Anda di halaman 1dari 11

KONSTRIBUSI ISLAM DALAM PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN

Makalah ini disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Islam dan Ilmu Pengetahuan

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. H. Yunarsil Ali, M.A

Kamal Fiqry Musa LC, MA

Disusun Oleh

Sifa Alfyyah Asathin (11200480000085)

JURUSAN ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga tetap terlimpah curahkan kepada baginda
kita Nabi Muhammad Saw.

Pembuatan makalah ini ditujukkan sebagai tugas mata kuliah Islam dan Ilmu
Pengetahuan, program studi Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Adapun judul dari makalah ini yaitu “Konstribusi Islam Dalam
Pengembangan Ilmu Pengetahuan”

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. H.Yunarsil Ali, M.A dan
Kamal Fiqry Musa LC, MA, selaku dosen mata kuliah Islam dan Ilmu Pengetahuan yang
telah memberikan tugas ini, sehingga dapat menambah wawasan terkait dengan bidang
studi yang penulis tekuni. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penulis sadar bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
terdapat banyak kekurangan maupun kesalahan didalamnya. Oleh karena itu, penulis
berharap agar para pembaca dapat memberikan kritik serta saran yang membangun demi
perbaikan makalah yang lebih baik.

Akhir kata penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan ilmu
pengetahuan baru bagi semua pembaca dan pihak pihak yang membutuhkan.

Sukabumi, 18 Maret 2021

Penulis

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar
Belakang .........................................................................................................1

B. Rumusan
Masalah ....................................................................................................1

C. Tujuan Pembahasan .................................................................................................1

BAB II : PEMBAHASAN

A. Sains dan Islam ...........…………….…………………….………...........................2

B. Perkembangan Sains Dalam Dunia


Islam…….........................................................3

C. Para Tokoh Sains Muslim dan Perannya..................................................................5

BAB III: PENUTUP

A. Kesimpulan ..............................................................................................................6

B. Kritik Dan Saran ......................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA

III
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya, istilah sains dan agama merupakan dua hal yang sangat lekat dalam
kehidupan manusia, dan sering kali menimbulkan pemahaman yang distortif. Banyak
masyarakat yang memahami bahwa sains sebagai satu satunya ilmu pengetahuan yang ilmiah.
Sedangkan agama sendiri di sisi lain hanya sebatas suatu keyakinan ataupun kepercayaan.
Implikasi dari pandangan tersebut adalah munculnya pemahaman yang bersifat disintegratif,
yaitu pemikiran pemisahan antara sains dan agama, yang biasa dikenal dengan pandangan
sains modern. Hal tersebut tentunnya merupakan pemahaman yang keliru, sebab
sesungguhnya baik itu agama ataupun sains, keduanya memiliki hubungan yang harmonis.

Seorang ilmuwan muslim yaitu Al-Farabi dan Ikhwan al-Shafa membuktikan bahwa
perkembangan ilmu pengetahuan selalu sejalan dengan agama, karena keduanya berasal dari
sesuatu yang serupa yakni Tuhan. Islam sendiri sangat menjunjung tinggi dan memberikan
perhatian penuh terhadap ilmu pengetahuan. Hal ini terbukti dengan catatan sejarah yang
menyatakan bahwa pada abad ke-8 hingga abad ke-12 M, Islam berada pada zaman
keemasan. Zaman dimana ilmu pengetahuan dan peradaban Islam berkembang sangat pesat.
Perkembangan sains dalam Islam ini muncul beriringan ketika terjadinya masa kegelapan di
Eropa (abad pertengahan). Saat itu, Islam banyak melahirkan berbagai macam sains dan
bermunculannya tokoh-tokoh muslim yang sangat cerdas, dan handal dalam bidangnya.
Zaman keemasan ini juga sangat memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan
sains yang hingga sekarang keberadaannya masih tetap terukir dan diakui oleh dunia luas.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu sains dan Islam?


2. Bagaimana perkembangan sains dalam dunia Islam?
3. Siapa sajakah para tokoh sains muslim dan apa perannya?

C. Tujuan Pembahasan

1. Mengetahui apa itu sains dan Islam

1
2. Mengetahui perkembangan sains dalam dunia Islam
3. Mengetahui para tokoh sains muslim dan perannya
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sins dan Islam


Agama termasuk ke dalam ilmu, yang berarti disiplin ilmu agama juga merupakan
sains dalam Islam. Beberapa literatur telah memberikan pendapatnya terkait dengan definisi
agama itu sendiri. Salah satunya yaitu Poerwadarminta yang menyatakan bahwa agama
adalah segenap kepercayaan serta dengan kebaktian dan kewajibannya yang bertalian dengan
kepercayaan tersebut. Di samping itu, kata sains sendiri berasal dari bahasa Inggris yakni
Scince, artinya ilmu pengetahuan. Dalam bahasa Arab, istilah yang digunakan dalam
menunjukkan kata ilmu adalah ‘Ilm, yang berarti “petunjuk arah”. Adapun menurut
R.H.Bube, ia menyatakan bahwa sains adalah pengetahuan yang berkaitan dengan alam
semula jadi yang diperoleh melalui interaksi akal dengan alam. Secara umum, sains dapat
diartikan sebagai keutamaan dalam mencari kebenaran yaitu suatu proses yang terbentuk dari
interaksi akal dan panca indera manusia dengan alam sekitarnya.
Istilah sains dalam Islam memiliki pengertiannya sendiri yang berbeda dari definisi
sains modern. Dalam Islam, agama dan sains merupakan dua hal yang tidak bisa dilepaskan
dari kehidupan manusia. Keduanya memiliki peran penting dalam menciptakan kesejahteraan
dan kebahagiaan umat manusia baik di dunia maupun di akhirat kelak. Seorang ilmuwan
muslim baik Al-Farabi dan Ikhwan al-Shafa menentang keras adanya dikatomi antara sains
dan agama. Hal ini dikarenakan jika adanya suatu dikotomi antara agama dan sains, itu
berarti hal tersebut juga menggugurkan argumentasi bahwa semua ilmu pengetahuan
bersumber atau berasal dari Tuhan. Pertanyaan tersebut termasuk kedalam prinsip tauhid,
dimana merupakan suatu pemahaman yang meyakini bahwa segala sesuatu berasal dari
Tuhan Yang Maha Esa.
Di dalam Al-Qur’an yakni kitab suci umat muslim, banyak sekali ayat ayat yang
menyentuh soal ilmu pengetahuan. Al-Qur’an senantiasa mengarahkan umatnya untuk
menggunakan akal pikiran mereka, dan memberi motivasi meningkatkan ilmu pengetahuan.
Saking pentingnya ilmu pengetahuan bagi umat muslim, Allah Swt memberikan posisi
khusus dan derajat yang tinggi bagi orang-orang yang berilmu. Rasulullah Saw juga
memberikan pengakuannya bahwa orang yang berilmu itu merupakan pewaris para nabi.
Dalam Islam, menutut ilmu bukan hanya sekedar kepentingan duniawi, tetapi juga sebagai
2
ibadah yang dilakukan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaannya kepada Allah Swt.
Hal inilah yang juga dilakukan oleh para saintis muslim yang menjadikan aktivitas ilmiahnya
sebagai ibadah.

B. Perkembangan Sains Dalam Dunia Islam

Peralihan kekuasaan pemerintahan Islam dari Dinasti Umayyah ke Dinasti Abbasiyah


merupakan hal yang tidak bisa dinafikan dalam sejarah peradaban Islam. Hal tersebut karena
pada masa Dinasti Abbasiyah inilah Islam mengalami zaman keemasan, yang mana saat itu
Islam menjadi pemimpin dunia dalam pengembangan ilmu pengetahuannya. Selain itu, Islam
juga mengalami titik balik dalam perputaran dunia, dimana kurang lebih dari 25 tahun setelah
Rasulullah Saw wafat, kaum muslim berhasil menaklukan seluruh jazirah Arabia dari selatan
hingga utara. Pada tahun 750 M Islam juga telah memperluas wilayahnya hampir seluruh luas
jajahan Asia, Afrika Utara (Libya, Tusinia, Aljazair, Marokko) mencakup Mesoptania (Iraq),
Syria, Palestina (Iran), Mesir, semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugis) serta India. Kondisi
ini disebabkan karena pesatnya ekspansi dakwah atau Futuh al-buldan (pembukaan negeri-
negeri) yang dilakukan para kaum muslimin saat itu.

Setelah Abdullah as Syaffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah al Abbas wafat,
kekuasaan digantikan oleh Abu Ja’far al Manshur yang keduanya merupakan tokoh pendiri
dan perintis dari Dinasti Abbasiyah. Dinasti Abbasiyah merupakan bentuk pemerintahan
yang diterapkan dengan corak yang berbeda dari bentuk pemerintahan lainnya. Hal ini
disebabkan adanya perubahan kondisi baik itu pada kondisi politik, social maupun budaya.
Zaman keemasan dari Dinasti ini berada pada kekuasaan tujuh khalifah sesudahnya, yakni
pada periode 750 M hingga 847 M. Adapun puncak dari kejayaan Islam saat itu berada pada
masa kekuasaan pemerintahan Harun al-Rasyid sebagai khalifah kelima yang menggantikan
khalifah al-Hadi. Di tangan Raja Harun al-Rasyid inilah perubahan besar terjadi dan
menjadikannya sejarah dalam Dinasti Abbasiyah.

Pada masa kekuasaan Harun al Rasyid, cabang cabang ilmu pengetahuan seperti
matematika, fisika, astronomi dan kemiliteran mengalami perkembangan yang cukup pesat.
Belum lagi, kota bagdad yang dijadikannya sebagai pusat ilmu pengetahuan. Di kota itu juga
telah dibangunnya sebuah perpustakaan besar bernama Baitul Hikmah yang dijadikan sebagai
pusat diskusi dan telaah referensi ilmu pengetahuan. Sejarawan C.W. Bosworth, pernah
menyatakan dalam bukunya berjudul The Islamic Dinastic, bahwa tiga abad pertama
pemerintahan Abbasiyah yakni abad 8-11 M, Ia melihat kejayaan pada Dinasti Abbasiyah.

3
Saat itu, keberadaan ilmu pengetahuan sangat dirasakan adanya. Terbukti dengan banyanya
literatur ilmu pengetahuan yang popoler seperti kitab teologi, filsafat, ilmu alam dan lainnya.

Di samping itu, kejayaan tersebut juga diteruskan oleh khalifah selanjutnya yakni al-
Makmun. Khalifah ini kemudian mengumpulkan berbagai macam ilmu pengetahuan dalam
bahasa asing untuk selanjutnya diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Pada masa inilah
banyak bermunculannya filosof Arab, salah satunya yaitu al-Kindi yang telag menulis
berbagai macam kitab ilmu pengetahuan. Kegemilangan itu berlangsung sekitar lima abad
lamanya, ditandai dengan produktifitas yang tinggi dan banyak bermunculannya ilmuwan
saintis Islam yang memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.
Oleh karena itulah, masa Dinasti Abbasiyah ini dianggap sebagai pilar utama pengembangan
sains dalam Islam. Kemajuan ilmu pengetahuan tersebut juga tidak terlepas dari adanya peran
pemerintah dalam mengelola dan mendukung kemajuan ilmu pengetahuan.

Keberadaan sains dan agama saat itu menjadi perhatian serius kalangan umat mulim,
dilandasi atas dasar ingin menciptakan perdamaian dan kemaslahatan umat manusia. Selain
itu, hal tersebut juga dikatakan sebagai suatu pilar dalam menciptakan pemerintahan yang
berbeda dan diidam-idamkan oleh kekuasaan lainnya di dunia. Adapun beberapa fakor
pendukung sains Islam pada masa Dinasti Abbasiyah hingga mencapai zaman keemasan.
Pertama, faktor asimilasi, dimana hal tersebut telah terjadi pada kalangan bangsa Arab
dengan bangsa lain yang telah dahulu mengalami perkembangan ilmu pengetahuan. Kedua,
Adanya gerakan inisiatif dalam proses penerjemahan berbagai macam literatur. Ketiga,
campur tangan penguasa. Peran aktif dan kesadaran para khalifah khususnya al-Manshur,
Harun al-Rasyid, dan al Makmun menjadi suatu sebab yang tidak bisa dipungkiri dalam
proses terjadinya kejayaan Islam ini.

Namun seiring dengan berjalannya waktu, perjalanan sains dalam dunia Islam terhenti
seketika. Ada banyak faktor yang memungkinkan peristiwa tersebut terjadi. Beberapa para
ilmuwan mencoba menjelaskan dan memberikan pernyataannya terkait dengan kemunduran
Islam saat itu. Menurut Profesor Sabra (Harvard) dan David King (Frankfurt) menyatakan
bahwa kemunduran itu disebabkan oleh kegiatan saintifik yang lebih diarahkan untuk
memenuhi kebutuhan praktis agama. Selain itu, oposisi kaum konservatif, krisis ekonomi dan
politik, ketersaingan dan keterpinggriran, kelemahan metodologi, kurangnya matematisasi,
dan jarangnya eksperimentasi juga menjadi sebab sebab terjadinya kemunduran tersebut.
Kemunduran ini awalnya dimulai dengan runtuhnya kekuasaan Islam di Bagdad dan

4
Cordova. Kemudian diperparah dengan konflik berkepanjangan, perang saudara, adanya
serangan tentara salib, pembantaian riconquista di Spanyol, dan invasi Mongol yang
memporak porandakan Bagdad tahun1258 hingga membakar karya-karya intelektual Islam di
Timur.

C. Para Tokoh Sains Muslim dan Perannya

1. Ibn Rusyd (520-595 H)

Abu al Walid Muhammad Ibnu Rusyd lahir di Cordova, Spanyol tahun 520 H dan
wafat di Marakesy, Maroko pada tahun 595 H. Ibnu Rusyd merupakan seorang yang sangat
ahli dalam berbagai macam bidang ilmu pengetahuan diantaranya yaitu ilmu fiqh, ilmu
kalam, sastra Arab, matematika, fisika, astronomi, kedokteran dan juga filsafat. Adapun
karya karyanya yang terkenal hingga saat ini yaitu Kuliyat I At-Tib yakni buku kedokteraan
yang masih menjadi pegangan para mahasiswa di Eropa, Kitab Bidayat al Mujtahid (kitab
tentang fiqh), asl al-Magal fi Ma Bain Al-Hikmat wa Asy-Syariat dan masih banyak lagi
lainnya.

2. Al-Khawarizmi (780-850 H)

Nama lengkapnya yaitu Muhammad bin Musa al Khawarizmi. Beliau merupakan


seorang ahli matematika, astronomi, sosiologi, dan geografi yang berasal dari Persia. Lahir
pada tahun 780 H dan wafat sekitar tahun 850 H. Al- Khawarizmi bekerja sebagai dosen di
sekolah kehormatan yang berada di Bagdad. Sekolah tersebut didirikan oleh khalifah Al-
Ma’mun, yang mana disitulah ia dulu belajar ilmu alam dan matematika, termasuk juga
manuskrip Sanskerta dan Yunani. Adapun karya pertama yang dibuatnya bernama al Jabar,
yaitu buku tentang solusi sitematik dari linear dan notasi kuadrat. Hal tersebutlah yang
membuatnya mendapatkan gelar sebagai “Bapak Aljabar”.

3. Al-Ghazali (450-505 H)

Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath Thusi asy Syaf’i lahir pada
tahun 450 H di Bandat, Thus, Khurasan (Iran) dan wafat pada tahun 505 H. Imam al-Ghazali
merupakan seorang ulama, ahli pikir, ahli fisafat Islam yang sangat terkenal dan banyak
memberikan konstribusinya dalam perkembangan kemajuan Islam. Al-Ghazali adalah
seseorang yang sangat tertarik akan ilmu pengetahuan. Beliau banyak mempelajari beberapa
bidang ilmu seperti ushuluddin, mantiq, ushul fiqih, filsafat hingga segala pendapat keempat
mazhab. Oleh karena minatnya akan ilmu tersebut, beliau dilantik sebagai mahaguru di

5
Madrasah Nizhamiah kota Baghdad tahun 484 dan juga sebagai Naib Konselor. Adapun
karyanya yang sangat terkenal yaitu kitab Ihya Ulumuddin, dimana kitab tersebut banyak
memberikan sumbangan terhadap masyarakat dan pemikiran manusia dalam menyelesaikan
semua masalah yang ada.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan dan sains modern di masa sekarang tidak
bisa terlepas dari konstribusi dan peran peradaban Islam yang mempunyai andil besar,
khsusunya pada zaman keemasan di Dinasti Abbasiyah. Saat itu, Islam mengalami kemajuan
yang cukup signifakan dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan. Berbagai macam
karya telah banyak diciptakan dan banyak munculannya ilmuwan ilmuwan muslim yang
multitalenta bukan hanya dalam segi keagamaan tetapi juga ilmu pengatahuan umum lainnya.
Seperti al-Kindi, al Razi, al Farabi, al Khawarizmi, al Ghazali, Ar Rusyd dan masih banyak
lagi. Kemajuan ilmu pengetahuan tersebut juga tidak terlepas dari campur tangan pemerintah
itu sendiri. Puncaknya yaitu pada kekuasaan Harun ar-Rasyid dan al-Makmun. Namun,
kemajuan tersebut seakan terhenti seketika. Kejayaan yang dialami umat Islam berubah
menjadi kemunduran yang sangat mengerikan. Kondisi tersebut disebabkan oleh banyak
faktor, salah satunya yaitu serangan Mongol hingga membakar karya-karya intelektual
Muslim saat itu.

B. Kritik dan Saran

Penulis tentunya menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan dan
jauh dari kata sempurna. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman
pada berbagai macam sumber serta kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.

6
7
DAFTAR PUSTAKA

Agit, Alif. 2019. Sejarah Perkembangan Sains dalam Islam.


https://www.kompasiana.com/alifagit5688/5d13afc0097f360fe4396682/sejarah-
perkembangan-ilmu-sains-dalam-islam?page=2 (diakses tanggal 18 Maret 2021).

Danusiri. 2015. Islam: Membentuk Sains dan Teknologi. Teologia, 26(1), 30-41.

Daud, Ilyas. 2019. Islam dan Sains Modern. Al-Muta’aliyah, 4(1), 74-89.

Dev, Bang. 2020. Tokoh Tokoh Pada Masa Kejayaan Islam.


https://ex-school.com/artikel/tokoh-tokoh-pada-masa-kejayaan-islam (diakses tanggal 20
Maret 2021).

Hasan, Nur. 2019. Kejayaan dan Kemunduran Sains dalam Dunia Islam.
https://alif.id/read/nur-hasan/kejayaan-dan-kemunduran-sains-dalam-dunia-islam-
b221985p/ (diakses tanggal 19 Maret 2021).

Hafil, Muhammad. 2020. Masa Emas Dunia Pendidikan Islam.


https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/qeyf5n430 (diakses tanggal 19
Maret 2021).

Rosyidi, Abdul Wahab. 2016. Sains dalam sejarah peradaban Islam : Merunut akar-akar
sains Islam sebagai dasar upaya pengembangan sains dan teknologi di PTKIN. Malang:
UIN Maliki Press.

Umsu, Oif. 2020. Perkembangan Sains di Dunia Islam.


https://oif.umsu.ac.id/2020/05/perkembangan-sains-dalam-dunia-islam/ (diakses tanggal
20 Maret 2021).

Anda mungkin juga menyukai