Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

BLENDED LEARNING

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Landasan Psikologi dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu: Dr. Machdum Bachtiar, M.Pd

Disusun Oleh:
Farchan Nurhakim
Atisa As’a

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI


SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
TAHUN 1444 H/ 2022 M
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala


limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada  penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Blended Learning”, dan tak lupa shalawat berserta
salam mudah-mudahan tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, dan
tak lupa kepada keluarganya, shahabatnya, semoga kita diakui sebagai umatnya
amin.
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunan Allah SWT dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam
kesempatan ini kami menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya.
Namun demikian, penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik, oleh karenanya
dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul
guna penyemurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya bagi seluruh pembaca.

Sabtu, 10 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii


DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1


A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 2
C. Tujuan Masalah ............................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 4


A. Pengertian Blended Learning ...................................................... 4
B. Model Blended Learning ............................................................ 5
C. Karakteristik Blended Learning .................................................. 6
D. Kelebihan dan Kekurangan Blended Learning ........................... 7
E. Blended Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam ............................................................................................ 7
F. Hambatan Dan Solusi Implementasi Blended Learning Dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ..................................... 9

BAB III PENUTUP .......................................................................................12


A. Kesimpulan .................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan abad 21 mengharap berkembangnya kecerdasan belajar pada
diri mahasiswa. Penguasaan teknologi informasi dan multimedia melalui
internet dan E-Learning menyebabkan penyediaan sumber-sumber belajar
menjadi tidak terbatas. Akibatnya setiap orang dapat belajar dengan lebih
mudah dan lebih baik jika memiliki learning skills yang baik. Learning skills
merupakan kunci pembelajaran abad 21 yang terus menerus harus diupaya
untuk kembangkan.
Pendidikan di Indonesia saat ini dituntut untuk mempersiapkan peserta
didik yang cerdas, kreatif serta mandiri. Hal ini sesuai dengan harapan
pencapaian keterampilan abad 21. Pendidikan yang bermutu harus mencakup
dua orientasi yakni orientasi akademis yang difokuskan pada mahasiswa, dan
orientasi ketrampilan hidup (life skills) untuk memberi bekal kepada
mahasiswa agar dapat menghadapi kehidupan nyata atau sesungguhnya.
Dunia pendidikan Indonesia di masa mendatang lebih cenderung
berkembang pada bentuk pendidikan terbuka dengan menerapkan sistem
pendidikan jarak jauh (distance learning). Berbagai sumber belajar bersama
antar lembaga penyelenggara pendidikan dalam sebuah jaringan, penggunaan
perangkat teknologi informasi interaktif seperti CD- ROM multimedia, dalam
pendidikan secara bertahap menggantikan televisi dan video serta
memanfaatkan penggunaan teknologi internet secara optimal dalam
pengembangan pembelajaran.
Pembelajaran-pembelajaran yang menggabungkan antara pembelajaran
konvensional dengan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan
komunikasi itulah yang dikembangkan sebagai pembelajaran campuran atau
dikenal dengan istilah blended learning, yaitu menggabungkan pembelajaran
konvensional (tatap muka) dengan pembelajaran yang memanfaatkan teknologi

1
informasi dan komunikasi. Melalui blended learning sistem pembelajaran
menjadi lebih luwes dan tidak kaku.
Permasalahan pembelajaran abad ke-21 ialah pengintegrasian teknologi
komputer dalam kegiatan pembelajaran. Dosen dituntut mengikuti
perkembangan zaman, begitu juga mahasiswa dituntut belajar sesuai dengan
zamannya. Sekarang ini dosen perlu kreatif dan inovatif dalam
mengembangkan kaidah pengintegrasian dengan menggunakan komputer
dalam kegiatan pembelajaran. Dengan teknologi ini dapat membuat
pembelajaran lebih aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan, sehingga
terciptanya multi interaksi, baik antara dosen dengan mahasiswa, mahasiswa
dengan dosen, mahasiswa dengan media dan sumber belajar, maupun
mahasiswa dengan mahasiswa lainnya. Dosen harus mampu membiasakan
mahasiswa bersikap proaktif, kreatif dan inovatif dalam kegiatan pembelajaran.
Maka perlu dilakukan peningkatan dalam pendayagunaan dan pengelolaan agar
tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Rusman (2012) menyatakan:
“Pendidikan abad ke-21 bukan hanya bersifat regional, tapi sudah
berkembang pada tataran global, karena kecanggihan teknologi ICT
(Information Communication Technologi) yang membantu seorang dosen
dalam menyampaikan materi di kelas serta perubahan- perubahan lainnya
yang terjadi di kelas.”
Solusi blended learning yang sering digunakan adalah 50 persen
pembelajaran daring (online) dengan 50 persen model pembelajaran tatap
muka (face to face) yang bisa menggabungkan kedua sisi, atau 75 persen
daring (online) dengan 25 persen tatap muka (face to face). Pembelajaran untuk
total daring (online) tidak di anjurkan untuk kontak bagi yang tidak mungkin
atau tidak masuk akal bagi para pembelajar untuk datang bersama-sama,
misalnya : acara berlevel Internasional, program belajar pelatihan
Internasional, atau proyek-proyek yang pembelajarnya tidak dapat
meninggalkan tempat operasionalnya. Teknologi synchronous bisa
menyediakan penggantinya secara parsial (Mason dan Rennie, 2009).

2
Blended learning merupakan metode belajar yang menggabungkan dua
atau lebih metode dan pendekatan dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan
proses pembelajaran. Menurut Thorne (2003) blended learning adalah kelas
konvensional dimana dosen dan mahasiswa bertemu langsung, dengan
pembelajaran online yang bisa diakses kapan dan dimana saja. Adapun bentuk
lain dari blended learning adalah pertemuan virtual antara dosen dan
mahasiswa. Kegiatan atau pembelajaran yang memungkinkan mereka berada di
dunia yang berbeda, namun bisa saling memberi umpan balik, bertanya,
menjawab, berinteraksi antara mahasiswa dengan dosen atau antara mahasiswa
dengan mahasiswa.1

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Blended Learning?
2. Bagaimana Model Blended Learning?
3. Bagaimana Karakteristik Blended Learning?
4. Apa saja Kelebihan dan Kekurangan Blended Learning ?
5. Bagaimana Blended Learning dalam pembelajaran PAI ?
6. Bagaimana Hambatan dan solusi implementasi blended learning dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Blended Learning.
2. Untuk Mengetahui dan memahami model Blended Learning.
3. Untuk Mengetahui dan memahami karakteristik Blended Learning.
4. Untuk Mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan Blended Learning.
5. Untuk Mengetahui Blended Learning dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam.
6. Untuk Mengetahui Hambatan dan solusi implementasi blended learning
dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam

1
Nurliana Nasution, et al., Buku Model Blended Learning, (Pekanbaru-Riau : Unilak
Press, 2019) cet. I, h. 2-6.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Blended Learning


Blended Learning berasal dari dua kata yaitu Blended dan Learning.
Blended artinya campuran/gabungan/kombinasi, sedangkan laring artinya
belajar/pembelajaran. Garrison dan Vaughan (2008) mendefinisikan yang
dikutip oleh Francine S.Glazer, “Blended learning adalah proses pembelajaran
campuran tatap muka dengan online, sehingga menjadi pengalaman belajar
yang unik”.2
Menurut Josh Bersin, “Blended learning merupakan pembelajaran secara
tradisional yang dilengkapi media elektronik/media teknologi”. 3 Sedangkan
menurut Catlin R.Tucker, “Blended learning merupakan satu kesatuan yang
kohesif (berpadu/melekat), maksudnya adalah memadukan atau
menggabungkan pembelajaran tradisional tatap muka dengan komponen
online”.4
Menurut Husamah (2014), blended learning merupakan pembelajaran
yang menggabungkan berbagai cara penyampaian, model pengajaran, serta
berbagai media teknologi yang beragam. Oleh karena itu, mahasiswa
diharapkan menjadi pembelajar yang aktif dan dapat memahami materi.
Blended learning merupakan salah satu isu pendidikan terbaru dalam
perkembangan globalisasi dan teknologi. Banyak institusi atau praktisi yang
telah mengembangkan dan memberikan definisi dengan bahasa mereka sendiri,
sesuai dengan tipologi praktek blended learning itu sendiri. Menurut Rusman
(2013) bahwa: Blended Laerning sebagai kombinasi karakteristik pembelajaran
tradisional dan lingkungan pembelajaran elektronik atau Blended Learning,
dengan menggabungkan seperti pembelajaran berbasis web, streaming video,

2
Francine S.Glazer, Blended Learning, (Virginia: Stylus Publishing, 2012), h. 1.
3
Josh Bersin, The Blended Learning Book: Best Practices, Proven Methodologies, and
Lessons Learned, (San Francisco: John Wiley & Sons, 2004), h. xv.
4
Catlin R.Tucker, Blended Learning in Grades 4–12,(London: Corwin Press, 2012), h.
11.

4
komunikasi audio synkronous, dan asynkoronous dengan pembelajaran
tradisional tatap muka.
Dapat disimpulkan, secara sederhana blended learning dikatakan
kombinasi atau penggabungan dari berbagai aspek antara lain pembelajaran
berbasis web, video streaming, audio, dan komunikasi dengan sistem
pembelajaran yang tradisional dan termasuk juga metode, teori belajar, dan
dimensi pedagogik.5

B. Model Blended Learning


Dalam Blended Learning secara umum terdapat 6 model, yaitu:6
1. Face-to-Face Driver
Melibatkan siswa tidak hanya sekedar tatap muka di ruang kelas atau
laboratorium, melainkan melibatkan siswa dalam kegiatan di luar kelas
dengan mengintegrasikan teknologi web secara online.
2. Rotation
Mengintegrasikan pembelajaran online sambil bertatap muka di dalam
kelas dengan pengawasan guru atau pendidik.
3. Flex
Memanfaatkan media internet dalam penyampai pembelajaran kepada
peserta. Dalam hal ini peserta dapat membentuk kelompok diskusi.
4. Online Lap
Pembelajaran yang berlangsung di dalam ruang laboratorium komputer
dengan semua materi pembelajaran di sediakan secara softcopy, di mana
para peserta berinteraksi dengan guru secara online. Dalam hal ini guru
dibantu oleh pengawas agar disiplin dalam belajar tetap terjaga.

5
Nurliana Nasution, et al., Buku Model Blended Learning, (Pekanbaru-Riau : Unilak
Press, 2019) cet. I, h. 30-31
6
Catlin R.Tucker, Op.Cit., h.13-14. Lihat juga Heather Staker and Michael B. Horn,
Classifying K–12 Blended learning, Inno Sight Institut, May 2012, h. 8-15.

5
5. Self Blend
Dalam hal ini peserta mengikuti kursus online, hal ini sebagai
pelengkap kelas tradisional yang dilakukan tidak mesti di dalam ruang kelas
akan tetapi bisa di luar kelas.
6. Online Driver
Merupakan pembelajaran secara online, di mana dalam hal ini seorang
guru bisa mengupload materi pembelajaran di internet, sehingga peserta
dapat mendownload/mengunduhnya dari jarak jauh agar peserta bisa belajar
mandiri di luar kelas dan dilanjutkan dengan tatap muka berdasarkan waktu
yang telah disepakati.

C. Karakteristik Blended Learning


Pembelajaran berbasis blended learning dimulai sejak ditemukan komputer,
walaupun sebelum itu juga sudah terjadi adanya kombinasi (blended).
Terjadinya pembelajaran, awalnya karena adanya tatap muka dan interaksi
antara pengajar dan pelajar, setelah ditemukan mesin cetak maka guru
memanfaatkan media cetak. Pada saat ditemukan media audio visual, sumber
belajar dalam pembelajaran mengkombinasikan antara pengajar, media cetak,
dan audio visual. Namun blended learning muncul setelah berkembangnya
teknologi informasi sehingga sumber dapat diakses oleh pembelajar secara
offline maupun online. Saat ini, pembelajaran berbasis blended learning
dilakukan dengan menggabungkan pembelajaran tatap muka, teknologi cetak,
teknologi audio, teknologi audio visual, teknologi komputer, dan teknologi m-
learning (mobile learning). Dalam blended learning terdapat enam unsur yang
harus ada, yaitu: (1) tatap muka (2) belajar mandiri, (3) aplikasi, (4) tutorial,
(5) kerjasama, dan (6) evaluasi.
1. Tatap Muka
Pembelajaran tatap muka sudah dilakukan sebelum ditemukannya
teknologi cetak, audio visual, dan komputer, pengajar sebagai sumber
belajar utama.

6
2. Belajar Mandiri
Dalam pembelajaran berbasis Blended Learning, akan banyak sumber
belajar yang harus diakses oleh peserta didik, karena sumber-sumber
tersebut tidak hanya terbatas pada sumber belajar yang dimiliki pengajar
atau perpustakaan lembaga pendidikannya saja, melainkan sumber-sumber
belajar yang ada di perpustakaan seluruh dunia.
3. Aplikasi
Aplikasi dalam pembelajaran berbasis blended learning dapat dilakukan
melalui pembelajaran berbasis masalah, pelajar akan secara aktif ketuhanan.
mendefinisikan masalah, mencari berbagai alternatif pemecahan, dan
melacak konsep, prinsip, dan prosedur yang dibutuhkan untuk memecahkan
masalah tersebut.
4. Tutorial
Pada tutorial, peserta didik yang aktif untuk menyampaikan masalah
yang dihadapi, seorang pengajar akan berperan sebagai tutor yang
membimbing. Meskipun aplikasi teknologi dapat meningkatkan keterlibatan
pelajar dalam belajar, peran pengajar masih diperlukan sebagai tutor.
5. Kerjasama
Keterampilan kolaborasi harus menjadi bagian penting dalam
pembelajaran berbasis Blended Learning. Hal ini tentu berbeda dengan
pembelajaran tatap muka konvensional yang semua peserta didik belajar di
dalam kelas yang sama di bawah kontrol pengajar. Sedangkan dalam
pembelajaran berbasis blended, maka peserta didik bekerja secara mandiri
dan berkolaborasi.
6. Evaluasi
Evaluasi pembelajaran berbasis blended learning tentunya akan sangat
berbeda dibanding dengan evaluasi pembelajaran tatap muka. Evaluasi
harus didasarkan pada proses dan hasil yang dapat dilakukan melalui
penilaian evaluasi kinerja belajar pelajar berdasarkan portofolio. Demikian

7
pula penilaian perlu melibatkan bukan hanya otoritas pengajar, namun perlu
ada penilaian diri oleh pelajar, maupun penilai pelajar lain.
D. Kelebihan dan Kekurangan Blended Learning
Kelebihan model ini adalah: (1) Hemat waktu, (2) Hemat biaya, (3)
Pembelajaran lebih efektif dan efisien, (4) Peserta mudah dalam mengakses
materi pembelajaran, (5) Peserta didik leluasa untuk mempelajari materi
pelajaran secara mandiri, (6) Memanfaatkan materi-materi yang tersedia secara
online, (7) Peserta didik dapat melakukan diskusi dengan guru atau peserta
didik lain di luar jam tatap muka, (8) Pengajar tidak terlalu banyak
menghabiskan tenaga untuk mengajar, (9) Menambahkan materi pengayaan
melalui fasilitas internet, (10) Memperluas jangkauan pembelajaran/pelatihan,
(11) Hasil yang optimal serta meningkatkan daya tarik pembelajaran, dan lain
sebaginya.
Adapun kekurangannya: (1) Sulit diterapkan apabila sarana dan prasarana
tidak mendukung, (2) Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki peserta, (3)
Akses internet yang tidak merata di setiap tempat, dan sebagainya.

E. Blended Learning dalam pembelajaran PAI


Kebijakan kementrian pendidikan untuk memberlakukan kegiatan
pembelajaran jarak jauh menjadi momentum para pendidik untuk berinovasi
model pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi yang semakin
berkembang. Disamping itu juga berkembangnya era 4.0 adalah momentum
bagi guru agar proses pembelajaran hendaknya dapat meningkatkan kualitas
kompetensi pribadi dan peserta didik. Pemanfaatan teknologi berupa alat-alat
canggih masa sekarang diimbangi dengan kemampuan melalukan metode
efisien yang tertata dengan baik dalam mengenyam pendidikan sebagai upaya
transferisasi ilmu. Dalam hal ini, guru cenderung akan memanfaatkan alat- alat
ataupun produk (media) teknologi yang mereka anggap dapat membantu dalam
proses pembelajaran sehingga perlu menjadi perhatian bagi para pengembang
teknologi pembelajaran.

8
Dengan demikian keadaan ini merupakan tantangan besar bagi guru dalam
menyampaikan materi Pendidikan Agama Islam. Mengikuti kemajuan
tekhnologi dan mengemasnya dalam proses pembelajaran menjadi sebuah
keharusan, Bahan ajar, media serta model atau metode pembelajaran yang
berbasis tekhnologi tentunya akan membantu proses pembelajaran menjadi
lebih efektif sehingga tujuan Pendidikan Agama Islam dapat tercapai.
Blended Learning adalah salah satu model pembelajaran yang mengikuti
perkembangan zaman. Model pembelajaran ini dilaksanakan dengan cara
menggabungkan pembelajaran face-to-face atau tatap muka dengan
pembelajaran berbasis komputer. Artinya, proes pembelajaran dilakukan
dengan menggunakan pendekatan teknologi dengan mengkombinasikan
sumber belajar tatap muka baik dengan pengajar maupun yang dimuat dalam
media computer, telepon seluler atau mobile phone, saluran televisi satelit,
konverensi video, dan media elektroniklainnya.
Metode Bleanded Learning memiliki tujuan untuk menyediakan berbagai
media pembelajaran dengan memperhatikan karakteristik siswa dalam belajar.
Proses pembelajaran PAI di sekolah dimulai dari tahapan kognisi yaitu siswa
mengetahui dan memahami ajaran dan nilai nilai agama Islam. Untuk
selanjutnya masuk pada tahap afeksi ini terkait dengan kognisi dalam arti
penghayatan dan keyakinan siswa akan menjadi kokoh jika dilandasi dengan
pengetahuan dan pemahaman ajaran Islam yang kuat. Dari tahap afeksi tersebut
diharapkan muncul motivasi dalam diri siswa untuk mengamlkan dan menaati
ajaran agama sehingga terbentuk manusia muslim yang beriman, bertakwa dan
berakhlak mulia.
Pembelajaran PAI mencakup tiga ranah penting yang saling terkait yaitu
ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam pelaksanaan pembelajaran PAI
harus disusun terlebih dahulu perencanaan yang matang dengan
memperhatikan karakteristik mata pelajaran PAI. Perencanaan yang perlu
disusun meliputi perencanaan tujuan pembelajaran, serta penyusunan teknik

9
evaluasi hasil belajar. Perencanaan disusun oleh guru PAI dalam bentuk RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)7
Pembelajaran dengan menggunakan model blended learning tidak cukup
dengan melaksanakan pembelajaran daring dan luring akan tetapi dalam proses
pelaksankaannya harus benar-benar mengikuti sintaks model pembelajaran
blended learning.
1. Perencanaan
Peran yang dilakukan oleh guru dalam melakukan perencanaan
pembelajaran adalah dengan membuat perangkat pembelajaran. Perangkat
pembelajaran merupakan beberapa persiapan yang disusun oleh guru agar
pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran dapat dilakukan secara sistematis
dan memperoleh hasil seperti yang diharapkan. Oleh sebab itu guru harus
menyiapkan perencanaan pembelajaran blended learning dengan
memadukan proses pembelajaran online yang memanfaatkan berbagai
media online dengan pembelajaran tatap muka yang disesuaikan dengan
keadaan saat ini.
2. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan proses pembelajaran PAI dengan
mengimplementasikan model pembelajaran blended learning, pada tahap
ini memadukan pembelajaran daring dan luring dengan komposisi 60%
siswa daring dan 40 % siswa tatap muka dikelas, bagi siswa yang
mengikuti pembelajaran tatap muka harus mengikuti protokol yang sangat
ketat. Tahap pelaksanaan disebut juga sebagai proses pembelajaran.
Menurut Majid dalam proses pembelajaran setidaknya terdapat tiga tahapan
yaitu;
a. Kegiatan pendahulan yang terdiri atas penyampaian tujuan,
kompetensi dasar, cakupan materi dan apresepsi; Guru membuka
kegiatan belajar dengan salam dan do’a serta menyampaikan tujuan
pembelajaran dan kompetensi yang harus dikuasi oleh siswa yakni

7
Ismatul Maula dkk, Pengembangan Metode Pembelajaran PAI di Masa Pandemi
COVID 19, (Bandung : Media Sains Indonesia, 2021) Hal. 85

10
siswa memhami dan mempraktekan pengurusan jenazah. Selain itu
guru PAI juga menyampaikan apersepsi dan motivasi pembelajaran,
semua kegitan tersebut disampaikan melalui aplikasi video call google
meet dan link nya telah dibagikan sebelumya melalui group whatsapp
kelas oleh wali kelas.
b. Kegiatan inti yang terdiri atas penyampaian kegiatan menyampaikan
penyampaitan materi, pemberian bimbingan bagi siswa dan melakukan
pengecekan terhadap pemahaman siswa. guru melakukan kegiatan
dengan pendekatan scientific. Sebelumnya guru meminta siswa untuk
bergabung dalam aplikasi video google meet melalui link sudah
dibagikan sebelumnya melalui aplikasi group whatsapp.
c. Kegiatan penutup yang terdiri atas pemberian penegasan atau
kesimpulan dan penilaian terhadap penguasaan materi yang diberikan
pada kegiatan inti. Pada kegiatan penutup sebelum menutup kegiatan
pembelajaran guru memberikan tugas secara berkelompok kepada
pesrta didik untuk membuat resume hasil kegiatan pembelajaran yang
telah dilaksanakan, selain itu juga guru menghimbau kepada peserta
didik untuk selalu menjaga protokol kesehatan selama dirumah dan
memberikan arahan bahwa pandemi yang sedang dialami ini adalah
ujian dari Allah SWT dan mengarahkan untuk tetap tegar setipa
menghadapi ujian dari Allah, SWT. Kemudian guru mentup kegitaan
pembelajaran dengan berdo’a bersama melalui google meet.
3. Tahap Evaluasi
Pada tahap evaluasi penilaian sikap dilaksanakan saat pembelajaran
luring (tatap muka) melalui kegiatan observasi selama dikelas dan
observasi melalui kedisiplinan dalam mengumpulkan tugas saat daring,
untuk penilaian pengetahuan bagi yang mengikuti pembelajaran daring
dengan memberikan soal sebanyak 10 soal berkaitan dengan materi
melalui google form, quizizz, kahoot.8

8
Victor Imaduddin Ahmad, Blended Learning Solusi Pembelajaran Di Era Pandemi,
(Jawa Timur: Nawa Litera Publishing, 2021) hal. 8

11
F. Hambatan dan Solusi Implementasi Blended Learning dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pelaksanaan pembelajaran dengan blended learning pada pelajaran PAI
mengalami beberapa hambatan, hambatan hambatan ini berkaitan dengan
teknis atau proses pembelajaran, dan Adapun hambatan yang dihadapai adalah
sebagai berikut :
1. Karakteristik peserta didik yang berbeda-beda, mengakibatkan sulitnya
menentukan sistem pembelajaran yang dapat diaplikasikan kepada semua
peserta didik;
2. Terjadi learning los, penurunan prestasi selama pembelajaran hanya
dengan sistem daring
3. Kesulitan dalam menentukan kriteria penilaian bagi peserta didik dan
formatnya serta kriteria kenaikan kelas dan kelulusan;
Adapun solusi atas hambatan yang dialami dalam pelaksanaan blended
learning adalah sebagai berikut :
a. Adapun untuk mengatasi hambatan terkait dengan peserta didik
sekolah dan guru PAI menganalisis profil peserta didik, sebagaimana
dalam pembelajaran pandemi hal pertama yang harus diketahui guru
adalah profil peserta didik. Dengan menganailis profil peserta didik
guru PAI dapat menyikapi beberapa anak yang tidak bisa mengikuti
daring karena kurangnya fasilitas, seperti memberikan keringanan
pengumpulan tugas dan peserta didik juga diberikan pembelajaran
murni luring, yaitu penugasan secara mandiri di saat tatap muka.
Selain itu terkait dengan proses pembelajaran agar bermakna bagi
peserta didik guru PAI juga memberikan solusi seperti:
1) Memetakan materi pembelajaran dalam daring dan luring agar tetap
berkesinambungan, dalam memetakan materi ini guru PAI
merancang pembelajaran setiap 1 bab dipetakan dengan sebagaian
bab disampaikan secara daring dan sebagaian bab disampaikan
secera luring begitu pula pada penilaian bagaian penilaian.

12
2) Agar menumbuhkan kemandirian bagi peserta didik, guru
menyampaikan pembelajaran dengan strategi konstektual, sehingga
hal ini dapat memacu keaktifan peserta didik. Selain metode
pembelajaran, guru juga memberikan reward. Reward ini bertujuan
agar peserta didik terbangun motivasi dalam belajarnya. Selain itu
tujuan diberikannya reward dalam belajar adalah bahwa seseorang
akan menerima penghargaan setelah melakukan pembelajaran
dengan baik dan akan melakukan pembelajaran sendiri di luar kelas.9

9
Abd Rahman Mildan, Implmentasi Pembelajaran Blended Learning Pada Mata
Pelajaran PAI, (Permata : Jurnal Pendidikan Agama Islam) Vol.2 No.2 (2021), h. 202.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpualan
Blended learning dapat diartikan sebagai proses pembelajaran yang
memanfaatkan berbagai macam pendekatan. Pendekatan yang dilakukan dapat
memanfaatkan berbagai macam media dan teknologi. Dalam Blended Learning
secara umum terdapat 6 model, yaitu: Face-to-Face Driver, Rotation, Flex,
Online Lap, Self Blend dan Online Driver.
Unsur-Unsur pembelajaran berbasis blended learning mengkombinasikan
antara tatap muka dan e-learningyang memiliki 6 (enam) unsur, yaitu: (a) tatap
muka (b) belajar mandiri, (c) aplikasi, (d) tutorial, (e) kerjasama, dan (f)
evaluasi.
Kelebihan model ini adalah: Hemat waktu, Hemat biaya, pembelajaran
lebih efektif dan efisien, dan sebagainya. Dalam hal ini strategi dapat calon
pendidik lakukan untuk mengantisipasi tuntutan pembelajaran di masa yang
akan datang menggunakan Blended Learning.
Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan proses pembelajaran PAI dengan
mengimplementasikan model pembelajaran blended learning, pada tahap ini
memadukan pembelajaran daring dan luring dengan komposisi 60% siswa
daring dan 40 % siswa tatap muka dikelas, bagi siswa yang mengikuti
pembelajaran tatap muka harus mengikuti protokol yang sangat ketat.
Pembelajaran PAI mencakup tiga ranah penting yang saling terkait yaitu
ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam pelaksanaan pembelajaran PAI
harus disusun terlebih dahulu perencanaan yang matang dengan
memperhatikan karakteristik mata pelajaran PAI. Perencanaan yang perlu
disusun meliputi perencanaan tujuan pembelajaran, serta penyusunan teknik
evaluasi hasil belajar. Perencanaan disusun oleh guru PAI dalam bentuk RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran).

14
DAFTAR PUSTAKA

Nurliana Nasution, et al., Buku Model Blended Learning, (Pekanbaru-Riau :


Unilak Press, 2019) cet. I,

Francine S.Glazer, Blended Learning, (Virginia: Stylus Publishing, 2012),

Josh Bersin, The Blended Learning Book: Best Practices, Proven Methodologies,
and Lessons Learned, (San Francisco: John Wiley & Sons, 2004)

Catlin R.Tucker, Blended Learning in Grades 4–12,(London: Corwin Press, 2012)

Nurliana Nasution, et al., Buku Model Blended Learning, (Pekanbaru-Riau :


Unilak Press, 2019) cet. I,

Catlin R.Tucker, Op.Cit., h.13-14. Lihat juga Heather Staker and Michael B.
Horn, Classifying K–12 Blended learning, Inno Sight Institut, May 2012,

Ismatul Maula dkk, Pengembangan Metode Pembelajaran PAI di Masa Pandemi


COVID 19, (Bandung : Media Sains Indonesia, 2021)

Victor Imaduddin Ahmad, Blended Learning Solusi Pembelajaran Di Era


Pandemi, (Jawa Timur: Nawa Litera Publishing, 2021)

Abd Rahman Mildan, Implmentasi Pembelajaran Blended Learning Pada Mata


Pelajaran PAI, (Permata : Jurnal Pendidikan Agama Islam) Vol.2 No.2
(2021)

15

Anda mungkin juga menyukai