PERILAKU SWAMEDIKASI
Disusun Oleh :
Triolanovita (16330010)
Rafa Kamilah (16330036)
Lengkawati Risnaputri (16330038)
Nabilah Rachmawani (16330047)
Risky Priyosantoso (16330095)
Kelas - A
Dosen Pengampu :
Ainun Wulandari, S.Farm., M.Sc., Apt
FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
1
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas izin dan kuasaNya-lah
kami bisa menyelesaikan makalah Perilaku Pelayaan Kefarmasian ini, yakni berupa makalah
dengan judul “Perilaku Swamedikasi”.
Dalam penyusunan makalah ini kami mengalami berbagai hambatan, namun hambatan
itu bisa kami lalui karena pertolongan Allah dan berbagai pihak lainnya. Oleh karena itu, kami
ucapkan terima kasih kepada segala pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, baik materi
maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya dengan segala kemampuan
dan pengetahuan yang kami miliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya,
kami dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna
penyempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi seluruh
pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan…………………………………………………………………….
4.2 Saran…………………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
4. Apa sajakah penggologan obat swamedikasi ?
5. Bagaimana peran apoteker dalam swamedikasi ?
6. Apasajakah keuntungan dan kerugian swamedikasi ?
7. Bagaimana manfaat dari swamedikasi ?
8. Hal apasajakah yang harus diperhatikan saat melakukan swamedikasi ?
1.6 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud mengenai swamedikasi.
2. Untuk mengetahui syarat-syarat swamedikasi.
3. Untuk mengetahui pengehentian swamedikasi.
4. Untuk mengetahui penggologan obat swamedikasi.
5. Untuk mengetahui peran apoteker dalam swamedikasi.
6. Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian swamedikasi.
7. Untuk mengetahui manfaat dari swamedikasi.
8. Untuk mengetahui hal apasajakah yang harus diperhatikan saat melakukan
swamedikasi.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
c. Salah minum obat atau minum obat dengan dosis yang salah
7
3. Obat Wajib Apotek (OWA)
Obat Wajib Apotek (OWA), yaitu obat keras (tanda lingkaran hitam, dasar
merah dengan huruf K besar) yang dapat dibeli di apotek tanpa resep dari dokter,
tetapi harus diserahkan langsung oleh seorang apoteker kepada pasien disertai
dengan informasi lengkap tentang penggunaan obat.
9
a. Terjadinya interaksi obat swamedikasi dengan obat lainnya
b. Tidak diperhatikannya kontraindikasi obat dengan kondisi pasien seperti
bekerja, konsumsi alcohol atau lainnya.
Bila muncul gejala seperti sesak napas, kulit kemerahan, gatal, bengkak di
bagian tertentu, mual, dan muntah, maka kemunngkinan telah terjadi gejala efek
10
samping obat atau reaksi alergi terhadap obat yang diminum. Segera hentikan
pengobatan dan kunjungi dokter untuk mendapatkan penanganan medis.
Adapun tips untuk melakukan swamedikasi terhadap diri sendiri maupun orang-
orang sakit diantara kita :
a. Kita sebagai pasien harus dapat membaca dan mencermati secara teliti informasi
yang tertera pada kemasan atau brosur yang disiapkan di dalam kemasan seperti
komposisis zat aktif, indikasi (kegunaan), kontra indikasi (larangan terhadap), efek
samping, interaksi obat, dosis dan cara penggunaan.
b. Memilih obat dengan kandungan zat aktif sesuai keperluan, misalnya jika gejala
penyakitnya adalah demam, maka pilih obat yang bersifat antipiretik (penurun
panas) seperti parasetamol (panadol, dumin, tempra) atau ibuprofen.
c. Penggunaan obat swamedikasi hanya untuk penggunaan jangka pendek saja (3 hari,
atau boleh dilanjutkan sampai seminggu jika tidak mengalami efek samping obat),
karena jika gejala menetap atau bahkan makin memburuk maka pasien harus segera
ke dokter.
d. Perhatikan aturan pemakaian obat, yang lain seperti frekuensi pemakaian, obat
digunakan sebelum atau sesudah makan dan sebagainya.
e. Penting juga untuk memperhatikan masalah makanan, minuman atau obat lain yang
harus dihindari ketika mengkonsumsi obat tersebut, dan perhatikan juga bagaimana
penyimpanannya.
11
BAB III
PEMBAHASAN
Pengetahuan adalah hasil pengindaraan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek
melalui indra yang dimiliki (mata hidung,telinga dan sebagainya)
(notoatmodjo),2010).pengetahuan adalah salah satu factor,predisposisi yang dapat
mempengaruhi terbentuknya prilaku seseorang.berdasarkan hasil penelitian dari total nilai
pengetahuan swamedikasi dan obat AINS ,diketahui bahwa sebagian besar tesponden terkait
pengetahuan swamedikasi dan obat AINS tergolong baik (40%) dan cukup (41%)
Table 1 Distribusi frekuensi kategori pengetahuan swamedikasi dan obat AINS oral
Menurut Goodman & Gilman (2006), obat AntiInflamasi Non-Steroid (AINS) secara umum
memiliki efek samping pendarahan lambung, nefrotoksisitas, bronkospasme terutama pada
orang dengan riwayat penyakit asma, sehingga individu dengan riwayat gangguan ginjal, hati,
asma dan hipersensitif terhadap obat AINS tidak diperbolehkan meminum obat AINS. Selain
itu pada ibu hamil dan menyusui perlu diperhatikan dalam penggunaannya.
12
Gambaran umum perilaku swamedikasi obat AINS oral
Tabel 2
Pada perilaku pemilihan obat AINS dinilai dari subindikator indikasi obat AINS dan kondisi
responden saat sakit. Berdasarkan jawaban responden, dapat diketahui bahwa perilaku
pemilihan obat AINS terkait pemilihan obat berdasarkan indikasi obat tergolong tepat (70%)
dan perilaku pemilihan obat berdasarkan kondisi responden saat sakit juga tergolong tepat
(69%) (Tabel 4). Hal ini disebabkan responden mencari informasi obat dan memperhatikan
indikasi obat AINS sebelum memilih obat AINS, terutama terkait kontraindikasi.
TABEL 4
13
TABEL 5 SUMBER INFORMASI SWAMEDIKASI
Keluarga 40 37,4%
Pengalaman farmasi 27 25%
Tenaga kesehatan 22 21%
Media informasi 12 11%
Lain-lain (teman ) 6 6%
Hal ini semakin mendukung hasil analisis statistik yang diperoleh bahwa terdapat faktor lain
yang memiliki pengaruh terhadap perilaku swamedikasi.
DATA SOSIODEMOGRAFI
NO KETERANGAN PERSENTASE(%)
1 Usia
18-28 tahun 27 27
29-39 tahun 32 32
40-50 24 24
51-60 13 13
>60 tahun 4 4
2 Jenis kelamin
Laki-laki 19 19
Perempuan 81 81
3 Tingkat pendidikan :
SD 18 18
SMP 17 17
SMA/ Sederajat 34 34
Perguruan Tinggi 25 25
Lain-lain 6 6
4 Pekerjaan:
Pegawai Negeri 9 9
14
Pegawai Swasta 8 8
Wiraswasta 23 23
Rumah Tangga 42 42
Lain-lain 18 18
5 Penghasilan:
≤ 1.000.000 51 51
> 1.000.000 - ≤ 2.000.000 21 21
> 2.000.000 - ≤ 3.000.000 13 13
> 3.000.000 15 15
Jumlah Responden 100 100
Distribusi responden yang paling banyak terdapat pada usia 29-39 tahun, sesuai dengan
penelitian Fuaddah (2015) yang memaparkan bahwa semakin bertambahnya umur seseorang
semakin orang tersebut memahami dirinya dan dapat menerima informasi mengenai berbagai
hal dari berbagai sumber. Faktor umur biasanya dikaitkan dengan kematangan fisik dan psikis
seseorang. Jenis kelamin responden yang paling banyak adalah perempuan dan pekerjaannya
ibu rumah tangga, hal ini karena pengambilan data dilakukan pada pagi hari dan sore hari yang
menyebabkan sebagian besar responden adalah ibu rumah tangga yang sehari-hari berada di
rumah. Gupta et al (2011) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa alasan prevalensi praktik
swamedikasi lebih banyak pada perempuan adalah karena terbatasnya mobilitas di luar rumah
dan statusnya sebagai ibu rumah tangga. Hal ini menurunkan kecenderungan untuk mencari
tenaga profesional dan lebih memilih melakukan swamedikasi. Responden terbanyak adalah
responden dengan penghasilan per bulan <1.000.000, hal ini disebabkan karena responden
terbanyak adalah responden dengan pekerjaan rumah tangga, sehingga para ibu rumah tangga
tersebut cenderung menjawab penghasilannya <1.000.000.
15
BAB IV
PENUTUP
4.3 Kesimpulan
Swamedikasi atau pengobatan diri sendiri adalah melakukan pengobatan sendiri
untuk penyakit yang ringan, atau minimal melakukan pertolongan pertama bagi dirinya
sebelum petugas kesehatan menanganinya. Sebelum melakukan swamedikasi pasien
harus mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan sebelum dan saat melakukan
swamedikasi. Dan mengetahui kekurangan dan kelebihan swamedikasi, apabila terjadi
alergi atau gejala yang kurang baik maka perlu berkonsultasi ke dokter.
4.4 Saran
Menuntut peran tenaga medis professional (Dokter atau Apoteker atau Staf
medis lainnya) untuk memberikan edukasi mengenai pengobatan swamedikasi kepada
masyarakat.
16
DAFTAR PUSTAKA
17
12. Insany, A. N., Destiani, D. P., Sani, A., Sabdaningtyas, L., & Pradipta, I. S. 2015.
Hubungan Persepsi terhadap Perilaku Swamedikasi Antibiotik : Studi Observasional
melalui Pendekatan Teori Health Belief Model Association between Perceived Value
and Self-Medication with Antibiotics : An Observational Study Based on Health Belief
Model Th. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia; 4(2):77.
13. Kemenkes RI. 2015. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 20152019.
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
14. Kemenkes RI. 2016. Pedoman Umum Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
15. Nguyen HV, Nguyen THN. 2015. Factor Associated with Self-Medication Among
Medicine Sellers in Urban Viatnam. The International Journal of Health Planning an
Management;30(3):219-31
16. Panero, C., & Persico, L. 2016. Attitudes Toward and Use of Over-The-Counter
Medications among Teenagers : Evidence from an Italian Study. International Journal
of Marketing Studies;8(3):65–75.
17. Pirzadeh, A., & Mostafavi, F. 2014. Self ‑ medication among students in Isfahan
University of Medical Sciences based on Health Belief Model. Journal of Education
and Health Promotion;3: 1–5.
18. Riskesdas, 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia
19. PR Shankar, P. P. and N. S. 2002. Self-medication and non-doctor prescription
practices in Pokhara valley, Western Nepal: A questionnaire-based study. BMC Family
Practice;3(17).
20. Sulaeman, Endang Sutisna. 2017. Pembelajaran Teori dan Aplikasi. Jawa Tengah: UNS
Press.
21. WHO. 1998. The Role of the Pharmacist in Self-Care and Self-Medication, Netherland:
Department of Essencial Drugs and Other Medicines World Health organizion
18