DOSEN PENGAMPU :
Yulia Dwi Andarini, M.PH., Apt
DISUSUN OLEH :
DAFTAR ISI........................................................................................................................ i
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1 Latar belakang ........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ..................................................................................................... 2
1.3 Tujan ......................................................................................................................... 2
BAB II................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 3
2.1 Pengertian Farmakoterapi ......................................................................................... 3
2.2 Bagaimana Peran Farmakoterapi Di Bidang Kefarmasian ....................................... 3
2.3 Bagaimana Peran Farmasi dalam Praktek Farmakoterapi ........................................ 4
2.4 Farmakoterapi Rasional ............................................................................................ 5
BAB III ............................................................................................................................... 9
PENUTUP .......................................................................................................................... 9
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 10
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
kesehatan. Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal, namun
beberapa obat juga dapat menimbulkan efek berbahaya jika tidak tepat
pemberian dan pemakaian tanpa pantauan dari tenaga kesehatan seperti
apoteker terkait konseling cara penggunaan obat kemudian perawat dalam
pemantauan pemakaian obat untuk pasien rawat inap dirumah sakit ataupun
puskesmas untuk membantu pasien pada proses terapi.
Selain itu lebih dari 50% obat-obat di dunia diresepkan dan diberikan
secara tidak tepat, tidak efektif, dan tidak efisien. Terbalik dengan kondisi
tersebut, 1/3 penduduk dunia kesulitan mendapat akses memperoleh obat
esensial sehingga harus dilakukan upaya untuk tercapainya “cost effective
medical intervention”. Selain itu penggunaan obat rasional dalam pelayanan
kesehatan di Indonesia masih merupakan masalah. Penggunaan polifarmasi
dimana seorang pasien rata-rata mendapatkan 3,5 obat, lebih dari 50%
menerima 4 atau lebih obat untuk stiap lembar resepnya, penggunaan
antibiotika yang berlebiahan, waktu konsultasi yang singkat yang hanya
berkisar 3 menit saja merupakan pola umum yang terjadi pada penggunaan
obat tidak rasional.
1.3 Tujan
1. Memahami pengertian ilmu farmakoterapi
2. Mengetahui peran Farmasi dalam bidang armakoterapi
3. Mengetahui Farmakoterapi dalam Praktek Kefarmasian
4. Mengetahui maksud dari farmakoterapi rasional
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
sesuai dengan kebutuhan pasien, melalui penerapan pengetahuan ilmu
tersebut dan berbagai fungsi terspesialisasi dalam perawatan pasient yang
memerlukan pendidikan khusus dan atau pelatihan yang terstruktur sangat
berperan penting bagi seorang Apoteker untuk memaksimalkan efek
terapeutik, meminimalkan resiko/toksisitas obat, meminimalkan biaya dan
menghormati pilihan pasien.
Kegiatan farmasi klinik tidak hanya memberikan saran professional pada
saat peresepan san saja namun mencakup kegiatan sebelum peresepan, saat
peresepan dan setelah peresepan.
a. Kegiatan sebelum peresepan: setiap kegiatan yang mempengaruhi
kebijakan peresepan,seperti penyusunan formularium rumah sakit,
mendukung informasi dalam menetapkan kebijakan peresepan rumah
sakit, evaluasi obat.
b. Kegiatan saat peresepan: memberikan saran profesional kepada dokter
atau tenaga kesehatan lainnya terkait dengan terapi pada saat peresepan
sedang dilakukan.
c. Kegiatan sesudah peresepan: setiap kegiatan yang berfokus pada
pengoreksian dan penyempurnaan peresepan, seperti monitoring DRPs,
monitoring efek obat, outcome research dan Drug Use Evaluaion (DUE)
4
jawab terhadap setiap saran yang diberikan; menjadi mitra sejajar dengan
profesi kesehatan lainnya (dokter, perawat dan tenga kesehatan lainnya).
Keterampilan dalam melakukan praktek farmasi klinik memerlukan
pemahaman keilmuan, seperti :
1) Konsep-konsep penyakit (anatomi dan fisiologi manusia, patofisiologi,
patogenesis)
2) Penatalaksanaan Penyakit (farmakologi, farmakoterapi dan product
knowledge)
3) Teknik komunikasi dan konseling
4) Pemahaman Evidence Based Medicine (EBM) dan kemampuan
melakukan penelusurannya
5
T + 1 W, yaitu tepat pasien, tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, dan
Waspada efek samping. Sedang peresepan dan terapi obat yang rasional
menurut (WHO, 1995) yaitu sebagai berikut:
1) Tepat pasien
Tepat pasien adalah ketepatan dalam menilai kondisi pasien dengan
mempertimbangkan;
a. Adanya penyakit yang menyertainya misalnya:
kelainan ginjal, obat yang mempengaruhi ginjal (Nefrotoksik):
kaptopril, aminoglikosida, lithium, simetidine.
Kelainan hati, obat yang mempengaruhi hati (hepatotoksik);
parasetamol, halotan, isoniaid
b. Kondisi khusus: Hamil, laktasi, lansia, balita
c. Pasien dengan riwayat alergi, Eg: alergi antibiotika tertentu
d. Pasien dengan riwayat gangguan psykologis. Eg: bila diinjeksi pingsan
2) Tepat indikasi
Ketepatan indikasi penggunaan obat apabila ada indikasi yang benar
(sesuai dengan diagnosa dokter untuk penggunaan obat tersebut dan telah
terbukti manfaat terpeutiknya. Contohnya, pasien dengan diagnosa TB
paru diberikan obat dengan komposisi Rifampisin, Ethabutol dan INH.
3) Tepat obat
Tepat obat adalah ketepatan pemilihan obat apabila dalam proses
pemilihan obat mempertimbangkan
a. Ketepatan kelas terapi dan jenis obat (efek terapi yang diperlukan)
b. Kemanfaatan dan keamanan sudah terbukti (resiko efek samping
maupun adanya kondisi kontra insikasi
c. Jenis obat paling mudah didapat
d. Sedikit mungkin jumlah kenis obat
4) Tepat pemberian, dosis dan lama pemberian
Efek obat yang maksimal dapat dicapai dengan penentuan dosis, cara dan
lama pemberian yang tepat. Besar dosis, cara dan frekuensi pemberian
umumnya didasarkan pada sifat farmakokinetika dan farmakodinamika
6
obat seta kondisi pasien. Sedang lama pemberian berdasarkan pada sifat
penyakit (akut atau kronis, kambuh berulang).
a. Tepat dosis adalah jumlah obat yang diberikan masuk dalam range
terapi
b. Tepat cara pemberian adalah pemilihan yang tepat dengan pemberian
obat sesuai dengan kondisi pasien. Eg: per Oral, per Rektal, Intravena,
Subcutan dll.
c. Tepat frekuensi adalah pemilihan yang tepat frekuensi/interfal
pemberian obat. Eg: per 8 jam, per 12 jam, per 24 jam dll
d. Tepat lama pemberian adalah penetapan lama pemberian. Misalnya
untuk terapi selama 3 hari, 5 hari, 10 hari, 3 bulan dll
e. Tepat saat pemberian adalah pemilihan waktu yang tepat untuk
pemberian obat disesuaikan dengan kondisi pasien. Eg: sebelum
makan, setelah makan, ataupu pada saat makan.
5) Tepat informasi
Apabila informasi yang diberikan jelas tentang obat yang akan digunakan
oleh pasien dan informasi lain yang menunjang perbaikan pengobatan.
Misalnya cara pemakaian, efek samping, kegagalan terapi bila tidak taat,
lalu upaya yang akan dilakukan apabila penyakit makin memburuk,
kemudian mencegah faktor resiko terjadinya penyakit lain.
6) Tepat biaya
Apabila biaya (harga obat dan biaya pengobatan hendaknya dipilih yang
paling terjangkau dengan kondisi keuangan pasien. Contohnya,
mengutamakan meresepkan obat-obat generik dibandingkan obat-obat
paten yang harga dan biayanya jelas lebih mahal.
Dalam upaya untuk meningkatkan farmakoterapi yang rasional pada
pelayanan kesehatan masyarakat Indonesia, tentu saja banyak yang harus
ditingkatkan dan di eksplorasi, antara lain meningkatkan kemampuan dokter
sebagai penulis resep, meningkatkan kemampuan apote kerdalam
menyelesaikan “permasalahan yang berhubungan dengan obat”, memberikan
pendidikan dan konseling pasien di unit-unit pelayanan kesehatan oleh
Apoteker sebagai “Drug informan dan Drug konselor” (Puskesmas, Apotek,
7
Rumah sakit), dan mengoptimalisasikan kegiatan panitia/komite Farmasi dan
terapi dalam evaluasi penggunaan obat di Rumah Sakit.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Farmakoterapi adalah sub ilmu dari farmakologi yang mempelajari
tentang penanganan penyakit melalui penggunaan obat-obatan. Kegiatan
farmasi klinik atau peran farmasi dalam praktek farmakoterapi meliputi
pemantauan dan evaluasi penggunaan obat, pelayanan farmasi di bangsal,
pelayanan informasi obat, penelitian dan pengembangan. Peran farmakoterapi
di bidang kefarmasian, yaitu:
1) Membantu apoteker dalam memahami penggunaan obat pada
penyakit tertentu
2) Apoteker mampu memilih obat yang tepat
3) Apoteker mampu memberikan informasi obat (Misalnya mengenai
efek samping obat, kontraindikasi obat, interaksi obat dengan obat
lain atau interaksi obat dengan makanan, dan sebagainya)
4) Apoteker mampu berinteraksi dengan dokter dan tenaga medis
lainnya.
5) Apoteker membantu pasien melakukan self medication
Penggunaan obat yang rasional mempunyai dampak yang cukup besar
dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan penurunan biaya
kesehatan masyarakat. Penggunaan obat yang rasional dirumuskan sebagai 4
T + 1 W, yaitu tepat pasien, tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, dan
Waspada efek samping.
9
DAFTAR PUSTAKA
10