Anda di halaman 1dari 18

PENDIDIKAN DI LEMBAGA

FORMAL, NON FORMAL DAN INFORMAL

Disusun oleh :

Sintia Nur Aeni 19030194002


Maulidia Uswatun Khasanah 19030194007
Dwi Mei Silvia 19030194016

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
PENDIDIKAN KIMIA B
2019/2020
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat
serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Sholawat serta
salam penulis sampaikan kepada junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan
teladan bagi kita semua di muka bumi ini. Makalah tentang Pendidikan Formal, Non Formal, dan
Informal ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas Mata Kuliah Ilmu
Pendidikan.

Demikian pula penulis menyadari bahwa dalam penulisan Makalah ini penulis masih banyak
kekurangan dan kesalahan baik dalam segi substansi maupun tata bahasa, oleh karena itu kritik dan
saran sangat penulis harapkan dengan harapan sebagai masukan dalam perbaikan karya ini. Akhirnya,
semoga Makalah Kemonotonan dan Kecekungan ini dapat bermanfaat.

Penulis,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan
1.3 Perumusan Masalah
1.4 Manfaat Penulisan Makalah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pendidikan
2.2 Pendidikan Formal[Sekolah]
2.3 Pendidikan Non-Formal
2.4 Pendidikan In Formal
2.5 Masalah-Masalah yang Mempengaruhi Lingkungan Pendidikan
2.6 Pengaruh Lingkungan Formal, Non Formal Dan Informal
2.7 Lingkungan Pendidikan Formal
2.8 Lingkungan Pendidikan Non Formal
2.9 Lingkungan Pendidikan Informal
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran I
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan adalah hal mutlak yang wajib dimiliki oleh semua individu, di dalam setiap
ajaran agama menganjurkan agar setiap individu wajib berusaha untuk mendapatkan pendidikan.
Pendidikan dapat diperoleh melalui jalur formal, non formal dan informal.
Pendidikan dalam lingkungan keluarga (non formal) memiliki peranan yang sangat penting.
Ini karena setiap individu mendapatkan pendidikan yang pertama berasal dari lingkungan keluarga.
Selain dari keluarga pendidikan dapat diperoleh pula dari lingkungan formal, dalam hal ini sekolah
atau lembaga formal lainnya yang berkompeten dalam bidang pendidikan. Dalam lingkungan formal
ini setiap individu akan mendapatkan pendidikan yang lebih luas mengenai pedoman dan etika moral
kemanusiaan untuk bekalnya dalam menghadapi pergaulan di masyarakat. Lingkungan ketiga yang
menjadi penentu sukses tidaknya pendidikan individu adalah lingkungan masyarakat (informal),
lingkungan ini menuntut pengaplikasian pendidikan yang telah didapat oleh seorang individu baik
dari lingkungan keluarga maupun dari lingkungan formal.
Salah satu agenda utama bagi pembangunan nasional adalah sektor pendidikan. Melalui
pendidikan negara dapat meningkatkan sumber daya manusia yang berimplikasi pada kemajuan di
berbagai bidang kehidupan lainnya, seperti: sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Karena itulah
pemerintah harus memenuhi hak setiap warga dalam memperoleh layanan pendidikan sebagaimana
diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945.
Pendidikan tidak hanya berperan besar dalam kemajuan bangsa, melainkan juga berkaitan
dengan pasar bebas yang semakin kompetitif, pendidikan hendaknya dipandang dapat mengakomodir
masyarakat agar suatu negara memiliki manusia-manusia yang berkualitas. Melalui pendidikan dapat
menciptakan tenaga kerja yang tidak hanya kaya akan pengetahuan teoritis melainkan juga praktis,
penguasaan teknologi, dan memiliki keahlian khusus. Hal inilah yang kemudian menjadi dasar
pengevaluasian dan peningkatan pendidikan di setiap negara secara berkesinambungan. Melihat
sedemikian penting peranan pendidikan, kemunculan pendidikan non formal dapat dipandang sebagai
salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan taraf pendidikan penduduk di berbagai negara,
termasuk di Indonesia. Konsep awal dari Pendidikan Non Formal ini muncul sekitar akhir tahun 60-an
hingga awal tahun 70-an dalam bukunya Philip Coombs dan Manzoor A., P.H. (1985).
Dalam GBHN TAP MPR (Garis Besar Haluan Negara Ketetapan MPR) dinyatakan:
“Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga,
sekolah, dan masyarakat. Karena itu, pendidikan ialah tanggung jawab bersama antara keluarga,
masyarakat, dan pemerintah.” Hal ini berarti setiap manusia Indonesia diharapkan supaya selalu
berkembang sepanjang hidup dan di lain pihak masyarakat dan pemerintah diharapkan agar dapat
menciptakan situasi yang menantang untuk belajar. Prinsip ini berarti masa sekolah bukanlah satu-
satunya masa bagi setiap orang untuk belajar melainkan hanya sebagian dari waktu belajar yang akan
berlangsung seumur hidup.
Konsep pendidikan seumur hidup merumuskan suatu asas bahwa pendidikan adalah suatu
proses yang terus menerus (continue) dari bayi sampai meninggal dunia. Konsep ini sesuai dengan
konsep Islam seperti yang dicantumkan dalam hadits Nabi Muhammad SAW yang menganjurkan
belajar dari buaian hingga liang lahad (pintu kubur).
Sebenarnya ide pendidikan seumur hidup telah lama dalam sejarah pendidikan, tetapi baru
populer sejak terbitnya buku Paul Langerend “An Introduction to Life Long Education” (sesudah
Perang Dunia II) kemudian diambil alih oleh Internaional Comission on The Development of
Education (UNESCO). Istilah pendidikan seumur hidup (long life integrated education) tidak dapat
diganti dengan istilah-istilah lain sebab isi dan luasnya (scope-nya) tidak persis sama seperti istilah
out of school education, continuing education, adult education, further education, rewirent education.

1.2 Perumusan Masalah


Pembahasan materi ini meliputi :
1. Latar Belakang dan pengertian pendidikan.
2. Pengertian Lingkungan Pendidikan formal, non formal dan informal.
3. Masalah – masalah yang mempengaruhi dalam lingkungan pendidikan.
4. Pengaruh lingkungan formal, non formal dan informal terhadap lingkungan pendidikan.

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Memenuhi tugas yang diberikan pada mata kuliah Ilmu Pendidikan.
2. Sebagai bentuk perhatian Mahasiswa terhadap masalah pendidikan yang dihadapi Indonesia.
3. Suatu usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia.
4. Membantu dalam membahas dan menanggulangi masalah yang dihadapi di dalam dunia
pendidikan.

1.4 Manfaat Penulisan Makalah


Berikut ini kan dijabarkan mengenai manfaat-manfaat yang dapat diambil dari penulisan makalah ini.
1. Membangun kualitas pendidikan ke arah yang lebih baik.
2. Menelaah masalah-masalah pendidikan yang dihadapi.
3. Memberikan inovasi baru dalam menghadapi masalah pendidikan.
4. Batu loncatan kepada pendidikan yang lebih baik.
5. Membangun cara belajar yang lebih efektif.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendidikan


Adalah usaha manusia dalam meningkatkan pengetahuan tentang alam sekitarnya.
Pendidikan diawali dengan proses belajar untuk mengetahui suatu hal kemudian mengolah informasi
tersebut untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Peranan lingkungan sangat berpengaruh terhadap kemajuan dan prestasi pendidikan. Hal ini
dikarenakan setiap individu yang terlibat dalam proses pendidikan saling berinteraksi menjadi satu
kesatuan dengan lingkungannya. Lingkungan pendidikan sendiri dapat dibedakan menjadi 3 macam
yaitu :
1.Pendidikan Formal
2. Pendidikan Informal
3. Pendidikan Non Formal
Pendidikan dalam lingkungan keluarga memiliki peranan penting terhadap perkembangan
anak. Orang tua bertanggung jawab terhadap semua peningkatan dan kemajuan pendidikan anak-
anaknya. Begitu juga dengan lingkungan sekolah, disana para guru bertanggung jawab terhadap
kemajuan prestasi anak didiknya. Selain lingkungan keluarga dan sekolah, lingkungan masyarakat
juga sangat berperan penting dalam peningkatan prestasi anak didik yaitu dengan peran sertanya
dalam pendidikan luar sekolah
Pendidikan merupakan hal mutlak yang harus dipenuhi oleh setiap individu, baik anak-anak,
dewasa maupun orang tua. Ada istilah mengatakan “tidak ada kata terlambat untuk belajar”
Betapa penting dan perlunya pendidikan itu bagi anak-anak. Dan jelaslah pula mengapa anak-
anak itu harus mendapat pendidikan. “Pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam
pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah
kedewasaan”.
“Pendidikan ialah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-
anak, dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan bagi
masyarakat”.

2.2 Pendidikan Formal[Sekolah]


Membahas masalah sekolah sebagai lembaga pendidikan formal perlu diketahui, dikatakan
formal karena diadakan disekolah / tempat tertentu, teratur sistematis, mempunyai jenjang dan kurun
waktu tertentu, serta berlangsung mulai dari TK sampai PT, berdasarkan aturan resmi yang telah
ditentukan.
Pada umumnya lembaga formal adalah tempat yang paling memungkinkan seseorang
meningkatkan pengetahuan, dan paling mudah untuk membina generasi muda yang dilaksanakan oleh
pemerintah dan masyarakat.
Sekolah adalah lembaga dengan organisasi yang tersusun rapi dan segala aktivitasnya
direncanakan dengan sengaja yang disebut kurikulum.
Membantu lingkungan keluarga untuk mendidik dan mengajar, memperbaiki dan
memperdalam/memperluas, tingkah laku anak/peserta didik yang dibawa dari keluarga serta
membantu pengembangan bakat.
Mengembangkan kepribadian peserta didik lewat kurikulum agar :
a. Peserta didik dapat bergaul dengan guru, karyawan, dengan temannya sendiri dan masyarakat
sekitar.
b. Peserta didik belajar taat kepada peraturan/disiplin.
c. Mempersiapkan peserta didik terjun dimasyarakat berdasarkan norma-norma yang berlaku.
d. Tujuan pengadaan lembaga pendidikan formal
e. Tempat sumber ilmu pengetahuan
f. Tempat untuk mengembangkan bangsa
g. Tempat untuk menguatkan masyarakat bahwa pendidikan itu penting guna bekal kehidupan di
masyarakat sehingga siap pakai.

2.3 Pendidikan Non-Formal


Lembaga pendidikan non formal atau pendidikan luar sekolah (PLS) ialah semua bentuk
pendidikan yang diselenggarakan dengan sengaja, tertib dan berencana, di luar kegiatan proses
persekolahan. Komponen yang diperlukan harus disesuaikan dengan keadaan anak/peserta didik agar
memperoleh hasil yang memuaskan, antara lain:
a. Guru atau tenaga pengajar atau pembimbing atau tutor
b. Fasilitas
c. Cara menyampaikan atau metode
d. Waktu yang dipergunakan
Bidang pendidikan non-formal meliputi:
a. Pendidikan masyarakat
b. Keolahragaan
c. Pembinaan generasi muda
Oleh karena itu ketiganya mempunyai fungsi dan tugas untuk mengemban pendidikan yang dapat
diperinci sebagai berikut:
Fungsi dan tugas pendidikan masyarakat :

 Fungsi :
Membimbing dan mengendalikan kegiatan usaha dibidang pendidikan masyarakat
Menyelenggarakan supervisi, membuat laporan dan mengajukan usul kepada Ka Kan Wil setempat

 Tugas :
Menyusun program kegiatan dan memberi petunjuk serta pengarahan kepada orang yang bergerak
dibidang masyarakat
Mengendalikan dan menilai tenaga teknis serta menggunakan sarana sesuai ketentuan dan peraturan
yang berlaku

Fungsi dan tugas keolahragaan :

 Fungsi :
Membina program kegiatan dan kurikulum latihan masyarakat
Mengurus dan membina tenaga teknis pendidikan masyarakat
Mengurus dan membina sarana pendidikan masyarakat

 Tugas :
Membina program olah raga dengan kurikulum pendidikan luar sekolah
Mengurus tenaga teknisnya dan sarana prasarananya
Menyusun program keolahragaan
menilai tugas teknisnya
Membimbing dan mengendalikan penyelenggaraannya
Membuat laporan berkala
mengajukan usul/saran/pertimbangan kepada atasannya

Fungsi dan Tugas Pembinaan Generasi Muda

 Fungsi :
Membina program kegiatan dan kurikulum latihan kepemudaan
Mengurus dan membina tenaga teknis kegiatan pembinaan generasi muda termasuk sarananya
Menyusun program kegiatan pembinaan generasi muda dan membina generasi muda

 Tugas :
Mengendalikan dan menilai tenaga teknis beserta sarana dan prasarananya
Membina kerja sama dengan badan lain yang terkait
menyelenggarakan supervisi
Membuat laporan / usul / saran / pertimbangan dengan Ka Kan Wil

2.4 Pendidikan Informal


Pendidikan informal ini terutama berlangsung di tengah keluarga. Namun mungkin juga
berlangsung di lingkungan sekitar keluarga tertentu, perusahaan, pasar, terminal dll. yang berlangsung
setiap hari tanpa ada batas waktu.
Kegiatan pendidikan ini tanpa suatu organisasi yang ketat tanpa daya program waktu (tak
terbatas) dan tanpa adanya evaluasi. Adapun alasannya di atas pendidikan in formal ini tetap
memberikan pengaruh kuat terhadap pembentukan pribadi seseorang/peserta didik.
Pendidikan ini dapat berlangsung di luar sekolah, misalnya di dalam keluarga atau
masyarakat, tetapi juga dapat pada saat di dalam suasana pendidikan formal/sekolah, misalnya saja
waktu istirahat sekolah, waktu jajan di kantin atau pada waktu saat pemberian pelajaran tentang
keadaan sikap guru mengajar, atau saat guru memberikan tindakan tertentu kepada anak.
Pendidikan informal ini mempunyai tujuan tertentu, khususnya untuk lingkungan keluarga /
rumah tangga, lingkungan desa, lingkungan adat.

2.5 Masalah-masalah Yang Mempengaruhi Lingkungan Pendidikan


1.Masalah pendidikan Formal
Pendidikan formal umumnya didirikan oleh pemerintah atau lembaga tertentu yang
berkompeten dalam bidang pendidikan. Contohnya Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah
Dasar Luar Biasa, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan seterusnya. Pendidikan formal ini selain
didirikan oleh pihak pemerintah juga didirikan pula oleh Pihak Swasta. Keberadaan pihak swasta
menjadikan pendidikan formal semakin mudah untuk didapat.
Dari keberadaan pendidikan formal, masalah yang sering muncul adalah kurangnya tenaga
pendidik yang profesional. Banyak para guru dalam mengajar tidak menggunakan metode pengajaran
yang baik dan kurangnya jiwa pendidik, mereka hanya bisa mengajar tapi tidak bisa mendidik.

2. Masalah Pendidikan Non Formal


Pendidikan Non Formal berada dalam lingkungan keluarga. Baik buruknya pendidikan
keluarga ditentukan oleh kepala keluarga masing-masing dalam memanajemen keluarganya.
Masalah yang sering muncul dalam lingkungan pendidikan non formal adalah kurangnya
perhatian keluarga kepada anak, minimnya keadaan keuangan keluarga sehingga banyak anak-anak
mereka yang tidak mampu mengenyam pendidikan tinggi.

3. Masalah Lingkungan Pendidikan Informal


Pendidikan informal adalah pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat, selain yang
bentuknya formal ada juga yang tidak formal. Masalah yang sering terjadi dalam pendidikan informal
adalah kurangnya kesadaran masyarakat tentang pemahaman pendidikan, sehingga pergaulan dalam
masyarakat menjadi rusak dan individu tersebut tidak bisa mengartikan betapa pentingnya pendidikan
bagi dirinya sendiri kelak maupun bagi masyarakat sekitar.

2.6 Pengaruh Lingkungan Pendidikan Formal, Non Formal dan Informal


Lingkungan Formal, Non Formal ataupun Informal sangat berpengaruh terhadap lingkungan
pendidikan, seperti misalnya lingkungan sekolah, sangat berperan pada individu tersebut dimana ia
bisa belajar dari mulai usai 4 tahun hingga 23 tahun atau dari mulai TK sampai Perguruan Tinggi.
Dari guru atau sekolah individu dapat menerima berbagai pelajaran yang nantinya dapat digunakan
untuk bergaul dalam lingkungan masyarakat. Pelajaran di sekolah baik yang pelajaran teori maupun
praktik akan sangat bermanfaat bagi perkembangan individu di dalam lingkungan non formal dan
informal.
Dalam pergaulannya di masyarakat, individu harus mempunyai etika dan sopan santun. Untuk
mendapatkan pembelajaran sopan santun dan etika ini dimulai dari pendidikan nonformal dalam
keluarga. Di dalam keluarga individu dididik untuk menjadi seorang anak yang baik, yang tahu sopan
santun dan etika serta mempunyai moral sifat yang terpuji. Selain dari keluarga pendidikan etika dan
moral ini diperoleh juga dari pendidikan formal di sekolah dan pendidikan informal di masyarakat.
Ketiga lingkungan pendidikan baik Formal, Non Formal dan Informal sangat berpengaruh
besar terhadap perkembangan dan keberhasilan pendidikan seorang individu. Dari mulai lahir seorang
anak akan didik dalam lingkungan keluarga (non formal) dari yang tidak mengerti menjadi mengerti
dan seterusnya hingga mereka dapat mengerti benar tentang bagaimana cara hidup yang baik,
berperilaku dan bersopan santun. Selanjutnya seorang individu akan memasuki pendidikan Formal
setelah mengalami penggemblengan dalam lingkungan pendidikan keluarga. Dalam lingkungan
pendidikan formal ini seorang individu akan diajarkan banyak sekali pengetahuan yang belum pernah
ia miliki, dari pengetahuan pribadi, sosial, keagamaan sampai ke pengetahuan yang berasal dari luar
kebudayaannya. Di sini seorang individu akan mendapat pengakuan dan legalitas dengan
didapatkannya surat tanda tamat belajar setelah ia berhasil melewati proses pembelajaran dengan
kurun waktu tertentu. Lingkungan pendidikan yang ketiga yang tidak kalah penting dan menjadi
penentu berhasil tidaknya pendidikan pada lingkungan pendidikan non formal dan formal adalah
pendidikan informal (pendidikan masyarakat). Di sini mereka akan bergaul langsung dengan
masyarakat yang mempunyai beraneka ragam sifat dan kepribadian. Mereka dituntut untuk bisa
mengaplikasikan hasil dari pendidikan keluarga dan sekolah. Di dalam lingkungan pendidikan
informal seorang individu akan diberikan pembelajaran mengenai bagaimana menentukan sikap,
bermusyawarah dan sebagainya.
Dari uraian di atas jelas pembelajaran yang didapatkan dari seorang individu tidak hanya
berasal dari satu lingkungan pendidikan saja, melainkan dari ketiga lingkungan pendidikan sehingga
antara yang satu dengan yang lain saling menyempurnakan dan akhirnya akan menghasilkan didikan
yang ideal atau dalam istilah lain akan dihasilkan seorang insan kamil (manusia yang sempurna yang
berguna bagi bangsa dan agama)

2.7 Lingkungan Pendidikan Formal


1. Pengertian Lingkungan Pendidikan Formal
Lingkungan pendidikan formal menurut Dinn Wahyudin (2007 : 3.9) adalah suatu satuan
(unit) sosial atau lembaga sosial yang secara sengaja dibangun dengan kekhususan tugasnya untuk
melaksanakan proses pendidikan. Dalam Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun
2003 Bab I Pasal 11 dijelaskan bahwasannya pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang
terstuktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi.

2. Bentuk Pendidikan Formal


Pada jalur pendidikan formal pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar dan Madrasah
Ibtidaiyah serta Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jenjang pendidikan
menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas , Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Kejuruan dan
Madrasah Aliyah Kejuruan. Sedangkan pendidikan tinggi berbentuk akademi, politeknik, sekolah
tinggi, institut dan universitas.

3. Tujuan Pendidikan Formal


Pendidikan formal atau sekolah mempunyai tujuan pendidikan sesuai dengan jenjang bentuk
dan jenisnya. Tujuan sekolah dapat ditemukan pada kurikulum sekolah yang bersangkutan. Tujuan
sekolah umumnya adalah memberikan bekal kemampuan kepada peserta didik dalam
mengembangkan kehidupannya.

4. Karakteristik Pendidikan Formal


Adapun karakteristik pendidikan formal antara lain
(a) lebih menekankan pengembangan intelektual
(b) peserta didik bersifat homogen
(c) isi pendidikan terprogram secara formal/kurikulumnya tertulis
(d) terstruktur, berjenjang dan bersinambungan
(e) waktu pendidikan terjadwal dan relatif lama
(f) cara pelaksanaan pendidikan bersifat formal dan artifisial
(g) evaluasi pendidikan dilaksanakan secara sistematis
(h) credential harus ada dan penting.

2.8 Lingkungan Pendidikan Non Formal


1. Pengertian Lingkungan Pendidikan Non Formal
Lingkungan pendidikan non formal merupakan lembaga kemasyarakatan dan/atau
kelompok sosial di masyarakat , baik langsung maupun tak langsung, ikut mempunyai peran dan
fungsi edukatif (Tirtarahardja dan Sula , 2000 : 179). Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003
tentang SISDIKNAS Bab I Pasal 12 Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan
formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
2. Bentuk Pendidikan Non Formal
Bentuk pendidikan non formal dapat terselenggara secara terstruktur dan berjenjang, dapat
pula diselenggarakan secara tidak terstruktur dan berjenjang. Bentuk penyelenggaraan pendidikan non
formal secara terstruktur dan berjenjang antara lain kursus komputer, kursus bahasa inggris, kelompok
belajar paket A, kelompok belajar paket B yang merupakan lembaga kursus yang mempunyai tingkat
kecakapan. Adapun bentuk penyelenggaraan pendidikan yang tidak terstruktur dan tidak berjenjang
misalnya informasi, penyuluhan, ceramah melalui media.
3. Tujuan Pendidikan Non Formal
Pendidikan Non Formal mempunyai tujuan pendidikan ditentukan oleh bentuk pendidikan
formal itu sendiri sesuai dengan jenisnya. Dalam Wahyudin (2007 : 3.13) pendidikan non formal
dapat berfungsi sebagai pengganti, pelengkap, penambah, juga pengembang pendidikan formal dan
informal.
4. Karakteristik Pendidikan Non Formal
Menurut Wahyudin karakteristik pendidikan formal antara lain :
(a) lebih menekankan pada pengembangan ketrampilan praktis
(b) peserta didiknya bersifat heterogen
(c) isi pendidikan ada yang terprogram secara tertulis ada pula yang tidak terprogram secara tertulis
(d) dapat terstruktur, berjenjang, dan bersinambungan dan dapat pula tidak terstruktur, tidak
berjenjang dan tidak bersinambungan
(e) waktu pendidikan terjadwal ketat atau tidak terjadwal, lama pendidikan relatif singkat
(f) cara pelaksanaan pendidikan bersifat mungkin artifisial mungkin pula bersifat wajar
(g) evaluasi dilaksanakan secara sistematis dapat pula tidak sistematis
(h) credential mungkin ada dan mungkin pula tidak ada.

2.9 Lingkungan Pendidikan Informal


1. Pengertian Lingkungan Pendidikan Informal
Menurut Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada
Bab 1 Pasal 13, Pendidikan Informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pelaksanaan
pendidikan berlangsung tidak dengan cara-cara artifisial, melainkan secara alamiah atau berlangsung
secara wajar, oleh sebab itu pendidikan dalam keluarga disebut pendidikan informal.
2. Bentuk Pendidikan informal
Bentuk pendidikan informal adalah keluarga. Bentuk keluarga berdasarkan keanggotaannya,
menurut Kamanto Sunarto (Wahyudin, 2007 : 3.11) dibedakan menjadi keluarga batih (nuclear
family) dan keluarga luas (extended family). Keluarga batih adalah keluarga terkecil yang terdiri dari
ayah, ibu dan anak. Sedangkan keluarga luas adalah keluarga yang terdiri atas beberapa keluarga
batih.
3. Tujuan Pendidikan Informal
Sekalipun tidak ada tujuan pendidikan dalam keluarga yang dirumuskan secara tersurat,
tetapi secara tersirat dipahami bahwa tujuan pendidikan dalam keluarga pada umumnya adalah agar
anak menjadi pribadi yang mantap, beragama, bermoral, dan menjadi anggota masyarakat yang baik.
Fungsi pendidikan dalam keluarga menurut Wahyudin (2007 : 3.7) adalah
(a) sebagai peletak dasar pendidikan anak, dan
(b) sebagai persiapan ke arah kehidupan anak dalam masyarakatnya.

4. Karakteristik Pendidikan Informal


Karakteristik pendidikan informal antara lain :
(a) tujuan pendidikan lebih menekankan pada pengembangan karakter
(b) peserta didiknya bersifat heterogen
(c) isi pendidikan tidak terprogram secara formal
(d) tidak berjenjang
(e) waktu pendidikan tidak terjadwal ketat, relatif lama
(f) cara pelaksanaan pendidikan bersifat wajar
(g) evaluasi pendidikan tidak sistematis dan incidental
(h) credential tidak ada dan tidak penting.
2.10 Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi Belajar terdiri dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar. Dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia (1985 : 768), prestasi adalah hasil yang telah dicapai atau dilakukan atau
dikerjakan. Sedangkan belajar menurut Fontana dalam Panen (2001 : 1.2) adalah suatu proses
perubahan yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil pengalaman. Pendapat lain
mengenai belajar dikemukakan Nana Sujana dalam Yusniyah (2008 : 23) belajar adalah proses yang
ditandai dengan adanya perubahan, dimana perubahan tersebut dapat menunjukkan dalam berbagai
bentuk seperti penambahan pengetahuan, pemahaman setiap tingkah laku, kecakapan atau
kemampuan, daya reaksi, daya penerimaan dan sebagainya yang ada pada individu.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil dari proses
perubahan dalam perilaku individu dalam bentuk penambahan pengetahuan, pemahaman, kecakapan,
reaksi dan sebagainya sebagai hasil pengalaman.
2.Hubungan keluarga, sekolah, dan masyarakat dengan prestasi belajar
Dalam Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Bab I Pasal 10,
yang dimaksud dengan Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan
jenis pendidikan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Bedjo dalam Suharni
(diakses tanggal 14 juli 2011) bahwa: “Berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan
dan prestasi belajar siswa di antaranya adalah siswa sebagai individu, lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat”. Pendapat tersebut menguatkan bahwa ke tiga aspek
tersebut saling berkaitan dalam pengupayaan pendidikan yang optimal.
Berbagai upaya dilakukan agar program-program pendidikan dari ke tiga sub sistem
tersebut saling mendukung dan memperkuat antara satu dengan lainnya dalam rangka meningkatkan
prestasi belajar. Di lingkungan keluarga di upayakan berbagai hal terkait pola asuh yang efektif,
antara lain dengan kasih sayang, motivasi, perhatian, pendidikan keagamaan, pendidikan etika, serta
dalam hal asupan gizi yang menunjang yang dapat menjadi landasan pengembangan atau peningkatan
prestasi belajar baik di sekolah khususnya serta masyarakat pada umumnya.
Dengan dukungan penuh dari keluarga peserta didik akan lebih merasa termotivasi untuk
mencapai tingkat prestasi belajar yang baik di sekolah. Hal ini sejalan dengan penelitian penulis
tentang pengaruh pola asuh orang tua dengan prestasi belajar anak, dimana terdapat keterkaitan yang
erat antara pola asuh yang baik dengan prestasi belajar (Amalia : 2002). Hal serupa juga dikemukakan
Suharmi (diakses tanggal 14 Juli 2011) pada hasil penelitiannya yang menunjukkan pengaruh yang
besar antara pendidikan keluarga dengan prestasi belajar siswa. Dalam pendidikan informal, orang tua
berperan dalam pembentukan sikap siswa, prestasi yang baik dan berkualitas. Sikap yang demokratis
dan bijaksana dari orang tua siswa dapat meningkatkan keinginan untuk lebih giat belajar supaya
dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi.
Dalam lingkungan formal, guru sebagai pengemban tanggung jawab hendaknya dapat
menggantikan fungsi orang dewasa dalam keluarga sebagai pendidik. Tidak hanya dengan motivasi
dan perhatian, penggunaan media pengajaran dan metode penyampaian materi yang baik juga
memberikan nilai yang sangat menunjang keberhasilan peserta didik dalam berprestasi.
Di samping pendidikan formal dan informal, pendidikan non formal memiliki fungsi yang
tak kalah penting dalam pencapaian prestasi belajar yang baik. Pendidikan non formal ini dapat
berfungsi sebagai pengganti, pelengkap, penambah juga pengembang pendidikan di keluarga dan
pendidikan di sekolah. Dalam rangka mengoptimalkan prestasi belajar, individu atau peserta didik
dapat menambah pengetahuannya mengenai bidang pendidikan yang diperoleh pada pendidikan non
formal. Hal ini diperkuat dengan penelitian mengenai hubungan bimbingan belajar (bimbel) terhadap
upaya peningkatan prestasi belajar siswa menunjukkan hasil yang positif antara pengaruh bimbingan
belajar terhadap prestasi belajar siswa (Internet, diakses 21 Juli 2011). Penelitian lain mengenai
pengaruh bimbingan belajar terhadap prestasi belajar siswa dengan menggunakan populasi dalam
penelitian berjumlah 109 siswa, juga menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara
bimbingan belajar dan prestasi belajar. Dalam artian hasil belajar siswa cenderung meningkat lebih
tinggi dengan diiringi pendidikan tambahan atau pendidikan non formal, hal ini dapat dikarenakan
pendidikan non formal cenderung lebih spesifik pada bidang yang ditekuni, sehingga peserta didik
lebih dapat meningkatkan prestasi belajar serta dapat mengaplikasikan hasil pendidikan keluarga dan
sekolah pada masyarakat.
Dari pemaparan di atas terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan formal, non
formal dan informal sebagai upaya peningkatan prestasi belajar. Dengan demikian dapat diartikan
pendidikan formal dan non formal berfungsi untuk melengkapi pendidikan yang tidak bisa diberikan
pendidikan informal, dan pendidikan informal diharapkan dapat bekerja sama serta mendukung
kegiatan pendidikan formal dan pendidikan non formal. Ketiga sub sistem tersebut tidak dapat
dipisahkan, namun saling menyempurnakan dan pada akhirnya akan menghasilkan peningkatan
prestasi belajar atau keberhasilan pendidikan individu.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pendidikan adalah usaha manusia dalam meningkatkan pengetahuan tentang alam sekitarnya.
Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada
jalur formal, non formal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Ketiga aspek tersebut
merupakan faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan pendidikan dan prestasi belajar seseorang.
Dalam pergaulannya di masyarakat, individu harus mempunyai etika dan sopan santun. Untuk
mendapatkan pembelajaran sopan santun dan etika ini dimulai dari pendidikan nonformal dalam
keluarga, dari pendidikan formal di sekolah dan pendidikan informal di masyarakat.

3.2 Saran
Untuk peningkatan prestasi belajar individu dalam menempuh pendidikan yang berkualitas,
maka saran yang penulis berikan antara lain :
a. Meningkatkan ketertarikan individu terhadap pendidikan dengan berusaha mengambil hikmah dan
pelajaran yang berasal dari ketiga lingkungan pendidikan.
b. Berusaha meningkatkan iman dan taqwa, sehingga individu dapat berperilaku dan berbuat sesuai
dengan ajaran agama yang mulia.
d. Meningkatkan peran serta lingkungan pendidikan semaksimal mungkin untuk dapat
membimbing dan mengarahkan individu untuk lebih berprestasi dalam pendidikan mereka.
DAFTAR PUSTAKA

1. Bolandcapzlock 2011. “Pengaruh Pendidikan Formal, Non Formal Dan Informal Terhadap
Prestasi Pendidikan” http://bolandcapzlock.wordpress.com/
2. Sejathi 2011. Tujuan Pendidikan http://id.shvoong.com/social- sciences/education /2108589-
tujuan-pendidikan/#ixzz1QlE3dtDW
3. Iconhamzah 2011. Pengertian Pendidikan Nonformal http://id.shvoong.com/writing-and-
\speaking/2147682-pengertian-pendidikan- nonformal /#ixzz1QlbWJ9kS
4. Atmie aisty 2009. Pengaruh Pendidikan Keluarga Terhadap Perkembangan Moral
Remaja.http://aizholic.blogspot.com/2009/11/pengaruh – pendidikan- keluarga terhadap.html
5. pondokibu.com. 2009. “ Dampak Pendidikan Karakter Terhadap Akademi Anak “
http://pondokibu.com/parenting/pendidikan-psikologi-anak/dampak- pendidi kan -karakter-terhadap-
akademi-anak/
6. Sejathi 2011. Tujuan Pendidikan http://id.shvoong.com/social- sciences/education /2108589-
tujuan-pendidikan/#ixzz1QlE3dtDW
7. Iconhamzah 2011. Pengertian Pendidikan Nonformal http://id.shvoong.com/writing-and-
\speaking/2147682-pengertian-pendidikan- nonformal /#ixzz1QlbWJ9kS
8. Atmie aisty 2009. Pengaruh Pendidikan Keluarga Terhadap Perkembangan Moral
Remaja.http://aizholic.blogspot.com/2009/11/pengaruh – pendidikan- keluarga terhadap.html
9. Purwanto, Ngalim. 1985. Ilmu Pendidikan. Bandung, CV. Remaja Karya.
10. Bolandcapzlock 2011. “Pengaruh Pendidikan Formal, Non Formal Dan Informal Terhadap
Prestasi Pendidikan” http://bolandcapzlock.wordpress.com/
Lampiran I

Pendidikan Formal dan Nonformal


Perlu Disinkronkan

Pembicara saat menyampaikan paparan. (Foto : Devid Permana)

DIY Editor : Ivan Aditya Kamis, 05 Oktober 2017 / 22:25 WIB

YOGYA, KRJOGJA.com - Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor 20


tahun 2003 menghendaki jalur pendidikan formal, nonformal dan informal harus saling melengkapi
dan memperkaya. Selain itu, penyelenggaraan pendidikan harus berjalan adil, demokratis dan tidak
diskriminatif. Namun dalam pelaksanaannya masih terjadi ketimpangan dan kurang sinkron antara
pendidikan formal dan nonformal.

Anggota Dewan Pendidikan Kota Yogyakarta Ir Kusnanto MM mencontohkan, saat ini siswa
sekolah nonformal masih kesulitan pindah jalur ke sekolah formal, padahal UU dan regulasi
turunannya memungkinkan itu. Begitu pula dengan kurikulum antara keduanya yang belum sinkron
serta belum terwujud keseimbangan/keadilan anggaran dari pusat, khususnya untuk lembaga
pendidikan nonformal.

"Agar terwujud keadilan bagi siswa, pemerintah perlu menyinkronkan pendidikan sekolah formal
dan nonformal," terang Kusnanto dalam seminar bertema 'Sinkronisasi antara Pendidikan Formal
dan Nonformal dalam Meningkatkan Kualitas Daya Saing Menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA)' di Kantor Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, Rabu (04/10/2017).
Kepala Bidang Pembinaan SMP Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Drs. Sugeng Mulyo Subono
mengatakan, dalam pendidikan seharusnya tidak ada dikotomi antara lembaga pendidikan formal
dan nonformal, sehingga masyarakat dapat memilih sesuai bakat, minat dan kebutuhan.
Menurutnya, pada dasarnya setiap anak memiliki model belajar masing-masing.

"Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010, peserta didik dari lembaga nonformal bisa alih
jalur ke lembaga formal sesuai ketentuan yang telah ditetapkan," katanya.

Sedangkan Kepala Bidang Pendidikan Nonformal dan PAUD Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta
Dedi Budiono M.Pd. mengatakan, penguasaan kompetensi menjadi syarat mutlak agar generasi
muda Indonesia bisa bersaing di era MEA. Kompetensi tersebut ditandai dengan adanya sertifikasi
kompetensi.

"Dengan adanya uji kompetensi, output lembaga pendidikan formal maupun nonformal akan punya
2 sertifikat (double degree) yakni ijazah dan sertifikat kompetensi sesuai bakat dan minatnya," kata
Dedi.

Dinas Pendidikan Kota Yogya telah memiliki Sekretariat Bersama Tempat Uji Kompetensi (Sekber
TUK) dengan kompetensi otomotif, bahasa Inggris, kecantikan, cooking serta teknologi informatika.
Dengan begitu, PKBM atau sekolah formal yang ingin mengembangkan potensi peserta didiknya,
bisa melalui Sekber TUK.

Selain itu perlu diperbanyak kampung sains dan kampung literasi untuk peningkatan pengetahuan
siswa. "Salah satu perwujudannya adalah Program Pojok Baca Shelter, sehingga sembari
menunggu bus, pengguna busway bisa membaca buku," ujar Dedi. (Dev)

Sumber :
https://krjogja.com/web/news/read/45801/Pendidikan_Formal_dan_Nonformal_Perlu_Disinkronkan

Anda mungkin juga menyukai