Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

TUGAS FARMAKOLOGI

UNIVERSITAS FALETEHAN

KELAS : 1B_D3 KEPERAWATAN

KELOMPOK :4

ANGGOTA :
1. Safira Maulida (3022041128) 6. Sinta Amalia (3022041133)
2. Siti Sumyanah (3022041137) 7. Tebok (3022041148)
3. Vini Rahma Azzahra (3022041154)
4. Yuliya Widiya Ningsih (3022041163)
5. Rifki (3022041121)
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas izin dan karunia-
Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang suatu apa pun. Tak lupa
pula penulis haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW.
Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak.
Penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum yang berjudul “Pengenalan Obat Pada Ilmu
Farmakologi”. bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada ibu lia selaku dosen farmakologi yang telah membimbing kami agar dapat
menyelesaikan makalah ini. Akhirul kalam, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna. Besar harapan penulis agar pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa
kritik dan saran. Semoga laporan praktikum ini bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak.
Aamiin.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Serang, 15 April 2023


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3
A. Pengertian Obat .................................................................................................................... 3
B. Jenis-Jenis Obat ................................................................................................................... 3
C. Klasifikasi Obat ................................................................................................................... 7
D. Obat Standar......................................................................................................................... 9
BAB 3 PENUTUP ........................................................................................................................ 10
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 10
B. Saran .................................................................................................................................. 11
Daftar Pustaka ............................................................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obat merupakan salah satu unsur utama dan pertama dalam ilmu farmakologi, selain itu obat
juga tidak bisa terpisahkan dalam unsur pelayanan kesehatan. Dalam pelayanan kesehatan
diawali dari pencegahan, diagnosa, pengobatan dan pemulihan, obat menjadi salah satu
komponen pokok yang harus selalu tersedia dan tidak tergantikan pada pelayanan kesehatan.
Oleh karena itu, Obat didefinisikan sebagai zat yang digunakan dalam pencegahan dan
penyembuhan penyakit serta pemulihan dan peningkatan kesehatan bagi penggunanya. obat
adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi
atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia.
Obat dapat dibagi menjadi 4 (empat) golongan, yaitu: Obat Bebas , Obat Bebas Terbatas , Obat
Keras dan Obat Psikotropika dan Narkotika.
Saat ini banyak sekali masyarakat yang belum mengetahui Jenis Obat, Nama Obat, Nama
Kimia Obat, Merk Dagang Obat, hal itu disebabkan masyarakat hanya mengetahui obat yang
diberikan tenaga kesehatan untuk penyembuhan atau peningkatan kesehatan,tanpa tahu
klasifikasi sebenernya obat tersebut selain itu dokter juga sering kali memberikan resep non
generik kepada pasien sebagai pilihan untuk pengobatan.
Oleh karena itu, penulis membuat makalah berjudul “Pengenalan Obat Pada Ilmu
Farmakologi” yang akan membahas Jenis Obat, Nama Obat, obat yang sesuai standar, Merk
Dagang Obat agar masyarakat tidak menjadi korban karena belum mengetahui obat-obat yang
baik atau aman dan masyarakat tidak menjadi korban membeli obat di toko-toko obat yang tidak
memiliki surat ijin usaha serta obat-obatannya pun ilegal.

B. Rumusan Masalah
Dari penjabaran latar belakang masalah diatas, dapat diambil beberapa rumusan masalah sebagai
berikut
1. Apa yang dimaksud dengan obat?
2. Apa saja yang termasuk jenis obat?
3. Bagaimana penjelasan dari obat paten,obat generic dan obat nama dagang?
4. Apa yang dimaksud dengan obat berstandar?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian obat secara jelas.
2. Sebagai pengetahuan untuk mengetahui jenis-jenis obat yang beredar di ilmu farmakolgi.
3. Memahami pengertian obat paten, obat generic dan obat nama dagang.
4. Memahami seberapa pentingnya obat yang berstandar tinggi

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Obat
Menurut Undang Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, obat adalah bahan atau
paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki
sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia (Supardi,
2021).
Obat merupakan salah satu unsur penting dalam pelayanan kesehatan. Diawali dari
pencegahan, diagnosa, pengobatan dan pemulihan, obat menjadi salah satu komponen pokok
yang harus selalu tersedia dan tidak tergantikan pada pelayanan kesehatan. Namun di sisi lain,
obat dapat merugikan kesehatan bila tidak memenuhi persyaratan, bila digunakan secara tidak
tepat atau bila disalahgunakan.
Pengertian Obat menurut Anief (1997), obat suatu bahan atau campuran bahan yang di
maksudkan untuk digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau
rohaniah pada manusia atau hewan termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia.
Meskipun obat tujuan utamanya yaitu menyembuhkan penyakit, tetapi masih banyak
juga orang yang menderita akibat keracunan obat. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa obat
dapat bersifat sebagai obat dan dapat juga bersifat sebagai racun. Obat akan bersifat sebagai
obat ketika kita tepat memanfaatkan obat dalam pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan
waktu yang tepat. Jadi, apabila kita menyalahgunakan obat dalam pengobatan atau dengan dosis
yang berlebih maka akan menimbulkan efek-efek yang merugikan atau biasanya kita sebut
dengan keracunan.
B. Jenis-Jenis Obat
Perlu diketahui bahwa obat merupakan suatu benda atu zat yang berguna untuk
mengatasi penyakit meredakan/menghilangkan gejala rasa sakit, yang dapat mengubah proses-
proses kimia dalam tubuh.
Kualitas dan kuantitas dari obat mungkin telah banyak dirasakan oleh masyarakat karena
kemanfaatan obat bagi kesehatan dan kesehjahtraan yang telah dirasakan masyarakat sangat
memberikan kontrobusi dalam pencapaian derajat kesehatan yang ingin dicapai pemerintah.
Selain kemanfaatan obat, obat juga bertujuan agar dapat menghilangkan rasa sakit, meredakan
rasa sakit, atau mencegah penyakit pada manusia ataupun hewan. Jenis jenis obat pada
umumnya dibedakan atas suatu ketentuan dimana disini dibedakan didasarkan bagaimana
kriteria penggolongan tersebut seperti dasar fisiologis, proses dalam tubuh atau biokimia,
pasokan obat, peraturan yang mengatur obat-obatan, kinerja / mekanisme obat, tutorial
pemakaian obat, manfaat serta guna obat tersebut, tetapi Jenis-jenis yang akan dibahas pada
makalah ini adalah Penggolongan obat berdasarkan jenis tertuang dalam Permenkes RI Nomor
917/Menkes/X/1993 yang sekarang sudah diperbaharui oleh Permenkes RI Nomor 949/
Menkes/Per/VI/2000. Penggolongan obat terbut bertujuan untuk meningkatkan keamanan dan
ketepatan penggunaan serta keamanan distribusi.
Penggolongan obat ini terdiri atas obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek,
obat kera, dan Psikotropika narkotika.
a. Obat bebas, yaitu obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Obat
ini ter golong obat yang paling aman, dapat dibeli tanpa resep di apotik dan bahkan juga dijual
di warung-warung. Obat bebas biasanya digunakan untuk mengobati dan meringankan gejala
penyakit. Tanda khusus untuk obat bebas adalah berupa lingkaran berwarna hijau dengan garis
tepi berwarna hitam. Contoh: rivanol, tablet paracetamol, bedak salicyl, multivitamin, dan
lain-lain (Nuryati, 2017).
b. Obat bebas terbatas, adalah segolongan obat yang dalam jumlah tertentu aman dikonsumsi
namun jika terlalu banyak akan menimbulkan efek yang berbahaya. Obat ini dulunya
digolongkan kedalam daftar obat W. Tidak diperlukan resep dokter untuk membeli obat bebas
terbatas. Disimbolkan dengan lingkaran biru tepi hitam. Biasanya obat bebas terbatas memiliki
peringatan pada kemasannya sebagai berikut:
P No. 1: Awas! Obat Keras. Bacalah aturan, memakainya ditelan
P No. 2: Awas! Obat Keras. Hanya untuk dikumur, jangan ditelan
P No. 3: Awas! Obat Keras. Hanya untuk bagian luar dari badan
P No. 5: Awas! Obat Keras. Tidak boleh ditelan
P No. 6: Awas! Obat Keras. Obat Wasir, jangan ditelan Contoh: obat antimabuk seperti
antimo, obat anti flu seperti noza, decolgen, dan lainlain (Nuryati, 2017).
c. Obat wajib apotek, adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker pengelola apotek
tanpa resep dokter. Obat wajib apotek dibuat bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam menolong dirinya sehingga tercipta budaya pengobatan sendiri yang tepat,
aman, dan rasional (Nuryati, 2017).
d. Obat keras, adalah obat yang berbahaya sehingga pemakaiannya harus di bawah pengawasan
dokter dan obat hanya dapat diperoleh dari apotek, puskesmas dan fasilitas pelayanan
kesehatan lain seperti balai pengobatan dan klinik dengan menggunakan resep dokter. Obat ini
memiliki efek yang keras sehingga jika digunakan sembarangan dapat memperparah penyakit
hingga menyebabkan kematian. Obat keras dulunya disebut sebagai obat daftar G. Obat keras
ditandai dengan lingkaran merah tepi hitam yang ditengahnya terdapat huruf “K” berwarna
hitam. Contoh: antibiotik seperti amoxicylin, obat jantung, obat hipertensi dan lain-lain
(Nuryati, 2017).
e. Psikotropika dan narkotika. Psikotropika merupakan zat atau obat yang secara alamiah
ataupun buatan yang berkhasiat untuk memberikan pengaruh secara selektif pada sistem syaraf
pusat dan menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku. Obat golongan
psikotropika masih digolongkan obat keras sehingga disimbolkan dengan lingkaran merah
bertuliskan huruf “K” ditengahnya. Sedangkan narkotika merupakan obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan
perubahan kesadaran dari mulai penurunan sampai hilangnya kesadaran, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika disimbolkan
dengan lingkaran merah yang ditengahnya terdapat simbol palang (+) (Nuryati, 2017).
Selain penggolongan berdasarkan jenisnya, saya juga akan membahas penggolongan
obat berdasarkan mekanisme kerja obat. Mekanisme terjadinya interaksi-obat dapat
melaluibeberapa cara, yakni interaksi secara farmasetik(inkompatibilitas), interaksi secara
farmakokinetik dan interaksi secara farmakodinamik.
a. Interaksi farmasetik: Interaksi farmasetik atau disebut juga inkompatibilitas farmasetik bersifat
langsung dan dapat secara fisik atau kimiawi, misalnya terjadinya presipitasi, perubahan
warna, tidak terdeteksi (invisible), yang selanjutnya menyebabkan obat menjadi tidak aktif.
Interaksi ini merupakan tahap pertama yang dilalui dengan merubah sejenis obat ke dalam fase
cair / larutan yang bertujuan agar bisa melalui membrane biologis Contoh: interaksi
karbcnisilin dengan gentamisin terjadiinaktivasi; fenitoin dengan larutan dextrosa 5%terjadi
presipitasi; amfoterisin B dengan larutan NaCl fisiologik, terjadi presipitasi.
b. Interaksi farmakokinetik: Interaksi dalam proses farmakokinetik yaitu absorpsi, distribusi,
metabolisme dan ekskresi (ADME) dapat meningkatkan ataupun menurunkan kadar plasma
obat. Interaksi obat secara farmakokinetik yang terjadi pada suatu obat tidak dapat
diekstrapolasikan (tidak berlaku) untuk obat lainnya meskipun masih dalam satu kelas terapi,
disebabkan karena adanya perbedaan sifat fisikokimia, yang menghasilkan sifat
farmakokinetik yang berbeda. Interaksi ini merupakan tahap kedua yang dilalui obat untuk
sampai ke organ ekskreksi biasanya ada beberapa fase dalam tahap ini yaitu tahap penyerapan
(absopsi), penyebaran (distribusi), metabolisme, dan pengeluaran (eksreksi). Contohnya,
interaksi farmakokinetik oleh simetidin tidak dimiliki oleh H2-bloker lainnya; interaksi oleh
terfenadin, aztemizole tidak dimiliki oleh antihistamin non-sedatif lainnya.
c. Inter aksi farmakodinamik: Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara obat yang
bekerja pada sistem reseptor, tempat kerja atau sistem fisiologik yang sama sehingga terjadi
efek yang aditif, sinergistik, atau antagonistik, tanpa ada perubahan kadar plasma ataupun
profil farmakokinetik lainnya. Interaksi farmakodinamik umumnya dapat diekstrapolasikan ke
obat lain yang segolongan dengan obat yang berinteraksi, karena klasifikasi obat adalah
berdasarkan efek farmakodinamiknya. Interaksi ini merupakan tahap terakhir yang di lalui
setelah tahap kedua, dimana pada tahap akhir ini akan menunjukkan hasil kinerja obat yang
tercerna seperti efek setelah mengkonsumsi obat bergantung pada konsentrasi. Selain itu,
umumnya kejadian interaksi farmakodinamik dapat diramalkan sehingga dapat dihindari
sebelumnya jika diketahui mekanisme kerja obat (Gitawati, 2008)
Penggolongan obat berdasarkan mekanisme kerja obat yaitu
a. Obat yang bekerja pada penyebab penyakit, misalnya penyakit akibat bakteri atau
mikroba. Contoh: antibiotik.
b. Obat yang bekerja untuk mencegah kondisi patologis dari penyakit. Contoh: vaksin, dan
serum.
c. Obat yang menghilangkan simtomatik/gejala, seperti meredakan nyeri. Contoh: analgesik.
d. Obat yang bekerja menambah atau mengganti fungsi-fungsi zat yang kurang. Contoh:
vitamin dan hormon.
e. Pemberian placebo adalah pemberian obat yang tidak mengandung zat aktif, khususnya
pada pasien normal yang menganggap dirinya dalam keadaan sakit. Contoh: aqua pro
injeksi dan tablet placebo.
Dalam pemakaian obat kita sering mengonsumsi obat lewat oral (melalui mulut) Contoh:
tablet antibiotik, parasetamol, selain itu juga kadang memakai obat lewat luar tubuh seperti
obat-obatan yang dipakai secara topikal/tubuh bagian luar. Contoh: sulfur salep, caladine, dan
lain-lain. Efek yang sering kita rasakan setelah mengonsumsi obat leat oral maupun luar yaitu
terdapat efek Sistemik yaitu efek pada obat atau zat aktif yang masuk ke dalam peredaran
darah dan efek Lokal seperti obat atau zat aktif yang hanya berefek/menyebar/mempengaruhi
bagian tertentu tempat obat tersebut berada, seperti pada hidung, mata, kulit, dan lainlain.
Penggolongan obat berdasarkan asal obat yang kita konsumsi sehari-hari biasanya
berasal dari bahan-bahan obat yang berasal dari alam (tumbuhan, hewan dan mineral) seperti,
jamur (antibiotik), kina (kinin), digitalis (glikosida jantung). Dari hewan: plasenta, otak
menghasilkan serum rabies, kolagen. Selain itu juga kita juga mengonsumsi obat-obat yang
berasal dari sintetik seperti pembuatan obat dengan melakukan reaksi-reaksi kimia, contohnya
minyak gandapura dihasilkan dengan mereaksikan metanol dan asam salisilat.
C. Klasifikasi Obat
Klasifikasi obat biasanya terdiri dari macam-macam seperti Klasifikasi atau
penggolongan obat berdasarkan jenis seperti obat OTC (over the counter), obat generik, obat
generik berlogo, obat nama dagang, obat paten, obat mitu (obat me-too), obat tradisional, obat
jadi, obat baru, obat esensial, dan obat wajib apotek, tetapi pada makalah ini akan menkelaskan
obat paten, obat generic dan obat nama dagang saja.
Dilansir dari situs resmi Kementeri Kesehatan Republik Indonesia, pada dasarnya tidak
ada perbedaan mengenai pembuatan dan registrasi obat generik dan obat paten. Bahkan,
kualitas, manfaat, dan standar keamanan obat generik maupun obat paten sama. Perbedaan
hanya terletak dari obat bermerek yang dipromosikan oleh produsen obat, di mana obat tersebut
dipatenkan. Hal tersebut membuat obat paten memiliki harga lebih mahal. Sementara obat
generik adalah obat yng telah habis masa patennya, sehingga dapat diproduksi secara umum
(farmasi) ataupun pemerintah tanpa perlu membayar royalti. Obat generik merupakan obat yang
memiliki zat aktif yang sama dengan obat paten atau obat bermerk lainnya. Harga obat generik
bisa lebih murah karena perusahaan farmasi yang memprodhksi obat ini tidak perlu membayar
royalti atas hak paten. Sehingga biaya yang dibebankan murni biaya produksi dari obat generik.
Untuk obat paten adalah jenis obat baru yang baru mulai diproduksi dan dipasarkan perusahaan
farmasi. Melewati berbagai riset, pengembangan, dan uji klinis. Bahkan kemasannya juga
terlihat menarik. Ini yang membuat harganya cukup mahal. Biasanya izin hak paten suatu obat
adalah 20 tahun. Selisih harga memang cukup jauh, antara obat paten dan obat generik. Bisa
mencapai 50 hingga 200 persen.Hal inilah yang membuat masyrakat memiliki anggapan masing-
masing. Sebagian besar menganggap bahwa obat generik bukan obat bermerek, sehingga tidak
begitu manjur dalam menangani penyakit.
Sedangkan Obat Nama dagang (branded drugs) adalah obat dengan nama sediaan yang
ditetapkan pabrik pembuat dan terdaftar di departemen kesehatan negara yang bersangkutan,
obat nama dagang disebut juga obat merek terdaftar. Contoh: amoksan, diafac, pehamoxil, dan
lain-lain.
Biasanya Obat merk dagang terdaftar atas nama si pembuat atau yang dikuasakan dan
dijual dalam bungkus asli yang dikeluarkan dari pabrik yang memproduksi. Berdasarkan UU
No. 14 tahun 2001, masa berlaku paten di Indonesia adalah 20 tahun. Selama 20 tahun
perusahaan farmasi tersebut memiliki hak eksklusif untuk memproduksi dan memasarkan obat
yang serupa kecuali jika memiliki perjanjian khusus dengan perusahaan pemilik paten. Dalam
kurun waktu tersebut, tidak boleh ada perusahaan lain yang memproduksi obat dari bahan
generik yang sama, karena obat tersebut relatif baru dan masih dalam masa paten, sehingga
belum ada dalam bentuk generiknya, yang beredar adalah merk dagang dari pemegang paten
(Yusuf, 2016).
D. Obat Standar
Obat merupakan salah satu komponen penting dalam pelayanan kesehatan karena
intervensi obat diperlukan dalam sebagian besar upaya penanganan penyakit. Dengan
pengetahuan yang benar, kita akan memperoleh manfaat maksimal dari obat dan dapat
meminimalkan segala hal yang tidak diinginkan yang dapat terjadi akibat pemakaian yang
kurang tepat dari suatu obat.
Untuk memenuhi kualifikasi obat yang berstandar sesuai ketentuan yang berlaku,
sebelum disetujui beredar di Indonesia, produk-produk obat harus melalui penilaian khasiat,
keamanan dan mutu, sehingga obat yang siap beredar telah memenuhi 3 kriteria tersebut.
Standarisasi obat bukan dilakukan oleh Badan POM, tetapi oleh Farmakope Indonesia
(FI). Farmakope akan menmbantu menjamin konsumen menerima obat dengan kualitas yang
tinggi dengan menentukan standar sehingga pabrikan wajib memenuhi stndar tersebut untuk
memasarkan produk mereka di Indonesia. Standar yang diatur dalam Farmakope Indonesia
meliputi kemurnian, dan kadar zat aktif, kapan dan seberapa cepat bentuk sediaan oral dari obat
bioavailabel (terlarut dan terabsorpsi) dalam tubuh, dan pelabelan dan penggunaan yang aman
dari obat. Farmakope bersifat independen, tetapi bekerja sangat erat dengan badan POM dan
perusahaan obat (Haeria, 2017).
Obat standar bisa kita lihat di buku farmakope, karena farmakope adalah buku resmi
yang dikeluarkan oleh sebuah negara yang berisi standarisasi, panduan dan pengujian sediaan
obat. Sekarang Farmakope dijadikan referensi standar – kemurnian, pengukuran akurat dari
sampel obat- memungkinkan perusahaan obat untuk mengkalibrasi peralatan analitiknya dan
mengukur sampel obat yang diproduksi untuk menjamin akurasinya.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah sejarah Farmasi ini adalah :
1. Menurut Undang Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, obat adalah bahan atau
paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau
menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk
manusia
2. Obat yang dikonsumsi,akan melalui tahap-tahap tertentu. Ada beberapa tahap yang dilalui
setelah dicerna diantaranya
a. Tahap farmasetik, merupakan tahap pertama yang dilalui dengan merubah sejenis obat ke
dalam fase cair / larutan yang bertujuan agar bisa melalui membrane biologis.
b. Tahap farmakokinetika, merupakan tahap kedua yang dilalui obat untuk sampai ke organ
ekskreksi biasanya ada beberapa fase dalam tahap ini yaitu tahap penyerapan (absopsi),
penyebaran (distribusi), metabolisme, dan pengeluaran (eksreksi).
c. Tahap farmakodinamik, merupakan tahap terakhir yang di lalui setelah tahap kedua,
dimana pada tahap akhir ini akan menunjukkan hasil kinerja obat yang tercerna seperti
efek setelah mengkonsumsi obat bergantung pada konsentrasi.
3. Obat generik merupakan obat yang memiliki zat aktif yang sama dengan obat paten atau obat
bermerk lainnya. Harga obat generik bisa lebih murah karena perusahaan farmasi yang
memprodhksi obat ini tidak perlu membayar royalti atas hak paten. Sehingga biaya yang
dibebankan murni biaya produksi dari obat generik. Untuk obat paten adalah jenis obat baru
yang baru mulai diproduksi dan dipasarkan perusahaan farmasi. Melewati berbagai riset,
pengembangan, dan uji klinis. Bahkan kemasannya juga terlihat menarik. Ini yang membuat
harganya cukup mahal.
4. Kualifikasi obat yang berstandar sesuai ketentuan yang berlaku, sebelum disetujui beredar di
Indonesia, produk-produk obat harus melalui penilaian khasiat, keamanan dan mutu.
B. Saran
Sebagai generasi muda di Indonesia kita diharapkan mampu berpegang teguh pada
pedoman-pedoman farmasi yang kita punya dan diharapkan untuk bisa mempergunakan obat-
obat dengan semestinya, sehingga menjadikan bidang farmasi di Indonesia lebih berkembang
lagi tentunya dengan kualitas dan kuantitas yang baik. Selain itu, apoteker atau tenaga kesehatan
lainnya juga harus lebih menggalakkan dalam upaya kesehatan masyarakat, misalnya dengan
melakukan penyuluhan, poster, leaflet, dan KIE.

DAFTAR PUSTAKA
Gitawati, R. (2008). Interaksi Obat Dan Beberapa Implikasinya. Jurnal Media Litbang Kesehatan, 10.
Haeria. (2017). Pengantar Ilmu Farmasi. Makassar: UIN Alaudin Makassar.
Nuryati. (2017). Farmakologi. Jakarta Selatan: Rekam Medis Informasi Kesehatan (RMIK).
Supardi, S. D. (2021). Kajian Peraturan Perundang-Undangan Tentang Pemberian Informasi Obat dan
Obat Tradisional di Indonesia. Jurnal Kefarmasian Indonesia, 8.
Yusuf, F. (2016). Studi Perbandingan Obat Generik Dan Obat Nama Dagang. Jurnal Farmanesia, 10.

Anda mungkin juga menyukai