Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Islam dan Sains
Disusun Oleh:
Kelompok 5
Kelas PBS B
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Assalamuallaikum wr.wb
Bismillahirahmanirrahim..
Puji syukur kehadirat Allah SWT,tuhan semesta alam. Atas izin dan karunianya,kami
dapat menyelesaikan makalah dengan tepat waktu tanpa tanpa kurang satu apapun. Tak lupa
pula kami haturkan sholawat serta salam kepada jujungan Rasulullah Muhammad SAW
semoga syafaatnya mengalir pada kita dihari akhir kelak.
Akhirul kalam, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Besar
harapan kami agar pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa kritik dan saran.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat baik bagi pembaca ataupun bagi penulis
sendiri.
Wassalamuallaikum wr.wb
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sejarah peradaban Islam, ilmu kesehatan mengalami masa kejayaan pada
masa Bani Abbasiyah. Perkembangan keilmuan pada masa ini melahirkan tokoh-tokoh
kedokteran muslim yang memberikan pengaruh besar pada zaman sekarang, seperti al-
Razi, al-Zahrawi, Ibnu Sina, Ibnu Rushd, Ibn el-Nafis, dan Ibn Maimon. Al-Razi atau
disebut Razez oleh orang barat, menulis buku Al-Mansuri (Liber al-Mansofis) dan Al-
Hawi. Al-Razi pernah menjadi dokter pangeran Abu Saleh al-Mansur, penguasa
Khurasan. Setelah pindah ke Baghdad al-Razi menjadi dokter kepala di RS Baghdad dan
dokter pribadi khalifah. Beliau juga dikenal sebagai bapak psikiater dunia. Tokoh
berikutnya adalah al-Zahrawi merupakan ahli bedah yang menempuh pendidikan di
Universitas Cordoba. Al-Zahrawi menulis 30 jilid ikhtisar tentang ilmu pembedahan dan
menulis buku at-Tastif Liman Ajiz'an at-Ta’lif yang merupakan ensiklopedia pembedahan
terbaik di abad pertengahan. Selanjutnya adalah Ibnu Sina atau Avicena, berasal dari
Bukhara di abad 11. Karyanya adalah buku al-Qanun fi at-Tibb atau Canon of Medicine.
Buku ini menjelaskan kurang lebih 760 persiapan farmakologis peralatan, tindakan, dan
indikasinya dan menyediakan teori-teori dan laboratorium untuk mengetes obat-obatan
baru. Selain itu, buku ini juga menjadi buku pendidikan kedokteran di Eropa selama
beberapa abad. Tokoh berikutnya adalah Ibnu Rushd atau Averroes, beliau menuliskan
rangkuman ilmu kedokteran dan praktik-praktik kedokteran dalam buku al-Kulliyat fi at-
Tibb dan at-Taisir. Karya dari tokoh-tokoh tersebut yang mengilhami perkembangan ilmu
kedokteran sampai sekarang (Rohman, 2013).Perkembangan keilmuan kedokteran di era
globalisasi saat ini meningkat dengan pesat, baik secara pengetahuan maupun teknologi.
B. Rumusan Masalah
1. Mengapa ilmu kedokteran dapat berkembang dalam Islam?
2. Apa saja prinsip-prinsip kedokteran dalam Islam?
3. Bagaimana Islam memandang ilmu kedokteraan?
4. Apa saja penemuan-penemuan ilmuwan muslim yang berdampak besar terhadap
dunia kedokteran?
1
C. Tujuan
Untuk mengetahui peradaban ilmu kedokteran dalam Islam.
Untuk mengetahui perkembangan ilmu kedokteran dalam Islam.
Untuk mengetahui peran serta agama Islam dalam mendukung ilmu kedokteran.
Untuk mengetahui pandangan Islam mengenai ilmu kedokteraan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Pada masa Nabi perkembangan kedokteran sudah sangat maju. Banyak cara
terapi yang bermunculan. Namun, Rasulullah memilih dua cara pengobatan, yaitu
dengan bekam dan madu. Ciri khas thibbun nabawi atau pengobatan cara Nabi
Muhammad SAW adalah bersifat Ilahiah dan alamiah. Syariat Islam yang dibawa
Nabi mengandung nilai-nilai at-thibb (kedokteran) yang murni dan tinggi. Karena
prinsip dari syariat Islam ialah membawa maslahat umat manusia pada masa sekarang
dan yang akan datang. Hal itu di tegaskan Rasulullah dalam sebuah hadis.
"Kesembuhan (obat) itu ada pada tiga perkara yaitu minum madu, berbekam dan
berobat dengan api, dan aku melarang umatku berobat dengan api itu.” (HR. Bukhari).
Setelah Rasulullah wafat, seorang ilmuwan Muslim bernama Ibnu Sina menulis kitab
dalam ilmu kedokteran. Kitab itu dalam ilmu kedokteran menjadi rujukan utama dan
paling otentik. Kitab itu mengupas kaidah-kaidah umum ilmu kedokteran, obat-obatan
dan berbagai macam penyakit.
7. Abad Pertengahan
Pada abad pertengahan, perkembangan ilmu kedokteran diambil alih umat Islam.
Saat itu Eropa dicengkeram era kegelapan. Pada abad sembilan hingga 13 Masehi,
dunia kedokteran Islam berkembang pesat. Sejumlah rumah sakit dibangun. Sekolah
kedokteran pertama yang dibangun umat Islam adalah Jindi Shapur di Baghdad.
Khalifah al-Mansur dari Dinasti Abbasiyah yang mendirikan Kota Baghdad,
mengangkat Judis Ibn Bahtishu sebagai dekan sekolah kedokteran itu. Pendidikan
kedokteran yang diajarkan di Jindi Shapur sangat serius dan sistematik. Era kejayaan
Islam telah melahirkan sejumlah tokoh kedokteran terkemuka, seperti al-Razi, al-
Zahrawi, Ibnu-Sina, Ibnu Rusyd, Ibnu al-Nafis, dan Ibnu Maimun. Seperti yang
dikemukakan Dr. Ezzat Abouleish bahwa Islam banyak memberikan kontribusi pada
pengembangan ilmu kedokteran. Namun, setelah abad ke-13 ilmu kedokteran yang
dikembangkan sarjana-sajana Islam masa stagnasi. Perlahan kemudian mengalami
kemunduran, seiring runtuhnya era kejayaan Islam di abad pertengahan.
5
berkait bidang kedokteran Penyakit seperti kusta, radang selaput dada dan radang
mata ada disebut; dianjurkan pengobatannya dengan dibalut, dib kar dan penggunaan
madu. Orang-orang Arab menekuni kedokteran dengan sungguh-sungguh.
Keunggulan mereka di bi dang ini ditiru orang-orang La tin. Ini menjelaskan besarnya
pe ngaruh sains Arab terhadap orang-orang latin.
Penyusun kedokteran is lam pertama ialah Ali bin Rab ban al-Thaban, seorang
muallaf yang menulis Surga Kebijakan (Firdaus al-Hikmah) pada 236 H/ 850 M. Ia
juga guru Al Razi dalam mengambil ajaran Hippokrates dan Galen, juga Ibn
Masawaih dan Hunain. Dalam 360 bab ia menhikhtisarkan berbagai cabang
kedokteran, mengkhusukan pembahasan terakhir, terdiri dari 36 bab bagi pengkajian
kedokteran India. Karya tersebut merupakan kompendium terbesar dalam Islam,
farmakologi dan diet jelas sekali menggambarkan sifat sintesis aliran kedokteran baru
yang mulai menjelma saat itu. Al-Razi adalah dokter klinis dan peneliti terbesar
dalam sejarah Islam, bersama Ibnu Sina mereka paling berpengaruh di Timur dan
Barat.
1. Mengobati pasien dengan Ihsan, dan tidak melakukan hal-hal yang bertetangan
dengan Al-Qur'an dan Hadis.
2. Tidak sekali-kali menggunakan obat-obatan yang haram atau tercampur bahan yang
haram. Misalnya, menggunakan arak, opium, dan darah sebagai obat, atau
mencampur obat dengan zat yang haram seperti membuat cangkang kapsul dari lemak
babi.
4. Pengobatan tidak berbau tahayul, khufarat dan bid'ah, seperti dengan jampi-jampi
menggunakan roh yang sudah mati, memanggil makhluk halus.
1
Ja'far Khadem Yamani, Jejak Sejarah Kedokteran Islam, Bandung: Pustaka Umat, 2002.
6
5. Islam tidak membenarkan seorang yang tidak mengkaji ilmu kedokteran turun
tangan mengobati pasien.
6. Seorang tabib harus menjauhkan diri dari iri hati, riya, takabur, merendahkan orang
lain, tinggi hati, memeras pasien dan sifat tercela lainnya.
8. Dokter harus menjadi juru dakwah dengan profesi yang dimilikinya, sehingga
pasien merasa tentram dengan siraman rohaninya.
9. Jauhkan lambang dan istilah yang berasal dari pemujaan pada Dewa atau lambang
keagamaan Yahudi- Nasrani.
7
Anesthesia, suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan
dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Ibnu Sina
tokoh yang memulai mengulirkan ide menggunakan anesthesia oral. Ia mengakui
opium sebagai peredam rasa sakit yang sangat manjur. Surgery , bedah atau
pembedajan adalah spesialisasi dalam kedokteran yang mengobati penyakit atau luka
dengan oprasi manual dan instruman. Dokter Islam yang berperang dalam bedah
adalah Al-Razi dan Abul Q!asim Khalaf Ibnu Abbas AlZahrawi, Ophthamologi
cabang kedokteran yang berhubungan dengan penyakit dan bedah syaraf mata, otak
serta pendengaran. Dokter Muslim yang banyak member kontribusi pada
Ophtamology adalah Ibnu Al-Haytham (965-1039 M).
2). Aneka Metode terapi dalam Medis Islam yaitu Kometerapi, Krometerapi,
Hirudoterapi.
Kometerapi adalah metode peratan penyakit dengan menggunakan zat kimia
untuk membunuh sel penyakit kanker. Perawatan ini berguna untuk menghambat
kerja sel. Dalam penggunaan modern, istilah ini merujuk kepada obat antineplastik
yang diguynakan untuk melawan kanker. Kometrapi pertama kali dikenal oleh dokter
legendaries muslim, Al-Razi. Al-Razi merup[akan dokter pertama yang
mempergunakan zat-zat kimia dan obat-obatan dalam penyembuhan. 83 Sulesana
Volume 6 Nomor 2 Tahun 2011 Zat-zat i8ni meliputi belerang, tembaga, merkuri,
garam arsenic, sal ammoniak, gold scoria, ter, aspal dan alcohol.
Krometrapi merupakan metode perawatan penyakit dengan menggunakan Tetapi
ini merupakan suportif yang dapat mendukun terapi utama. Menurut praktisi
krometerapi, penyebab dari beberapa penyakit dapat diketahui dari pengurangan
warna-warna tertentu dari sistem dalam manusia. Terapi ini dikembangkan oleg Ibnu
Sina. Ia mampu menggunakan warna-warna sebagi8 sal;ah satu bagian paling penting
dalam mendiagnosa dan perawatan. Seperti yang telah diungkap[kan dalam kitabnya,
The Canon of Medicane, “ warna merupakan gejala yang Nampak dalam penyakit”.
Hirudoterapi merupakan terapi penyembuhan penyakit dengan menggunakan
pacet/lintah sebagai obat untuk tujuan pengobatan. Metode terapi ini juga
diperkenalkan oleh Ibnu Sina dalam karya yang sama. Tetapi dalam kemajuannya,
pengobatan dengan lintah ini diperkenalkan lagi oleh Abdel-Latief pada abad ke-12
M. Berdasarkan terapi ini, yang kurang lebih penulis menyatakan bahwa lintah dapat
digunakan untuk membersihkan jaringan penyakit setelah oprasi pembedahan.
Metode-metode ini banyak disadur dan dikembangkan dalam dunia modern. Hingga
8
istilah dan penyebutannya pun berbeda. Misalnya Komoterapi, didunia modern bisa
digunakan kombinasi sitostika dan disebut regimen kometrapi. Pada hal sebelumnya
penggunaan kometerapi digunakan satu jenis saja. Kometrapi pertama modern adalah
asrsphenamine karya Paul Ehrlich, sebuah Arsenic komplel ditemukn pada tahun
1909 dan digunkan untuk merawat Sipilis.8 Dan tentunya masih banyak lagi metode
terapi atau cara pengobatan lain dari khazanah ilmu kedokteran Islam.
Institusi-institusi dan Sistemnya, diantaranya:
1.Pendidikan
Pada abad ke-12 dan ke-13 gelombang besar melanda aktivits kedokteran
ketika para dokter dari seluruh dunia Muslim mengejar karir institusi medis di
Damaskus dan kairo. Di Damaskus abad ke-13, Muhadzadzab al-Din al-Dakwar
membuat sebuah sekolahan dalam rangka pengajaran kedukteran eksklusif.9 Sekolah
tersebut disambut gembira oleh pemimpin otoritas keagamaan kota tersebut. Sekolah
kedokterann pertama yang dibangun umat Islam adalah sekolah Jindi Sapur. Khalifah
al-Mansur dari Dinasti Abbasiyah yang mengangkat Judis Ibnu Bathistu sebagai
dekan kedokteran.
Pendirian Madrasah sebagai lembaga pendidikan yang tidk hanya mempelajari
bidang keagaman, mulai gencar pada abad ke- 14 pda era Usmania hingga sultan
Muhammad berkuasa. Madrasah tersebut banyak mencetak yang tidak hanya ul;ama,
tapi seorang ilmuan. Dokter-dokter pun banyak terlahir dalam pendidikan ini.
Pendidikan era Usmani ini, mempunyai konsep dan metode khusus dalam mendidik
tenaga medis , selain sudah memiliki tabib, yang dikenal spesialis. Dalam hal ini,
pendidikan kedokteran di era Usmani tidak hanya dilakukan di gedung sekolahan ,
tapi juga di sebuah Rumah Sakit yang memang ada khusus tempat didik calon dokter.
Bedah dengan madrasah, di Rumah Saklit tidak hanya diajari teori seputar
kedokteran, tapi juga praktek langsung. Sedangkan Madrasah lebih banyak
mempelajari seluk beluk kedokteran secara teoritis.
2.Rumah Sakit
Rumah sakit merupakan salah satu prestasi intitusional tersebar masyarakat
Islam abad pertengahan. Antara abad ke-9 dan ke-10 dan lima rumah sakit dibangun
di Bagdad. Rumah sakit yang paling terkenal adalah Rumah Sakit paling terkenal
adalah Aududi yang dibangun di bawah pemerintahan Buyudiyah pada tahun 982.
Setelah periode ini jumlah rumah sakit meningkat. Ketika institusi terkenal seperti
9
Rumah Sakit Nuri di Damaskus (abadke-12), dan Rumah Sakit al-Mansuri di Kairo
(abad ke-13) dibangun bersamaan dengan Rumah Sakit lain di Qairawan , Mekkah,
Madinah dan Raiyy.
Institusi-institusi medis terbuka bagi semua orang yang memerlukan pengobatan
atau obat. Tidak memandang gender, ras, kelas, orang miskin atau kaya, agama.
Perawatan medis bergerak secara bergulir ke pelosok-pelosok desa juga melayani
pengobatan para narapidana. Sistem peraturan dan menageman Rumah Sakit juga
telah diterapkan. Hubungan adanya pemisahan antara pasien wanita dan laki-laki,
jadwal kerja para dokter, terdapat seseorang administrator kepala, seseorang kepala
setaf yang juga memiliki wewenang menjalankan operasi medis.
Beberapa Rumah Sakit tersedia tempat pendidikan, perpustakaan dan juga ruang-
ruang khusus operasi atau pembedahan. Regulasi yang telah terorganisasikan secara
sistematis, juga didukung dengan sarana-sarana lainnya. Seperti Muhtasib (supervisor
pasar) yang merupakan pegawai public, berwenang untuk memberikan perlindungan
melawan praktek curang. Manual (supervisor pasar), disusun untuk menjelaskan
kewajiban muhtasib.
Dalam Rumah Sakit lebih maju terdapat berbagai fasilitas seperti apa yang telah
dijelaskan termasuk apotek (toko obat) khusus untuk melayani pembelian obat
masyarakat umum. Berbicara mengenai, Islam juga mewarisi apotek-apotek yang
dibangun oleh apoteker Islam zaman dulu. Sharif Kaf al-Ghazal dalam tulisannya
bertajuk The Valueble contributions of Al-Razi in the History of pharmacy during the
middle Ages, mengungkapkan, apotek pertama di dunia berdiri di kota Baghdad pada
tahun 754 M. Saat itu Baghdad sudah menjadi Ibu kota kekhalifahan Abbasiyah.
Selain itu, peradaban Islam juga merupakan pendiri sekolah farmasi pertama. Dengan
berkembangnya ilmu farmasi yang begitu cepat membuat apotek atau tokotoko obat
tumbuh berdiri di kota-kota Islam. Hampir disetiap Rumah Sakit besar dilengkapi
dengan apotek instalasi farmakologi. Bahkan di Abbasiyah, para ahli-ahli obat
mempunyai apotek sendiri dirumahnya dan menggunakan keahliannya untuk meracik,
menyimpan aneka obat-obatan sendiri. Pemerintah Islam juga mendukung
pembangunan dibidang farmasi, dengan tujuan adanya selektifikasi atau ketelitian
dalam obat. Secara bersamaan, praktek sosial medis ini menjadikan kedokteran Islam
berada pada satu tingkatan yang tak terprediksikan dalam sejarah yang selanjutnya
member kontribusi pada perkembangan tradisi medis Timur ataupun Barat.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu kedokteran mengalami perkembangan dari masa kemasa, dan juga memiliki
Keunggulan keunggulan yang membuat ilmu kedokteran berkembang secara pesat
dibandingkan Barat. Adapun keunggulan ilmu kedokteran dalam Islam dii antaranya
adalah dasar bangunan ilmu kedokteran Islam dibangun atas dasar epistemologi yang
kukuh, yaitu suatu epistemologi berdasarkan pada pandangan tauhid yang
transformatif, komprehensif, dan aktual, yaitu konsep tauhid yang melihat antara
wahyu yang ada dalam Alquran, alam, dan perilaku manusia sebagai satu kesatuan
yang saling berhubungan secara fungsional.
B. Saran
Ada baiknya kita mengetahui ilmuwan-ilmuwan muslim agar kita termotivasi
untuk belajar dengan sungguh-sungguh agar bisa mengembalikan kejayaan Islam.
11
DAFTAR PUSTAKA
Ja'far Khadem Yamani, Jejak Sejarah Kedokteran Islam, Bandung: Pustaka Umat, 2002.
12