Anda di halaman 1dari 9

SOAL UAS APT 30

PAK PARTANA
1. A. Syarat memperoleh SIA
B. Syarat memperoleh STRA
C. Syarat memperoleh SERKOM
2. A. Apakah pasien bias disebut sebagai konsumen dan apoteker bias disebut sebagai
pelaku usaha? Sebutkan perundangan yang mengaturnya!
B. Sebutkan hak dan kewajiban konsumen dan pelaku usaha!
3. Bagaimana mengurus lolos butuh
a. Dari tempat asal (UMS Sukoharjo) ingin bekerja ke malang
b. Dari malang ke tegal
c. Kembali lagi ke daerah asal (sukoharjo) inginke Bekasi

PAK DA’I
1. Kasus :Seorang apoteker yang bekerja pada bidang pemasaran ditugaskan untuk
memasarkan produk yang diketahui memiliki efek samping seperti nyeri abdomen dan
nyeri dada yang serius. Di luar negeri produk tersebut telah ditarik dari pasaran akibat
efek samping yang ditimbulkan. Ijin edar produk tersebut sudah anda dapatkan
a. Bagaimana sikap anda sebagai seorang apoteker menyikapi hal tersebut?
Jawaban : dengan adanya bukti telah menimbulkan efek samping yang serius maka
sikap saya yaitu tidak melanjutkan untuk memasarkan produk tersebut, dikawatirkan
jika produk tersebut diloloskan dalam pemasaran dapat menimbulkan kerugian yang
lebih serius bagi konsumen maupun produsen obat tersebut.
b. Problem apa yang timbul mengenai masalah tersebut?
Jawaban : problem bagi produsen obat (kerugian tetntunya dalam pengembangan obat
tersebut sudah mendapatkan ijin tetapi berdasarkan eviden base di luar negeri obat
tersebut sudah ditarik dari pasaran)
2. Kasus : Di daerah jawa timur sedang terkenal metode pengobatan dengan hanya si
pengobat menyuruh berkata SEMBUH ! maka jika pasien yakin maka pasien akan
sembuh
a. Bagaimana menurut anda mengenai metode pengobatan tersebut? Apa yang hendak
anda lakukan?
Jawaban : metode tersebut jelas tidak masuk akal dalam dunia medis maka
seharusnya hal tersebut harus dihindari. Menghimbau kepada masyarakat agar
menghindari hal tersebut dan mengedukasi untuk berobat secara medis di layanan
kesehatan yang ada.
b. Bagaimana tindakan anda mengenai pengobatan tersebut?
Melaporkan hal tersebut kepada pemerintah yang terkait seperti dinas kesehatan agar
ditindak tegas pengobatan yang jelas tidak rasional seperti tersebut.
3. Kasus : Pada jaman sekarang berkembang teknologi transgenic tanaman seperti jagung
yang memiliki kandungan gizi lebih baik dan memiliki nilai produktivitas yang lebih baik
a. Bagaimana menurut anda mengenai kehalalan produk tersebut?
Jawaban : tentunya harus di uji terlebih dahulu dari awal pembuatan produk tersebut
apakah mengandung bahan dan alat yang teriindikasi ada yang tidak halal. Jika hasil
dari uji sudah ada sertifikat halal dari MUI dan sudah mendapatkan izin dari BPOM
tidak masalah untuk dikembangkan dan dipasarkan secara luas bahkan dapat menjadi
percontohan bagi negara lain. Bahkan dapat diekspor jika perkembangan produk
tersebut pesat.
b. Bagaimana anda menyikapi bila produk tersebut sudah beredar luas di pasaran?
Jawaban : tentunya jika produk tersebut sudah mendapatkan sertifikat halal dari MUI
dan mendapatkan izin dari BPOM saya mendukung produk tersebut. Jika produk
tersebut tidak mendapatkan sertifikat halal dari MUI dan mendapatkan izin dari
BPOM maka produk tersebut harus dihentikan.
4. Faktor penghambat profesi farmasi
a. Solidaritas antar sesama Farmasis masih lemah
b. Kompetensi dan konfidensi sebagai farmasi masih kurang
c. Kompetisi dengan tenaga kesehatan lain
d. Kepentingan bisnis
e. Penghargaan kepada Farmasis masih belum merata dan berimbang
f. Perkembangan profesi tenaga kesehatan lain dan adanya gap atau kesenjangan
g. Image sebagai produk dispenser

PAK BAMBANG
1. Pengertianp sikotropika
2. Pengertian Narkotika, penggolongan narkotika, dan tujuan pengaturan narkotika
3. Pengertian CPOB, PBF
4. Pengertian paten, invensi, inventor
5. Aktivitas di GPP untuk meningkatkan pengobatan yang rasional, sebutkan minimal 4
6. Sebutkan bidang-bidang Pengabdian apoteker di industry farmasi
7. Kompetensi apoteker di bidang distribusi

Jawaban Pak Bambang


 Pengertian, Tujuan, dan Penggolongan Psikotropika (UU NO. 5 TH 1997
TENTANG PSIKOTROPIKA)
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan prilaku.

Pasal 3
Tujuan pengaturan di bidang psikotropika adalah:
a. Menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu
pengetahuan;
b. mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika;
c. memberantas peredaran gelap psikotropika.

Penggolongan :
 Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi
amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
 Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobat-an dan dapat
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu penge-tahuan serta mempunyai
potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
 Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobat-an dan
banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan.
 Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobat-an dan
sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan.

 Pengertian, Tujuan, dan Penggolongan Narkotika (UU NO. 35 TH 2009 TENTANG


NARKOTIKA)
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongangolongan sebagaimana
terlampir dalam Undang-Undang ini.

Pasal 4
Undang-Undang tentang Narkotika bertujuan:
a. menjamin ketersediaan Narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
b. mencegah, melindungi, dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari penyalahgunaan
Narkotika;
c. memberantas peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; dan
d. menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan social bagi Penyalah Guna dan
pecandu Narkotika.

Penggolongan :
a. Golongan I : kokain, opium, heroin, tiofentanil, MDMA, amfetamin,
metamfetamin, dll.
b. Golongan II: fentanil, metadon, morfin, petidin, properidina, dll.
c. Golongan III: kodein, etilmorfina, dihidrokodeina, dll

 Pengertian, dan Tujuan Prekursor


Prekursor adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam
pembuatan Narkotika dan Psikotropika.
Pengaturan Prekursor bertujuan untuk:
 melindungi masyarakat dari bahaya penyalahgunaan Prekursor;
 mencegah dan memberantas peredaran gelap Prekursor;
 mencegah terjadinya kebocoran dan penyimpangan Prekursor; dan
 menjamin ketersediaan Prekursor untuk industri farmasi, industri non farmasi, dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

 Kompetensi Apoteker di Distribusi Obat


Kompetensi apoteker meliputi: pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan
Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan
obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

 Kompetensi Apoteker di Industri Farmasi


 Menjadi personil kunci mencakup kepala bagian produksi, kepala bagian pengawasan
mutu dan kepala bagian manajemen mutu.
 Menciptakan obat baru yang sesuai dengan perkembangan penyakit dan memiliki efek
terapeutik yang rasional.
 Aktivitas Pengelolaan dan Penggunaan Sediaan Farmasi dan Alkes dalam
Swamedikasi
Aktivitas yang berhubungan dengan pengelolaan dan penggunaan sediaan farmasi
dan alat kesehatan dalam swamedikasi (self medication), dengan kegiatan:
1. Pengkajian masalah kesehatan pasien berdasarkan keluhan pasien meliputi: siapa
yang memiliki masalah; gejalanya apa; sudah berapa lama; tindakan apa yang
sudah dilakukan; obat apa yang sudah dan sedang digunakan.
2. Pemilihan obat yang tepat (Obat Bebas, Obat Bebas Terbatas dan Obat Wajib
Apotek)
3. Penentuan waktu merujuk pada tenaga kesehatan lain

 Sebutkan kegiatan dalam aktivitas yang berhubungan dengan pengelolaan dan


penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan dalam pelayanan resep
Pemilihan : adalah kegiatan untuk menetapkan sediaan farmasi dan alat kesehatan
sesuai jumlah, jenis dan waktu yang tepat sesuai dengan kebutuhan agar tercapai
penggunaan obat yang rasional.

Pengadaan : Suatu proses kegiatan yang bertujuan agar tersedia sediaan farmasi dengan
jumlah dan jenis yang cukup sesuai dengan kebutuhan pelayanan. Pengadaan yang efektif
merupakan suatu proses yang mengatur berbagai cara, teknik dan kebijakan yang ada
untuk membuat suatu keputusan tentang obat-obatan yang akan diadakan, baik jumlah
maupun sumbernya.

Pendistribusian : adalah kegiatan menyalurkan/menyerahkan sediaan farmasi dan


alat kesehatan dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan pasien.

Penghapusan dan Pemusnahan : Sediaan Farmasi yang sudah tidak memenuhi


syarat sesuai standar yang ditetapkan harus dimusnahkan. Penghapusan dan
Pemusnahan sediaan farmasi yang tidak dapat/boleh digunakan harus dilaksanakan
dengan cara yang baik dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang
berlaku. Prosedur pemusnahan obat hendaklah dibuat yang mencakup pencegahan
pencemaran di lingkungan dan mencegah jatuhnya obat tersebut di kalangan orang
yang tidak berwenang. Sediaan farmasi yang akan dimusnahkan supaya disimpan
terpisah dan dibuat daftar yang mencakup jumlah dan identitas produk.

Pengendalian : Pengendalian persediaan dimaksudkan untuk membantu pengelolaan


perbekalan (supply) sediaan farmasi dan alat kesehatan agar mempunyai persediaan
dalam jenis dan jumlah yang cukup sekaligus menghindari kekosongan dan
menumpuknya persediaan.

Penarikan kembali sediaan farmasi : Penarikan kembali (recall) dapat dilakukan


atas permintaan produsen atau instruksi instansi Pemerintah yang berwenang.
Tindakan penarikan kembali hendaklah dilakukan segera setelah diterima permintaanl
instruksi untuk penarikan kembali. Untuk penarikan kembali sediaan farmasi yang
mengandung risiko besar terhadap kesehatan, hendaklah dilakukan penarikan sampai
tingkat konsumen.

Pencatatan dan Pelaporan : Pencatatan dan pelaporan kegiatan perencanaan kebutuhan,


pengadaan, pengendalian persediaan, pengembalian, penghapusan dan pemusnahan
sediaan farmasi harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang
berlaku.

Monitoring dan Evaluasi : Monitoring dan evaluasi merupakan tahapan untuk


mengamati dan menilai keberhasilan atau kesesuaian pelaksanaan Cara Pelayanan
Kefarmasian Yang Baik disuatu pelayanan kefarmasian.

 Pengertian, Tujuan, dan Manfaat CPFB (Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik)
Pedoman tersebut dituliskan dalam bentuk Cara Pelayanan Kefarmasian yang
Baik (Good Pharmacy Practice) sebagai perangkat untuk memastikan Apoteker dalam
memberikan setiap pelayanan kepada pasien agar memenuhi standar mutu dan merupakan
cara untuk menerapkan Pharmaceutical Care. Komitmen untuk memberikan pelayanan
sebaik mungkin untuk kepentingan masyarakat, harus terus diupayakan dan
ditingkatkan oleh Apoteker baik di Apotek, Puskesmas, Klinik maupun Rumah sakit.

Tujuan
1. Sebagai Pedoman bagi tenaga kefarmasian khususnya Apoteker dalam
melaksanakan praktik kefarmasian.
2. Melindungi masyarakat/ pasien dari penggunaan obat yang tidak rasional

Manfaat
Tujuan akhir dari pelayanan kefarmasian yang bermutu adalah meningkatkan
mutu hidup pasien

 Ruang Lingkup GPP (Rincian aktivitas GPP bisa dilihat di PDF “GPP”)
1. Aktivitas yang berhubungan dengan promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan
pencapaian tujuan kesehatan.
2. Aktivitas yang berhubungan dengan pengelolaan dan penggunaan sediaan farmasi
dan alat kesehatan di pelayanan resep.
3. Penyiapan Obat dan perbekalan farmasi lainnya.
4. Layanan Informasi obat.

 Pembagian SPO GPP (Contoh-contoh SPO GPP per bagian bisa dilihat di PDF
“GPP”)
- SPO pengelolaan sediaan farmasi dan alkes.
- SPO Pelayanan farmasi klinik
- SPO Higiene dan sanitas
- SPO tata kelola administrasi
- SPO lain-lain
-
 Pengertian Paten, Invensi, Pemegang Paten (UU NO 13 TH 2016 TENTANG
PATEN)
Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada Inventor atas hasil
Invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri
Invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk
melaksanakannya.

Invensi adalah ide Inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan
masalah yang spesifik di bidang teknologi dapat berupa produk atau proses, atau
penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses.

Pemegang Paten adalah Inventor sebagai pemilik Paten atau pihak yang menerima hak
tersebut dari pemilik Paten atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak tersebut, yang
terdaftar dalam Daftar Umum Paten.

 Pengertian Obat Generik, Paten, dan OGM/OGB (PERMENKES No HK


0202/MENKES/688/I/2010)
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Obat Paten adalah obat yang masih memiliki hak paten.
2. Obat Generik adalahobat dengan nama resmi International Non Propietary Names
(INN)yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau buku standar lainnya untuk
zat berkhasiat yang dikandungnya.
3. Obat Generik Bermerek/Bernama Dagang adalah obat generik dengan nama dagang
yang menggunakan nama milik produsen obat yang bersangkutan.

 Tujuan KONAS dan Pengertian Obat Esensial


Obat essensial adalah obat terpilih yang dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan,
mencakup upaya diagnosis, profilaksis, terapi dan rehabilitasi yang diupayakan tersedia
pada unit pelayanan kesehatan sesuai dengan fungsi dan tingkatnya.

KONAS dalam pengertian luas dimaksudkan untuk meningkatkan pemerataan dan


keterjangkauan obat secara berkelanjutan, agar tercapai derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya.
Tujuan KONAS
2. Ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat, terutama obat essensial
3. Keamanan, khasiat dan mutu semua obat yang beredar serta melindungi masyarakat
dari penggunaan yang salah dan penyalahgunaan obat
4. Penggunaan obat yang rasional

 Pengertian PBF dan CDOB (PERMENKES No.1148/MENKES/PER/VII 2011


tentang PBF)
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Pedagang Besar Farmasi, yang selanjutnya disingkat PBF adalah perusahaan
berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan,
penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan
peraturan perundangundangan.
2. Cara Distribusi Obat yang Baik, yang selanjutnya disingkat CDOB adalah
cara distribusi/penyaluran obat dan/atau bahan obat yang bertujuan untuk
memastikan mutu sepanjang jalur distribusi/penyaluran sesuai persyaratan dan
tujuan penggunaannya.
 Formularium Rumah Sakit (PERMENKES 72 TAHUN 2016 TENTANG
STANDARI PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT)
Formularium Rumah Sakit merupakan daftar Obat yang disepakati staf medis, disusun
oleh Komite/Tim Farmasi dan Terapi yang ditetapkan oleh Pimpinan Rumah Sakit.
Formularium Rumah Sakit harus tersedia untuk semua penulis Resep, pemberi Obat, dan
penyedia Obat di Rumah Sakit. Evaluasi terhadap Formularium Rumah Sakit harus
secara rutin dan dilakukan revisi sesuai kebijakan dan kebutuhan Rumah Sakit

 UU Ordonansi Obat Keras (UU NO 419 TAHUN 1949 TENTANG ORDONANSI


OBAT KERAS)
Obat-obat keras yaitu obat-obatan yang tidak digunakan untuk keperluan tehnik, yang
mempunyai khasiat mengobati, menguatkan, membaguskan, mendesinfeksikan dan lain-
lain tubuh manusia, baik dalam bungkusan maupun tidak, yang ditetapkan oleh
Secretaris Van Staat, Hoofd van het Departement van Gesondheid.

Anda mungkin juga menyukai