Anda di halaman 1dari 16

Bab OBAT DAN PENGGOLONGANNYA

 Obat

 Penggolongan obat
 Tujuan Pembelajaran
Selama dan setelah proses pembelajaran peserta didik dapat :
1. Memahami tentang obat
2. Memahami penggolongan obat

 Uraian Materi
A. Pengertian
Obat adalah zat kimia yang bersifat racun, namun dalam jumlah
tertentu dapat memberikan efek mengobati penyakit Obat adalah bahan atau
panduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau
menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan
diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan
dan kontrasepsi (Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992).
Obat jadi adalah obat yang sudah dalam bentuk siap pakai, dibedakan
antara obat generik dan obat merek dagang. Obat generik adalah obat jadi

69
terdaftar yang menggunakan nama generik yaitu nama obat internasional
atau nama lazim yang sering dipakai. Penulisan obat generik menunjukkan :
a. Nama generik lebih informatif dari pada nama dagang
b. Memberi kemudahan pemilihan produk
c. Produk obat generik pada dasarnya lebih murah daripada produk
nama dagang
d. Resep/order dengan nama generik mempermudah substitusi produk
yang sesuai
Obat nama dagang adalah obat jadi dengan nama dagang yang
terdaftar atas nama pembuat atau yang dikuasakannya, dan dijual dalam
bungkus asli pabrik yang memproduksinya. Sedangkan obat palsu adalah
obat jadi yang diproduksi oleh pabrik obat yang tidak terdaftar, obat yang
tidak terdaftar atau obat jadi yang kadarnya menyimpang 20 % atau lebih
dari persyaratan yang ditentukan.

B. Penggolongan Obat
1. Berdasarkan Jenisnya
Penggolongan obat dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan
ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusinya. Penggolongan
obat menurut Permenkes No. 917/1993 adalah :
1) Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat
dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat
bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam.
Contoh : Parasetamol
2) Obat Bebas Terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat
keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter,
dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan
etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi
berwarna hitam.Contoh : CTM
3) Obat Keras dan Psikotropika
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan
resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K
dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam.Con toh :
Asam Mefenamat
Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis
bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif
pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktivitas mental dan perilaku. Contoh : Diazepam, Phenobarbital

70
4) Obat Narkotika
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tana man baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat
menyebabkanpenurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan
ketergantungan. Contoh : Morfin, Petidin

2. Berdasarkan Mekanisme Kerja Obat


Obat digolongkan menjadi lima jenis :
1) Obat yang bekeja terhadap penyebab penyakit, misalnya penyakit
karena bakteri atau mikroba, contoh: antibiotik.
2) Obat yang bekerja mencegah keaadan patologis dari penyakit, contoh:
serum, vaksin.
3) Obat yang menghilangkan gejala penyakit = simptomatik, missal
gejala penyakit nyeri, contoh: analgetik, antipiretik.
4) Obat yang bekerja untuk mengganti atau menambah fungsi-fungsi zat
yang kurang, contoh: vitamin, hormon.
5) Pemberian placebo, adalah pemberian sediaan obat yang tanpa zat
berkhasiat untuk orang-orang yang sakit secara psikis, contoh: aqua
proinjection
Selain itu, obat dapat dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya
misalkan antihipertensi, cardiaca, diuretic, hipnotik, sedative dan lain-lain
(Chaerunisaa, dkk, 2009).

3. Berdasarkan Tempat atau Lokasi Pemakaiaannya


Obat dibagi dua golongan:
1) Obat Dalam, misalnya obat-obat peroral. Contoh: antibiotik,
acetaminophen
2) Obat Topikal, untuk pemakaian luar badan. Contoh sulfur, antibiotik
(Anief, 1994).

4. Berdasarkan Cara Pemberiannya


1) Oral, obat yang diberikan atau dimasukkan melalui mulut, Contoh:
serbuk, kapsul, tablet sirup.
2) Parektal, obat yang diberikan atau dimasukkan melalui rectal. Contoh
supositoria, laksatif.

71
3) Sublingual, dari bawah lidah, kemudian melalui selaput lendirdan
masuk ke pembuluh darah, efeknya lebih cepat. Untuk penderita
tekanan darah tinggi, Contoh: tablet hisap, hormone.
4) Parenteral, obat suntik melaui kulit masuk ke darah. Ada yang
diberikan secara intravena, subkutan, intramuscular, intrakardial.
5) Langsung ke organ, contoh intrakardial.
6) Melalui selaput perut, intraperitoneal (Anief, 1994).

5. Berdasarkan Efek yang Ditimbulkannya


1) Sistemik: masuk ke dalam system peredaran darah, diberikan secara
oral
2) Lokal : pada tempat-tempat tertentu yang diinginkan, misalnya pada
kulit, telinga, mata (Anief, 1994).

6. Berdasarkan Penamaannya
Menurut Widodo (2004), penamaan dibagi menjadi tiga, yaitu :
1) Nama Kimia, yaitu nama asli senyawa kimia obat.
2) Nama Generik (unbranded name), yaitu nama yang lebih mudah yang
disepakati sebagai nama obat dari suatu nama kimia.
3) Nama Dagang atau Merek, yaitu nama yang diberikan oleh masing-
masing produsen obat. Obat bermerek disebut juga dengan obat paten.

C. Obat Nama Generik


Obat Generik (Unbranded Drug) adalah obat dengan nama generik,
nama resmi yang telah ditetapkan dalam Farmakope Indonesia dan INN
(International Non-propietary Names) dari WHO (World Health
Organization) untuk zat berkhasiat yang dikandungnya. Nama generik ini
ditempatkan sebagai judul dari monografi sediaan obat yang mengandung
nama generik tersebut sebagai zat tunggal.
Obat generik berlogo yaitu obat yang diprogram oleh pemerintah
dengan nama generik yang dibuat secara CPOB (Cara Pembuatan Obat yang
Baik). Harga obat disubsidi oleh pemerintah. Logo generik menunjukkan
persyaratan mutu yang ditetapkan oleh Mentri Kesehatan (Menkes) RI.
Obat generik esensial adalah obat generik terpilih yang paling
dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat (Widodo, 2004).

1. Pengenalan Obat Generik

72
Obat pada waktu ditemukan diberi nama kimia yang
menggambarkan struktur molekulnya. Nama kimia obat biasanya amat
kompleks sehingga tidak mudah diingat orang awam. Untuk kepentingan
penelitian biasanya nama kimia disingkat dengan kode tertentu. Setelah
obat itu dinyatakan aman dan bermanfaat melalui uji klinis, barulah obat
tersebut didaftarkan pada Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Badan
POM). Obat tersebut mendapat nama generik dan nama dagang. Nama
dagang ini sering disebut nama paten. Perusahaan obat yang menemukan
obat tersebut dapat memasarkannya dengan nama dagang. Nama dagang
biasanya diusahakan yang mudah diingat oleh pengguna obat. Disebut
obat paten karena pabrik penemu tersebut berhak atas paten penemuan
obat tersebut dalam jangka waktu tertentu. Selama paten tersebut masih
berlaku, obat ini tidak boleh diproduksi oleh pabrik lain, baik dengan
nama dagang pabrik peniru ataupun dijual dengan nama generiknya. Obat
nama dagang yang telah habis masa patennya dapat diproduksi dan dijual
oleh pabrik lain dengan nama dagang berbeda yang biasanya
disebutsebagai me-too product di beberapa negara barat disebut branded
generic atau tetap dijual dengan nama generik (Chaerunisaa, dkk, 2009).

2. Manfaat Obat Generik


Menurut Widodo (2004) manfaat obat generik secara umum adalah :
1) Sebagai sarana pelayanan kesehatan masyarakat untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
2) Dari segi ekonomis obat generik dapat dijangkau masyarakat
golongan ekonomi menengah kebawah.
3) Dari segi kualitas obat generik memiliki mutu atau khasiat yang sama
dengan obat yang bermerek dagang (obat paten).

3. Kebijakan Obat Generik


Kebijakan obat generik adalah salah satu kebijakan untuk
mengendalikan harga obat, di mana obat dipasarkan dengan nama bahan
aktifnya.
Agar upaya pemanfaatan obat generik ini dapat mencapai tujuan
yang diinginkan, maka kebijakan tersebut mencakup komponen-
komponen berikut :
1) Produksi obat generik dengan Cara Produksi Obat yang Baik (CPOB).
Produksi dilakukan oleh produsen yang memenuhi syarat CPOB dan
disesuaikan dengan kebutuhan akan obat generik dalam pelayanan
kesehatan.

73
2) Pengendalian mutu obat generik secara ketat.
3) Distribusi dan penyediaan obat generik di unit-unit pelayanan
kesehatan.
4) Peresapan berdasarkan atas nama generik, bukan nama dagang.
5) Penggantian (substitusi) dengan obat generik diusulkan diberlakukan
di unit unit pelayanan kesehatan.
6) Informasi dan komunikasi mengenai obat generik bagi dokter dan
masyarakat luas secara berkesinambungan.
7) Pemantauan dan evaluasi penggunaan obat generik secara berkala
(Informatorium Obat Nasional Indonesia, 2000).

4. Faktor yang Menghambat Masyarakat Terhadap Obat Generik


1) Akses Obat
Hal ini dalam rangka memenuhi kebutuhan obat pasien
sesuai dengan resep di setiap penjualan obat, yaitu membahas resep
yang terlayani, resep yang tidak terlayani oleh apotik, dan resep
yang obatnya digantikan dengan obat lain yang sejenis. Akses
masyarakat terhadap obat esensial dipengaruhi oleh empat faktor
utama, yaitu:
a) Penggunaan obat yang rasional;
b) Harga yang terjangkau;
c) Pembiayaan yang berkelanjutan
d) Sistem pelayanan kesehatan beserta sistem suplai obat yang
dapat menjamin ketersediaan, pemerataan, keterjangkauan obat
(Kebijakan Obat Nasional, 2005).

2) Harga Obat
Harga obat di Indonesia umumnya dinilai mahal dan struktur
harga obat tidak transparan. Penelitian WHO menunjukkan
perbandingan harga antara satu nama dagang dengan nama dagang
yang lain untuk obat yang sama, berkisar 1 : 2 sampai 1 : 5.
Penelitian di atas juga membandingkan harga obat dengan nama
dagang dan obat generik menunjukkan obat generik bukan yang
termurah. Survai dampak krisis rupiah pada biaya obat dan
ketersediaan obat esensial antara 1997 – 2002 menunjukkan bahwa
biaya resep rata-rata di sarana kesehatan sektor swasta jauh lebih
tinggi dari pada di sektor publik yang menerapkan pengaturan
harga dalam sistem suplainya (Kebijakan Obat Nasional, 2005).

74
3) Tingkat Ketersediaan Obat
Rendahnya ketersediaan obat generik di rumah sakit
pemerintah dapat berimplikasi secara langsung pada akses obat
generik, sebagai gantinya pasien membeli obat generik di apotik
atau di praktek dokter. Apotik swasta mempunyai obat generik
lebih sedikit dibandingkan dengan yang disediakan oleh dokter.
Sehingga apotik menyediakan obat paten lebih banyak. Selama
banyak obat yang tidak tersedia, pasien mengeluarkan uang lebih
banyak untuk membayar obat (Suryani, dkk, 2008).

4) Informasi Obat
Keterbatasan informasi masyarakat akan obat sangat erat
kaitannya dengan ketidaktahuan akan pengenalan, penggunaan dan
pemanfaatan obat terutama bagi mereka yang ingin memakai obat
generik. Informasi obat, antara lain mengenai khasiat, indikasi,
kontraindikasi, efek samping, dosis dan aturan pakai, peringatan-
peringatan penggunaan suatu obat, serta harga obat, Juga bila perlu
informasi mengenai pilihan obat yang tepat bagi konsumen
(Widodo, 2004).

5) Keterjangkauan Obat
Keterjangkauan obat dapat dipandang dari sudut geografis,
ekonomi dan sosial politik. Indonesia adalah negara kepulauan
yang terdiri dari 17.504 pulau dimana 5.707 diantaranya sudah
bernama. Namun pulau yang telah berpenghuni jumlahnya lebih
kecil. Saat ini sebagian masyakat Indonesia tinggal di daerah
terpencil, daerah tertinggal, dan wilayah perbatasan. Sebagian lagi
tinggal di daerah rawan bencana baik bencana alam dan bencana
buatan manusia seperti : ketidak-stabilan politik dan tingginya
tingkat kemiskinan. Dengan pola penyebaran penduduk seperti
tersebut di atas, maka diperlukan adanya perbedaan pengelolaan obat
sesuai dengan karateristik masing-masing daerah. Sebagai contoh kita
dapat melakukan pengelompokan Provinsi Kepulauan : Riau, NTB,
NTT, Maluku dan Maluku Utara lebih memiliki karakteristik
geografis kepulauan. Sedangkan propinsi di Kalimantan dan Papua
dapat dikategorikan daratan luas dengan hambatan transportasi.
Kategori lain adalah Pulau Jawa, Bali, Sumatera dan Sulawesi
(Kebijakan Obat Nasional, 2005).

75
D. Obat Nama Dagang dan Generik
Selain penggolongan obat tersebut, obat dapat dibagi menjadi obat
bermerk atau obat nama dagang (branded drug) dan obat generik.

1. Obat Generik (Unbranded drug)


Obat generik adalah obat dengan nama generik, nama resmi yang
telah ditetapkan dalam Farmakope Indonesia dan INN (International
Non-propietary Names) dari WHO (World Health Organization) untuk
zatberkhasiat yang dikandungnya. Nama generik ini ditempatkan sebagai
judul dari monografi sediaan-sediaan obat yang mengandung nama
generik tersebut sebagai zat tunggal (misal : Amoxicillin, Metformin).

2. Obat Nama Dagang (Branded drug)


Sedangkan yang dimaksud Obat Nama Dagang adalah nama sediaan
obat yang diberikan oleh pabriknya dan terdaftar di departemen
kesehatan suatu negara, disebut juga sebagai merek terdaftar.Dari satu
nama generik dapat diproduksi berbagai macam sediaan obat dengan
nama dagang yang berlainan ,misal: Pehamoxil (berisi: Amoxicillin),
Diafac (berisi: metformin) dll.
Obat pada waktu ditemukan diberi nama kimia yang
menggambarkan struktur molekulnya. Karena itu, nama kimia obat
biasanya amat kompleks sehingga tak mudah diingat orang awam. Untuk
kepentingan penelitian acapkali nama kimia ini disingkat dengan kode
tertentu, misalnya PH 131. Setelah obat itu dinyatakan aman dan
bermanfaat melalui uji klinis, barulah obat tersebut di daftarkan pada
Badan Pengawasan Obat dan Makanan.
Obat tersebut mendapat nama generik dan nama dagang. Nama
dagang ini sering juga disebut nama paten. Perusahaan obat yang
menemukan obat tersebut dapat memasarkannya dengan nama dagang.
Nama dagang biasanya diusahakan yang mudah diingat oleh pengguna
obat. Jadi, pada dasarnya obat generik dan obat paten berbeda dalam
penamaan, sedangkan pada prinsipnya komposisi obat generik dan obat
paten adalah sama.
Disebut obat paten karena pabrik penemu tersebut berhak atas paten
penemuan obat tersebut dalam jangka waktu tertentu. Selama paten
tersebut masih berlaku, tidak boleh diproduksi oleh pabrik lain, baik
dengan nama dagang dari pabrik peniru ataupun dijual dengan nama
generiknya. Produksi obat generiknya baru dapat dilakukan setelah obat

76
nama dagang tersebut berakhir masa patennya. Jika pabrik lain ingin
menjual dengan nama generik atau dengan nama dagang dapat dilakukan
dengan mengajukan ijin lisensi dari pemegang paten. Obat nama dagang
yang telah habis masa patennya dapat diproduksi dan dijual oleh pabrik
lain dengan nama dagang berbeda yang biasa disebut sebagai me-too
product (di beberapa negara barat disebut branded generic) atau tetap
dijual dengan nama generik.

E. Informasi Kemasan, Etiket dan Brosur


Sebelum menggunakan obat, bacalah sifat dan cara pemakaiannya
pada etiket, brosur atau kemasan obat agar penggunaannya tepat dan
aman. Pada setiap brosur atau kemasan obat selalu dicantumkan:
 Nama obatKomposisi
 Indikasi
 Informasi cara kerja obat
 Aturan pakai
 Peringatan (khusus untuk obat bebas terbatas)
 Perhatian
 Nama produsen
 Nomor batch/lot
 Nomor registrasi
Nomor registrasi dicantumkan sebagai tanda ijin edar absah yang
diberikan oleh pemerintah pada setiap kemasan obat.
 Tanggal kadaluarsa

1. Tanda peringatan
Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas,
berupa empat persegi panjang berwarna hitam berukuran panjang 5 (lima)
centimeter, lebar 2 (dua) centimeter dan memuat pemberitahuan
berwarna putih sebagai berikut :

P no. 1
Awas! Obat Keras
Bacalah aturan
memakainya

P no. 2
Awas! Obat Keras

77
Hanya untuk kumur,
jangan
Ditelan

P no. 3
Awas! Obat Keras
Hanya untuk bagian
luar
badan

P no. 4
Awas! Obat Keras
Hanya untuk dibakar

P no. 5
Awas! Obat Keras
Tidak boleh ditelan

P no. 6
Awas! Obat Keras
Obat wasir, jangan
ditelan

2. Cara Pemilihan Obat


Untuk menetapkan jenis obat yang dibutuhkan perlu diperhatikan :
a. Gejala atau keluhan penyakit
b. Kondisi khusus misalnya hamil, menyusui, bayi, lanjut usia, diabetes
mellitus dan lain-lain.
c. Pengalaman alergi atau reaksi yang tidak diinginkan terhadap obat
tertentu.
d. Nama obat, zat berkhasiat, kegunaan, cara pemakaian, efek samping
dan interaksi obat yang dapat dibaca pada etiket atau brosur obat.
e. Pilihlah obat yang sesuai dengan gejala penyakit dan tidak ada
interaksi obat dengan obat yang sedang diminum.
f. Untuk pemilihan obat yang tepat dan informasi yang lengkap,
tanyakan kepada Apoteker.
3. Cara Penggunaan Obat
a. Penggunaan obat tidak untuk pemakaian secara terus menerus.
b. Gunakan obat sesuai dengan anjuran yang tertera pada etiket atau
brosur.
c. Bila obat yang digunakan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan,

78
d. hentikan penggunaan dan tanyakan kepada Apoteker dan dokter.
e. Hindarkan menggunakan obat orang lain walaupun gejala penyakit
sama.
f. Untuk mendapatkan informasi penggunaan obat yang lebih lengkap,
tanyakan kepada Apoteker.

Cara Pemakaian Obat Yang Tepat


Obat digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan, pada saat yang
tepat dan dalam jangka waktu terapi sesuai dengan anjuran. Obat K

Minum obat
sesuai waktunya

eras Bila anda hamil


atau
menyusui
tanyakan
obat yang sesuai

79
Gunakan obat sesuai dengan
cara penggunaannya

Minum obat
sampai habis

Petunjuk Pemakaian Obat Oral (pemberian obat melalui mulut)


 Adalah cara yang paling lazim, karena sangat praktis, mudah dan
aman. Yang terbaik adalah minum obat dengan segelas air

 Ikuti petunjuk dari profesi pelayan kesehatan (saat makan atau


saat perut kosong)

80
Minum obat saat makan

Minum obat sebelum makan

Minum obat setelah makan


 Obat untuk kerja diperlama (long acting) harus ditelan
seluruhnya. Tidak boleh ipecah atau dikunyah

Sediaan cair, gunakan sendok obat atau alat lain yang telah diberi ukuran
untuk ketepatan dosis. Jangan gunakan sendok rumah tangga.
 Jika penderita sulit menelan sediaan obat yang dianjurkan oleh
dokter minta pilihan bentuk sediaan lain.

81
4. Efek Samping
Efek samping obat adalah setiap respons obat yang merugikan dan tidak
diharapkan yang terjadi karena penggunaan obat dengan dosis atau
takaran normal pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan
terapi.
Yang perlu diketahui tentang efek samping adalah :
a. Baca dengan seksama kemasan atau brosur obat, efek samping yang
mungkin timbul.
b. Untuk mendapatkan informasi tentang efek samping yang lebih
lengkap dan apa yang harus dilakukan bila mengalaminya, tanyakan
pada Apoteker.
c. Efek samping yang mungkin timbul antara lain reaksi alergi gatal-
gatal, ruam, mengantuk, mual dan lain-lain.
d. Penggunaan obat pada kondisi tertentu seperti pada ibu hamil,
menyusui, lanjut usia, gagal ginjal dan lain-lain dapat menimbulkan
efek samping yang fatal, penggunaan obat harus di bawah pengawasan
dokter- Apoteker.

5. Cara Penyimpanan Obat


a. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat.
b. Simpan obat pada suhu kamar dan terhindar dari sinar matahari
langsung atau seperti yang tertera pada kemasan
c. Simpan obat ditempat yang tidak panas atau tidak lembab karena
dapat menimbulkan kerusakan.
d. Jangan menyimpan obat bentuk cair dalam lemari pendingin agar
tidak beku, kecuali jika tertulis pada etiket obat.
e. Jangan menyimpan obat yang telah kadaluarsa atau rusak.
f. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.

6. Tanggal Kadaluarsa
Tanggal kadaluarsa menunjukkan bahwa sampai dengan tanggal yang
dimaksud, mutu dan kemurnian obat dijamin masih tetap memenuhi
syarat. Tanggal kadaluarsa biasanya dinyatakan dalam bulan dan tahun.
Obat rusak merupakan obat yang mengalami perubahan mutu, seperti :
a. Tablet
 Terjadinya perubahan warna, bau atau rasa
 Kerusakan berupa noda, berbintik-bintik, lubang, sumbing, pecah,
retak dan atau terdapat benda asing, jadi bubuk dan lembab
 Kaleng atau botol rusak
b. Tablet salut

82
 Pecah-pecah, terjadi perubahan warna
 Basah dan lengket satu dengan lainnya
 Kaleng atau botol rusak sehingga menimbulkan kelainan fisik
c. Kapsul
 Perubahan warna isi kapsul
 Kapsul terbuka, kosong, rusak atau melekat satu sama lain
d. Cairan
 Menjadi keruh atau timbul endapan
 Konsistensi berubah
 Warna atau rasa berubah
 Botol plastik rusak atau bocor
e. Salep
 Warna berubah
 Pot atau tube rusak atau bocor
 Bau berubah

7. Dosis
Dosis merupakan aturan pemakaian yang menunjukkan jumlah gram
atau volume dan frekuensi pemberian obat untuk dicatat sesuai dengan
umur dan berat badan pasien.
a. Gunakan obat tepat waktu sesuai aturan pemakaian.
Contoh :
 Tiga kali sehari berarti obat diminum setiap 8 jam sekali
 Obat diminum sebelum atau sesudah makan
 Jika menggunakan obat-obat bebas, ikuti petunjuk pada kemasan
atau brosur/leaflet
b. Bila terlupa minum obat :
 Minumlah dosis yang terlupa segera setelah ingat, tetapi jika hampir
mendekati dosis berikutnya, maka abaikan dosis yang terlupa dan
kembali ke jadwal selanjutnya sesuai aturan.
 Jangan menggunakan dua dosis sekaligus atau dalam waktu yang
berdekatan.

8. Hal-hal yang harus Diperhatikan


a. Kemasan/wadah
Harus tersegel dengan baik, tidak rusak, tidak berlubang, tanggal
kadaluarsa jelas terbaca.
b. Penandaan pada wadah
 Baca zat berkhasiat dan manfaatnya

83
 Baca aturan pakainya, misalnya sebelum atau sesudah makan
 Untuk pencegahan overdosis, jangan minum obat 2 kali dosis bila
 sebelumnya lupa minum obat
 Baca kontraindikasinya
Misalnya: - tidak boleh diminum oleh ibu hamil/menyusui tidak
boleh diminum oleh penderita gagal ginjal
 Baca efek samping yang mungkin timbul
 Baca cara penyimpanannya
c. Bila ragu tanyakan pada Apoteker
d. Bila sakit berlanjut hubungi dokter

F. Latihan Soal
1. apa yang dimaksud dengan obat?
2. jelaskan tentang penggolan obat
3. jelaskan Informasi Kemasan, Etiket dan Brosur

G. Referensi
Departemen Kesehatan Indonesia; Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan
Bebas Terbatas, Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik,
BINFAR, 2006
Sulistia Gan Gunawan; Farmakologi dan Terapi, edisi 5, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2012
Tan, Hoan, Tjay danRahardja, Kirana; Obat-obat Penting, Edisi Keempat;
1991

84

Anda mungkin juga menyukai