PAK PARTANA
1. A. Syarat memperoleh SIA
B. Syarat memperoleh STRA
C. Syarat memperoleh SERKOM
2. A. Apakah pasien bias disebut sebagai konsumen dan apoteker bias disebut sebagai
pelaku usaha? Sebutkan perundangan yang mengaturnya!
B. Sebutkan hak dan kewajiban konsumen dan pelaku usaha!
3. Bagaimana mengurus lolos butuh
a. Dari tempat asal (UMS Sukoharjo) ingin bekerja ke malang
b. Dari malang ke tegal
c. Kembali lagi ke daerah asal (sukoharjo) inginke Bekasi
PAK DA’I
1. Kasus :Seorang apoteker yang bekerja pada bidang pemasaran ditugaskan untuk
memasarkan produk yang diketahui memiliki efek samping seperti nyeri abdomen dan
nyeri dada yang serius. Di luar negeri produk tersebut telah ditarik dari pasaran akibat
efek samping yang ditimbulkan. Ijin edar produk tersebut sudah anda dapatkan
a. Bagaimana sikap anda sebagai seorang apoteker menyikapi hal tersebut?
Jawaban : dengan adanya bukti telah menimbulkan efek samping yang serius maka
sikap saya yaitu tidak melanjutkan untuk memasarkan produk tersebut, dikawatirkan
jika produk tersebut diloloskan dalam pemasaran dapat menimbulkan kerugian yang
lebih serius bagi konsumen maupun produsen obat tersebut.
b. Problem apa yang timbul mengenai masalah tersebut?
Jawaban : problem bagi produsen obat (kerugian tetntunya dalam pengembangan obat
tersebut sudah mendapatkan ijin tetapi berdasarkan eviden base di luar negeri obat
tersebut sudah ditarik dari pasaran)
2. Kasus : Di daerah jawa timur sedang terkenal metode pengobatan dengan hanya si
pengobat menyuruh berkata SEMBUH ! maka jika pasien yakin maka pasien akan
sembuh
a. Bagaimana menurut anda mengenai metode pengobatan tersebut? Apa yang hendak
anda lakukan?
Jawaban : metode tersebut jelas tidak masuk akal dalam dunia medis maka
seharusnya hal tersebut harus dihindari. Menghimbau kepada masyarakat agar
menghindari hal tersebut dan mengedukasi untuk berobat secara medis di layanan
kesehatan yang ada.
b. Bagaimana tindakan anda mengenai pengobatan tersebut?
Melaporkan hal tersebut kepada pemerintah yang terkait seperti dinas kesehatan agar
ditindak tegas pengobatan yang jelas tidak rasional seperti tersebut.
3. Kasus : Pada jaman sekarang berkembang teknologi transgenic tanaman seperti jagung
yang memiliki kandungan gizi lebih baik dan memiliki nilai produktivitas yang lebih baik
a. Bagaimana menurut anda mengenai kehalalan produk tersebut?
Jawaban : tentunya harus di uji terlebih dahulu dari awal pembuatan produk tersebut
apakah mengandung bahan dan alat yang teriindikasi ada yang tidak halal. Jika hasil
dari uji sudah ada sertifikat halal dari MUI dan sudah mendapatkan izin dari BPOM
tidak masalah untuk dikembangkan dan dipasarkan secara luas bahkan dapat menjadi
percontohan bagi negara lain. Bahkan dapat diekspor jika perkembangan produk
tersebut pesat.
b. Bagaimana anda menyikapi bila produk tersebut sudah beredar luas di pasaran?
Jawaban : tentunya jika produk tersebut sudah mendapatkan sertifikat halal dari MUI
dan mendapatkan izin dari BPOM saya mendukung produk tersebut. Jika produk
tersebut tidak mendapatkan sertifikat halal dari MUI dan mendapatkan izin dari
BPOM maka produk tersebut harus dihentikan.
4. Faktor penghambat profesi farmasi
a. Solidaritas antar sesama Farmasis masih lemah
b. Kompetensi dan konfidensi sebagai farmasi masih kurang
c. Kompetisi dengan tenaga kesehatan lain
d. Kepentingan bisnis
e. Penghargaan kepada Farmasis masih belum merata dan berimbang
f. Perkembangan profesi tenaga kesehatan lain dan adanya gap atau kesenjangan
g. Image sebagai produk dispenser
PAK BAMBANG
1. Pengertianp sikotropika
2. Pengertian Narkotika, penggolongan narkotika, dan tujuan pengaturan narkotika
3. Pengertian CPOB, PBF
4. Pengertian paten, invensi, inventor
5. Aktivitas di GPP untuk meningkatkan pengobatan yang rasional, sebutkan minimal 4
6. Sebutkan bidang-bidang Pengabdian apoteker di industry farmasi
7. Kompetensi apoteker di bidang distribusi
Pasal 3
Tujuan pengaturan di bidang psikotropika adalah:
a. Menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu
pengetahuan;
b. mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika;
c. memberantas peredaran gelap psikotropika.
Penggolongan :
Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi
amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobat-an dan dapat
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu penge-tahuan serta mempunyai
potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobat-an dan
banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobat-an dan
sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Pasal 4
Undang-Undang tentang Narkotika bertujuan:
a. menjamin ketersediaan Narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
b. mencegah, melindungi, dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari penyalahgunaan
Narkotika;
c. memberantas peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; dan
d. menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan social bagi Penyalah Guna dan
pecandu Narkotika.
Penggolongan :
a. Golongan I : kokain, opium, heroin, tiofentanil, MDMA, amfetamin,
metamfetamin, dll.
b. Golongan II: fentanil, metadon, morfin, petidin, properidina, dll.
c. Golongan III: kodein, etilmorfina, dihidrokodeina, dll
Pengadaan : Suatu proses kegiatan yang bertujuan agar tersedia sediaan farmasi dengan
jumlah dan jenis yang cukup sesuai dengan kebutuhan pelayanan. Pengadaan yang efektif
merupakan suatu proses yang mengatur berbagai cara, teknik dan kebijakan yang ada
untuk membuat suatu keputusan tentang obat-obatan yang akan diadakan, baik jumlah
maupun sumbernya.
Pengertian, Tujuan, dan Manfaat CPFB (Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik)
Pedoman tersebut dituliskan dalam bentuk Cara Pelayanan Kefarmasian yang
Baik (Good Pharmacy Practice) sebagai perangkat untuk memastikan Apoteker dalam
memberikan setiap pelayanan kepada pasien agar memenuhi standar mutu dan merupakan
cara untuk menerapkan Pharmaceutical Care. Komitmen untuk memberikan pelayanan
sebaik mungkin untuk kepentingan masyarakat, harus terus diupayakan dan
ditingkatkan oleh Apoteker baik di Apotek, Puskesmas, Klinik maupun Rumah sakit.
Tujuan
1. Sebagai Pedoman bagi tenaga kefarmasian khususnya Apoteker dalam
melaksanakan praktik kefarmasian.
2. Melindungi masyarakat/ pasien dari penggunaan obat yang tidak rasional
Manfaat
Tujuan akhir dari pelayanan kefarmasian yang bermutu adalah meningkatkan
mutu hidup pasien
Ruang Lingkup GPP (Rincian aktivitas GPP bisa dilihat di PDF “GPP”)
1. Aktivitas yang berhubungan dengan promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan
pencapaian tujuan kesehatan.
2. Aktivitas yang berhubungan dengan pengelolaan dan penggunaan sediaan farmasi
dan alat kesehatan di pelayanan resep.
3. Penyiapan Obat dan perbekalan farmasi lainnya.
4. Layanan Informasi obat.
Pembagian SPO GPP (Contoh-contoh SPO GPP per bagian bisa dilihat di PDF
“GPP”)
- SPO pengelolaan sediaan farmasi dan alkes.
- SPO Pelayanan farmasi klinik
- SPO Higiene dan sanitas
- SPO tata kelola administrasi
- SPO lain-lain
-
Pengertian Paten, Invensi, Pemegang Paten (UU NO 13 TH 2016 TENTANG
PATEN)
Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada Inventor atas hasil
Invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri
Invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk
melaksanakannya.
Invensi adalah ide Inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan
masalah yang spesifik di bidang teknologi dapat berupa produk atau proses, atau
penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses.
Pemegang Paten adalah Inventor sebagai pemilik Paten atau pihak yang menerima hak
tersebut dari pemilik Paten atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak tersebut, yang
terdaftar dalam Daftar Umum Paten.