Anda di halaman 1dari 37

KELOMPOK 3

“PENGGOLONGAN OBAT MENURUT UNDANG-UNDANG


DAN DEFINISINYA ”

Anggota Kelompok :
Martstella Tumundo (22210039)
Gabriella I.M Kojongian (22210070)
Jesika Cerin Salasa (22210035)
Nursyifha Nanempa (22210046)
Clifford R.R.B Holle (22210013)

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah farmakologi dasar keperawatan
yang dibimbing oleh Apt.Hamidah Sri Supriati.S.farm.,M.Si

AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK.III MANADO


TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME atas kasih karunianya, kami boleh
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan sebagaimana mestinya. Makalah ini kami
susun dengan judul “PENGGOLONGAN OBAT MENURUT UNDANG-UNDANG DAN
DEFINISINYA” untuk menyelesaikan tugas mata kuliah kak Hamidah Sri
Supriati.,S.Farm.,M.Si.
Penulisan makalah ini untuk meningkatkan pemahaman pembaca tentang penggolongan
obat menurut undang-undang yang mengatur yaitu Permenkes RI Nomor
917/Menkes/Per/X/1993 yang kini telah diperbaiki dengan Permenkes RI Nomor
949/Menkes/Per/IV/2000 Tentang Penggolongan obat berdasarkan jenis dan
penandaan. Berdasarkan peraturan tersebut, kita ketahui bahwa penggolongan obat
terdiri dari ; obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek, obat keras, psikotropika
dan narkotika. Penulisan makalah ini bisa dijadikan referensi dalam kegiatan proses
belajar mengajar pada mata kuliah farmakologi dasar keperawatan dan bisa menambah
wawasan pengetahuan.
Demikian makalah ini kami buat tapi sebelumnya kami ucapkan terima kasih kepada
kak hamidah yang sudah memberikan ilmu yang sangat berguna bagi kami dan
memberikan tugas yang membuat kami lebih efisien, produktif, dan semangat. Dengan
mencantumkan materi dalam makalah ini serta instansi terkait, diucapkan terimakasih.

Manado, April 2023

Penyusun
Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………………….…i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………..........ii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………………………………….…………..iii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………………………………..…..………iv
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………………..…..…..….…1
1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………………………………………….……..1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………………...........3
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………………………………….............4
1.4 Manfaat Penulisan………………………………………………………………….……………..........5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………………………………..…….6
2.1 Penggolongan Obat Menurut Undang-undang………………………………….................6
2.2 Klasifikasi Obat............................................................................................................................18
2.3 Penggolongan Bentuk Obat....................................................................................................21
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………………………...……25
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………….....................25
3.2 Saran………………………………………………………………………………..................................26
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………….……27
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Tabel Multiresistensi antibiotik Salmonella……………………………………………11


Lampiran 2 Tabel Kategori dan Toksisitas Obat Antifungi…………………………………………17
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Logo Obat Bebas………………………………………………………………………..……………7


Gambar 1.2 Logo Obat Bebas Terbatas………………………………………………………….……………7
Gambar 1.3 Logo Obat Keras………………………………………………………………………………….…..8
Gambar 1.4 Logo Obat Narkotika……………………………………………………………………………….9
Gambar 1.5 Obat Generik…………………………………………………………………………………………18
Gambar 1.6 Obat Generik Berlogo……………………………………………………………………………18
Gambar 1.7 Obat Paten……………………………………………………………………………………...…….19
Gambar 1.8 Obat Jadi……………………………………………………………………………………….………19
Gambar 1.9 Obat Tradisional……………………………………………………………………..…….………20
Gambar 2.0 Obat Esensial………………………………………………………………………….…….………20
Gambar 2.1 Obat Baru……………………………………………………………………………….…….………20
Gambar 2.2 Obat Tablet……………………………………………………………………………..……….……21
Gambar 2.3 Obat Kapsul…………………………………………………………………………………….……23
Gambar 2.4 Kaplet…………………………………………………………………………………………….…….23
Gambar 2.5 Pil………………………………………………………………………………………………………..24
Gambar 2.6 Serbuk………………………………………………………………………………………………….24
Gambar 2.7 Suppositoria…………………………………………………………………………………………24
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Obat merupakan suatu zat kimia yang dapat memberikan suatu efek bahkan reaksi
secara biologis pada tubuh manusia. Obat merupakan suatu jenis substansi yang
digunakan dalam proses diagnosis, pengobatan, penyembuhan, dan perbaikan
maupun pencegahan terhadap gangguan kesehatan tubuh manusia dengan kata lain
bahwa obat merupakan suatu terapi primer yang memiliki hubungan erat dengan
proses penyembuhan sebuah penyakit. Obat dapat digolongkan menjadi jenis,
pemberiannya, kegunaannya, dan dosisnya. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Tentang Penggolongan obat berdasarkan jenis dan penandaan Nomor
917/Menkes/Per/X/1993 yang kini telah diperbaiki dengan Permenkes RI Nomor
949/Menkes/Per/IV/2000. Penggolongan ini dilakukan agar meningkatkan
keamanan dan ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusi obat. Perawat
merupakan tenaga kesehatan yang memegang peranan penting dalam keamanan
pasien terutama pada pemberian obat. Terdapat prinsip benar pemberian obat yang
harus diterapkan untuk mencegah kesalahan dala pemberian obat. Kepatuhan
perawat sangat diperlukan dalam menerapkan prinsip pemberian obat sesuai
dengan standar prosedur operasional rumah sakit untuk menjamin keselamatan
pasien, yaitu ; benar obat, benar dosis, benar pasien, benar jalur, benar waktu, dan
benar dokumentasi serta benar informasi. Masih banyak masyarakat yang belum
mengetahui bahwa obat digolongkan dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu obat keras,
obat bebas terbatas dan obat bebas. obat bebas dan obat bebas terbatas dapat dibeli
tanpa resep dokter di Apotek, Instalasi Farmasi rawat jalan dari rumah sakit, Klinik,
Toko Obat Berizin. Masyarakat membeli obat bebas dan obat bebas terbatas
untuk mengobati dirinya sendiri (swamedikasi), yang kadang-kadang tanpa
informasi dari tenaga kefarmasian. Obat keras harus dibeli dengan resep
dokter, kecuali obat keras yang termasuk dalam Daftar Obat Wajib Apotek
(DOWA), yang dapat diserahkan oleh Apoteker tanpa resep dokter. Selama ini
masyarakat banyak yang belum mengetahui bahwa Antibiotik adalah obat keras
yang harus dibeli dengan resep dokter. Obat keras yang harus dibeli dengan resep
dokter adalah obat keras yang termasuk dalam golongan Narkotika, Psikotropika,
Obat keras dalam kelompok Prekursor, dan Obat keras lainnyayang tidak
termasuk dalam Narkotika atau Psikotropika. Sebagian masyarakat belum
mengetahui bahwa penandaan dari ketiga golongan obat. Yaitu, Obat Keras
diberi tanda lingkaran bulat merah dengan garis tepi hitam dengan tulisan “K”
dibagian tengahnya, untuk Narkotika, selain dengan tanda obat keras ditambahkan
tanda lingkaran yang ditengahnya terdapat tanda plus warna merah, sedang
Psikotropika dan Prekursor, seperti obat keras pada umumnya. Obat bebas terbatas
diberi penandaan lingkaran biru dengan garis tepi lingkaran berwarna hitam
dan obat bebas lingkaran warna hijau dengan garis tepi lingkaran berwarna hitam.
Terkait penandaan pada kemasan obat, ternyata selama ini masyarakat juga masih
banyak yang belum mengetahui bahwa cukup banyak informasi yang bisa
didapat apabila kita memperhatikan penandaan pada kemasan obat, secukup
masalah ini bisa diatasi dengan edukasi.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan penggolongan jenis obat?
b. Apa tujuan dari penggolongan jenis obat?
c. Apa saja pengertian dari masing-masing jenis golongan obat?
d. Mengapa obat harus digolongkan?
e. Bagaimana penggolongan obat menurut undang-undang?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan akan penggolongan obat menurut undang-undang RI
menurut jenis dan penandaannya bagaimana serta definisi dari masing-masing
jenis obat terkait

b. Tujuan Khusus
Mengetahui dan memahami penggologan obat menurut undang-undang RI dan
definisinya serta bagaimana peran pengetahuan perawat dalam menggolongkan
obat
1.4 Manfaat Penulisan
a. Menambah wawasan atau pengetahuan mahasiswa
b. Menambah bahan acuan dalam perkuliahan maupun pembelajaran
c. Menjadi bahan perbandingan dengan bahan ajar lain
d. Mengembangkan serta meningkatkan kreatifitas mahasiswa
e. Memenuhi tugas mata kuliah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penggolongan Obat Menurut Undang-undang


Penggolongan merupakan suatu bentuk pemilahan dan pengelompokkan
berdasarkan suatu jenis, manfaat, dan bentuknya secara garis besar. Menurut
PerMenKes No.917/Menkes/Per/X/1993, obat yang sudah jadi adalah sediaan atau
paduan-paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki secara
fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan, dan kontrasepsi. Penggolongan
obat ini bertujuan agar meningkatkan keamanan dan ketepatan penggunaan serta
pengamanan distribusi obat. Pada penggolongan obat harus dilihat dulu peran dari
obat tersebut, obat berbeda dengan komoditas perdagangan karena selain
merupakan komoditas perdagangan, obat juga memiliki fungsi sosial. Obat berperan
sangat penting dalam pelayanan kesehatan karena penanganan dan pencegahan
berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat atau
farmakoterapi. Peran obat secara umum yaitu untuk :
 Penetapan diagnosis
 Pencegahan penyakit
 Menyembuhkan penyakit
 Memulihkan (rehabilitasi) kesehatan
 Mengubah fungsi normal tubuh untuk tujuan tertenu
 Peningkatan kesehatan
 Mengurangi rasa sakit

Penggolongan obat secara umum dan luas didasarkan pada beberapa hal, yaitu ;
a. Penggolongan obat berdasarkan jenis
Penggolongan obat berdasarkan jenis menurut Peraturan Menteri Kesehatan
RI No.949/Menkes/Per/VI/2000, obat digolongkan menjadi 5 jenis, yaitu ;
 Obat bebas
Obat yang boleh digunakan tanpa resep dokter disebut juga obat OTC
(Over The Counter), dan terdiri atas obat bebas dan obat bebas
terbatas. Penandaan obat bebas diatur berdasarkan S.K Menkes RI
Nomor 2380/A/SKA/I/1983 tentang tanda khusus untuk obat bebas
dan obat bebas terbatas. Di Indonesia, obat golongan ini ditandai
dengan lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam.
Contohnya ; tablet vitamin, seperti C 100 mg dan 250 mg; B complex
25mg, 50 mg, dan 100 mg; tablet
multivitamin, Boorwater, salep 2-4,
salep boor, Julapium, buikdrank,
staaldrank, promag, bodrex, biogesic,
panadol, puyer bintang toedjoe,
diatabs, entrostop, parasetamol, dll.
Gambar 1.1 Logo Obat Bebas
(Sumber : https
://www.klikdokter.com/)

 Obat bebas terbatas


Obat bebas terbatas (dulu disebut daftar W) yakni obat-obatan yang
dalam jumlah tertentu masih dapat dibeli di apotek, tanpa resep
dokter, memakai tanda lingkaran biru bergaris tepi hitam. Contohnya,
obat anti mabuk (Antimo), dan anti flu (Noza). Pada kemasan obat
seperti ini biasanya tertera peringatan yang
bertanda kotak kecil berdasar warna gelap
atau kotak putih bergaris tepi hitam, dengan
tulisan peringatan antara lain :

Gambar 1.2 Logo Obat Bebas Terbatas


(Sumber : https ://www.klikdokter.com/)

P. No 1 : Awas! Obat keras. Bacalah aturan pemakaiannya.


P. No 2 : Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan.
P. No.3 : Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan.
P. No.4 : Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar.
P. No.5 : Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan.

 Obat keras
Dulu disebut obat daftar G = gevaarlijk = berbahaya, yaitu obat
berkhasiat keras yang untuk memperolehnya harus dengan resep
dokter, memakai tanda lingkaran merah garis tepi hitam dengan
tulisan huruf K didalamnya. Obat-obatan yang termasuk dalam
golongan ini adalah antibiotik (tetrasiklin, penisilin, dan sebagainya),
serta obat-obatan yang mengandung hormon (obat kencing manis,
obat penenang, dan lain-lain). Obat-obat ini berkhasiat keras dan bila
dipakai sembarangan bisa berbahaya bahkan meracuni tubuh,
memperparah penyakit atau menyebabkan kematian.
Contohnya adalah ; semua obat injeksi,
obat antibiotik (chloramphenicol,
penicillin, tetracyclin, ampicillin), obat
antibakteri (sulfadiazin, sulfasomidin),
amphetaminum (O.K.T), hydantoinum =
obat anti epilepsi, reserpinum = obat anti

Gambar 1.3 Logo Obat Keras hipertensi, vitamin K = anti pendarahan,


(Sumber : https
://www.klikdokter.com/) yohimbin = aphrodisiaka, isoniazidum =
anti TBC, nitroglycerinum = obat jantung.

 Obat wajib apotik


Obat wajib apotik merupakan obat keras yang dapat diberikan oleh
Apoteker Pengelola Apotek (APA) kepada pasien. Tujuan obat wajib
apotik adalah memperluas keterjangkauan obat untuk masyarakat,
maka obat-obat yang digolongkan dalam obat wajib apotik adalahobat
yang diperlukan bagi kebanyakan penyakit yang diderita pasien.
Contoh-contoh obat wajib apotik : Clindamicin 1 tube, obat luar untuk
acne; Diclofenac 1 tube, obat luar untuk anti inflamasi (asam
mefenamat); flumetason 1 tube, obat luar untuk inflamasi; Ibuprofen
tablet. 400mg, 10 tab, tablet. 600mg, 10 tab; obat alergi kulit (salep
hidrokotison), infeksi kulit dan mata (salep oksitetrasiklin), antialergi
sistemik (CTM), obat KB hormonal.

 Obat psikotropika dan narkotika


Obat Psikotropika, zat atau obat baik ilmiah atau sintesis, bukan
narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku. Contoh : alprazolam, diazepam. Mengenai obat-
obat psikotropika ini diatur dalam UU RI Nomor 5 tahun 1997.
Psikotropika dibagi menjadi :
Golongan I : kegunaannya hanya ditujukan untuk ilmu pengetahuan,
dilarang diproduksi, dan digunakan untuk pengobatan. Contohnya :
metilen dioksi metamfetamin, lisergid acid diathylamine (LSD) dan
metamfetamin
Golongan II,III, dan IV : digunakan untuk pengobatan asalkan sudah
didaftarkan. Contohnya : diazepam, fenobarbital, lorazepam dan
klordiazepoksid.
Obat Narkotika, zat atau obat yang berasal
dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintesis maupun semi sintesis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan (UU RI No.22
Gambar 1.4 Logo Obat Narkotika
(Sumber : https Tahun 1997 Tentang Narkotika). Obat ini
://www.klikdokter.com/)
pada kemasannya dengan lingkaran yang
didalamnya terdapat palang (+) berwarana merah. Ada beberapa jenis
obat narkotika yang digunakan, yaitu ;
Golongan I : dapat digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan
dan dilarang digunakan untuk kepentingan lainnya. Contoh : Tanaman
Papaver somniferum L. (semua bagian termasuk buah dan jerami
kecuali bijinya), Erythroxylon coca; Cannabis sp; zat/senyawa : Heroin.
Golongan II : digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan
atau pengembangan ilmu pengetahuan. Distribusi obat ini diatur oleh
pemerintah. Contoh : Morfin dan garam-garamnya, Petidin.
Golongan III : digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan
dan atau pengembangan ilmu pengetahuan. Distribusi obat ini diatur
oleh pemerintah. Contoh : Codein.

Penggolongan obat berdasarkan jenis ini mengenal pula jenis obat esensial
dan generik.
 Obat Esensial
Obat terpilih yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan bagi
masyarakat terbanyak, mencakup upaya diagnosa, profilaksis, terapi,
dan rehabilitasi yang harus diusahakan selalu tersedia pada unit
pelayanan sesuai dengan fungsi dan tingkatannya. Obat esensial ini
tercantum dalam DOEN (Daftar Obat Esensial Nasional). Contoh :
analgesik, antipiretik.
 Obat Generik
Obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam farmakope Indonesia
untuk zat berkhasiat yg dikandungnya. Nama ini ditentukan oleh
WHO dan ada dalam daftar International Nonproprietary Name Index

b. Penggolongan obat berdasarkan mekanisme kerja obat


Mekanisme kerja obat dibagi menjadi 5 jenis penggolongan yaitu :
 Obat yang bekerja pada penyebab penyakit, misalnya penyakit akibat
bakteri atau mikroba, contoh : antibiotik.
 Obat yang bekerja untuk mencegah kondisi patologis dari penyakit,
contoh : vaksin dan serum.
 Obat yang menghilangkan simtomatik atau gejala, meredakan nyeri,
contoh : analgesik.

c. Penggolongan obat berdasarkan tempat dan lokasi pemakaian


 Obat yang bekerja menambah atau mengganti fungsi-fungsi zat yang
kurang, contoh : vitamin dan hormon.
 Obat yang bersifat placebo, yaitu obat yang tidak mengandung zat
aktif, khususnya diperuntukkan bagi pasien normal yang menganggap
dirinya dalam keadaan sakit, contoh : aqua pro injeksi dan tablet
placebo.

d. Penggolongan obat berdasarkan cara pemakaian


Dibagi menjadi dua (2) golongan yaitu :
 Obat dalam yaitu obat-obatan yang dikonsumsi peroral, contoh : tablet
antibiotik, parasetamol tablet
 Obat luar yaitu obat obatan yang dipakai secara topical atau tubuh
bagian luar, contoh : sulfur, dan lain-lain
e. Penggolongan obat berdasarkan efek yang ditimbulkan
Dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :
 Oral : Obat yang dikonsumsi melalui mulut kedalam saluran cerna,
contoh : tablet, kapsul, serbuk, dan lain-lain.
 Rektal : Obat yang dipakai melalui rektum, biasanya digunakan pada
pasien yang tidak bisa menelan, pingsan, atau menghendaki efek cepat
dan terhindar dari pengaruh pH lambung, First Past Effect (FPE) di
hati, maupun enzim-enzim di dalam tubuh
 Sublingual : Pemakaian obat dengan meletakkannya dibawah lidah,
sehingga masuk ke pembuluh darah efeknya lebih cepat, contoh : obat
hipertensi, tablet hisap, hormon-hormon
 Parenteral : Obat yang disuntikkan melalui kulit ke aliran darah, baik
secara intravena, subkutan, intramuskular, intrakardial.
 Langsung ke organ, contoh intrakardial
 Melalui selaput perut, contoh intra peritoneal

f. Penggolongan obat berdasarkan golongan kerja obat


Penggolongan jenis inidibagi menjadi beberapa golongan yaitu antibiotik,
antiinflamasi, anti hipertensi, anti konvulsan, anti koagulasi, anti histamin,
psikotropika, dan anti jamur/anti fungi. Uraian masing-masing golongan
adalah sebagai berikut.
 Antibiotik
Antibiotik adalah obat yang dipergunakan untuk menghambat
pertumbuhan bakteri penyebab infeksi.

Tabel 1.1 Multiresistensi antibiotik Salmonella


(Tabel ditinjau dari Keberadaan dan multiresistensi salmonelladari produk perikanan)
Obat ini telah digunakan untuk melawan infeksi berbagai bakteri pada
tumbuhan, hewan, dan manusia. Antibiotik dikategorikan berdasarkan
struktur kimia yaitu :
 Penisilin (Penicillins). Penisilin atau antibiotik beta-laktam
adalah kelas antibiotik yang merusak dinding sel bakteri saat
bakteri sedang dalam proses reproduksi. Penisilin adalah
kelompok agen bakterisida yang terdiri dari penisilin G,
penisilin V, ampisilin, tikarsilin, kloksasilin, oksasilin,
amoksisilin, dan nafsilin. Antibiotik ini digunakan untuk
mengobati infeksi yang berkaitan dengan kulit, gigi, mata,
telinga, saluran pernapasan, dan lain-lain. Adapun contoh obat
yang termasuk dalam golongan ini antara lain : Ampisilin dan
Amoksisilin.
 Sefalosporin (Cephalosporins). Obat golongan ini barkaitan
dengan penisilin dan digunakan untuk mengobati infeksi
saluran pencernaan bagian atas (hidung dan tenggorokan)
seperti sakit tenggorokan, pneumonia, infeksi telinga, kulit dan
jaringan lunak, tulang, dan saluran kemih (kandung kemih dan
ginjal). Sefalosporin terdiri dari beberapa generasi, yaitu :
Sefalosporin generasi pertama, untuk infeksi saluran kemih.
Sefalosporin generasi kedua, untuk sinusitis
Sefalosporin generasi ketiga, untk meningitis
Adapun contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara
lain : Sefradin, Sefaklor, Sefadroksil, Sefaleksin.
 Aminoglikosida (Aminoglycosides). Jenis anti biotik ini
menghambat pembentukan protein bakteri. Adapun contoh
obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : amikasin,
gentamisin, neomisin sulfat, netilmisin.
 Makrolid (Macrolides). Digunakan untuk mengobati infeksi
saluran nafas bagian atas seperti infeksi tenggorokan dan
infeksi telinga, infeksi saluran nafas bagian bawah seperti
pneumonia, untuk infeksi kulit dan jaringan lunak, untuk sifilis,
dan efektif untuk penyakit legionnaire (penyakit yang
ditularkan oleh serdadu sewaan). Sering pula digunakan untuk
pasien yang alergi terhadap penisilin. Adapun contoh obat yang
termasuk dalam golongan ini antara lain : Eritromisin,
Azitromisin, Klaritromisin.
 Sulfonamida (Sulfonamides). Obat ini efektif mengobati infeksi
ginjal, namun sayangnya memiliki efek berbahaya pada ginjal.
Untuk mencegah pembentukan kristal obat, pasien harus
minum sejumlah besar air. Adapun contoh obat yang termasuk
dalam golongan ini, antara lain, gantrisin.
 Fluoroquinolones. Fluoroquinolones adalah satu-satunya kelas
antibiotik yang secara langsung menghentikan sintesis DNA
bakteri.
 Tetrasiklin (Tetracyclines). Obat golongan ini digunakan untuk
mengobati infeksi jenis yang sama seperti yang diobati penisilin
dan juga untuk infeksi lainnya seperti kolera, demam berbintik
Rocky Mountain, syanker, konjungtivitis mata, dan amubiasi
intestinal. Dokter ahli kulit menggunakannya pula untuk
mengobati beberapa jenis jerawat. Adapun contoh obat yang
termasuk dalam golongan ini antara lain : Tetrasiklin,
Klortetrasiklin, Oksitetrasiklin.
o Anti Inflamasi
o Anti Hipertensi
o Anti Konvulsan
o Anti Koagulasi
o Anti Histamin
o Psikotropika
o Anti Jamur
 Polipeptida (Polypeptides). Polipeptida dianggap cukup
beracun sehingga terutama digunakan pada permukaan kulit
saja. Ketika disuntikan ke dalam kulit, polipeptida bisa
menyebabkan efek samping seperti kerusakan ginjal dan saraf.
Adapun contoh obat yang termasuk dalam golongan ini, antara
lain, gentamisin dan karbenisilin.
 Anti Inflamasi
Pengobatan anti inflamasi mempunyai dua tujuan utama yaitu,
meringankan rasa nyeri yang seringkali merupakan gejala awal yang
terlihat dan keluhan utama yang terus menerus dari pasien, dan kedua
memperlambat atau membatasi perusakan jaringan. Berdasarkan
mekanisme kerjanya, obat-obat anti inflamasi terbagi ke dalam
golongan steroid dan golongan non-steroid.
 Obat Anti-inflamasi Nonsteroid. Obat antiinflamasi (anti radang)
non steroid, atau yang lebih dikenal dengan sebutan NSAID (Non
Steroidal Anti-inflammatory Drugs) adalah suatu golongan obat
yang memiliki khasiat analgesik (pereda nyeri), antipiretik
(penurun panas), dan antiinflamasi (anti radang). Contoh : Aspirin
 Obat antiinflamasi Steroid. Adapun mekanisme kerja obat dari
golongan steroid adalah menghambat enzim fospolifase sehingga
menghambat pembentukan prostaglandin maupun leukotrien.
Contoh : hidrokortison, deksametason, metil prednisolon, kortison
asetat, betametason, triamsinolon, prednison, fluosinolon asetonid,
prednisolon, triamsinolon asetonid dan fluokortolon.
 Anti Hipertensi
Anti hipertensi digunakan untuk menurunkan mortalitas dan
morbiditas cardiovascular. Obat anti hipertensi di bagi menjadi 5
kelompok, yaitu :
 Obat Diuretik. Diuretik bekerja meningkatkan ekskresi natrium,
air dan klorida sehingga menurunkan volume darah dan cairan
ekstraseluler. Contohnya : Hidroklorotiazid
 Obat penghambat adregenik. Penghambat adrenergik atau
adrenolitik ialah golongan obat yang menghambat
perangsangan adrenergik. Berdasarkan cara kerjanya
dibedakan menjadi ;
Penghambat adrenoseptor (adrenoseptor bloker) yaitu
obat yang menduduki adrenoseptor baik alfa (a) maupun beta
(b) sehingga menghalanginya untuk berinteraksi dengan obat
adrenergik.
Penghambat saraf adrenergik yaitu obat yang mengurangi
respons sel efektor terhadap perangsangan saraf adrenergik.
Obat ini bekerja dengan cara menghambat sintesis,
penyimpanan, dan pelepasan neurotransmitter. Obat yang
termasuk penghambat saraf adrenergik adalah
guanetidinbetanidin, guanadrel, bretilium, dan reserpin. Semua
obat golongan ini umumnya dipakai sebagai antihipertensi.
Penghambat adrenergik sentral atau adrenolitik sentral
yaitu obat yang menghambat perangsangan adrenergik di SSP
 Vasolidator. Vasolidator berfungsi untuk mengendurkan otot
polos arteri, sehingga menyebabkan membesar dan dengan
demikian mengurangi resistensi terhadap aliran darah. Contoh :
hydralazine dan minoxidil
 Penghambat Angiotensin-Converting Enzime (ACE-inhibitor)
dan Antagonis Reseptor Angiotensin II (Angitensin Receptor
Blocker, ARB)
Angiotensin converting enzyme (ACE) berfungsi untuk
memblokir aksi hormon angiotensin II, yang mempersempit
pembuluh darah. Contoh : captopril, enalapril, perindopril,
ramipril, quinapril dan lisinopril
Angiotensin receptor blocker berperilaku dengan cara yang
sama seperti ACE inhibitor. Contoh : candesartan, irbesartan,
telmisartan, eprosartan.
 Antagonis Kalsium. Antagonis Kalsium berfungsi untuk
menghambat influx kalsium pada sel otot polos pembuluh
darah dan miokard. Contoh : nifedipin.
 Anti Konvulsan
Anti Konvulsan berfungsi untuk mencegah dan mengobati bangkitan
epilepsi (epileptic seizure) dan bangkitan non-epilepsi. Adapun contoh
obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : bromide,
fenobarbital, fenitoin, karbamazepim.
 Anti Koagulasi
Anti koagulasi digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan
jalan menghambat pembentukan atau menghambat fungsi beberapa
faktor pembekuan darah. Antikoagulasi dapat dibagi menjadi 3
kelompok yaitu :
Heparin. Heparin merupakan satu-satunya antikoagulan yang
diberikan secara parenteral dan merupakan obat terpilih bila
diperlukan efek yang cepat misalnya untuk emboli paru-paru dan
trombosis vena dalam. Contoh : Protamin Sulfat.
Antikoagulasi Oral. Terdiri dari derivat 4-hidroksikumarin misalnya :
dikumoral, warfarin dan derivate indan-1, 3-dion misalnya :
anisindion.
Antikoagulasi yang bekerja dengan mengikat ion kalsium. Contoh :
Natrium sitrat, Asam oksalat dan senyawa oksalat, dan natrium Edetat.
 Anti Histamin
Pada manusia histamin merupakan mediator yang penting pada reaksi
alergi tipe segera dan reaksi inflamasi. Berdasarkan mekanisme kerja,
anti histamin digolongkan menjadi 2 kelompok yaitu :
Antagonis H1. Antagonis H1 sering pula disebut anti histamin klasik
atau anti histamin H1, adalah senyawa yang dalam kadar rendah dapat
menghambat secara bersaing kerja histamin pada jaringan yang
mengandung reseptor H1. Penggunaannya untuk mengurangi gejala
alergi karena musim atau cuaca. Antagonis H1 terdiri dari :
Difenhidramin HCl (benadryl), Dimenhidrinat (Dramamim,Antimo),
Karbinoksamin HCl (Clistin), Klorfenoksamin HCl (systral), Klemestin
Fumarat (Tavegyl), Piperinhidrinat (Kolton).
Antagonis H2. Antagonis H2 adalah senyawa yang menghambat secara
bersaing interaksi histamin dengan reseptor H2 sehingga dapat
menghambat sekresi asam lambung. Antagonis H2 terdiri dari :
Semitidin (Cimet, Corsamet, Nulcer, Tagamet, Ulcadine), Ranitidin HCl
(Ranin, Ranatin, Ranatac, Zantac, Zantadin), Famotidin (Facid,
Famocid, Gaster, Ragastin, Restidin).
 Psikotropika
Psikotropika adalah obat yang mempengaruhi fungsi perilaku, emosi,
dan pikiran yang biasa digunakan dalam bidang psikiatri atau ilmu
kedokteran jiwa. Berdasarkan penggunaan klinik, psikotropik dapat di
bedakan menjadi 4 golongan, yaitu :
 Antipsikosis (major tranquilizer). Antipsikosis bermanfaat pada
terapi psikosis akut maupun kronik, suatu gangguan jiwa yang
berat. Contoh : Risperidon, Olanzapin, Zolepin.
 Antiansietas (minor tranquilizer). Antiansietas berguna untuk
pengobatan simtomatik penyakit psikoneurosis, dan berguna
untuk terapi tambahan penyakit somatis. Contoh :
klordiazepoksid, diazepam, oksazepam
 Anti depresi. Anti depresi digunakan untuk mengobati
gangguan yang heterogen. Contoh : desipramin, nortriptilin
 Anti mania (mood stabilizer). Anti mania berfungsi untuk
mencegah naik turunnya mood pada pasien dengan gangguan
bipolar. Contoh : karbamazepin, asam valproat.
 Anti Jamur
Anti jamur atau anti fungi berfungsi untuk mengobati infeksi yang
disebabkan oleh jamur. Contoh : imidiazol, diazol, dan anti biotik
polien.

Tabel 2.2 Kategori dan Toksisitas Obat Antifungi


(Tabel ditinjau dari pemberian obat antifungi pada ibu hamil dan menyusui)
2.2 Klasifikasi Obat
Penggolongan atau klasifikasi berikut berdasarkan jenis seperti obat OTC, obat
esensial, obat generik, obat paten,obat tradisional, obat baru, obat wajib apotek,
obat jadi, obat mitu, dan obat berlogo.
Penggolongan obat OTC (Over The Counter), merupakan sebutan umum untuk obat
yang termasuk golongan obat bebas dan obat bebas terbatas, digunaan untuk suatu
medikasi (pengobatan sendiri).
Membahas klasifikai obat berdasarkan jenis ini, yaitu :
a. Obat Generik

Gambar 1.5 Obat Generik


(Sumber : https://www.guesehat.com/pilih-obat-generik-atau-obat-paten/
Diunduh 20 April 2023)

Obat dengan nama generik sesuai dengan penamaan zat aktif sediaan yang
ditetapkan oleh farmakope indonesia dan INN (International non-propietary
Names) dari WHO, tidak memakai nama dagang maupun logo produsen.
Contoh amoksisilin, metformin dan lain-lain.
b. Obat Generik Berlogo

Gambar 1.6 Obat Generik Berlogo


(Sumber : https://indofarma.id/obat-generik-berlogo-indofarma//
Diunduh 20 April 2023)

Obat generik yang mencantumkan logo produsen (tapi tidak memakai nama
dagang), misalkan sediaang obat generik dengan nama amoksisilin (ada logo
produsen Kimia Farma).
c. Obat Nama Dagang
Obat dengan nama sediaan yang ditetapkan pabrik
pembuat dan terdaftar di departemen kesehatan
negara yang bersangkutan, obat nama dagang
disebut juga obat merek terdaftar. Contoh :
Gambar 1.7 Obat Nama Dagang
(Sumber : https://www.halodoc.com/obat-dan-
amoksan, diafac, pehamoxil, dan lain-lain.
vitamin/amoxsan-500-mg-10-kapsul/Diunduh 20

April 2023)

d. Obat Paten
Hak paten yang diberikan kepada industri farmasi pada obat baru yang
ditemukannya berdasarkan riset Industri farmasi tersebut diberi hak paten
untuk memproduksi dan memasarkannya, setelah melalui berbagai tahapan
uji klinis sesuai aturan yang telah ditetapkan secara internasional. Obat yang
telah diberi hak paten tersebut tidak boleh diproduksi dan dipasarkan dengan
nama generik oleh industri farmasi lain tanpa izin pemilik hak paten selama
masih dalam masa hak paten. Berdasarkan U.U No 14 tahun 2001, tentang
paten, masa hak paten berlaku 20 tahun (pasal 8 ayat 1) dan bisa juga 10
tahun (pasal 9). Setelah masa hak paten berakhir, barulah industri farmasi
lain boleh memproduksi dan memasarkan amlodipine dengan berbagai
merek. Amlodipine adalah nama generik dan merek-merek yang beredar
dengan berbagai nama adalah obat generik bermerek.
e. Obat Mitu / Me Too
Obat yang telah habis masa patennya yang diproduksi dan dijual pabrik lain
dengan nama dagang yang ditetapkan pabrik lain tersebut, di beberapa
negara barat disebut branded generic atau tetap dijual dengan nama generik.
Dari sekilas penjelasan sebelumnya, jelaslah bahwa khasiat zat aktif antara
obat generik dan obat generik bermerek adalah sama sejauh kualitas bahan
dasarnya sama.
f. Obat Jadi

Obat dalam keadaan murni atau campuran dalam


bentuk serbuk, emulsi, suspensi, salep, krim, tablet,
supositoria, klisma, injeksi dll yang mana bentuk obat
tersebut tercantum dalam farmakope Indonesia.

Gambar 1.8 Obat Jadi


(Sumber : https://www.dulcolax.com/id-
id/produk/supositoria
g. Obat Tradisional

Gambar 1.9 Obat Tradisional


(Sumber : https://www.alodokter.com/harus-cermat-memanfaatkan-
produk-herbal-sebagai-pendukung-pengobatan)

Obat jadi yang berasal dari tumbuhan, hewan, dan mineral atau sediaan
galenik, obat berdasarkan pengalaman empiris turun temurun.
h. Obat Wajib Apotek
Obat keras yang dapat diperoleh di apotek tanpa resep dokter, diserahkan
oleh apoteker.
i. Obat Esensial

Gambar 2.0 Obat Esensial


(Sumber : https://www.ugm.ac.id/id/berita/21469-pakar-
bicara-tentang-vaksin-dan-antibodi)

Obat yang paling banyak dibutuhkan untuk pelaksanaan pelayanan kesehatan


masyarakat banyak, meliputi diagnosa, profilaksi terapi dan rehabilitasi,
misalkan di Indonesia : obat TBC, antibiotik, vaksin, obat generik dan lain-
lain.
j. Obat Baru

Obat yang terdiri dari satu atau lebih zat,


baik yang berkhasiat maupun tidak
berkhasiat misalnya lapisan, pengisi,
pelarut, bahan pembantu, atau komponen
lainnya yang belum dikenal, hingga tidak
Gambar 2.1 Obat baru diketahui khasiat dan keamanannya.
(Sumber : https://mediaindonesia.com/humaniora/574062/paxlovid-
obat-baru-pasien-covid-19-dengan-tingkat-keparahan-ringan)
2.3 Penggolongan Bentuk Obat
Obat dapat diberikan kepada pasien dalam bentuk pil, kapsul, suspensi, serbuk,
salep, obat tetes, dsb. Bentuk sediaan obat yang diberikan akan berpengaruh
terhadap kecepatan dan takaran jumlah obat yang diserap oleh tubuh. Selain itu,
bentuk sediaan obat akan berpengaruh pada kegunaan terapi obat. Bentuk sediaan
obat dapat dibagi menjadi tiga bentuk : padat, cair, dan gas.
Macam-macam bentuk obat :
a. Tablet

Gambar 2.2 Tablet


(Sumber : https://www.kompas.com/stori/read/2022/10/20/235900779/
obat-tablet-salut-gula-relasi-sejarah-perang-salib)

Merupakan sediaan obat berbentuk bundar atau pipih. Tablet paling sering
dijumpai di indonesia karena bentuk ini mudah dan praktis dalam pemakaian,
penyimpanan dan juga dalam produksinya. Tablet dilengkapi dengan zat
pelengkap atau tambahan yang berguna menunjang kinerja obat agar tepat
sasaran.
 Zat Pengisi
Berbentuk tablet berfungsi untuk memperbesar volume tablet. Zat ini
tidak mempengaruhi kerja obat. Zat pengisi yang biasa digunakan
dalam bentuk sediaan obat tablet adalah : saccharum Lactis, Amylum
manihot, calcii phoshas, dan lain-lain.
 Zat Pengikat
Zat ini berfungsi untuk mempertahankan bentuk tablet agar tidak
pecah atau retak, dan merekatkan zat-zat yang ada di dalam obat
tablet. Zat pengikat yang umumnya digunakan dalam industri obat
tablet adalah mucilage Arabici dan solution methylcelloeum.
 Zat Penghancur
Zat penghancur berfungsi untuk memudahkan hancurnya obat dalam
perut/lambung sehingga dapat dengan mudah diserap oleh tubuh. Zat
penghancur yang biasa digunakan adalah : natrium alginat, gelatin, dan
agar-agar.
 Zat Pelicin
Zat ini berguna untuk mencegah agar tablet tidak lengket pada
cetakan. Biasanya zat pelicin yang digunakan dalam industri obat
tablet adalah : Talcum 5%, acidum strearicum, dan lain-lain.
Bentuk sediaan tablet ini dibuat untuk pemakaian obat secara oral
(obat diminum melalui mulut). Adapun beberapa jenis bentuk sediaan
tablet adalah :
 Tablet biasa. Tablet dicetak tanpa diberi lapisan apapun, pada
umumnya obat tablet ini akan diserap pada saluran pencernaan
sehingga efek pengobatannya pun cepat dirasakan.
 Tablet kompresi. Tablet yang diproduksi dengan sekali tekan,
iasanya terdapat zat tambahan. Contoh : bodariexin.
 Tablet kompresi ganda. Tablet yang dalam proses produksinya
mengalami penekanan dua kali. Pada umumnya tablet bentuk
ini akan terlihat berlapis. Contoh : decolgen
 Tablet yang dikempa. Tablet yang dicetak berbentuk silinder
kecil.
 Tablet hipodermik. Tablet yang diproduksi dengan bahan-
bahan yang mudah larut dalam air. Contoh : atropin sulfat.
 Tablet sublingual. Tablet yang diminum dengan cara diletakan
dibawah lidah. Contoh : nitrogliserin.
 Tablet bukal. Tablet yang diminum dengan cara meletakan obat
di antara pipi dan gusi. Contoh : progesteron.
 Tablet salut, antara lain :
Tablet salut gula. Bentuk sediaan obat berbentuk tablet
yang dilapisi dengan lapisan gula. Hal ini dilakukan untuk
melindungi obat dari udara, menjaga kelembaban obat, dan
memberikan rasa pada obat agar menghilangkan gangguan
bau dan rasa obat asli. Contoh : Pahezon.
Tablet salut film. Tablet salut film adalah tablet kempa
yang disalut dengan salut tipis, berwarna atau tidak dari
bahan polimer yang larut dalam air yang hancur cepat di
dalam saluran cerna.
Tablet salut enteric. Bentuk sediaan tablet yang dilapisi zat
sehinga tidak hancur terkenan HCL dalam lambung dan obat
akan hancur di usus. Contoh : Voltare 50 mg, dan lain-lain.
 Tablet effervescent. Sediaan obat berbentuk tablet yang akan
berbuih jika terkena cairan, biasanya disimpan ditempat
tertutup untuk menjaga kelembabannya. Contoh : Redoxon
 Tablet diwarnai coklat. Bentuk sediaan obat yang dilapisi
dengan oksida besi, warna coklat ini didapatkan dari oksida
besi. Contoh : Sangobion.
 Chewable tablet. Tablet yang cara pemakaiannya harus
dikunyah agar meninggalkan efek enak di rongga mulut. Contoh
: Antasida, fitkom
 Tablet hisap. Bentuk sediaan tablet yang diminum dengan cara
dihisap
 untuk pengobatan di rongga mulut dan tenggorokan. Contoh :
FG Troches, Ester C, dan lain-lain.
b. Kapsul
Merupakan sediaan obat padat dikemas ke dalam
sebuah cangkang berbentuk tabung keras maupun
lunak yang dapat larut. Tabung kapsul ini biasanya
terbuat dari gelatin, pati, dan lain-lain. Contoh :
kapsida, incidal, dan lain-lain.
Gambar 2.3 Kapsul
(Sumber : https://www.alatkesehatan.id/toko/
kapsul-obat-aneka-warna/)

c. Kaplet
Bentuk sediaan obat kaplet (kapsul tablet)
merupakan sediaan berbentuk tablet yang
dibungkus dengan lapisan gula dan pewarna
menarik. Lapisan warna dan gula ini bertujuan untuk
Gambar 2.4 Kaplet
(Sumber : https://id.quora.com/Apa-
perbedaan-antara-pil-kapsul-dan-tablet)
menjaga kelembaban dan menjaga agar tidak tekontaminasi dengan HCL di
lambung.
d. Pil
Sediaan obat berbentuk bundar dengan
ukuran yang kecil. Ada beberapa variasi dari
pil, antara lain : granulae, pilulae, dan boli.

Gambar 2.5 Pil


(Sumber :
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20150426081
052-12-49211/konsumsi-pil-parkinson-dikhawatirkan-
sudah-jadi-gaya-hidup)

e. Serbuk
Sediaan obat yang berbentuk remahan yang
merupakan campuran kering obat dan zat
kimia yang dihaluskan. Serbuk terbagi menjadi
serbuk granulae dan serbuk effervescent. Sama
seperti tablet effervescent, serbuk effervescent
juga akan mengeluarkan buih ketika
Gambar 2.6 Serbuk bercampur dengan air. Contoh : adem sari,
(Sumber : https://www.sehatq.com/obat/e-some-
serbuk-injeksi-40-mg) jesscool, dan lain-lain.

f. Supositoria
Merupakan sediaan padat dalam berbagai bobot dan
bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau
uretra, umumnya meleleh, melunak atau melarut pada
suhu tubuh.
Gambar 2.7 Suppositoria
(Sumber : https://www.halodoc.com/obat-

dan-vitamin/stolax-suppositoria)

Tujuan pengobatan yaitu :


 Penggunaan lokal bertujuan untuk memudahkan defekasi serta
mengobati gatal, iritasi, dan inflamasi karena hemoroid.
 Penggunaan sistemik seperti : aminofilin dan teofilin untuk asma,
chlorprozamin untuk anti muntah, chloral hydariat untuk sedatif dan
hipnotif, aspirin untuk analgenik antipiretik.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penggolongan obat merupakan suatu bentuk pemilahan dan pengelompokkan
berdasarkan suatu jenis, manfaat, dan bentuknya secara garis besar. Menurut
Permenkes No.917/Menkes/Per/X/1993, obat yang sudah jadi adalah sediaan atau
paduan-paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki secara
fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan, dan kontrasepsi. Penggolongan
obat berdasarkan jenis menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
949/Menkes/Per/VI/2000, obat digolongkan menjadi 5 jenis, yaitu; obat bebas,
obat bebas terbatas, obat keras, obat wajib apotik, dan obat psikotropika dan
narkotika. Penggolongan atau klasifikasi dari obat berdasarkan jenis seperti obat
OTC, obat esensial, obat generik, obat paten,obat tradisional, obat baru, obat wajib
apotek, obat jadi, obat mitu, dan obat berlogo.
3.2 Saran
Pembaca lebih mampu dalam merealisasikan atau dapat menggolongkan obat.
Sebagai tenaga kesehatan yang dapat mengampu berbagai jenis layanan bidang
kesehatan, terkhususnya sebagai perawat harus diperhadapkan dengan ilmu
farmakologi dan harus dapat menentukan, membedakan, membuat,
mengidentifikasi, dan paham akan obat. Pembaca dapat menjadikan makalah ini
sebagai bahan referensi dalam pembelajaran perkuliahan dan menjadi bahan acuan
dalam membuat tugas
BAB IV
LATIHAN KUIS

Pilihan Ganda

1. Peraturan undang-undang yang tepat berisikan tentang penggolongan obat


adalah…
a. Permenkes RI Nomor 946 /Menkes/Per/IV/2000
b. Permenkes RI Nomor 947/Menkes/Per/V/2000
c. Permenkes RI Nomor 949/Menkes/Per/VI/2000
d. Permenkes RI Nomor 944/Menkes/Per/VI/2002
e. Permenkes RI Nomor 949/Menkes/Per/VI/2010

2. Obat Paten adalah…


a. Obat jadi yang berasal dari tumbuhan
b. Obat keras yang dapat diperoleh di apotek tanpa resep dokter
c. Obat yang telah habis masa patennya yang diproduksi dan dijual pabrik
lain dengan nama dagang yang ditetapkan pabrik lain
d. Obat dengan nama sediaan yang ditetapkan pabrik pembuat dan terdaftar
di departemen kesehatan negara yang bersangkutan
e. Obat yang telah diberi hak paten tersebut tidak boleh diproduksi dan
dipasarkan dengan nama generik oleh industri farmasi lain

3. Obat yang tidak termasuk dalam golongan antibiotik adalah…


a. Fluoroquinolones
b. Amlodipine
c. Sulfonamida
d. Aminoglikosida
e. Makrolid

4. Perhatikanlah tanda peringatan pada kemasan obat berikut!


P. No 1 : Awas! Obat keras. Bacalah aturan pemakaiannya.
P. No 2 : Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan.
P. No.3 : Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan.
P. No.4 : Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan.
P. No.5 : Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar.
Nomor manakah yang benar dengan pernyataan yang tepat dari tanda peringatan
diatas…
a. P. No 1 : Awas! Obat keras. Bacalah aturan pemakaiannya.
b. P. No 2 : Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan.
c. P. No.3 : Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan.
d. P. No.4 : Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan.
e. P. No.5 : Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar.

5. Obat yang disediakan dalam bentuk pipih dan bulat serta dilengkapi dengan zat
pelengkap atau tambahan yang berguna menunjang kinerja obat agar tepat
sasaran adalah bentuk obat…
a. Tablet
b. Kapsul
c. Kaplet
d. Pil
e. Suppositoria

6. Fungsi dari antikonvulsan adalah…


a. Mengurangi gejala alergi karena musim atau cuaca
b. Mencegah dan mengobati bangkitan epilepsi (epileptic seizure) dan
bangkitan non-epilepsi
c. Mencegah naik turunnya mood pada pasien dengan gangguan bipolar
d. Mengendurkan otot polos arteri
e. Mempengaruhi fungsi perilaku, emosi, dan pikiran yang biasa digunakan
dalam bidang psikiatri atau ilmu kedokteran jiwa.

7. NSAID merupakan singkatan dari…


a. Non Satisfying Anti Infection Dry
b. Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs
c. Non Specific Anti Inflammatory Drugs
d. Non Server Articular Internet Delay
e. Non Steroidal Anti Infection Drugs
8. Penggolongan obat dibagi berdasarkan efek yang ditimbulkan, kecuali…
a. Oral
b. Sublingual
c. Dubur/Rektal
d. Langsung ke organ
e. Rambut

9. Jenis-jenis tablet salut yang benar adalah…


a. Tablet salut gula-film-enteric
b. Tablet salut gula-enteric-selaput
c. Tablet salut asam-enzim-mineral
d. Tablet salut tulang-lendir-mukosa
e. Tablet salut kulit-darah-otot

10. Logo dari obat bebas yang benar pada gambar ini adalah…

a. b.

c. d. e.
Essay

1. Apa yang dimaksud penggolongan obat?


2. Bagaimana menggolongkan obat menurut mekanisme kerjanya?
3. Berdasarkan penggunaan klinik, psikotropika dapat di bedakan menjadi 4
golongan, yaitu?
4. Jelaskan penggolongan obat berdasarkan beberapa faktor yang kamu ketahui?
5. Sebutkan peran obat secara umum?
DAFTAR PUSTAKA

Nuryati. (2017). Bahan Ajar Rekam Medis Dan Informasi Kesehatan (RMIK)
FARMAKOLOGI. Jakarta Selatan : Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
Hal.16-29

Nita Noviani, Vitri Nurilawati. (2017). Bahan Ajar Keperawatan Gigi FARMAKOLOGI.
Jakarta Selatan : Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Hal.34-51

Siti Lestari. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan (FARMAKOLOGI DALAM
KEPERAWATAN). Jakarta Selatan : Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
Hal.20-25,31-75

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 949/Menkes/Per/VI/2000


Tentang Penggolongan Obat

Yanita Sari. (2021). 12 Jenis Bentuk Obat dan Golongannya Sesuai Kegunaan. Online :
SehatQ, https://www.sehatq.com/artikel/ragam-jenis-bentuk-sediaan-obat. Diakses
pada 01 Mei 2023
LAMPIRAN

KEAKTIFAN KETERLIBATAN
SEDIKIT PERAN
NAMA AKTIF PASIF 35 % 60% 90%
PASIF PRESENTASI
Martstella Tumundo ✅ ✅ Pemateri 1
Gabriella Kojongian ✅ ✅ Pemateri 2
Clifford Holle ✅ ✅ Pemateri 3
Jessika Salasa ✅ ✅ Notulen
Nursyifha Nanempa ✅ ✅ Moderator

Anda mungkin juga menyukai