KEDOKTERAN
DISUSUN OLEH :
DESTA ASTARINA
NADIA FIRDAUS
SHA’SHA’ LUTFIANA
Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang
Maha Esa, dengan berkah dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Kontribusi Terpenting Umat Islam dalam Dunia Kedokteran”
meskipun terdapat berbagai halangan dan kendala akhirnya makalah ini dapat
diselesaikan walaupun masih terdapat banyak keslahan dalam penulisan sehingga
tidak begitu sempurna.
Makalah ini disusun untuk mengetahui sejarah dan perkembangan, serta
kontribusi terpenting yang diberikan oleh umat islam terdahulu dalam bidang
disiplin ilmu kedokteran, terutama dalam bidang Operasi, Optamologi, Anatomi,
Pediatri, dan Genikologi, yang mana banyak orang muslim sekarang tidak
mengetahui betul mengenai sejarah dan asal mula disiplin ilmu-ilmu yang
ditekuni. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikhtiar manusia dalam mengatasi penyakit yang dideritanya telah
berkembang sejak ribuan tahun lalu. Berawal dari insting yang diberikan
Allah, manusia mampu mengatasi penyakitnya. Selanjutnya pengetahuan
mengenai penyakit dan ilmu pengobatan terus berkembang seiring
perkembangan peradaban manusia.
Dalam perjalanannya, ilmu pengetahuan seolah-olah terbagi dua kutub
yang berbeda, antara pengobatan timur dan pengobatan barat. Kini seakan-
akan barat mengklaim perkembangan ilmu kedokteran saat ini murni dari
peradaban barat. Akan tetapi, ketika era kegelapan mencengkram Barat pada
abad pertengahan, perkembangan ilmu kedokteran diambil alih dunia Islam
yang tengah berkembang pesat di Timur Tengah. Pada abad ke-9 M hingga
ke-13 M, dunia kedokteran Islam berkembang begitu pesat dan sejumlah
Rumah Sakit besar berdiri.
Upaya yang dilakukan oleh sarjana muslim pada masa kekhalifahan dalam
memajukan dalam memajukan ilmu kesehatan Islam pada Abad ke-9 hingga
Abad ke-13 bertumpu pada metode rasional dan uji klinis. Beragam jenis
terapi ditemukan oleh dokter muslim seperti Aromaterapi, Kemoterapi,
Hirudoterapi, Fitoterapi, Kromoterapi, Parmacoterapi, Pisiterapi, dan
Psikoterapi. Temuan lainnya adalah terapi kanker, terapi seksual, urologi, dan
litotomi. Tidak hanya itu, berbagai metode pengobatan dan ilmu medis lainnya
juga dikembangkan oleh ilmuan muslim seperti operasi, optalmologi, anatomi,
pediatri, ginekologi, dan masih banyak ilmu-ilmu lainnya, yang mana pada
makalah ini akan dibahas mengenai sejarah, dan sumbangsih ilmuan muslim
dalam beberapa ilmu medis diatas.
Apa yang telah dilakukan dan diusahakan oleh sarjana muslim pada dunia
medis tentu sangat memberi pengaruh terhadap perkembangan ilmu
kedokteran modern yang penerapannya sedikit banyak diadopsi pada ilmu
kedokteran pada masa ini. Hal ini tentu saja memberikan kebanggaan
tersendiri bagi umat muslim yang mempunyai ilmuan yang mampu
memberikan sumbangsih yang sangat berarti bagi perkembangan ilmu
pengetahuan utamanya dibidang medis, dan tentunya kami sebagai generasi
penerus akan lebih berusaha lebih baik agar peranan islam utamanya dalam
ilmu pengetahuan dapat kembali berjaya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
Aminah Hikmatul, dalam skripsi Sejarah Kedokteran Masa Kemunduran Dinasti
Abbasiyah (447-656 H/ 1055-1258 M), (utusan dalam http://www.Pengobatan Jantung Ala Ibnu
Zuhr. Htm (12 Januari 2018)) hal 49.
Pembedahan dijalankan dengan menggunakan teknik steril (tanpa kuman),
kuman dimusnahkan dengan alkohol atau pembakar. Torehan (incision) dan
pembuang (excision) dilakukan berpedoman pada pengetahuan anatomi,
pembuluh darah yang terpotong diberhentikan pendarahannya dengan
“ligasi”(ikatan benang), atau kauteri (dibakar dengan kain panas), jaringan
tubuh dibuka dan akhirnya ditutup, dilapis demi lapis dengan jahitan benang
dan menggunakan teknik steril seperti yang dilakukan sekarang. Kajian
modern atas kedokteran Islam sering mengungkapkan bahwa karena tabu
budaya dan batasan agama anatomi tidak dikejar (dipelajari) oleh para dokter
Arab, dan bahwa observasi anatomis hanya sekedar spekulasi teoritis atas ilmu
anatomi yang diwarisi. Contoh anatomi Arab yang sangat diperdebatkan
adalah temuan abad ke tiga belas oleh dokter Muslim Ala Al-Din Ibn Al-Nafis
(W 1288) tentang sirkulasi darah paru-paru. Sebagai pelengkap anatomi
manusia, ilmuwan Muslim juga mengkaji binatang karena alasan praktis dan
medis, dari sebuah manuskrip Mesir abad ke lima belas menunjukkan
kerangka seekor kuda.3
3
Sulaiman, Nik Aziz. Sumbangan TokohTokoh Kedokteran Muslim Dalam Ilmu
Kedokteran dan Operasi (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 2000), Nurmayani dalam
Jurnal Sumbangan Islam terhadap Sains dan Teknologi, hal 22-23.
mendeteksi masalah pasien dan kemudian meresepkan pengobatan. Sebagai
dokter bedah, dokter yang mengambil bidang ini akan melakukan pembedahan
rumit dan sulit untuk memperbaiki penglihatan pasien.4
Dalam perkembangannya, sumbangan Islam juga sangat besar pada bidang
ini. Istilah-istilah seperti retina, katarak dan lain-lain, diciptakan pada zaman
tersebut. Teori baru tentang penglihatan yaitu pembiasaan terjadi di lensa mata
dan difokuskan di retina. Teori ini meruntuhkan teori Yunani Purba yang
mengatakan cahaya diantarkan dari mata untuk melihat objek yang dipandang.
Beberapa jenis penyakit mata seperti trakoma, glaukoma, dan katarak telah
diuraikan oleh opthalmologi Islam seperti Al-Haitam (Al- Hazen) (960-1039
M), Ali Abbas, Abul at Tabbri dan lain sebagainya. Pembedahan katarak cara
baru telah dilakukan dengan menggunakan suntikan lensa yang “opaque”
(legap), melalui tabung.5
Dokter muslim yang menerapkan ilmu optalmologi adalah Al-Jurjani.
Nama lengkapnya Abu Ruh Muhammad Ibnu Mansur Bin Abdullah, atau
dikenal juga dengan Al-Jurjani, seorang dokter bedah handal dari Persia yang
terkenal sekitar tahun 1088 masehi, beliau menulis sebuah buku berjudul
Nurul ‘Uyun (Cahaya Mata). Buku tersebut yang sebagian besar tulisan
aslinya dan bukan kutipan, yang terdiri atas 10 bab. Dalam tujuh bab, dirinya
menjelaskan sekitar 30 metode operasi mata, dan tiga diantaranya adalah
prosedur operasi katarak. Beliau juga membahas anatomi dan fisiologi mata
dan penyakit-penyakitnya. Salah satu bab dikhususkan untuk jenis-jenis
penyakit mata yang jelas terlihat seperti katarak, trachoma, kelopak, serta
penyakit di kornea dan sclera (bagian putih mata).6
D. Kontribusi Umat Islam dalam Bidang Anatomi.
“As forthe parts of the body and their functions, it is necessary that they
be approached through observation ( )الحسand dissection ()التسريح, while those
4
Dalam utusan https://id.wikipedia.org/wiki/Oftalmologi.html.
5
Sulaiman, Nik Aziz. Sumbangan TokohTokoh Kedokteran Muslim Dalam Ilmu
Kedokteran dan Operasi (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 2000), Nurmayani dalam
Jurnal Sumbangan Islam terhadap Sains dan Teknologi, hal 23
6
Aminah Hikmatul, dalam skripsi Sejarah Kedokteran Masa Kemunduran Dinasti
Abbasiyah (447-656 H/ 1055-1258 M), (US. National Library of Medicine dalam http:// Islamic
Medical Manuscripts BioBibliographies.com. ( 12 Januari 2018) ) hal 41.
things that must be conjectured and demonstrated by reason are diseases and
their particular causes and their symptomps and how bated and health
maintained (Ibnu Sina)”.
“Mengenai bagian-bagian tubuh dan fungsinya, perlu dilakukan
pendekatan melalui observasi dan pembedahan. Sementara, hal tersebut harus
diduga dan dibuktikan dengan alasan penyakit, penyebab dan gejalanya, serta
bagaimana penyakit dapat diatasi dan kesehatan dapat terpelihara.”(Ibnu Sina).
7
Roberto Marín Guzmán, “Arab Tribes, the Umayyad Dynasty, and the `Abbasid
Revolution”, The American journal of Islamic Social Sciences, vol. 21:4, h. 18
astrolog dari Merv di Tabaristan (maka al-Tabari – di Tabaristan). Ali
masuk Islam dalam pelayanan Khalifah Abbasiyah Al-Mutasim (833-842),
yang menunjuk dia untuk pengadilan. Bahkan penggantinya al-Mutawakkil
(847-861) dipertahankan dia dalam pelayanan-Nya. Ali bin Sahal menguasai
Syria dan Yunani, dua sumber untuk tradisi pengobatan kuno yang hilang di
Eropa abad pertengahan, dan menulis ayat-ayat dalam tulisan kaligrafi yang
indah.
Ali datang dari keluarga Syria terkenal Merv tapi pindah ke Tabaristan
(maka al-Tabari – “dari Tabaristan”) tetapi menjadi mengkonversi Islam di
bawah Khalifah Al-Mu’tasim Abbassid (833-842), yang membawanya ke
layanan pengadilan, di mana ia terus di bawah Al-Mutawakkil (847-861).
Ayahnya Sahal bin Bisyr adalah seorang pejabat negara, yang berpendidikan
tinggi dan anggota dihormati masyarakat Syria. Ali bin Sahl fasih dalam
bahasa Syria dan Yunani, dua sumber untuk tradisi pengobatan kuno,
dan berpengalaman dalam kaligrafi baik.
8
Erica Fraser, The Islamic World to 1600, 1998
Buku Canon justru dipakai oleh para pengajar medis di Barat untuk
memperkenalkan prinsip dasar sains pada mahasiswanya, karena memuat
praktik dan teori kedokteran seperti penjelasan dalam teks-teks Yunani-
Romawi. Melalui buku itu, ia berkontribusi pada kemajuan ilmu anatomi,
ginekologi, dan pediatri dan dokter pertama yang melakukan uji klinis dan
pengenalan farmakologi klinis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Peradaban Islam telah mengenal ilmu kedokteran. Sejak zaman
Rasulullah SAW, ilmu kedokteran merupakan ilmu yang dipelajari dengan
seksama. Salah satu faktor kesuksesan dinasti abbasiyah dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan adalah dengan banyaknya ilmuan
muslim pada zaman tersebut yang memberikan kontribusi besar terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan, diantaranya adalah Ibnu Sina, Ibnu
Rusyd, al-Ghazali, al-Kindi, Ibnu Haytham, dan al-Rhazi, dan masih
banyak ilmuan muslim lainnya.
Apa yang telah dilakukan dan diusahakan oleh sarjana muslim
pada dunia medis tentu sangat memberi pengaruh terhadap perkembangan
ilmu kedokteran modern yang penerapannya sedikit banyak diadopsi pada
ilmu kedokteran pada masa ini. Sehingga, perlu untuk kita ketahui apa saja
yang yang telah disumbangkan ilmuan muslim terdahulu khususnya dalam
bidang kedokteran.
Adapun beberapa ilmuan muslim terdahulu yang berkontribusi
dalam berbagai bidang medis seperti: Al-Razi dan Abu al-Qasim Khalaf
Ibn Abbas Al-Zahrawi, dokter Islam yang berperan dalam bedah. Dokter
muslim yang menerapkan ilmu optalmologi adalah Al-Jurjani. Nama
lengkapnya Abu Ruh Muhammad Ibnu Mansur Bin Abdullah, atau dikenal
juga dengan Al-Jurjani, seorang dokter bedah handal dari Persia yang
terkenal sekitar tahun 1088 masehi, Ibnu Sina, Ibnu Nafis, Hunayn, yang
mempunyai peran aktif dalam mengembangkan ilmu anatomi.
DAFTAR PUSTAKA
Roberto Marín Guzmán, “Arab Tribes, the Umayyad Dynasty, and the `Abbasid
Revolution”, The American journal of Islamic Social Sciences, vol. 21:4, h.
18