FARMAKOLOGI
PRODI DIII
JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
2021
i
PENUNTUN PRAKTIKUM
FARMAKOLOGI
PRODI DIII
JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
2021
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan
petunjuk-Nya sehingga Penuntun Praktikum Farmakologi dapat diselesaikan. Penuntun
praktikum ini disusun guna memberikan petunjuk dan pegangan bagi mahasiswa program
Studi Ilmu Keperawatan yang akan melaksanakan Praktikum Farmakologi.
Penyusun menyadari bahwa buku penuntun ini masih jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangan. Untuk itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran guna
perbaikan Penuntun Praktikum Farmakologi, dan nantinya untuk dapat lebih
menyempurnakan.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Hal
Kata Pengantar ……………………………………………………………. iii
Daftar Isi …………………………………………………………………... iv
1. Penggolongan Obat…………………............................................. 1
2. Identifikasi Informasi Label dan Brosur Obat…................................. 11
3. Menerjemahkan Permintaan Dokter................................…………… 23
4. Perhitungan Dosis Obat Oral (Padat dan Cair).......………………… 36
5. Perhitungan Dosis Obat Injeksi …………………………………….. 48
6. Perhitungan Suntikan dari Obat Bubuk.....………………………….. 61
7. Perhitungan Kecepatan Tetesan Intravena dan Infus ……………….. 70
8. Tata Cara Persiapan dan Pemberian Obat………………………….... 84
iv
PRAKTIKUM I
PENGGOLONGAN OBAT
Pokok Materi
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang :
1. Penggolongan Obat di Indonesia
2. Obat bebas
3. Obat bebas terbatas
4. Obat keras
5. Obat narkotika dan psikotropika
URAIAN MATERI
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia (Undang-undang kesehatan No.36 tahun
2009).
Obat jadi adalah obat yang sudah dalam bentuk siap pakai, dibedakan antara obat
generik dan obat merek dagang. Obat generik adalah obat jadi terdaftar yang
1
menggunakan nama generik yaitu nama obat internasional atau nama lazim yang sering
dipakai.
Obat nama dagang adalah obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama
pembuat atau yang dikuasakannya, dan dijual dalam bungkus asli pabrik yang
memproduksinya. Sedangkan obat palsu adalah obat jadi yang diproduksi oleh pabrik
obat yang tidak terdaftar, obat yang tidak terdaftar atau obat jadi yang kadarnya
menyimpang 20 % atau lebih dari persyaratan yang ditentukan.
Penggolongan obat dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketepatan
penggunaan serta pengamanan distribusinya. Penggolongan obat menurut Permenkes
No. 917/1993 adalah :
a. Obat bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep
dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau
dengan garis tepi berwarna hitam.
2
Obat yang termasuk ke dalam golongan ini antara lain obat batuk, obat influenza,
obat analgetik antipretik, beberapa suplemen vitamin dan mineral, obat antiseptika,
serta obat tetes mata untuk iritasi ringan. Contoh : CTM.
Obat golongan ini hanya dapat dibeli di apotek dan toko obat berijin.
Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas, berupa empat
persegi panjang berwarna hitam berukuran panjang 5 (lima) centimeter, lebar 2 (dua)
centimeter dan memuat pemberitahuan berwarna putih sebagai berikut :
c. Obat keras
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter.
Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah
dengan garis tepi berwarna hitam.
d. Obat psikotropika
Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku (Undang-undang
no 5 tahun 1997).
e. Obat narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan
sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang ini (Undang-undang no 35 tahun
2009).
4
diawasi dengan ketat. Obat golongan narkotika hanya diperoleh di apotek dengan
resep dokter/asli (tidak dapat menggunakan copy resep).
Narkotika dibedakan menjadi 3 golongan yaitu :
1. Narkotika Golongan I adalah Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Contoh : opium, kokain, heroin dan sebagainya.
2. Narkotika Golongan II adalah Narkotika berkhasiat pengobatan digunakan
sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan.
Contoh : fentanil, metadon, morfin, dan sebagainya.
3. Narkotika Golongan III adalah Narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.
Contoh : kodein, etilmorfin, dan sebagainya.
Obat Tradisional
Obat tradisional sering disebut obat bahan alam yang diproduksi di Indonesia.
Berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat pembuktian
khasiat, obat bahan alam dikelompokan menjadi :
1. Jamu
Merupakan obat tradisional yang disediakan secara tradisional, misalnya dalam
bentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang
menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan secara tradisional. Pada umumnya,
jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur yang disusun dari
berbagai tanaman obat yang jumlahnya cukup banyak, berkisar antara 5 – 10 macam
bahkan lebih. Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan
klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris. Jamu yang telah digunakan secara turun-
menurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun, telah
membuktikan keamanan dan manfaat secara langsung untuk tujuan kesehatan
tertentu. Jenis klaim penggunaan harus diwakili dengan kata-kata :”secara
tradisional digunakan untuk....” atau sesuai dengan yang disetujui pada pendaftaran.
5
Gambar 7. Logo jamu
3. Fitofarmaka
Merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan
obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti
ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia. Dengan uji klinik akan lebih meyakinkan
para profesi medis untuk menggunakan obat herbal di sarana pelayanan kesehatan.
Masyarakat juga bisa didorong untuk menggunakan obat herbal karena manfaatnya jelas
dengan pembuktian secara ilimiah.
6
Tugas Mandiri
1. Carilah 3 jenis obat pada masing-masing golongan obat!
2. Lakukan identifikasi dan tentukan penggolongan obat pada label tersebut !
3. Diskusikan antar kelompok dan dosen pendamping !
7
HASIL PRAKTIKUM
PENGGOLONGAN OBAT
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
8
20
21
22
23
24
25
Pembahasan
Kesimpulan
9
LEMBAR EVALUASI
PENGGOLONGAN OBAT
10
PRAKTIKUM II
IDENTIFIKASI INFORMASI LABEL DAN BROSUR OBAT
Pokok Materi
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang :
1. Informasi label obat
2. Informasi brosur obat
3. Identifikasi informasi farmakokinetika dan farmakodinamika pada brosur obat.
URAIAN MATERI
Obat pada dasarnya merupakan bahan yang hanya dengan takaran tertentu dan
dengan penggunaan yang tepat dapat dimanfaatkan untuk mendiagnosa, mencegah
penyakit, menyembuhkan atau memelihara kesehatan. Oleh karena itu sebelum
menggunakan obat, harus diketahui sifat dan cara penggunaannya agar tepat, aman dan
rasional.
Informasi tentang obat, dapat diperoleh dari etiket (label) atau brosur yang
menyertai obat tersebut.
11
Label (Etiket) Obat
Merk dagang dari suatu obat (juga dikenal sebagai nama paten) biasanya
dituliskan dengan huruf besar pada label obat. Merk dagang secara khas ditetapkan oleh
pabrik obat dan memiliki tanda registrasi (R). Nama generik dari suatu obat dituliskan
dengan huruf yang lebih kecil, dalam kurung atau ditulis miring. Nama generik harus
dituliskan pada label agar apoteker yang berwenang dapat memberikan obat generik
sebagai pengganti obat dengan merk dagang.
Gambar 10. Nama merk dagang dan nama generik label obat
12
Gambar 11. Kekuatan obat, bentuk sediaan dan jumlah obat pada label obat
Gambar 12. Dosis, jumlah dosis, cara pemberian obat dan instruksi spesifik
pada label obat
13
Informasi penting lainnya yang ditemukan pada label adalah :
1. Tanggal kadaluarsa obat
2. Peringatan dan perhatian yang berhubungan dengan obat seperti alergi, petunjuk
penyimpanan, apakah harus dikocok dengan baik atau tidak boleh dikocok dan
apakah boleh terpapar sinar matahari.
3. Nama pabrik obat dengan nomor kontrol atau nomor lot (digunakan terutama untuk
penarikan kembali obat (recall)
4. Barcode pabrik (sangat penting untuk unit dosis). Barcode sebelum obat diberikan
kepada pasien, merupakan kontrol bahwa obat dan dosis tepat dan sebagai
dokumentasi.
Brosur Obat
Informasi dalam kemasan atau brosur pada umumnya mencantumkan :
1. Nama obat
Nama obat pada kemasan terdiri dari nama dagang dan nama zat aktif yang
terkandung di dalamnya.
2. Komposisi obat
Informasi tentang zat aktif yang terkandung di dalam suatu obat, dapat merupakan
zat tunggal atau kombinasi dari berbagai macam zat aktif dan bahan tambahan lain.
14
3. Farmakokinetika
Studi tentang nasib obat di dalam tubuh atau pengaruh tubuh terhadap obat yang
meliputi proses absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi.
4. Farmakodinamika
Membahas mengenai pengaruh obat terhadap tubuh atau efek obat terhadap tubuh.
5. Indikasi
Informasi mengenai khasiat obat untuk suatu penyakit.
6. Aturan pakai
Informasi mengenai cara penggunaan obat yang meliputi waktu dan berapa kali obat
tersebut digunakan.
7. Peringatan perhatian
Tanda peringatan yang harus diperhatikan pada setiap kemasan obat bebas dan obat
bebas terbatas.
8. Tanggal kadaluarsa
Tanggal yang menunjukan berakhirnya masa kerja obat.
9. Nama produsen
Nama industri farmasi yang memproduksi obat.
10. Nomor batch/lot
Nomor kode produksi yang dikeluarkan oleh industri farmasi.
11. Harga Eceran Tertinggi (HET)
Harga jual obat tertinggi yang diperbolehkan oleh pemerintah.
12. Nomor registrasi
Adalah tanda ijin edar absah yang diberikan oleh pemerintah.
Tugas Mandiri
1. Carilah 3 buah label obat dari berbagai bentuk sediaan farmasi !
2. Lakukan identifikasi dan tentukan beberapa informasi yang tercantum pada label
obat tersebut !
3. Diskusikan brosur obat terkait farmakokinetika dan farmakodinamika suatu obat !
4. Diskusikan antar kelompok dan dosen pendamping !
15
HASIL PRAKTIKUM
IDENTIFIKASI INFORMASI LABEL DAN BROSUR OBAT
2.
3.
4.
16
5.
Pembahasan
Kesimpulan
17
LEMBAR EVALUASI
IDENTIFIKASI INFORMASI LABEL DAN BROSUR OBAT
18
4. Kekuatan Obat
5. Bentuk obat
6. Jumlah obat
19
7. Dosis sediaan
8. Jumlah dosis
20
10. Tanggal kadaluarsa
21
13. Nama pabrik obat
15. Barcode
22
PRAKTIKUM III
MENERJEMAHKAN PERMINTAAN DOKTER
Pokok Materi
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang :
1. Menerjemahkan permintaan dokter
2. Menginterpretasikan tulisan permintaan obat dari dokter
URAIAN MATERI
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker,
baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan menyerahkan obat
bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku. Membaca permintaan dokter dengan akurat
merupakan bagian yang vital dalam memberikan obat dengan aman. Permintaan dokter
harus distempel atau diberi label nama pasien, memiliki informasi lengkap tentang obat,
dosis, cara waktu pemberian dan mudah dibaca.
Seorang perawat yang mempraktikan seni membaca permintaan dokter, kadang
dapat menemukan kesulitan atau kebingungan. Permintaan dokter yang benar terdiri
23
dari beberapa bagian. Saat membaca permintaan dokter, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan yaitu :
1. Apakah kolom nama pasien, tanggal, dan alergi sudah terisi
2. Apakah nama obat ditulis dengan jelas
3. Apakah dosis, bentuk sediaan obat, cara dan waktu pemberian sudah dituliskan
Jika salah satu informasi ini tidak ada, maka hubungi dokter yang membuat resep untuk
mendapatkan informasinya.
Dokter seringkali meminta pasien untuk meminum obat di rumah dan dokter akan
melengkapi lembar permintaan resep pasien untuk diberikan ke apoteker. Lembar resep
yang terisi lengkap dan benar harus mencakup :
1. Bagian kepala resep terdiri dari nama rumah sakit/klinik/praktek dokter, alamat,
nomor kontak.
2. Tanda “R” (resipe) yang artinya berikan
3. Nama obat, kekuatan obat, jumlah dan dosis yang diberikan
4. Signature (aturan pakai)
5. Tanda tangan dokter
6. Nama pasien, umur dan berat badan.
24
Jenis-jenis perintah pemberian obat :
1. Resep obat rutin (resep tetap/standing order) adalah resep yang obatnya terus
digunakan sampai dokter yang meresepkan menghentikan pengobatannya.
Contoh : Mecamylamine HCl 2,5 mg BID. Obat ini diberikan setiap hari 2x sehari.
2. Resep PRN (Jika perlu) adalah resep yang obatnya diberikan bila pasien
membutuhkan obat.
Contoh : Oxycodone HCl dan ibuprofen 5 mg/400 mg Q6H PO PRN untuk nyeri.
Obat ini diberikan setiap 6 jam jika pasien merasa nyeri. Bila pasien tidak nyeri obat
tidak diberikan.
3. Resep dosis tunggal (resep 1x permintaan) adalah resep untuk satu kali pemberian
saja kemudian permintaan dihentikan.
Contoh : atropine 0,4 mg IM on call ke kamar operasi satu dosis. Obat ini diberikan
saat pasien dibawa ke unit bedah.
4. Resep STAT (segera) adalah resep yang tidak boleh ditunda. Seringkali merupakan
obat-obatan untuk menyelamatkan nyawa.
Contoh : Lidocain HCl 50 mg IV cepat, STAT x 1 dosis. Obat ini harus diberikan
segera.
27
Metode Distribusi Obat
No. Floor Stock Unit Dose
1 Obat-obat disimpan dalam unit dan Obat-obat dikemas dalam dosis untuk
diberikan pada semua klien dari tempat 24 jam oleh apotek
obat yang sama
2 Keuntungan: selalu tersedia, hemat biaya Keuntungan: menghemat waktu
jika dalam jumlah yang besar perawat, tidak diperlukan perhitungan
dosis, mudah untuk penagihan
rekening dalam dosis tertentu.
3 Kerugian: kesalahan obat lebih sering Kerugian: terlambat dalam menerima
dengan banyaknya orang yang menuang obat, tidak dapat segera diganti jika
terkontaminasi.
28
Singkatan waktu berikut ini didasarkan pada 24 jam sehari. Untuk menentukan berapa
kali suatu pengobatan yang akan diberikan dalam sehari, bagilah 24 dengan angka
yang diberikan dalam singkatan.
Tugas Mandiri
1. Kelas dibagi menjadi 5 kelompok.
2. Setiap kelompok melakukan identifikasi dan melengkapi lembaran permintaan
dokter.
3. Diskusikan antar kelompok dan dosen pendamping.
4. Presentasikan hasil diskusi kelompok !
29
HASIL PRAKTIKUM
MENERJEMAHKAN PERMINTAAN DOKTER
33
Soal Permintaan Obat 5
34
LEMBAR EVALUASI
MENERJEMAHKAN PERMINTAAN DOKTER
35
PRAKTIKUM IV
PERHITUNGAN DOSIS OBAT ORAL (PADAT DAN CAIR)
Pokok Materi
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang :
1. Menghitung dosis obat oral baik sediaan padat maupun cair
2. Menghitung dosis obat oral anak.
URAIAN MATERI
Interpretasi Label Obat
Perusahaan farmasi biasanya melabelkan nama obatnya dengan :
1. Merek dagang obatnya dengan huruf yang besar
2. Nama generiknya dalam huruf yang kecil
3. Dosis per tablet, kapsul atau cair dicetak pada label.
Dimana :
D = dosis yang diinginkan atau dosis yang diperintahkan dokter
H = dosis pada label wadah (botol/vial) atau dosis ditangan/dimiliki
V = bentuk obat yang tersedia (tablet, kapsul, cair)
A = jumlah hasil hitungan yang diberikan kepada pasien
Formula dasar yang digunakan saat menghitung dosis obat padat atau cair
Dosis yang diminta x jumlah yang tersedia = jumlah yang akan diberikan
Dosis yang tersedia
Contoh :
Permintaan Amoxicillin 0,5 g per oral dua kali sehari. Obat yang tersedia Amoxicillin
250 mg/tablet. Berapa tablet Amoxicillin yang diambil ?
Jawaban :
Langkah 1. Konversi satuan “g” menjadi “mg” sehingga 0,5 g = 500 mg
Langkah 2.
500 mg x 1 tablet = 2 tablet
250 mg
Jadi pasien mendapat 2 tablet.
Contoh :
Perintah Ampicillin 4 x 100 mg, tersedia Ampicillin 250 mg/5 ml. Berapa Ampicillin
yang akan diberikan kepada pasien ?
Jawaban :
Konversi tidak diperlukan karena keduanya dinyatakan dalam unit pengukuran yang
sama.
H : V = D : X
250 mg : 5 ml = 100 mg : x ml
250x = 500
x = 2 ml
38
Perhitungan dosis berdasarkan Luas Permukaan Tubuh
Metode luas permukaan tubuh dianggap yang paling tepat dalam menghitung dosis obat
untuk bayi, anak-anak, usia lanjut dan klien dengan berat badan terendah.
Sistem Pengukuran
39
Rumus Perhitungan Dosis Anak Berdasarkan Umur
Dimana :
D = presentase yang diinginkan atau dosis yang diperintahkan dokter
H = kekuatan larutan yang ditangan
V = volume total yang diinginkan
A = jumlah larutan yang diberikan kepada pasien
Contoh :
Perintah 250 ml (cc) dari larutan 30%, q4Hx6. Hitung berapa banyak Ensure dan air
yang ditambahkan untuk membuat 250 ml dari larutan 30%.
Jawaban :
Larutan 30% berarti larutan 30 gram dalam 100 bagian.
30 x 250 = 75 ml Ensure
100
Atau metode rasio dan proporsi
H : V = D : X
100 : 250 = 30 : x
100 x = 7500
x = 75 ml Ensure
Berapa banyak air yang harus ditambahkan :
Jumlah total – jumlah makanan = jumlah air
250 ml – 75 ml = 175 ml air.
40
Contoh :
Perintah : Kloksasilin natrium 0,25 g. Sediaan : 125 mg per 5 ml. Berikan ?
Jawaban :
Langkah 2 :
250 mg x 5 ml = 10 ml
125 mg
Tugas Mandiri
1. Kelas dibagi menjadi 5 kelompok.
2. Setiap kelompok menghitung dosis pada beberapa kasus pemberian obat.
3. Diskusikan antar kelompok dan dosen pendamping.
4. Presentasikan hasil diskusi kelompok !
41
HASIL PRAKTIKUM
PERHITUNGAN DOSIS OBAT ORAL (PADAT)
42
5. Perintah : Deksametason 1 mg PO Metode rumus dosis
Sediaan : Deksametason 0,5 mg/tablet.
Berikan ?
Metode rasio & proporsi
43
Berikan ? Metode rasio & proporsi
44
HASIL PRAKTIKUM
PERHITUNGAN DOSIS OBAT ORAL (CAIR)
45
7. Perintah : Cairan simetikon 60 mg PO dalam ½
gelas H2O.
Sediaan : Cairan dalam botol dengan alat penetes
beretiket 40 mg/0,6 ml.
Berikan ?
46
13. Perintah : Kloksasilin 250 mg PO q6H. Berat badan
anak 20 kg. Dalam etiket 50 mg/kg/hari dalam dosis
terbagi interval 6 jam.
Sediaan : Cairan beretiket 125 mg/5 ml.
Apakah dosis tersebut aman ?
Berikan ?
47
PRAKTIKUM V
PERHITUNGAN DOSIS OBAT INJEKSI
Pokok Materi
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang :
1. Menghitung dosis obat injeksi
2. Menghitung dosis obat insulin
URAIAN MATERI
Preparat Injeksi
Tempat obat yang tepat (vial atau ampul) dan pilihan yang benar dari jarum dan spuit
adalah penting dalam mempersiapkan dosis obat yang diresepkan. Rute pemberian
adalah bagian dari perintah pengobatan.
48
Obat-obat yang mudah rusak dalam bentuk cair dikemas dalam bentuk bubuk dalam
vial maupun ampul untuk penyimpanan. Sekali obat berbentuk kering ini direkonstitusi
(biasanya dengan air steril, air bakteriostatik, atau salin) obat segera dipakai atau harus
dimasukan ke dalam lemari es.
Spuit
Spuit terdiri dari silinder (barrel, kerangka luar), pengisap (plunger, bagian dalam) dan
ujung (tip) dimana jarum bertemu dengan spuit. Spuit tersedia dalam berbagai tipe dan
ukuran, yang paling sering adalah 3 ml dan 5 ml, tuberculin, insulin dan spuit logam
dan plastik untuk cartridge yang telah diisi. Spuit kaca dapat dipakai dalam kamar
operasi dan pada baki instrumen khusus. Obat-obat suntik khusus dikemas dalam
cartridge yang telah diisi untuk spuit dengan merek tubex dan carpujet. Ujung spuit dan
bagian dalam dari pengisap harus tetap dalam keadaan steril.
49
Gambar 24. Spuit 5 ml dikalibrasi dalam pertanda 0,2 ml
50
Contoh Soal :
Pesanan : Demerol HCl 75 mg IM q4H prn
Etiket
Permintaan adalah pesanannya 75 mg
Milik adalah kekuatan obat yang disediakan
100 mg
Sediaan adalah kesatuan bentuk obat 1 ml
Jumlah adalah berapa banyak cairan yang
diberikan melalui suntikan dalam ml.
Jawab :
Permintaan x Sediaan = Jumlah
Milik
75 mg x 1 ml = 0,75 ml
100 mg
Jawaban :
75 mg x 1 ml = 1,5 ml
50 mg
Berikan 1,5 ml IM
Spuit 3 ml
Spuit 1 ml
51
3. Pesanan : Epineprin 1 mg Sc STAT
Etiket : ampul beretiket 1 : 1000
Jawaban :
1 : 1000 artinya 1 gram dalam 1000 ml
1 mg x 1000 ml = 1 ml
1000 mg
Spuit 3 ml
Suntikan Insulin
Insulin adalah hormon yang mengatur metabolisme glukosa. Obat itu diukur dalam unit
dan diberikan melalui suntikan. Insulin disediakan dalam 10 ml vial yang berisi 100
unit per ml.
Insulin Kerja Cepat
Insulin jenis ini mulai bekerja dalam 1 jam dan puncak kerjanya dalam 2 sampai 4 jam,
efeknya dapat bertahan selama 5 sampai 7 jam. Insulin diberikan secara subkutan,
kecuali untuk insulin regular yang dapat diberikan secara iv. Perhatikan huruf “R”
besar pada etiket agar dapat mengenali insulin regular dengan segera.
52
Insulin Kerja Sedang
Insulin jenis ini memulai efeknya dalam 1 sampai 3 jam, aktivitas puncaknya sekitar 6
sampai 12 jam dan dapat bertahan selama 24 jam. Huruf “N” atau “L” atau istilah
“isofan” menunjukan bahwa insulin regular telah dimodifikasi dengan penambahan
seng dan protamin untuk memperlambat penyerapan dan memperpanjang masa kerja.
Insulin Campuran
Suatu pesanan dapat meminta 2 insulin dicampur dalam 1 alat suntik dan diberikan
bersama. Insulin campuran menggabungkan insulin kerja cepat dengan insulin kerja
sedang.
53
Jenis Alat Suntik Insulin
Tersedia 2 alat suntik standar untuk mengukur 100 U insulin yaitu 100 U dan 50 U.
Gambar 28. Alat suntik 1 cc diberi tanda dalam unit. Tiap garis sama dengan 2 unit.
Gambar 29. Alat suntik insulin dosis rendah ½ cc. Tiap garis sama dengan 1 unit.
Contoh Soal :
1. Pesanan 60 unit NPH SC qd.
Etiket
Tanyakan kepada diri sendiri, tiga buah pertanyaan :
a. Apakah pesanannya ? NPH 60 unit
b. Apa sediaannya ? NPH 100 unit/ml
c. Apakah tersedia alat suntik insulin 100 cc? Ya
54
Mencampurkan Dua Insulin ke dalam Satu Alat Suntik
Kadang-kadang dokter memesan insulin regular dicampur dengan insulin lain dan
disuntikan bersamaan pada tempat yang sama. Cara mempersiapkan 2 obat dalam satu
alat suntik sebagai berikut :
Insulin regular selalu disedot terlebih dahulu ke dalam alat suntik
Jumlah total unita dalam alat suntik akan merupakan penambahan dari kedua insulin
yang dipesan.
Contoh :
Pesanan insulin humulin regular 15 unit
Insulin humulin NPH 10 unit
Etiket : Insulin Humulin Regular 100 U/ml
Insulin Humulin NPH 100 U/ml
Tugas Mandiri
1. Kelas dibagi menjadi 5 kelompok.
2. Setiap kelompok menghitung dosis pada beberapa kasus pemberian obat.
3. Diskusikan antar kelompok dan dosen pendamping.
4. Presentasikan hasil diskusi kelompok !
55
HASIL PRAKTIKUM
PERHITUNGAN DOSIS OBAT INJEKSI (SUNTIK)
2. Pesanan : Demerol 25 mg IM
STAT.
Sediaan : Vial berisi cairan 100
mg dalam 1 ml
3. Pesanan : Siapkan 25 mg
lidokain.
Sediaan : Vial berisi cairan 1%
4. Pesanan : Tobramisin 70 mg
IM q8H
Sediaan : Ampul beretiket 80
mg/2 ml.
56
5. Pesanan : Isuprel 1 mg
tambahkan pada IV
Sediaan : vial beretiket 1 :
5000.
6. Pesanan : Neostigmin
metilsulfat 1,5 mg IM TID
Sediaan : 1: 2000
7. Pesanan : Epinefrin 5 mg SC
STAT
Sediaan : ampul beretiket 1%
57
Sediaan : Suspensi insulin
isophan iletin NPH 100 U/ml
dalam vial
10. Pesanan : Insulin humulin
regular 4 unit SC stat
Sediaan : Insulin regular
novolin R 100 U/ml dalam vial
58
qd 7.00
Sediaan : Insulin NPH 100 U
dan insulin humulin 100 U
dalam vial.
15. Pesanan : Tambahkan
Na.bikarbonat 1,2 mEq pada
IV stat.
Sediaan : Vial beretiket
Na.bikarbonat bayi 4,2%
5 mEq (0,5 mEq/ml)
59
mg/m2. Tersedia vistaril 25
mg/ml.
Apakah dosis tersebut aman?
60
PRAKTIKUM VI
PERHITUNGAN SUNTIKAN DARI OBAT BUBUK
Pokok Materi
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang :
1. Menghitung dosis suntikan dari obat bubuk
2. Mengetahui prinsip melarutkan suntikan dari obat bubuk
URAIAN MATERI
Beberapa obat disiapkan dalam bentuk kering, bubuk atau kristal. Dalam bentuk cair
obat ini tidak steril dan kehilangan potensinya pada waktu tertentu. Obat itu harus
dilarutkan menurut petunjuk pabrik obat yang akan memberi informasi tentang jenis
dan jumlah pelarut yang digunakan.
Obat bubuk biasanya dilarutkan dengan salah satu cairan berikut ini yaitu :
Air steril untuk suntikan,
Air bakteriostatik untuk suntikan yang memiliki tambahan bahan pengawet
Salin normal untuk suntikan (NaCl 0,9%).
Informasi tentang pelarutan obat bubuk dapat ditemukan dari :
Etiket pada vial dari obat bubuk
Informasi yang disisipkan dalam kemasan vial obat bubuk
61
Buku pedoman obat keperawatan
Buku pedoman lain seperti Physician’s Desk Reference (PDR).
Contoh Soal
Kasus 1
Pesanan : Seftizoksim natrium 270 mg IM q6h
Petunjuk etiket : tambahkan 3,0 mL air steril untuk suntukan. Kocok dengan baik.
Menghasilkan volume sebesar 3,7 mL (270 mg/mL). Stabil selama 24 jam pada suhu
ruangan atau 96 jam jika didinginkan.
Permintaan : Pesanan pada contoh adalah 270 mg IM
Milik : Kekuatan obat yang disediakan. Pada contoh itu adalah 1 g dalam bentuk
bubuk kering; bila bubuk kering itu dilarutkan, kekuatannya 270 mg/mL.
Ingatlah bahwa pabrik obat memberikan kekuatan larutan itu, perawat
tidak perlu menentukannya.
Sediaan : Bagian cair dari larutan yang dibuat, pada contoh ini sediaannya adalah
1mL = 270 mg.
Jawaban : Berapa banyak cairan yang akan diberikan (nyatakan dalam mL, cc). Pada
contoh yang diberikan, perawat memiliki larutan berkekuatan 270 mg/mL
dan sebuah pesanan untuk 270 mg IM. Jawabannya sudah jelas: berikan
1mL IM. Larutan sisa disimpan dalam lemari pendingin.Vialnya diberi
etiket dengan menuliskan larutan yang dibuat, dan paraf perawat yang
membuat larutan itu.
Kasus 2
Pesanan : natrium cefazolin 0,3 g IM
Sediaan bubuk: 500 mg
Cairan pelarut: 2,0 mL air steril untuk suntikan
Larutan dan sediaan baru 225 mg/mL
62
Kaidah perhitungan :
Berikan 1,3 mL IM
Tuliskan pada etiket : 225 mg/mL, tanggal, paraf
Penyimpanan : dalam lemari pendingin. Stabil selama 96 jam.
Kasus 3
Pesanan : penisislin G kalium 1 juta unit IM q6h
Sediaan bubuk : vial 5 juta unit, bubuk
Cairan pelarut dalam jumlah milliliter: Gunakan air steril untuk suntikan. Petunjuk
pelarutannya sulit dibaca.Kata “berturut-turut” pada kalimat dalam petunjuk pelarutan
berarti “sesuai urutan”. Tuliskan petunjuk untuk vial 5 juta unit (sediaan)
23 mL akan menghasilkan 200.000 U/mL
18 mL akan menghasilkan 250.000 U/mL
8 mL akan mengkasilkan 500.000 U/mL
3 mL akan menghasilkan 1 juta U/mL
Pilihlah 3 mL untuk melarutkan bubuk itu.
Larutan dan sediaan baru : 1 juta unit/mL
Kaidah tidak diperlukan karena
63
Tugas Mandiri
1. Kelas dibagi menjadi 5 kelompok.
2. Setiap kelompok menghitung dosis pada beberapa kasus pemberian obat.
3. Diskusikan antar kelompok dan dosen pendamping.
4. Presentasikan hasil diskusi kelompok !
64
HASIL PRAKTIKUM
PERHITUNGAN SUNTIKAN DARI OBAT BUBUK
65
3. Pesanan : Fortaz 500 mg IM q6h (Gbr. 8-8)
Sediaan : bubuk 1g
a. Cairan pelarut dan jumlah milliliter
b. Larutan dan sediaan baru
c. Kaidah dan perhitungan
d. Jawaban
e. Tuliskan pada etiket
f. Penyimpanan
66
5. Pesanan : Velosef 350 mg IM q8h
Sediaan : bubuk 1 g untuk suntikan dalam vial
a. Cairan pelarut dan jumlah milliliter
b. Larutan dan sediaan baru
c. Kaidah dan perhitungan
d. Jawaban
e. Tuliskan pada etiket
f. Penyimpanan
67
7. Pesanan : Asetazolamid natrium 200 mg IM
Sediaan : bubuk 500 mg dalam vial
Petunjuk : larutkan bubuk dengan 5 cc air steril untuk suntikan.
Tiap cc = 100 mg.
Pertanyaan :
a. Cairan pelarut dan jumlah milliliter
b. Larutan dan sediaan baru
c. Kaidah dan perhitungan
d. Jawaban
e. Tuliskan pada etiket
f. Penyimpanan
68
10. Pesanan : penisilin G kalium 600.000 unit IM q8h
Sediaan : bubuk 1 juta unit dalam vial
a. Cairan pelarut dan jumlah milliliter
b. Larutan dan sediaan baru
c. Kaidah dan perhitungan
d. Jawaban
e. Tuliskan pada etiket
f. Penyimpanan
69
PRAKTIKUM VII
PERHITUNGAN KECEPATAN TETESAN INTRAVENA DAN INFUS
Pokok Materi
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang :
1. Menghitung pesanan IV
2. Menghitung kecepatan tetesan IV dan infus
URAIAN MATERI
Beberapa obat diberikan secara IV, dengan menggunakan teknik steril untuk
mendapatkan efek segera dan kadar obat dalam darah yang tinggi. Obat-obat ini dalam
bentuk bubuk atau cairan dilarutkan dan kemudian diberikan secara terus menerus
melalui selang IV primer atau melalui jalur sekunder yang dihubungkan ke IV primer.
IV sekunder itu disebut infus piggyback intravena atau IVPB.
Etiket sediaan Yang tertulis pada pesanan
1000 cc D5%W 1000 ml D5W
500 cc D5%.9NS 500 ml D5NS
250 cc D5W.45NS 250 ml D51/2 NS
500cc D5.33NS 500 ml D51/3NS
Set infus yang tidak memiliki jarum dalam bilik disebut makrodrip. Set ini tidak
standar. Pabrik yang berbeda mempunyai jumlah tetesan per mililiter yang berbeda. Set
70
yang mengandung sebuah jarum dalam bilik disebut mikrodrip karena tetesannya kecil.
Semua set mikrodrip menyalurkan 60 gtt/ml.
71
Langkah 2. Jumlah mililiter per jam x faktor drip = tetes/menit
Jumlah menit
Contoh 1 :
Pesanan : 1000 ml Ringer laktat IV 8.00-20.00
Tersedia : sebuah pompa infus
Logika : 8.00-20.00 adalah 12 jam, waktu untuk menjalankan infus. Pompa infus
mengatur kecepatan dalam mililiter per jam.
Hanya diperlukan langkah 1.
ml = mL/jam
jam
Contoh 2.
Pesanan : 500 mL D51/3NS IVKVO selama 24O
Tersedia : mikrodip 60 gtt/mL, makrodrip 10 gtt/mL.
Logika : karena tidak tersedia pompa infus, pilihlah set infus.
Ini adalah soal dua langkah. Infus akan berlangsung selama 24 jam
Langkah 1 : mL= mL/jam
jam
Logika : Jawaban pada langkah 1 adalah 21 ml/jam. Jumlah menit adalah 60 menit.
Selesaikanlah soal mikro dan makrodrip ini dan buatlah suatu penilaian keperawatan
mengenai slang apa yang akan digunakan.
72
Makrodip
21 ml/jam x 10 gtt/ml = 3,5 gtt/menit
60 mnt
Makrodrip 4 gtt/menit
Mikrodrip
21 ml/jam x 60 gtt/ml = 21 gtt/mnt
60 menit
Logika : makrodrip 4 gtt/mnt terlalu lambat. Pilihlah mikrodrip. Beri etiket pada infus
Pilih set infus mikrodrip
Atur kecepatan tetesan pada 21 gtt/menit.
74
1000 unit/jam x 500 mL = 25 mL/jam
20.000 unit
Contoh 2
Pesanan : Aramin 60 mcg/menit IV
Tersedia : pompa infus, Larutan standar 50 mg dalam 250 mL D5W
Jawaban :
Langkah 1. Ubahlah larutan standar menjadi mcg/1 mL
50 mg x 1000 mcg = 50.000 mcg
50.000 mcg = 200 mcg/mL
250 mL
Langkah 2. Gantilah 1 mL dengan 60 tetes
Larutannya menjadi 200 mcg/60gtt
Langkah 3. PxS=J
M
60 mcg/mnt x 60 gtt = 18 gtt/menit = 18 mL/jam
200 mcg
Beri etiket pada cairan infus
Atur Pompa infus
Total mL = 250
mL/jam = 18
76
Dokter dapat menulis pesanan yang rinci: vankomisin 0,5 g IVPB dalam 100 mL D5W
selama 1 jam. Lebih sering dokter hanya akan menuliskan nama obat, cara pemberian
obat dan interval waktu, mempercayakan pada perawat untuk meneliti petunjuk dari
pabrik obat tentang jumlah dan jenis pelarut serta waktu menjalankan infus (misalnya,
sefazolin 1 g IVPB q6h)
Penjelasan :
Kaidah untuk menyelesaikan masalah IVPB sama dengan kaidah untuk cairan infus
mL x FT = gtt/mnt
mnt
# mL jenis dan jumlah pelarut akan disebutkan pada etiket atau pada informasi dalam
kemasan obat. Buku pedoman obat untuk perawat dan physicians Drug Reference
(PDR)
# FT : Slang untuk IVPB disebut set infus sekunder dan memiliki faktor makrodrip.
Faktor tetesan 10 gtt = 1 ml.
# menit : pabrik obat dapat atau tidak dapat menunjukkan jumlah menit yang
diperlukan untuk memberikan obat IVPB melalui infus, Bila tidak diberikan, kaidah
umum yang harus diikuti untuk orang dewasa adalah 30 menit untuk setiap 50 mL
larutan.
Contoh :
Pesanan : vankomosin 1 g IVPB 7.00
Sediaan bubuk 500 mg.
Antibiotika Anjuran volume Infus Waktu infus/stabilitas
Vankomisin bubuk untuk 100 ml (500 mg)/D5W, NS 1 jam (500 mg)
suntikan, Vial 500 mg 250 ml (1 gram)/D5W, NS 2 jam (1 gram)/7 hari
Kaidah :
mL x FT = gtt/mnt
mnt
# mL = 250 mL D5W
FT = 10 gtt/ml
Menit = 2 jam = 120 menit
250 ml x 10 gtt/ml = 21 gtt/menit
120 mnt
77
Gunakan alat pelarut obat untuk menambahkan 1 gr vankomisin (2 vial masing-masing
500 mg) pada 250 mL D5W.
Beri etiket pada cairan infus itu. Atur kecepatan tetesan pada 21 gtt/menit. IVPB akan
berlangsung selama 2 jam.
78
Menentukan Lamanya Suatu Infus akan Berlangsung
Bila suatu pesanan infus terbaca mL/jam, mg/jam, atau unit/jam, hal itu adakalanya
membantu perawat dalam menghitung berapa lama infus itu akan berlangsung sehingga
dapat disiapkan cairan infus berikutnya atau pesanan yang baru tertulis.
Contoh :
Pesanan : 500 mL Ringer laktat IV, jalankan dengan kecepatan 75 mL/jam
Bagilah jumlah mililiter dengan jumlah mililiter/jam
= mL
ml/jam
= 500 ml
75 ml/jam
= 6,6 jam
Tugas Mandiri
1. Kelas dibagi menjadi 5 kelompok.
2. Setiap kelompok menghitung kecepatan tetesan IV dan infus IVPB pada beberapa
kasus pemberian obat.
3. Diskusikan antar kelompok dan dosen pendamping.
4. Presentasikan hasil diskusi kelompok !
79
HASIL PRAKTIKUM
PERHITUNGAN KECEPATAN TETESAN INTRAVENA DAN INFUS
80
Tersedia : Hidrokortison natrium suksinat 250 mg
dalam vial dengan pelarut 2-mL.
Slang mikrodrip dan slang makrodrip dengan
kecepatan 20 gtt/mL.
81
11. Pesanan : Norepinefrin bitartrat 12 mcg/menit
Tersedia : larutan standar 4 mg dalam 250 mL D5W
Pompa infus
82
16. Pesanan : Siprofloksasin 0,2g IVPB q12h
Sediaan : vial 20 mL beretiket 10 mg/mL
Antibiotika Anjuran Waktu
volume Infus infus/stabilitas
Siprofloksasin 100 ml (200 60 menit/14
Suntikan 10 mg)/D5W, NS hari
mg/ml, Vial 20
ml, 40 ml
83
PRAKTIKUM VIII
TATA CARA PERSIAPAN DAN PEMBERIAN OBAT
Pokok Materi
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang :
1. Menyiapkan obat
2. Pemberian obat kepada pasien
URAIAN MATERI
Sebelum perawat memberikan obat, peralatan yang perlu disiapkan adalah :
1. Berbagai contoh obat seperti tablet, kapsul, obat dalam bentuk ampul maupun vial
2. Catatan order obat (bisa contoh resep)
3. Peralatan untuk memberikan obat : sendok teh, sendok makan, spuit berbagai
ukuran, alkohol swap dan kontainer untuk membuang bahan yang tidak terpakai
4. Buku catatan untuk mendokumentasikan tindakan pemberian obat.
Cetakan Komputer
Rumah sakit mungkin memilki sistem terkomputerisasi.
Dokter memasukan pesanannya langsung pada komputer.
Pesanan itu diterima diapotek, tempat pesanan itu ditambahkan pada profil obat
pasien.
Ruang keperawatan menerima cetakan komputer yang mencantumkan obat dan
waktu pemberian.
Cetakan itu menggantikan catatan pemberian obat(medication administration
record/ MAR)
87
Jika pasien sedang puasa (NPO), tanyakan pada dokter untuk menetapkan apakah
obat oral dapat diberikan dengan sedikit air. Dokter mungkin tidak ingin
menghentikan obat-obat tertentu (contohnya, antikonvulsi untuk penderita epilepsi).
Bila pasien menolak suatu obat, cari tau mengapa, catat alasannya dan mulailah
tindakan untuk memperbaiki keadaan itu.
Sediaan obat padat disiapkan terlebih dahulu ke dalam wadah dan kemudiaan ke
dalam cangkir kertas dengan menggunakan tindakan asepsis. Obatnya tidak
disentuh. Beberapa obat padat dapat digabung dalam cangkir, tetapi setiap obat
harus terlebih dahulu dituang ke dalam cangkir yang terpisah sampai pemeriksaan
ketiga dilakukan. Obat dosis-satuan harus diperiksa 3x sebelum wadah kemasannya
dibuang.
Tindakan asepsis diikuti/dipatuhi untuk membelah tablet bergaris. Ini berarti
dilakukan teknik yang bersih bukan steril. Satu cara adalah menempatkan tablet
dalam kertas tisu, lipatlah kertas tisu itu dan dengan ibu jari dan jari telunjuk dalam
posisi saling berhadapan, belahlah tablet itu menurut garisnya. Tablet yang tidak
bergaris tidak boleh dibelah.
Periksalah tanda kadaluarsa pada semua etiket.
Jika pasien mengalami kesulitan menelan obat padat, pertama-tama tentukan apakah
obat itu tersedia dalam bentuk cairan. Tablet salut-enterik dan film-coated tidak
boleh dihancurkan. Biasanya kapsul tidak boleh dibuka. Tanyakan pada apoteker
untuk sediaan alternatif. Jika kapsul dapat dibuka, campurkan obat itu dengan sedikit
saus apel, puding, atau sarana lain yang dapat membuat itu lebih enak dan mudah
ditelan.
Jika obat dapat dihancurkan, paling baik menggunakan alat penghancur “pil” dengan
obat ditempatkan di antara dua cangkir kertas. Jika digunakan mortir dan alat
penumbuk, pastikan bahwa alat itu dibersihkan sebelum dan sesudah penghancuran
sehingga tidak ada sisa. Jika tidak tersedia peralatan, tempatkan tablet pada kertas
tisu dan gunakan tepi botol atau permukaan kertas lainnya untuk menghancurkan
obat itu. Obat yang dihancurkan dapat dicampur dengan air atau bahan setengah
padat, seperti saus apel atau puding, agar mudah ditelan.
Beberapa obat paling baik diminum saat lambung kosong; yang lain dapat diminum
bersama makanan. Perawat harus mengetahui makanan atau minuman yang dapat
dimakan bersama obat dan makanan yang dikontraindikasikan.
88
Periksalah pasien terhadap alergi obat. Ini harus menjadi tata cara rutin.
Perawat harus banyak mengetahui tentang interaksi makanan-obat dan obat-obat dan
melakukan tindakan untuk melindungi pasien.
Kegagalan mengocok beberapa obat cair akan mengakibatkan dosis yang salah. Obat
mengendap di dasar, dan hanya larutan yang lemah yang dituang.
Tuanglah obat cair setinggi mata, dengan ibu jari meniskus. Dalam menuangkan
obat cair, etiketnya harus ke arah atas agar tidak kotor. Usaplah mulut botol dengan
kertas tisu sebelum menutupnya kembali.
Perhatikan adanya perubahan warna atau endapan pada obat cair. Jika terdapat
perubahan seperti itu, jangan pakai. Kirimkan wadah itu ke apoteker dengan catatan
yang menyatakan pengamatan anda.
Carilah keterangan mengenai cara menyembunyikan rasa obat cair yang tidak
disukai atau yang mengiritasi. Ada dua kemungkinan yaitu mencampurkannya
dengan sari buah atau memberikannya melalui sedotan setelah dilarutkan. Preparat
zat besi cair mengotori gigi dan diminum melalui sedotan yang ditaruh di belakang
mulut. Tingtura selalu diencerkan.
Obat batuk cair campuran tidak diencerkan. Obat itu memiliki efek sekunder
menyejukkan (demulsen) pada membran mukosa selain efek antitusif.
Cara pemberian oral adalah cara paling murah, paling aman dan paling mudah.
Secara Parenteral
Obat Cair di dalam Vial
1. Bersihkan bagian atas vial dengan kapas alkohol
2. Sedotlah sejumlah udara yang sama dengan jumlah larutan yang diinginkan ke
dalam alat suntik.
3. Tusukkan jarum melalui sekat karet kedalam vial.
4. Keluarkan udara dari alat suntik itu kedalam vial. Ini akan meningkatkan tekanan
dalam vial dan membuatnya lebih mudah untuk menyedot obat.
5. Obat dapat disedot dengan salah satu dari dua cara (Gbr. 12-5). Balik vial dan sedot
jumlah yang diinginkan ke dalam alat suntik, atau letakkan vial di atas meja dan
sedot obatnya.
6. Cabutlah jarum segera dari vial.
7. Sekat karet akan menutup.
89
Obat Serbuk di dalam Vial
1. Bersihkan bagian atas vial dengan kapas alkohol.
2. Sedotlah sejumlah cairan pelarut yang telah dihitung dari vial yang berisi air suling
atau salin normal untuk suntikkan. Ikutilah petunjuk dari pabrik obat jika ditunjukan
pelarut lain.
3. Tambahkan cairan pelarut pada bubuk obat dan putar vial itu di antara tangan anda
untuk melarutkan bubuk tersebut.
4. Berilah etiket pada vial itu dengan menuliskan larutan yang dibuat, paraf anda dan
tanggal pembuatan.
5. Bersihkan lagi bagian atas vial.
6. Sedotlah sejumlah udara yang sama dengan jumlah larutan yang anda inginkan ke
dalam alat suntik.
7. Tusukkan jarum melalui sekat karet ke dalam vial.
8. Keluarkan udara ke dalam vial. Balik vial dan sedot jumlaah obat yang diinginkan
ke dalam alat suntik.
9. Periksalah petunjuk untuk menyimpan sisa obat.
Catatan: Bila seluruh bubuk yang terkandung dalam vial diperlukan untuk pengobatan
IVPB, mungkin diperlukan alat pelarut untuk melarutkan bubuk tanpa menggunakan
alat suntik.
90
Mencampurkan Dua Obat dalam Satu Alat Suntik
Prinsip Umum
1. Tentukan apakah obatnya cocok dengan melihat keterangan pada buku pedoman
standar.
2. Bila diragukan akan kompatibilitas, siapkan obat secara terpisah dan berikan pada
tempat suntikkan yang berbeda.
3. Bila obat ada dalam vial dan ampul, sedot obat dari vial terlebih dahulu, kemudian
tambahkan obat dari ampul. Buanglah obat yang tersisa dalam ampul.
4. Dalam mempersiapkan dua jenis insulin dalam satu alat suntik, vial yang berisi
insulin reguler harus disedot terlebih dahulu kedalam alat suntik. Insulin reguler
belum dicampur dengan protein tidak seperti insulin lain, misalnya insulin seng
protamin.
Cara
1. Bersihkan kedua vial dengan kapas alkohol.
2. Pilih satu vial sebagai vial primer. Sebagai contoh, pada vial obat narkotik dan non-
narkotik, vial obat narkotik adalah yang primer. Pada dua jenis insulin, insulin
reguler adalah primer.
3. Masukkan udara ke dalam vial kedua dengan jumlah yang sama dengan jumlah obat
yang akan disedot. Jangan biarkan jarum menyentuh obat.
4. Masukkan udara ke dalam vial primer dengan jumlah yang sama dengan jumlah
yang akan disedot dan sedotlah obat dengan cara biasa. Pastikan tidak ada
gelembung udara.
5. Tusukkan jarum ke dalam vial kedua. Jangan menyuntuh pendorong pada suntikan
saat melakukan ini, untuk menghindari terdorongnya obat primer ke dalam vial
kedua.
6. Perlahan – lahan sedotlah jumlah obat yang diperlukan dari vial kedua. Sekarang
kedua obat tercampur.
7. Cabutlah jarum dari vial kedua dan tutuplah.
Catatan : Beberapa ahli mengusulkan untuk mengganti jarum setelah menyedot obat
dari vial prime. Karena hal ini dapat mengakibatkan terbentuknya gelembung udara,
berhati-hatilah dalam menyedot obat kedua untuk mendapatkan dosis yang tepat.
91
Tugas Mandiri
1. Kelas dibagi menjadi 5 kelompok.
2. Masing-masing kelompok melakukan demonstrasi sesuai prosedur yang telah
ditentukan
3. Setiap anggota kelompok wajib melakukan prosedur yang telah diajarkan, anggota
kelompok yang lain melakukan observasi/penilaian sesuai form yang ada
4. Lakukan bergantian sampai semua anggota kelompok melaksanakan semua prosedur
dengan benar!
No Kelompok Skenario
1. I Perawat memberikan pengobatan dengan memegang 6
prinsip benar
2. II Tindakan menyiapkan obat per oral
3. III Tindakan menyiapkan secara parenteral obat cair dalam vial
4. IV Tindakan menyiapkan secara parenteral obat serbuk dalam
vial
5. V Tindakan menyiapkan secara parenteral obat dalam ampul
kaca
92
LEMBAR EVALUASI
TATA CARA PERSIAPAN DAN PEMBERIAN OBAT
93
DAFTAR PUSTAKA
FKUI, Bagian Farmakologi. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: Gaya Baru.
Katzung, Bertram G. 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi VI. Jakarta: EGC.
Lee, Joyce L dan Hayes, Evelyn R. 1996. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan.
Jakarta: EGC.
94