Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SIKAP KAUM MUSLIMIN TERHADAP SAINS BARAT

Dosen Pengampu: Devi Qurniati, M.Pd

Disusun oleh kelompok 10 :

Muhammad Syahru Ramdani Ilman (220103013)

Qonita Aeliya Darfa (220103005)

Inda Rizkiana Aulia Putri (220103002)

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya serta nikmat sehat dan kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas untuk membuat makalah pada mata kuliah Islam, Sains dan Peradaban. Adapun tema
dari makalah ini yaitu tentang “Sikap Kaum Muslimin Terhadap Sains Barat”. Serta tidak
lupa kita haturkan sholawat serta salam kepada junjungan alam nabi besar Muhammad SAW
yang telah membimbing kita dari zaman jahiliyah menuju zaman Islamiyah.

Kami ucapkan terimakasih kepada ibu dosen pengampu mata kuliah Islam, Sains
danperadaban yang telah memberikan kami penugasan ini sehingga kami dapat lebih
memahami materi tentang paradigma sains modern. Terima kasih Kembali saya ucapkan
kepada ibu dosen pengampu yang telah membimbing kami baik secara moral atau materi
sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik.

Kami berharap dengan dibuatnya makalah ini dapat berperan penting dalam
pembelajaranislam, sains dan peradaban khususnya pada pembahasan materi tentang
paradigma sains modern sehingga dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembacanya.
Sebagai penulis dari makalah ini, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, oleh
karena itu kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.

Lombok Tengah, 28 Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang ............................................................................................... 1


2. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
3. Tujuan ............................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

1. Sikap Kaum Muslimin Terhadap Sains Barat ................................................ 3


2. Sikap Kaum Muslimin Terhadap Peradaban Barat ........................................ 6
3. Peran Muslim Terhadap Ilmu Pengetahuan ................................................... 8

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan .................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 15

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Islam merupakan agama yang tidak dikenal dengan pemisahan antara agama
dengan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, tidak terjadi penolakan agama terhadap
ilmu pengetahuan dan sebaliknya ilmu pengetahuan terhadap agama. Justru yang
terjadi adalah agama menjadi landasan dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Sementara ilmu pengetahuan dapat mendukung perkembangan ilmu agama dan
memudahkan dalam mengamalkan ajaran agama, memudahkan umat Islam dalam
memperdalam pemahaman terhadap ajaran-ajaran agama, serta memudahkan bagi
ulama dalam melakukan ijtihad untuk memecahkan berbagai masalah dalam
kehidupan.
Perjumpaan Islam dengan Yunani mendorong para filosof Muslim untuk
mempelajari karya-karya filosof Yunani, menerjemahkannya, dan kemudian
mengembangkannya sehingga turut memberikan sumbangan pada kemajuan
peradaban Islam. Namun, Islam memiliki jasa yang besar karena Islamlah yang
menyelamatkan peradaban Yunani yang pada awal Islam hampir tenggelam, dan
menginternasionalisasikannya sehingga dikenal di seantero dunia.
Sebenarnya banyak sekali sarjana-sarjana muslim yang tampil dalam
panggung sejarah. Dalam kitab Uyūn al-Anbā’ fi Ṭabaqat al-Aṭibba’ karangan Ibn
Abi Ushaybi’ah, seorang ahli kedokteran abad ketiga belas, dimuat informasi dan
biografi lebih dari tiga ratus lima puluh ilmuwan muslim. Ada ahli kedokteran, ahli
kimia, geometri, geologi, geografi, matematika, astronomi dan sebagainya. Padahal
yang dikenal masih segelintir saja. Akan tetapi, karena sistem pendidikan kita masih
bercermin dan berkiblat ke Barat, sedangkan Barat menyembunyikan jasa-jasa Islam
dalam arena ilmu pengetahuan, maka publik pada dasarnya tidak mengenal tokoh-
tokoh Islam yang sebenarnya sangat besar dan terkenal.
2. Rumusan masalah
a. Bagaimana sikap kaum muslimin terhadap sains Barat?
b. Bagaimana sikap kaum muslimin terhadap peradaban Barat?
c. Apa saja peran muslim terhadap ilmu pengetahuan?
3. Tujuan
a. Untuk mengetahui sikap kaum muslimin terhadap sains Barat

1
b. Untuk mengetahui sikap kaum muslimin terhadap peradaban Barat
c. Untuk mengetahui peran muslim terhadap ilmu pengetahuan

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Sikap kaum muslimin terhadap sains Barat


Islam merupakan agama yang tidak dikenal dengan pemisahan antara agama
dengan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, tidak terjadi penolakan agama terhadap
ilmu pengetahuan dan sebaliknya ilmu pengetahuan terhadap agama. Justru yang
terjadi adalah agama menjadi landasan dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Sementara ilmu pengetahuan dapat mendukung perkembangan ilmu agama dan
memudahkan dalam mengamalkan ajaran agama, memudahkan umat Islam dalam
memperdalam pemahaman terhadap ajaran-ajaran agama, serta memudahkan bagi
ulama dalam melakukan ijtihad untuk memecahkan berbagai masalah dalam
kehidupan. Sehingga semakin tinggi penguasaanterhadap ilmu pengetahuan, akan
semakin mengokohkan akidah kaum muslimin yang menyebabkan mereka mencapai
ketinggian martabat dan kegilangan dalam peradaban.
Pada abad kejayaan Islam, telah tercapai keserasian ilmu dengan agama dalam
volume yang proporsional sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan di
masanya. Pada masa Nabi Muhammad SAW. dan kurun waktu kepemimpinan
Khulafaurrasyidin, tidak ada sama sekali penolakan terhadap ilmu pengetahuan.
Bukan saja karena saat itu ilmu pengetahuan belum menemukan kemajuannya seperti
yang dijumpai sekarang, tetapi memang pandangan Islam yang murni terhadap ilmu-
ilmu empiris tengah berjalan di bawah tuntunan wahyu di masa Nabi Saw. dan para
khalifah sesudahnya.
Sebagai contoh, ketika terjadi gerhana di masa Nabi Muhammad SAW. masih
hidup, orang-orang di Madinah masih ada yang menganggap fenomena gerhana itu
terjadi karena meninggalnya anak Nabi Muhammad SAW. yang bernama Ibrahim
dari istrinya bernama Mariyah al-Qibthiyah. Menanggapi hal tersebut, Nabi
Muhammad SAW. segera meluruskannya, sebagaimana diriwayatkan dalam hadis
berikut:

Artinya: ”Sesungguhnya Matahari dan Bulan adalah dua tanda diantara tanda-
tanda kekuasaan Allah SWT. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau

3
lahirnya seseorang. Jika kalian melihat hal tersebut maka berdoalah kepada Allah,
bertakbirlah, kerjakan sholat, dan bersedekahlah” (HR. Bukhari).1
Hadis yang mulia ini merupakan penegasan dari Nabi Muhammad SAW.
tentang posisi sains dalam keyakinan umat Islam. Meskipun Nabi Muhamad SAW.
tidak pernah belajar sains tentang bagaimana terjadinya gerhana, tetapi dasar kokoh
tentang perkembangan sains dalam Islam telah ditetapkannya dengan sangat rapi
berdasarkan tuntunan wahyu.
Hadis di atas merupakan cerminan sikap teologis umat Islam terhadap
fenomena sains yang melampaui zamannya. Dikatakan melampaui zamannya karena
waktu itu, kemajuan sains belum sanggup mengindera secara empiris kejadian
gerhana sebagaimana yang dijumpai di zaman sekarang dimana alat untuk memantau
pristiwa alam semakin canggih, tetapi umat Islam telah memiliki persepsi ilmiah
tentang gerhana. Padahal kebanyakan orang waktu itu berpengetahuan mitos
(mitologi) dan menganggap peristiwa alam seperti terjadinya gerhana, berarti alam
menunjukkan kesedihan, berkabung atau kemaharan terhadap sesuatu. Pikiran
semacam itu tentu sangat tidak memuaskan akal rasional.
Terdapat empat hal fakta sains yang terdapat dalam al-Qur’an sebagai sumber
ajaran Islam yang ditemukan oleh ilmuan muslim. Karenanya, tidak diragukan lagi
bahwa kitab suci ini merupakan sumber inspirasi bagi pengembangan sains modern
berbasis tauhid. Berikut uraian mengenai keempat hal tersebut.
a. Menunjukkan keterbatasan akal manusia
Islam adalah agama yang bersesuaian dengan akal. Karenanya
beragama itu merupakan pekerjaan orang berakal. Inilah statemen paling
mendasar yang ditetapkan Islam terkait penghargaan terhadap akal manusia.
Sesuai dengan firman Allah SWT. dalam QS. Al-Is’ra [17] ayat 85

Artinya: “Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah:


Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan
melainkan sedikit”.2

1
https://www.detik.com/hikmah/kisah/d-6393211/kisah-gerhana-saat-putra-nabi-muhammad-saw-
mangkat/amp
2
https://tafsirweb.com/4689-surat-al-isra-ayat-85.htm

4
Akan tetapi, Islam tidak membiarkan akal sebagai satu-satunya
penentu segalanya bagi kehidupan manusia. Islam telah menunjukkan bahwa
memang akal memiliki kelebihan dan kekuatan luar biasa, tetapi juga memiliki
kelemahan dan batas yang tidak mampu dilampauinya. Pada batas itu, maka
akal tidak boleh dibiarkan bekerja sendiri.
b. Menuntun akal rasional
Dalam Islam, manusia diseru untuk beriman dengan menggunakan
hujjah sains. Manusia tidak dituntut beriman dengan cara menerima saja
informasi yang harus diimani secara doktriner. Keimanan kepada adanya
Pencipta dibangun atas dasar bukti-bukti empiris yang terindera dan dapat
dipikirkan oleh manusia. Oleh karena itu, Islam menuntut orang untuk
beriman sebagai hasil pilihannya setelah melakukan penginderaan terhadap
fenomena sains.
c. Menunjukkan kebenaran kitab suci dengan fakta empiris
Saat ini semua ahli mengakui bahwa jasad manusia yang tersimpan di
museum Mesir adalah jasad Fir’aun yang hidup belasan abad sebelum masehi.
Menurut peneliti Injil, informasi tentang Fir’aun yang mati tenggelam
disebutkan, tetapi tentang jasadnya tidak disinggung sama-sekali. Karena itu
sebelum al-Qur’an diturunkan, tidak ada yang berbicara tentang jasad Fir’aun.
Hanya al-Qur’an yang berbicara jelas bahwa Fir’aun tenggelam dan jasadnya
diselamatkan. Berikut ayatnya

Artinya: “Maka pada hari ini kami selamatkan jasadmu agar engkau
dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengindahkan tanda-tanda (kekuasaan) kami”.
(QS. Yunus [10] ayat 92)3
d. Menjadikan alam sebagai mizan dan pola bagi manusia

3
https://www.merdeka.com/quran/yunus/ayat-92

5
Artinya: “Sungguh, Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan
bukti-bukti yang nyata dan kami turunkan bersama mereka kitab dan neraca
(keadilan) agar manusia dapat berlaku adil. Dan Kami menciptakan besi yang
mempunyai kekuatan, hebat dan banyak manfaat bagi manusia, dan agar Allah
mengetahui siapa yang menolong agama-Nya dan rasul-rasul-Nya walaupun
(Allah) tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Mahakuat, Mahaperkasa”.4
Ayat di atas salah satunya berbicara tentang neraca (keadilan) dan besi.
Neraca adalah alat untuk menakar atau menimbang dan dengannya sesuatu itu
disesuaikan dan ditentukan berapa takarannya. Sementara besi adalah jenis
mineral yang sangat kuat, kokoh, dan terpercaya. Karena itu besi memiliki
nilai spesial dalam kehidupan manusia,bahkan terdapat jenis besi yang disebut
logam mulia yaitu emas. Dengan menggunakan besi, manusia dapat membuat
segala macam peralatan hidup yang sangat bermanfaat. Dari parang untuk
memotong dan mengiris sampai mesin untuk memproduksi mesin lain. Dari
kawat sebagai alat untuk mengikat sampai alat komunikasi berupa telepon.
Dari kendaraan sederhana seperti sepeda sampai pesawat terbang yang
canggih.
Penciptaan alam semesta beserta segala isinya didasari atas keadilan
dimana masing-masing eksis dengan takarannya yang tepat. Demikian juga
manusia, diciptakan jiwa yang secara fitrahnya senantiasa condong pada
keadilan. Karena itu, manusia yang sehat akan mencintai keadilan dan
memusuhi ketidakadilan, kewenang-wenangan atau kezaliman. Untuk
menegakkan keadilan itu dibutuhkan kekuatan besi baik dalam pengertian
majas maupun pengertian fisik.5
2. Sikap kaum muslimin terhadap peradaban Barat
Perjumpaan Islam dengan Yunani mendorong para filosof Muslim untuk
mempelajari karya-karya filosof Yunani, menerjemahkannya, dan kemudian
mengembangkannya sehingga turut memberikan sumbangan pada kemajuan
peradaban Islam. Namun, Islam memiliki jasa yang besar karena Islamlah yang

4
https://www.merdeka.com/quran/al-hadid/ayat-
25#:~:text=QS.%20Al%2DHadid%20Ayat%2025&text=25.,agar%20manusia%20dapat%20berlaku%20adil.
5
Hasan Basri, “TEOLOGI SAINS: MENGATASI DIKOTOMI SAINS-AGAMA PERSPEKTIF ISLAM”, jurnal pemikiran
islam, Vol. 5 No. 2, (Desember 2019), hal. 378-390.

6
menyelamatkan peradaban Yunani yang pada awal Islam hampir tenggelam, dan
menginternasionalisasikannya sehingga dikenal di seantero dunia.6
Setelah perjumpaan dengan Yunani, seiring dengan ekspansi Islam ke
Spanyol, perjumpaan dilanjutkan Islam dengan Barat. Perjumpaan itu melalui kontak
politik, kontak militer, kontak sosial dan kontak ilmiah atau kontak keilmuan yang
terjadi secara langsung dan vis to vis terutama saat berada di bawah kekuasaan dinasti
Umayyah yang berada di Spanyol. Melalui Spanyol ini, Islam memancarkan cahaya
pencerahan di Barat Gerakan filosofis dalam Islam yang menghasilkan khazanah
paling kaya dari budaya intelektual Islam serta mempengaruhi pemikiran Barat begitu
dalam dan berlangsung lama, adalah kontinuitas pengalaman-pengalaman berpikir
rasional Mu'tazilah selama abad kedua, ketiga dan keempat.7
Mu'tazilah memang dikenal sebagai aliran teologi yang paling rasional dalam
Islam, yang memiliki kerangka berpikir ke depan. Aliran ini memiliki semangat yang
kuat untuk memberdayakan akal baik dalam memahami ajaran-ajaran agama maupun
dalam mencapai kemajuan. Pola pikir Mu'tazilah yang mengapresiasikan akal itu pada
perkembangan berikutnya setelah kemunduran Islam tidak lagi dijadikan pola di
kalangan umat Islam, sebaliknya, pola pikir itu sangat direspons dan dikembangkan
oleh Barat sehingga kawasan Barat dapat mencapai kemajuan yang luar biasa
terutama di bidang pengetahuan.
Para filosof dan ilmuan Muslim memiliki andil besar di dalam melakukaan
transmisi keilmuan itu dari dunia Islam ke dunia Barat. A. Qodri Azizy sebagaimana
dikutip oleh Muzamil Qomar menegaskan bahwa dari segi pemikiran, renaissance
yang merupakan cikal bakal kemajuan Barat tidak bisa lepas dari pengaruh dan
sumbangan pemikiran para sarjana Muslim di abad sebelumnya. Ketika Barat masih
menyandang gelar dark ages (abad kegelapan), dunia Muslim sudah memiliki
peradaban yang maju dan sudah memperkenalkan metode induktif dan beberapa
metode yang menjadi embrio kemajuan masa berikutnya di Barat.8
Muzamil Qomar menjelaskan bahwa “Para filosof dan ilmuan Muslim ibarat
guru sedangkan para filosof dan ilmuan Barat ibarat murid. Mereka (para filosof dan
ilmuan Muslim) menjalankan tugasnya sebagai guru dalam membangun kepribadian
murid, antara lain; memberikan bimbingan kepada murid-murid yang belum mengerti,
6
Ahmad Asmuni, “KONTRIBUSI ISLAM TERHADAP PERADABAN BARAT”, Tamaddun, Vol. 5 No. 1,
(Januari-Juni 2017), hal. 179
7
Ibid., hal 179
8
Ibid., hal 180

7
memberikan petunjuk bagi mereka yang tersesat, memberikan pelatihan bagi mereka
yang belum terampil, memberikan pemahaman bagi mereka yang belum paham,
memberikan penjelasan bagi mereka yang belum jelas, dan memberi pengetahuan
mengenai orientasi yang dituju. Lebih lanjut Muzamil Qomar Sebagai guru yang baik,
para filosof dan ilmuan justru bersikap sangat terbuka kepada siapapun, bersikap adil
kepada siapapun termasuk kepada orang-orang Barat yang berbeda agama sekalipun,
menyelamatkan mereka yang terancam dari bahaya kehancuran.
Dari sini tampak betapa besarnya pengaruh peradaban Islam pada dunia Barat
melalui perjumpaan dan pergumulan yang intent sekali dengan literatur-literatur hasil
karya sarjana Islam. Melalui literatur-literatur ini, pikiran mereka terpengaruhi,
kemudian mereka mengikuti dan mengalokasikan dalam pembahasan-pembahasan
ilmiah mereka, bahkan mereka berusaha mempertahankan hingga sekarang ini.
Memang membicarakan peradaban Islam, tentu saja tidak bisa dilepaskan dari
Islam periode Nabi Muhammad SAW. di Semenanjung Arab pada permulaan abad ke
7 M. Setelah itu, proses ekspansi besar-besaran dilakukan, sehingga kawasan Islam
pun meluas ke beberapa wilayah di sekitarnya: Persia dan Asia Tengah, Afrika Utara
dan Pantai Atlantik, kawasan pusat-pusat peradaban lama, Spanyol sampai ke
pegunungan Pyrenia, dari Tunisia ke Sisilia di Italia Selatan. Wilayah Balkan,
Kaukasus dan Eropa Tengah atau apa yang terkenal sekarang dengan Rusia Selatan
juga tak ketinggalan mendapat sentuhan kekuasaan Islam.
Puncak kejayaan Islam atas Eropa ketika berkuasanya Sulaiman al-Qanuni (al-
Fatih), penguasa Turki Utsmani dengan ibukota Konstantinopel pada tahun 1453.
Setelah itu Islam meluas ke Yunani, Balkan, Hongaria dan Polandia.9 Dari titik inilah
Barat banyak belajar dari Islam dan dari titik ini pula Islam sesungguhnya memiliki
kontribusi yang besar terhadap peradaban Barat.10
3. Peran muslim terhadap ilmu pengetahuan
Islam memberikan apresiasi yang amat tinggi terhadap akal. Demikian
tingginya sehingga akal menempati posisi yang urgen dan vital dalam pergumulan
wacana keislaman. Oleh karena itu, akal sering kali disandingkan dengan wahyu
dalam banyak kesempatan dan pembahasan. Dengan demikian, maka wajarlah jika
dikatakan bahwa Islam sangat menghargai ilmu pengetahuan. Tentu saja produk dari

9
Ahmad Asmuni, “KONTRIBUSI ISLAM TERHADAP PERADABAN BARAT”, Tamaddun, Vol. 5 No. 1,
(Januari-Juni 2017), hal. 182
10
Ibid., hal. 179-182

8
pendayagunaan akal adalah ilmu pengetahuan. Dari akal dan daya pikir yang telah
dianugerahkan oleh Allah, manusia dapat menggali berbagai pengetahuan yang ada di
alam semesta, baik yang bersifat makro maupun mikro. Dengan demikian munculllah
berbagai disiplin ilmu.11
Hal ini dalam sejarah Islam dibuktikan dengan maraknya perkembangan ilmu
dari berbagai bidang dan munculnya ratusan bahkan ribuan sarjana-sarjana Muslim.
Penghargaan Islam terhadap akal dan ilmu pengetahuan bukan hanya basa-basi,
karena hal itu telah dilaksanakan dan dipraktekkan oleh para ulama, atau kaum
terpelajar Islam, yang luar biasa jumlahnya. Keadaan yang kondusif seperti itu telah
berhasil menampilkan beberapa filosof muslim terkemuka, seperti al-Kindī (801-873
M), al-Farabī (870-950 M), al-Rāzī (864-930 M atau 251-313 H), Ibn Tufail (1105-
1185 M), Ibn Bajjah (1085-1138 M), dan sejumlah pakar pada bidangknya masing-
masing, seperti Ibn Rushd (1126-1198 M), Ibn al-Haytham (965-1040 M atau 354-
430 H), dan Jabir ibn Hayyan (721-815 M) serta pakar etika muslim, Ibn Maskawaih
(932-1030 M atau 330 - 421 H).12
Sebenarnya banyak sekali sarjana-sarjana muslim yang tampil dalam
panggung sejarah. Dalam kitab Uyūn al-Anbā’ fi Ṭabaqat al-Aṭibba’ karangan Ibn
Abi Ushaybi’ah, seorang ahli kedokteran abad ketiga belas, dimuat informasi dan
biografi lebih dari tiga ratus lima puluh ilmuwan muslim. Ada ahli kedokteran, ahli
kimia, geometri, geologi, geografi, matematika, astronomi dan sebagainya. Padahal
yang dikenal masih segelintir saja. Akan tetapi, karena sistem pendidikan kita masih
bercermin dan berkiblat ke Barat, sedangkan Barat menyembunyikan jasa-jasa Islam
dalam arena ilmu pengetahuan, maka publik pada dasarnya tidak mengenal tokoh-
tokoh Islam yang sebenarnya sangat besar dan terkenal. Padahal perkembangan dan
kemajuan ilmu pengetahuan di Barat merupakan imbas dan terpengaruh oleh
kemajuan yang terjadi di dunia Islam,terutama setelah adanya gerakan Averroisme13
yang membumi di Eropa. Barat mendapatkan pengaruh positif dalam ilmu
pengetahuan dari dunia Islam.
Berikut ini beberapa ilmuan muslim yang memberikan pengaruh besar
terhadap sains Barat:

11
Imam Amrusi Jailani, “KONTRIBUSI ILMUWAN MUSLIM DALAM PERKEMBANGAN SAINS MODERN”,
jurnal THEOLEGIA, Vol. 29 No. 1 (2018), hal. 165-166
12
Ibid., hal. 166
13
Ibid., hal. 167

9
A. Pengaruh Averroisme terhadap Pencerahan Pendidikan Islam
Pikiran-pikiran Ibn Rushd telah berhasil membuka cakrawala baru bagi
dunia ilmu pengetahuan. Eksplorasi Ibn Rushd terhadap dunia ini telah
mengundang animo besar-besaran bagi kalangan pelajar dan sarjana, baik di
dunia Islam maupun Barat, untuk mentransfer pikiran-pikirannya. Transformasi
pandangan-pandangan Ibn Rushd dapat diakses melalui karya-karyanya.
Menurut Ernest Renan (1823-1892 M), karya-karya beliau diterjemahkan dan
dicetak berulang-ulang di Eropa dan Latin.14
Sejarawan Eropa mengenangnya sebagai ‘jembatan pengetahuan’
antara Timur dan Barat, penghubung antara Islam dan Kristen dom. Dialah Ibnu
Rushd atau Averroes, tokoh yang disebut-sebut sebagai printis gerakan
pencerahan di Barat, idola baru kaum liberalis di Eropa. Setelah beberapa abad
kiprahnya terkubur oleh limbo sejarah, sosok Ibnu Rushd seolah-olah hidup
kembali.
Menurut Dr. Syamsuddin Arif (peneliti INSISTS) Ernest Renan
merupakan orang yang pertama kali mengungkit semula ketokohan beliau lewat
karyanya “Averroesetl’Averroisme”. Menurut intelektual Prancis berdarah
Yahudi itu, Ibnu Rushd adalah peletak batu pertama rasionalisme Eropa.
Dengan fasih diceritakannya riwayat hidup Ibnu Rushd serta nasib akhir warisan
pemikirannya di dunia Islam dan Eropa. Karya Renan telah menjadi obat
penawar duka. Dengan membacanya, maka para pembaca seolah-olah
menemukan pusaka yang hilang.15
Di zaman pertengahan pandangan Ibn Rushd sangat digandrungi, baik
yang ditransformasikan lewat karya-karyanya maupun melalui komentar
komentar para muridnya. Mengenai masalah kebenaran, Ibn Rushd percaya
pada apa yang disebut “kesatuaan seluruh kebenaran”.16 Akibatnya, kebenaran
filosofis yang dicapai melalui penyelidikan rasional pada dasarnya sama dengan
kebenaran agama yang didasarakan pada wahyu Ilahi.
B. Pemikiran Ibn al-Haytam
Ibn al-Haytham merupakan ilmuwan yang gemar melakukan
penyelidikan. Penyelidikannya mengenai cahaya telah memberikan ilham
14
Imam Amrusi Jailani, “KONTRIBUSI ILMUWAN MUSLIM DALAM PERKEMBANGAN SAINS MODERN”,
jurnal THEOLEGIA, Vol. 29 No. 1 (2018), hal. 167
15
Ibid., hal. 168
16
Ibid., hal. 168

10
kepada ahli sains Barat seperti Boger Bacon, dan Kepler, pencipta mikroskop
serta teleskop. Ia merupakan orang pertama yang menulis dan menemukan
berbagai data penting mengenai cahaya.
Beberapa buah buku mengenai cahaya yang ditulisnya telah
diterjemahkan ke dalam bahasa inggris, antara lain Light on Twilight
Phenomena. Kajiannya banyak membahas mengenai senja dan banyak lingkaran
cahaya di sekitar bulan dan matahari serta bayang-bayang dan gerhana.
Beberapa percobaan dilakukan oleh Ibn al-Haytham, di antaranya
percobaan terhadap kaca yang dibakar, dan dari situ ditemukanlah teori lensa
pembesar. Teori itu telah digunakan oleh para ilmuwan di Itali untuk
menghasilkan kaca pembesar yang pertama di dunia dan prinsipnya tetap
diadopsi oleh ilmuwan-ilmuwan setelahnya.
Demikian pula dengan prinsip padu udara yang ternyata lebih
menakjubkan, Ibn al-Haytham telah menemukan dan memperkenalkannya jauh
sebelum seorang ilmuwan yang bernama Tricella yang mengetahui masalah itu
500 tahun kemudian. Ibn al-Haytham juga disinyalir telah menyampaikan
keberadaan gaya tarik bumi atau gravitasi sebelum Issaac Newton
mengetahuinya. Selain itu, teori Ibn al-Haytham mengenai jiwa manusia sebagai
satu rentetan perasaan yang bersambung-sambung secara teratur telah
memberikan ilham kepada ilmuwan Barat untuk menghasilkan wayang gambar.
Teori beliau telah membawa kepada penemuan film yang kemudian disambung-
sambung dan dimainkan kepada para penonton sebagaimana yang dapat kita
lihat pada masa kini.
Karena pengamatannya yang mendalam pada bidang optika, konsep-
konsepnya menjadi dasar ilmu optika. Selain itu, dia mengantarkan optika pada
kemajuan pesat masa kini. Dengan demikian, Ibn al-Haytham mendapat julukan
sebagai “Bapak Optika Modern”.17 Berikut ini beberapa sumbangan ilmu
pengetahuan dari Ibn al-Haytam terhadap sains Barat:
1) Teori Penglihatan (Optik)
2) Cermin Kanta Cekung Dan Kanta Cembung
3) Teori Biasan Cahaya
4) Karya Ibn al-Haytam tentang Optik

17
Imam Amrusi Jailani, “KONTRIBUSI ILMUWAN MUSLIM DALAM PERKEMBANGAN SAINS MODERN”,
jurnal THEOLEGIA, Vol. 29 No. 1 (2018), hal. 170

11
5) Relevansi Teori Ibn al-Haytam dengan Sains Masa Kini
6) Pengembangan Optik Geometri.
C. Pemikiran Jabir Ibn Hayyan
Kontribusi terbesar Jabir adalah dalam bidang kimia. Keahliannya ini
didapatnya dengan berguru pada Barmaki Vizier, pada masa pemerintahan
Harun al-Rashid di Baghdad. Ia mengembangkan teknik eksperimentasi
sistematis di dalam penelitian kimia, sehingga setiap eksperimen dapat
direproduksi kembali. Jabir menekankan bahwa kuantitas zat berhubungan
dengan reaksi kimia yang terjadi, sehingga dapat dianggap Jabir telah merintis
ditemukannya hukum perbandingan tetap. Kontribusi lainnya antara lain dalam
penyempurnaan proses kristalisasi, distilasi, kalsinasi, sublimasi dan penguapan
serta pengembangan instrumen untuk melakukan proses-proses tersebut.
Sebagaimana halnya ilmuwan muslim abad pertengahan, Jabir ibn
Hayyan tidak hanya mampu mendalami satu bidang ilmu tertentu, tetapi mereka
juga mampu menguasai bidang keilmuwan lainnya dan sangat beragam. Selain
ahli dalam bidang ilmu kimia, beliau juga ahli dalam ilmu yang lain seperti
kedokteran, filsafat dan fisika. Hanya saja dari sekian banyak ilmu yang
digelutinya, tampaknya ilmu kimia lebih melekat dan menonjol pada beliau.
Karya-karya beliau banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, dan
kemudian diserap oleh ilmu kimia modern. Eropa kemudian mulai mengenal
istilah-istilah teknik seperti realiger (sulfit merah dari arsenik), tutia (seng
oksida), alkali, antimonia, alembic, dan aludel. Demikian juga salamoniak
(sejenis substansi baru kimia) telah diperkenalkan oleh Jabir ibn Hayyan yang
sebelumnya tidak perrnah dikenal oleh orang-orang Yunani.18
Beberapa penemuan Jabir Ibn Hayyan diantaranya adalah: asam
klorida, asam nitrat, asam sitrat, asam asetat, tehnik distilasi dan tehnik
kristalisasi. Dia juga yang menemukan larutan aqua regia (dengan
menggabungkan asam klorida dan asam nitrat) untuk melarutkan emas. Jabir
Ibn Hayyan mampu mengaplikasikan pengetahuannya di bidang kimia ke dalam
proses pembuatan besi dan logam lainnya, serta pencegahan karat. Dia jugalah
yang pertama mengaplikasikan penggunaan mangan dioksida pada pembuatan

18
Imam Amrusi Jailani, “KONTRIBUSI ILMUWAN MUSLIM DALAM PERKEMBANGAN SAINS MODERN”,
jurnal THEOLEGIA, Vol. 29 No. 1 (2018), hal. 179

12
gelas kaca. Berikut ini beberapa sumbangan ilmu pengetahuan dari Jabir Ibn
Hayyan terhadap sains Barat:
1) Kimia Islam sebagai Embrio Ilmu Kimia Modern
2) Peran dan Kontribusi Kimia Islam bagi Peradaban.

13
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. Islam merupakan agama yang tidak dikenal dengan pemisahan antara agama dengan
ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, tidak terjadi penolakan agama terhadap ilmu
pengetahuan dan sebaliknya ilmu pengetahuan terhadap agama. Justru yang terjadi
adalah agama menjadi landasan dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Sehingga
semakin tinggi penguasaan terhadap ilmu pengetahuan, akan semakin mengokohkan
akidah kaum muslimin yang menyebabkan mereka mencapai ketinggian martabat dan
kegilangan dalam peradaban. Bukan saja karena saat itu ilmu pengetahuan belum
menemukan kemajuannya seperti yang dijumpai sekarang, tetapi memang pandangan
Islam yang murni terhadap ilmu-ilmu empiris tengah berjalan di bawah tuntunan
wahyu di masa Nabi Saw. dan para khalifah sesudahnya.
2. Muzamil Qomar menjelaskan bahwa “Para filosof dan ilmuan Muslim ibarat guru
sedangkan para filosof dan ilmuan Barat ibarat murid. Mereka (para filosof dan
ilmuan Muslim) menjalankan tugasnya sebagai guru dalam membangun kepribadian
murid, antara lain; memberikan bimbingan kepada murid-murid yang belum mengerti,
memberikan petunjuk bagi mereka yang tersesat, memberikan pelatihan bagi mereka
yang belum terampil, memberikan pemahaman bagi mereka yang belum paham,
memberikan penjelasan bagi mereka yang belum jelas, dan memberi pengetahuan
mengenai orientasi yang dituju.
3. Metode berpikir yang diramu oleh para pemikir muslim seperti Ibn Rushd, Ibn al-
Haytham, Jabir ibn Hayyan dan lain-lain yang dikemas dalam suatu cara pandang
yang lebih elegan dengan cara membongkar metode berpikir tekstualis dan doktrinal,
yang selanjutnya menghadirkan cara berpikir kontekstualis . Banyak pemikir Barat
yang mengadopsi pola pikir mereka, sehingga tidak sedikit dari mereka yang berkiblat
pola pemikirannya kepada para saintis muslim. Apa yang disuguhkan dan
dipersembahkan oleh para pemikir muslim telah mampu menyulap sains modern
sebagaimana yang berkembang di dunia sekarang ini, baik di Barat maupun di Timur.

14
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Asmuni, “KONTRIBUSI ISLAM TERHADAP PERADABAN BARAT”,
Tamaddun, Vol. 5 No. 1, (Januari-Juni 2017), hal. 179-182
Hasan Basri, “TEOLOGI SAINS: MENGATASI DIKOTOMI SAINS-AGAMA
PERSPEKTIF ISLAM”, jurnal pemikiran islam, Vol. 5 No. 2, (Desember
2019), hal. 378-390.
https://tafsirweb.com/4689-surat-al-isra-ayat-85.htm
https://www.detik.com/hikmah/kisah/d-6393211/kisah-gerhana-saat-putra-nabi-
muhammad-saw-mangkat/amp
https://www.merdeka.com/quran/al-hadid/ayat-
25#:~:text=QS.%20Al%2DHadid%20Ayat%2025&text=25.,agar%20manusia
%20dapat%20berlaku%20adil.
https://www.merdeka.com/quran/yunus/ayat-92
Imam Amrusi Jailani, “KONTRIBUSI ILMUWAN MUSLIM DALAM
PERKEMBANGAN SAINS MODERN”, jurnal THEOLEGIA, Vol. 29 No. 1
(2018), hal. 165-179

15

Anda mungkin juga menyukai