anak. Pembelajaran daring siswa
sekolah dasar bagi beberapa orang tua yang memiliki cukup waktu luang mungkin ini
buka suatu kendala yang berarti, namun bagi orang tua yang bekerja dan tidak
memiliki cukup waktu luang mungkin ini akan menjadi hal yang menyusahkan.
Selain memikirkan pekerjaan sendiri rupanya harus memiliki pekerjaan tambahan
untuk menjadi guru si anak selama di rumah. Hingga muncul pernyataan “bukan anak
yang sekolah, tetapi orang tuanya”.

Hal ini di sebabkan sebelum memahamkan ke anak, orang tua harus


mempelajari materi anaknya terlebih dahulu. Bukan hal yang mudah bagi orang tua
memahamkan anaknya tentang materi pelajaran, apalagi latar belakang orang tua
yang juga beragam. Permalasahan rupanya juga timbul dimana timbul kekerasan
karena orang tidak sabar ketika mengajar anaknya. Hal ini seharusnya kembali
menjadi perhatian, agar menemukan solusi untuk pembelajaran yang efektif dalam
masa pandemi ini khususnya pada jenjang sekolah dasar, karena ternyata
pembelajaran daring untuk jenjang sekolah dasar belum bisa di katakan efektif.
DAFTAR PUSTAKA

2019 by UPI (Indonesia University of Education) Press in Bandung, West Java,


IndonesiaISSN 2527-3868 (print), 2503-457X (online),and
http://ejournal.upi.edu/index.php/mimbardik
https://belajar.kemdikbud.go.id/bdr/assets/file/Panduan%20Model%20Pembelajaran
%20Inovatif.pdf

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 10 No. 3, September2020: 282-289

Heinze, A. (2008). Blended learning: An interpretive action reseach study. Disertasi


doktor, tidak diterbitkan, University of Salford, Salford, UK

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Grasindo

Ariani, D. (2018). Komponen Pengembangan E-Learning. Jurnal Pembelajaran Inovatif.


https://doi.org/10.21009/JPI.011.09

Maskar, S., & Wulantina, E. (2019). Persepsi Peserta Didik terhadap Metode Blended
Learning dengan Google Classroom. Jurnal Inovasi Matematika, 1(2), 110–121.
https://doi.org/10.35438/inomatika.v1i2.156

Fadillah, Ika dkk. 2010 . Hubungan Tipe Pola Asuh Orang Tua dengan Emotional
Quotient pada Anak Usia Prasekolah di TK Islam AlFatihah Sumampir Purwokwrto
Utara. Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), (5) 01, 1-12.

Winingsih, Endang. (2020). Peran Orang Tua Dalam Pembelajaran Jarak Jauh. April 2,
2020. Poskita.co: https://poskita.co/2020/04/02/peran-orangtuadalampembelajaran-jarak-
jauh/ WHO. (2020). Diambil 29 Mei 2020, dari website:
https://www.who.int/indonesia/news/novel-coronavirus/qa-for-public Valeza, Alsi R.
(2017). Peran Orang Tua dalam Meningkatkan Prestasi Anak di Perum Tanjung Raya
Permai Kelurahan Pematang Wangi Kecamatan Tanjung Senang Bandar Lampung.
Skripsi: UIN Raden Intan Lampung.

Anda mungkin juga menyukai