Anda di halaman 1dari 14

INTEGRASI ISLAM DENGAN KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Islam dan Ilmu Pengetahuan

Dosen Pengampu:

Dr. Muhammad Sungaidi, M.A

Disusun Oleh:

Kelompok 14

Muhammad Fikri 11190530000141

Budi Harianto 11190530000154

Alpian Cahya Pratama 11190530000162

MD-4D

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2021 M / 1442 H
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Urgensi Integrasi pendidikan Kedokteran Islam terhadap kedokteran modern, telah
memetakan beberapa kajian awal bahwa ilmu kedokteran Islam dulu pernah menjadi rujukan
dunia dalam dasar ilmu kedokteran modern yang dimulai abad pertengahan. Meskipun di
satu sisi, faktanya, saat ini hampir seluruh inovasi dan teknologi dalam ilmu kedokteran
modern adalah hasil dari pengembangan kedokteran Barat. Masih minimnya inovasi dalam
teknologi ilmu kedokteran Islam ini, menjadi agenda besar para dokter Muslim seluruh
dunia. Khususnya, pengembangan inovasi dan teknologi kedokteran dari pakar dan
profesional medis Muslim di seluruh dunia.
Konstribusi peradaban Islam dalam dunia kedokteran sungguh sangat ternilai. Di era
keemasannya, peradaban Islam telah melahirkan sederet pemikir dan dokter terkemuka yang
telah meletakkan dasar-dasar ilmu kedokteran modern. Dunia Islam juga tercatat sebagai
peradaban pertama yang mempunyai rumah sakit dan dikelolah oleh tokoh-tokoh
professional. Dunia kedokteran Islam di zaman kekhalifahan meninggalkan banyak karya
yang menjadi literatur keilmuan dunia.
Oleh karena itu, topik tentang perkembangan ilmu kedokteran di dunia Islam sangat
penting untuk dikaji, Khasanah keilmuan Islam terbentang luas diberbagai penjuru dunia.
Dimana itu menjadi dasar kegiatan keilmuan akademis dan praktek pengobatan lembaga-
lembaga rumah sakit sampai sekarang.
2. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian llmu Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Islam?
b. Bagaimana Sejarah Perkembangan Ilmu Kedokteran dalam Islam?
c. Bagaimana perhatian Islam terhadap Ilmu Kedokteran dan Ilmu Kesehatan?
d. Apa saja penemuan-penemuan Islam dalam bidang Kedokteran?
e. Bagaimana etika Kedokteran Islam?
B. PEMBAHASAN
a. Pengertian llmu Kedokteran dan Kesehatan dalam Islam

Ilmu kedokteran pada dasarnya adalah suatu ilmu karena mengikuti prinsip-prinsip atau
kaidah keilmuan, baik dari aspek epistemologi, ontologi dan aksiologi. Demikian juga halnya
penemuan-penemuan dibidang kedokteran modern telah mengikuti kaidah ilmu pengetahuan.
Namun yang paling penting dalam ilmu kedokteran objeknya adalah manusia dengan berbagai
latar belakang dan menderita suatu penyakit. Oleh karena itu sangat penting terlebih dahulu
dibicarakan tentang hakekat manusia baik dari aspek biologis dan metafisika. Ilmu kedokteran
adalah kumpulan pengetahuan yang terstruktur secara sistematik, konsisten & rasional dengan
menggunakan Metode Ilmiah. 1

Islam sebagai agama yang sempurna dan lengkap, telah menetapkan prinsip-prinsip dalam
penjagaan keseimbangan tubuh manusia. Diantara cara Islam menjaga kesehatan dengan
menjaga kebersihan dan melaksanakan syariat wudlu dan mandi secara rutin bagi setiap muslim.

Megenai kesehatan, dari perspektif Islam, dibagi dalam dua aspek. Yakni terhadap kesehatan
jiwa/hati dan terhadap kesehatan fisik. Kesehatan jiwa dan fisik, dari perspektif Islam, tidak
dikotomis. Antara jiwa dan jasad saling terkait. Imam al-Ghazālī, mengatakan bahwa
hubungannya seperti kuda dan penunggang kuda. Adapun jiwa adalah penunggang kudanya.

Ilmu Kedokteran Islam didefinisikan sebagai ilmu pengobatan yang model dasar, konsep,
nilai, dan prosedur-prosedurnya sesuai atau tidak berlawanan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Prosedur medis atau alat pengobatan yang digunakan tidak spesifik pada tempat atau waktu
tertentu. Ilmu Kedokteran Islam itu universal, mencakup semua aspek, fleksibel, mengizinkan
pertumbuh an serta perkembangan berbagai metode investigasi dan pengobatan penyakit.

Bahkan lifestyle dan pedoman hidup sehat yang dicontohkan oleh Rasulullah adalah
kebenaran hakiki yang lambat laun diketahui manfaat medisnya melalui berbagai penelitian dan
menjadi dasar pengembangan kedokteran Islam.2

b. Sejarah Perkembangan Ilmu Kedokteran dalam Islam


1. Awal Perkembangan sebelum Islam
1
Made Wardhana, Filsafat Kedokteran, (Bali: Vaikuntha International Publication, 2016), hal. 73-74.
2
Dian Cita Sari, 2019, “Pengembangan Integrasi Pendidikan Kedokteran Islam”, Collaborative Medical Journal,
Volume 2, No 1.
Awal mula kelahirannya dimulai pada masa peradaban Yunani. Dan bangsa-bangsa lain
sekitar pada masa itu. Dalam peradaban Yunani, orang Yunani Kuno mempercayai Asclepius
sebagai dewa kesehatan. Menurut Canterbury Tales, Geoffrey Chaurcer, di Yunani telah
muncul beberapa dokter atau tabib terkemuka. Tokoh Yunani yang banyak berkontribusi
mengembangkan ilmu kedokteran adalah Hippocrates atau ‘Ypocras’ (5-4 SM). Dia adalah
tabib Yunani yang menulis dasar-dasar pengobatan. Selain itu juga nama Rufus Of Ephesus
(1M) di Asia Minor. Ia dokter yang berhasil menyusun lebih dari 60 risalah ilmu kedokteran
Yunani. Dunia juga mengenal Dioscorides. Dia adalah penulis risalah pokok-pokok
kedokteran yang menjadi dasar pembentukan pembentukan farmasi selama beberapa abad.
Dokter asal Yunani lainnya yang paling berpengaruh adalah Galen (2 M). Ketika era
kegelapan mencengkram Barat pada abad pertengahan, perkembangan ilmu kedokteran
diambil alih dunia Islam yang telah berkembang pesat di Timur Tengah, seperti halnya ilmu-
ilmu yang lain.3

2. Pada Masa Peradaban Islam

Masa awal perkembangan kedokteran Islam melalui tiga periode pasang surut. Periode
pertama dimulai dengan gerakan penerjemahan literatur kedokteran dari Yunani dan bahasa
lainnya ke dalam bahasa Arab yang berlangsung pada abad ke-7 hingga ke-8 M. Pada masa
ini, sarjana dari Syiria dan Persia secara gemilang dan jujur menerjemahkan literatur dari
Yunani dan Syiria kedalam bahasa Arab. Rujukan pertama kedokteran terpelajar dibawa
kekuasaan khalifah Dinasti Umayyah, yang mempekerjakan dokter ahli dalam tradisi
Helenistik. Pada abad ke-8 sejumlah keluarga dinasti bani Umayyah dalam penterjemahan
teks medis dan kimiawi dari bahasa Yunani ke bahasa Arab. Berbagai sumber juga
menunjukkan bahwa khalifah dinasti Umayyah, Umar Ibn Abdul Azis (717-720)
memerintahkan penterjemahan dari bahasa Syiria ke bahasa Arab menjadi sebuah buku
pegangan medis abad ke-7 yang ditulis oleh pangeran Aleksandria Ahrun.4

Pengalihbahasaan literatur medis meningkat drastis dibawa kekuasaan Khalifah Al-


Ma’mun dari dinasti Abbasiyah di Baghdad. Para dokter dari Nestoria dari kota Gundishapur

3
Philip K Hitti, History of the Arabs, diterjemahkan oleh Ushuluddin Hutagalung dengan judul, Dunia Arabs Sejarah
Ringkas, (Cet. VII; Bandung: Sumur Bandun, 1970), hal. 183.
4
John L. Esposito, The Oxford History of Islam, diterjemahkan oleh M. Khairul Anam dengan judul, Sains-Sains Islam
(Jakarta: Inisiasi Press), hal. 67.
dipekerjakan dalam kegiatan ini. Sejumlah sarjana Islam pun terkemuka ikut ambil bagian
dalam proses transfer pengetahuan itu. Tercatat sejumlah tokoh seperti, Yuhanna Ibn
Masawayah (W.857), Jurjis Ibn-Bakhtisiliu, serta Hunain Ibn Ishak (808-873 M) ikut
menerjemahkan literatur kuno dan dokter masa awal.

Karya-karya original ditulis dalam bahasa Arab oleh Hunain. Beberapa risalah yang
ditulisnya, diantaranya al-Masail fi al-Tibb lil-Mutaallimin (masalah kedokteran bagi para
pelajar) dan kitab al-Asyr Maqalat fi al-Ayn (sepuluh risalah tentang mata). Karya tersebut
berpengaruh dan sangat inovatif, walaupun sangat sedikit memaparkan observasi baru. Karya
yang paling terkenal dalam periode awal disusun oleh Ali Ibn Sahl Rabban al-Tahari dan
Firdaus al-Hikmah (783-858). Dengan mengadopsi satu pendekatan kritis yang
memungkinkan pembaca memilih dari beragam praktek, karya ini merupakan karya
kedokteran Arab komprehensif pertama yang mengintegrasikan dan memuat berbagai tradisi
kedokteran waktu itu.

Perkembangan tradisi dan keberagaman yang nampak pada kedokteran Arab pertama,
dikatakan dapat dilacak sampai pada warisan Helensik. Dari pada khazanah kedokteran
India. Walaupun keilmuwan kedokteran India kurang terlalu mendapat perhatian, tidak
menafikan adanya sumber dan praktek berharga yang dapat dipelajari. Warisan ilmiah
Yunani menjadi dominan, khususnya helenistik, John Esposito mengatakan “Satu kesadaran
atas (perlunya) lebih dari satu tradisi mendorong untuk pendekatan kritis dan selektif”. 5
Seperti dalam sains Arab awal.

3. Masa Kejayaan

Pada abad ke-9 M hingga ke-13 M, dunia kedokteran Islam berkembang begitu pesat.
Sejumlah RS (RS) besar berdiri. Pada masa kejayaan Islam, RS tak hanya berfungsi sebagai
tempat perawatan dan pengobatan para pasien, namun juga menjadi tempat menimba ilmu
para dokter baru. Tak heran, bila penelitian dan pengembangan yang begitu gencar telah
menghasilkan ilmu medis baru. Era kejayaan peradaban Islam ini telah melahirkan sejumlah
dokter terkemuka dan berpengaruh di dunia kedokteran, hingga sekarang.6
5
John L. Esposito, The Oxford History of Islam, diterjemahkan oleh M. Khairul Anam dengan judul, Sains-Sains Islam
(Jakarta: Inisiasi Press), hal. 69.
6
Philip K Hitti, History of the Arabs, diterjemahkan oleh Ushuluddin Hutagalung dengan judul, Dunia Arabs Sejarah
Ringkas, (Cet. VII; Bandung: Sumur Bandun, 1970), hal. 185.
Era kejayaan Islam telah melahirkan sejumlah tokoh kedokteran terkemuka, seperti Al-
Razi, Al-Zahrawi, Ibnu-Sina, Ibnu-Al-Nans, dan Ibn Al-Maiman. Al-Razi (841-926 M)
dikenal di Barat dengan nama Razes. Ia pernah menjadi dokter istana pangeran Abu Saleh
Al-Mansur, penguasa Khurasan. Ia lalu pindah ke Baghdad dan menjadi dokter kepala di RS
Baghdad dan dokter pribadi khalifah. Buku kedokteran yang dihasilkannya berjudul “Al-
Mansuri” (Liber Al-Mansofis) dan “Al-Hawi”. Tokoh kedokteran lainnya adalah Al-Zahawi
(930-1013) atau dikenal di Barat Abulcasis. Dia adalah ahli bedah terkemuka di Arab. Al-
Zahrawi menempuh pendidikan di Universias Cordoba. Dia adalah dokter istana pada masa
Khalifah Abdel Rahman III. Sebagian besar hidupnya didedikasikan untuk menulis buku-
buku kedokteran dan khususnya masalah bedah.

Salah satu dari empat buku kedokteran yang ditulisnya berjudul Al-Tastil Liman Ajiz’an
Al-Ta’lif adalah Ensiklopedia ilmu bedah terbaik pada abad pertengahan. Buku ini
digunakan di Eropa hingga abad ke-17. Al-Zahrawi menerapkan cautery untuk
mengendalikan pendarahan. Dia juga menggunakan alcohol dan lilin untuk menghentikan
pendarahan dari tengkorak selama mambedah tengkorak. Al-Zahawi menulis buku tentang
operasi gigi.

Dokter Muslim yang termasyhur antara lain:

- Ibnu Sina atau Avicenna (980-1037 M) karyanya: Al-Qanun fi Al-Tibb’


- Ibnu Rusyd atau Averroes (1126-1198 M) karyanya: Al-Kulliyat fi Al-Tibb
- Ibnu al-Nafis (1208-1288 M) karyanya: Mujaz al-Qanun
- Ibnu Wafid al-Lakhan dan Ibnu Tufail (1100-1185 M) tabib yang mengoleksi
tumbuh-tumbuhan.7

Setelah abad ke-13 ilmu kedokteran yang dikembangkan sarjana-sajana Islam masa
stagnasi. Perlahan kemudian mengalami kemunduran, seiring runtuhnya era kejayaan Islam
di abad pertengahan.

c. Perhatian Islam terhadap Ilmu Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

7
Majid Fakhry, Sejarah Filsafat Islam, diterjemahkan dari A History of Islamic Philosophy, (Cet. I; Jakarta: Pustaka
Jaya, 1986), hal. 151.
Peradaban keilmuan, khususnya dalam bidang kedokteran yang dicapai oleh bangsa-bangsa
barat akhirnya bergeser. Pada abad pertengahan, peradaban ada ditangan Islam, dimana ilmu
pengetahuan mendapat perhatian penuh. Tidak terkecuali ilmu kedokteran, ketika penerjemahan
dilakukan secra besar-besaran. Dari kegiatan itu dapat dikatakan kejayaan Islam dalam keilmuan
dimulai. Inilah zaman menuju keemasan Islam, yang dalam dunia politik kekhalifahan dipegang
oleh bani Abbasiyah.

Konstribusi peradaban Islam dalam dunia kedokteran sungguh sangat ternilai. Di era
keemasannya, peradaban Islam telah melahirkan sederet pemikir dan dokter terkemuka yang
telah meletakkan dasar-dasar ilmu kedokteran modern. Dunia Islam juga tercatat sebagai
peradaban pertama yang mempunyai rumah sakit dan dikelolah oleh tokoh-tokoh professional.
Dunia kedokteran Islam di zaman kekhalifahan meninggalkan banyak karya yang menjadi
literatur keilmuan dunia.

Perhatian Islam terhadap kesehatan sangat tinggi disamping perhatiannya terhadap ilmu.
Kalau tujuan utama syariat Islam menjaga dan memelihara iman, jiwa, akal, harta dan
kehormatan, maka semuanya itu mustahil dapat tercapai tanpa memperhatikan kesehatan. Agama
dan iman merupakan kebutuhan manusia, Tanpa agama atau iman, manusia akan berbuat apa
saja dan terjadi hukum rimba. Jiwa atau kehidupam merupakan anugerah yang tak ternilai
harganya. Karena itu Islam mengutuk dan menghukum orang yang menghilangkan nyawa.

Ilmu kedokteran merupakan ilmu yang tidak lepas dari perhatian para ulama. Karena ilmu ini
cukup penting. Jika para ulama adalah dokter hati maka para dokter dan tenaga kesehatan adalah
dokter badan dan tidak sedikit ulama yang menjadi dokter hati sekaligus dokter badan. Tidak
hanya ulama yang memberikan perhatian lebih terhadap ilmu ini, akan tetapi manusia secara
umum. Kita bisa lihat bagaimana orang berlomba-lomba ingin masuk kuliah kedokteran, baik
anaknya, ibunya atau orang tuanya. Bahkan kalau tidak bisa anaknya, dapat menantu dokter juga
menjadi target. Dan profesi dokter juga mendapatkan kedudukan sosial yang tinggi di
masyarakat.

Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata,

“Saya tidak mengetahui sebuah ilmu -setelah ilmu halal dan haram- yang lebih berharga
yaitu ilmu kedokteran, akan tetapi ahli kitab telah mengalahkan kita”
Beliau juga berkata,

“Ilmu itu ada dua: ilmu agama dan ilmu dunia, ilmu agama yaitu fiqh (fiqh akbar: aqidah,
fiqh ashgar: fiqh ibadah dan muamalah). Sedangkan ilmu untuk dunia adalah ilmu kedokteran.”

Beliau juga berkata,

“Janganlah sekali-kali engkau tinggal di suatu negeri yang tidak ada di sana ulama yang
bisa memberikan fatwa dalam masalah agama, dan juga tidak ada dokter yang
memberitahukan mengenai keadaan (kesehatan) badanmu.”

d. Penemuan-penemuan Islam dalam bidang Kedokteran

Era kejayaan Islam, kegiatan kedokteran semakin maju pesat. Dokter-dokter Islam sangat
berjasa dengan kontribusinya pada dunia ilmu kedokteran. Hal ini dapat dilihat melalui
penemuan-penemuan mereka dalam menganilisis dan menemukan penyakit beserta obat
penawarnya, cara-cara pengobatan, antara lain:

1) Urologi, Bakteriologi, Anesthesia, Surgery, Ophthamology, dan Psikoterapi

Salah satu penemuan Islam yang juga diungkapkan oleh karya-karya barat dalam bidang
medis adalah Urologi. Urologi merupakan cabang ilmu kedokteran yang khusus mengenai
tentang penyakit ginjal dan saluran kemih serta alat reproduksi. Mengenai cabang ilmu ini
ditulis dalam Kitab Prof. Rabie E Abdel Halim, berjudul Paediatric Urologi 1000 Years Ago.
Dikitab ini disebutkan keberhasilan dunia kedokteran muslim pada seribu tahun silam dalam
bidang Urologi.

Dalam ilmu Urologi dikaji oleh empat dokter Islam yaitu al-Razi, Ibnul al-Jazzar, al-
Zahrawi dan Ibnu Sina. Dalam Urologi ini, mereka membahas dan menganalisis penyakit
ginjal dan yang lainnya. Mereka berhasil mengembangkan warisan-warisan ilmu medis
Yunani dan menciptakan penemuan baru.

Cabang-cabang ilmu kedokteran yang tidak bisa dijelaskan semuanya dari ilmuan Islam,
di antaranya Anesthesia, Surgery, Ophthamology, Psikoterapi, dan Bakteriologi. Dokter
Muslim yang banyak memmberi perhatian pada bidang ini adalah Al-Razi serta Ibnu Sina.
Anesthesia, suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan
berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Ibnu Sina tokoh yang
memulai mengulirkan ide menggunakan anesthesia oral. Ia mengakui opium sebagai
peredam rasa sakit yang sangat manjur. Surgery, bedah atau pembedahan adalah spesialisasi
dalam kedokteran yang mengobati penyakit atau luka dengan operasi manual dan instruman.
Dokter Islam yang berperang dalam bedah adalah Al-Razi dan Abul Qasim Khalaf Ibnu
Abbas Al-Zahrawi. Ophthamologi cabang kedokteran yang berhubungan dengan penyakit
dan bedah syaraf mata, otak serta pendengaran. Dokter Muslim yang banyak memberi
kontribusi pada Ophtamology adalah Ibnu Al-Haytham (965-1039 M).

Selain itu, Ammar bin Ali dari Mosul juga ikut mencurahkan kontribusinya. Jasa mereka
masih terasa hingga abad 19 M. Psikoterapi, serangkaian metode berdasarkan ilmu-ilmu
psikologi yang digunakan untuk mengatasi gangguan kejiwaan atau mental seseorang.
Dokter Muslim yang menerapkan psikoterapi adalah Al-Razi serta Ibnu Sina.

2) Aneka Metode terapi dalam Medis Islam yaitu Kometerapi, Krometerapi dan
Hirudoterapi.

Kometerapi adalah metode perawatan penyakit dengan menggunakan zat kimia untuk
membunuh sel penyakit kanker. Perawatan ini berguna untuk menghambat kerja sel. Dalam
penggunaan modern, istilah ini merujuk kepada obat antineoplastik yang digunakan untuk
melawan kanker. Kometerapi pertama kali dikenal oleh dokter legendaris muslim, Al-Razi.
Al-Razi merupakan dokter pertama yang mempergunakan zat-zat kimia dan obat-obatan
dalam penyembuhan. Zat-zat ini meliputi belerang, tembaga, merkuri, garam arsenic, sel
ammoniak, gold scoria, tar, aspal dan alcohol.

Krometerapi merupakan metode perawatan penyakit dengan menggunakan warna-warna.


Terapi ini merupakan terapi suportif yang dapat mendukung terapi utama. Menurut praktisi
krometerapi, penyebab dari beberapa panyakit dapat diketahui dari pengurangan warna-
warna tertentu dari system dalam menusia. Terapi ini dikembangkan oleh Ibnu Sina. Ia
mampu menggunakan warna sebagai salah satu bagian paling penting dalam mendiagnosa
dan perawatan. Seperti yang telah ia ungkapkan dalam kitabnya, The Canon of Medicane,
“warna merupakan gejala yang nampak dalam penyakit”.

Hirudoterapi merupakan terapi penyembuhan penyakit dengan menggunakan pacet/lintah


sebagai obat untuk tujuan pengobatan. Metode terapi ini juga diperkanalkan oleh Ibnu Sina
dalam karya yang sama. Tapi dalam kemajuannya, pengobatan dengan lintah ini
diperkenalkan lagi oleh Abdel-Latief pada abad ke-12 M yang kurang lebih menulis bahwa
lintah dapat digunakan untuk membersihkan jaringan penyakit setelah operasi pembedahan. 8

e. Etika Kedokteran Islam

Dalam praktek pengobatan dan perawatan pada pasien perlu diterapkan etika. Para dokter
harus memiliki sikap tersebut dalan menjalankan profesinya itu. Karena itu sangat berpengaruh
pada keberhasilannya dalam menyembuhkan pasien. Selain sikap itu khusus untuk menjaga
nama baik atau keprofesionalan seorang dokter. Sikap-sikap etis dokter juga berkaitan dengan
psikologi pasien. Bagaimana seorang dokter mampu menciptakan suasana, menciptakan rasa
percaya diri untuk sembuh dan sebagainya.

Profesi dokter yang disandang seseorang, sangat terhormat di mata pasiennya. Oleh karena
itu untuk menjaga kehormatan, nama baik maupun keharmonisan antara dokter dan pasiennya,
perlu diterapkan sikap-sikap etis yang diemban para dokter. Berangkat dari situ, tradisi
kedokteran pada era kejayaan Islam menetapkan peraturan atau kode etik harus diemban oleh
para dokter. Hingga era kekhalifahan Usmani peraturan berjalan sangat ketat. Para dokter
muslim diwajibkan memegang teguh etika kedokteran dalam mengobati pasiennya.

Akdeniz mengatakan dalam karyanya Osmanlilarda Hekim ve Hekimlik Ahlaki (Dokter


Ottoman dan Etika Kedokteran), mengatakan “setiap dokter harus mematuhi etika kedokteran
dalam setiap tindakannya”. Menurut Islam secara garis besar ada empat hal yang harus dipegang
teguh oleh para dokter di era kekhalifahan Turki Usmani, yaitu kesederhanaan/kesopanan,
kepuasan, harapan dan kesetiaan. Akdeniz juga berpendapat berdasarkan catatan para tokoh di
zaman Turki Usmani, etika kedokteran juga mengatur dokter saat berinteraksi dengan pasiennya.

Nilai kesopanan dalam kutipan Akdeniz, tercermin dari sikap seorang dokter bijak abad 16 M
zaman Turki Usmani yang bernama Nidai. Nidai menasehati pasiennnya ketika memuji dirinya
setelah berhasil menyembuhkan, bahwa Allah-lah yang sebenarnya menyembuhkan. Nilai
kesetiaan disarankan dokter terkemuka era Turki, Vesim Abbas bahwa dokter harus setia dengan
pasien dalam pengobatannya walaupun pasien bertindak tidak baik.

8
Maryam, 2011, “Perkembangan Kedokteran dalam Islam”, Sulesana: Jurnal Wawasan Keislaman, Volume 6, No 2,
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/sls/index (diakses pada 29 April 2021, 22:59 WIB)
Dalam nilai kepuasan ia juga menuturkan bahwa seorang dokter harus merasa puas terhadap
keberhasilannya mengobati dan menyembuhkan pasien tanpa ambisi mendapatkan uang. Begitu
juga rasa optimis, seorang dokter tidak boleh menyebabkan pasiennya mengalami keputusasaan.
Seperti yang diajarkan dokter abad 15 M, Ibnu Shareet, dokter harus mengembangkan dan
menumbuhkan rasa optimisme para pasiennya. Bahkan tidak boleh memberitahukan terkait
kematiannya.

Tapi dalam karyanya “Tip Deontolojisi” Prof. Nil tampaknya menunjukkan kesayangan
menurut Prof. Nil dizaman modern ini telah terjadi perubahan yang begitu besar. Akibat
besarnya perkembangan pengetahuan dan tekhnologi medis, akibatnya nilai-nilai moral yang
dipegang teguh dokter mulai terkikis dan tergantikan dengan nilai-nilai baru. Berbeda dengan
ungkapan Beauchamp LT dalam karya Chldress FJ: Principlees of Biomedical Ethies, pada abad
ke-20 M, kemajuan besar telah dicapai dibidang studi etika medis. Etika medis saat ini
terkonsentrasi pada pemecahan pilihan moral sesuai dengan prinsip-prinsip etika dan
peraturannya.

Hubungan antara dokter dengan pasien merupakan hubungan antarmanusia dan manusia.
Dalam hubungan ini mungkin timbul pertentangan antara dokter dan pasien, karena masing-
masing mempunyai nilai yang berbeda.

Masalah semacam ini akan dihadapi oleh Dokter yang bekerja di lingkungan dengan suatu
sistem yang berbeda dengan kebudayaan profesinya. Untuk melaksanakan tugasnya dengan baik,
tidak jarang dokter harus berjuang lebih dulu melawan tradisi yang telah tertanam dengan kuat.
Dalam hal ini, seorang dokter Muslim tidak mungkin memaksakan kebudayaan profesi yang
selama ini dianutnya.

Mengenai etika kedokteran terhadap orang sakit antara lain disebutkan bahwa seorang dokter
muslim wajib:

- Memperlihatkan jenis penyakit, sebab musabab timbulnya penyakit, kekuatan tubuh


orang sakit, keadaan rekam tubuh yang tidak sewajarnya, iklim di mana ia sakit, dan
daya penyembuhan obat itu.
- Di samping itu dokter harus memperhatikan mengenai tujuan pengobatan, obat yang
dapat melawan penyakit itu, dan cara yang mudah dalam mengobati penyakit.
- Selanjutnya seorang dokter hendaknya membuat campuran obat yang sempurna,
mempunyai pengalaman mengenai penyakit jiwa dan pengobatannya, serta berlaku
lemah lembut.
C. KESIMPULAN

Dari beberapa penjelasan tentang ilmu kedokteran dalam dalam Islam dapat diambil
kesimpulan bahwa khazanah pengetahuan Islam dalam bidang kedokteran sangat kaya dan luas.
Hal ini dapat dilihat dari karya-karya, serta sejarah yang lain terlihat pada bangunan-bangunan
Institusi kedokteran atau rumah sakit, apotek dan institusi yang lainnya.

Warisan-warisan Islam dalam bidang kedokteran tersebut tidak hanya menjadi kenangan
masa lampau. Tapi lewat karya dokter-dokter Islam, para ilmuan Timur maupun Barat dapat
menguras habis teori-teori atau metode pengobatan dan analisis berbagai penyakit beserta
obatnya. Dengan begitu literatur Islam dalam ilmu medis dapat mengilhami banyak ilmuan.

Ilmu Kedokteran Islam didefinisikan sebagai ilmu pengobatan yang model dasar, konsep,
nilai, dan prosedur-prosedurnya sesuai atau tidak berlawanan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Prosedur medis atau alat pengobatan yang digunakan tidak spesifik pada tempat atau waktu
tertentu. Ilmu Kedokteran Islam itu universal, mencakup semua aspek, fleksibel, mengizinkan
pertumbuhan serta perkembangan berbagai metode investigasi dan pengobatan penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

Cita Sari, Dian. 2019, “Pengembangan Integrasi Pendidikan Kedokteran Islam”, Collaborative
Medical Journal, Volume 2, No 1.

Fakhry, Majid. 1986. Sejarah Filsafat Islam, diterjemahkan dari A History of Islamic
Philosophy, Cet. I; Jakarta: Pustaka Jaya.

K Hitti, Philip. 1970. History of the Arabs, diterjemahkan oleh Ushuluddin Hutagalung dengan
judul, Dunia Arabs Sejarah Ringkas, Cet. VII; Bandung: Sumur Bandun.

L. Esposito, John. The Oxford History of Islam, diterjemahkan oleh M. Khairul Anam dengan
judul, Sains-Sains Islam. Jakarta: Inisiasi Press.

Maryam, 2011. “Perkembangan Kedokteran dalam Islam”, Sulesana: Jurnal Wawasan


Keislaman, Volume 6, No 2, http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/sls/index (diakses
pada 29 April 2021, 22:59 WIB)

Wardhana, Made. 2016. Filsafat Kedokteran, Bali: Vaikuntha International Publication.

Anda mungkin juga menyukai