Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM III


“ISLAM, IPTEK DAN KEDOKTERAN”

DOSEN :
Drs. H. Usep Sopiyudin, M.Ag
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 12
Annisa Harlya Gumay D1A210116
Luthfiyah Irbah As-sa’idah D1A210101
Maharani Anawula D1A210104
Nadisa Nur Kholiza D1A210063

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENEGTAHUAN ALAM
UNIVERSITAS AL - GHIFARI
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT,


atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah mata kuliah
Pendidikan Agama Islam III dengan judul “Islam, Iptek, dan Kedokteran”
dengan tepat waktu. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Drs.
H. Usep Sopiyudin, M.Ag selaku dosen mata kuliah, yang telah memberikan
bimbingannya kepada penulis dalam proses penyusunan makalah ini. Tidak lupa
penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah
memberikan dorongan dan motivasi.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu penulis serta penulis menyadari bahwa makalah ini belum
sempurna, maka kritik dan saran yang bertujuan untuk menyempurnakan
makalah ini sangat penulis harapkan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi
pembaca pada umumnya.

Bandung, Januari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……....................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG................................................................................ 1
B. RUMUSAN MASALAH............................................................................ 2
C. TUJUAN ..................................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
A. Landasan Al-Qur’an Tentang Iptek ........................................................ 3
1. Posisi Al-Qur’an terhadap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.................. 3
2. Al-Quran dan Kemajuan IPTEK .............................................................. 4
3. Pembagian Ilmu Pengetahuan .................................................................. 7
4. Bukti-bukti Ilmu Pengetahuan Dalam Al-Qur’an .................................... 9
B. Peranan Dan Prinsip Iptek Menurut Islam........................................... 12
1. Pengertian iptek dan kaitannya dengan Islam ........................................ 12
2. Pandangan Islam Terhadap Iptek ........................................................... 13
3. Pengaruh Iptek........................................................................................ 15
4. Sikap Muslim Terhadap IPTEK ............................................................. 16
C. Perkembangan Ilmu Kedokteran Dalam Islam .................................... 17
1. Kedokteran Islam .................................................................................. 17
2. Warisan-warisan peradaban Islam dalam bidang kedokteran ............... 18
3. Prinsip- Prinsip Kedokteran Islam.......................................................... 23
D. Transfusi Darah, Inseminasi Buatan, Transplantasi Alat Dan Bayi
Tabung Dalam Islam....................................................................................... 24
1. Transfusi Darah ...................................................................................... 24
2. Inseminasi Buatan .................................................................................. 29
3. Bayi Tabung ........................................................................................... 31
BAB III................................................................................................................. 35
PENUTUP............................................................................................................ 35
A. KESIMPULAN......................................................................................... 35
B. SARAN ...................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 37

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Di era sekarang, dunia semakin maju serta semakin modern. Dengan
kemajuan tersebut, ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang pesat
bahkan semakin modern. Dalam islam, ilmu pengetahuan dan teknologi
merupakan sesuatu keharusan untuk sesuai dengan pandangan islam. Jika ilmu
pengetahuan serta teknologi tanpa pandangan islam, maka akan terjadi
kekacauan baik secara fisik maupun secara nonfisik.
Ilmu bukan hanya pengetahuan (knowledge), namun merangkum
sekumpulan pengetahuan bersumber pada teori- teori yang disepakati serta bisa
secara sistematik diuji dengan seperangkat tata cara yang diakui dalam bidang
ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu tercipta sebab manusia
berupaya berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya.Ilmu
ataupun ilmu pengetahuan merupakan seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,
menciptakan, serta menegaskan pemahaman manusia dari bermacam segi
realitas dalam alam manusia. Segi- segi ini dibatasi supaya dihasilkan
rumusan- rumusan yang tentu. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi
lingkup pandangannya, serta kepastian ilmu- ilmu diperoleh dari
keterbatasannya.
Islam sudah memperkenalkan diri sebagai agama yang sangat dekat
dengan manusia. Islam muncul sebagai rahmatan lil alamin (memberi rahmat
untuk segala alam), hudan li an- nas (sebagai petunjuk untuk manusia), syifa
an- nas (obat penawar untuk manusia), litukhrijakum min adz- dzulumat ila an-
nur (mengeluarkan manusia dari kegelapan ke alam terang benderang), dan
sebagai basyiran (pemberi berita gembira) serta nadziran( berita duka untuk
manusia). Sepanjang abad ke- 7 Masehi hingga abad ke- 13 Masehi Islam
mengalami masa keemasan (the golden age of Islam), di mana Islam
mengalami kemajuan dalam bidang politik, ekonomi, ilmu pengetahuan,
kesehatan, serta arsitektur.

1
Islam sangat memperhatikan pertumbuhan, pembinaan, dan
pengembangan ilmu kedokteran dengan berbagai aspeknya. Konstribusi
peradaban Islam dalam dunia medis sangat sangat ternilai. Di masa
keemasannya, peradaban Islam telah melahirkan sederet pemikir serta dokter
terkemuka yang sudah meletakkan dasar- dasar ilmu medis modern. Dunia
Islam pula tercatat selaku peradaban pertama yang memiliki rumah sakit serta
dikelolah oleh tokoh- tokoh professional. Dunia medis Islam di era
kekhalifahan meninggalkan banyak karya yang jadi literature keilmuan dunia.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Landasan al-quran tentang Iptek ?
2. Bagaimana Peranan dan prinsip iptek menurut islam ?
3. Bagaimana Perkembangan ilmu kedokteran dalam islam ?
4. Bagaimana pandangan islam mengenai Transfuse darah,inseminasi buatan,
transplantasi alat dan bayi tabung ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui landasan al-qur’an tentang iptek
2. Untuk mengetahui peranan dan prinsip iptek menurut islam
3. Untuk mengetahui perkembangan ilmu kedokteran dalam islam
4. Untuk mengetahui pandangan islam mengenai transfuse darah, inseminasi
buatan, transplantasi alat dan bayi tabung

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Landasan Al-Qur’an Tentang Iptek


Pandangan AL-Qur’an tentang ilmu pengetahuan dan teknologi dapat
diketahui dasar-dasar pokoknya dengan cara menganalisis wahyu pertama yang
diterima oleh Nabi Muhammad SAW ketika beliau berkholwat di gua Hira.
Allah berfirman:

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia


telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah
yang paling pemurah, Yang mengajarkan (manusia) dengan perantaraan qolam
(pena). Dia mengajarkan menusia apa yang tidak diketahuinya”. (QH. Al-Alaq:
1-5)
Kata Iqra adalah fi‟il amr dari kata -qaraa-yaqrau- yang berarti
membaca. Iqra artinya bacalah. Dari kata “bacalah” ini maka muncul aneka
ragam makna yang terkait dengan aktivitas membaca, seperti mengkaji,
menelaah, mendalami, meneliti, menganalisis, mengetahui suatu objek tertentu.
1. Posisi Al-Qur’an terhadap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Posisi Al-Qur’an terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi dapat
dijelaskan dengan jalan mencari sumber ilmu dan sumber cara
mengembangkan ilmu menjadi teknologi. Al-Qur’an sebagai sumber ilmu
memberikan benih-benih dasar untuk dapat dikembangkan oleh menusia
menjadi ilmu dan teknologi yang tidak terhingga ragamnya dan arah
pencapaiannya. Selain itu Al- Qur’an akan menjamin kebenaran ilmu yang
bersumber dari-Nya, kebenaran arah pengembanganya, karena semua
bersandar pada sunnah Allah dan jiwa ketakwaan serta keimanan dari
manusia sebagai subyek yang melakukannya. Kisi-kisi batas kewenangan
manusia untuk menggapai ilmu juga telah ditetapkan dalam Al-Qur’an.

3
2. Al-Quran dan Kemajuan IPTEK
Kata teknologi dalam kamus besar Bahasa Indonesia diartikan
dengan kemampuan teknik yang berlandaskan pengetahuan ilmu eksakta
dan berdasarkan proses teknis. Teknologi adalah ilmu tentang cara
menerapkan sains untuk memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan
kenyamanan manusia.
Menelusuri pandangan al-Quran tentang teknologi mengundang
kita untuk melihat banyak al-Quran yang berbicara tentang alamnya. Secara
tegas dan berulang-ulang al-Quran menyatakan bahwa alam raya ini
diciptakan dan ditundukkan untuk manusia. Seperti yang terdapat dalam
QS. al-Jatsiyah ayat 13:

Artinya : Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa
yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari pada-Nya. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah)
bagi kaum yang berfikir.
Banyak ayat-ayat al-Quran yang menyinggung tentang
pengembangan Iptek seperti wahyu yang pertama menyuruh manusia untuk
membaca, menulis, melakukan penelitian dengan dilandasi iman dan akhlak
mulia.
Selanjutnya mengenai perintah untuk melakukan penelitian (suatu
kegiatan yang sangat penting di dalam pengembangan sains), secara umum
dapat dilihat antara lain dalam firman-Nya pada surat Yunus ayat 101 yang
berbunyi :

4
Katakanlah: "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. tidaklah
bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan Rasul-rasul yang memberi
peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman".
Adapun pembahasan mengenai pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi sudah sepatutnya untuk ditelusuri sumber ajarannya yaitu al-
Quran, karena pengembangan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
mempunyai proses tertentu, maka perlu juga diungkapkan terlebih dahulu
apa tujuan hidup manusia di dunia menurut Islam. Sebagaimana pernyataan
Allah SWT dalam surat adz-Dzariyat ayat 56:

Artinya : Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.
Arti menyembah disini adalah mengabdikan diri, bukan hanya
sekedar sembahyang saja, tetapi melakukan semua yang diperintahkanNya.
Adapun perintah didalam al-Quran kepada umat manusia yang lingkupnya
sangat luas. Hal ini terdapat dalam surat al-Qashash ayat 77

Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan.
Dasar-dasar yang merupakan garis besar itu uraiannya dapat
ditemui dalam ayat lain atau dalam Sunnah Rasul. Didalam al-Quran
disebutkan juga secara garis besar tentang penciptaan makhluk hidup,

5
termasuk manusia yang diiringi hasrat ingin tahunya, dipacu akalnya untuk
menyelidiki segala apa yang ada disekelilingnya, meskipun al-Quran bukan
buku pelajaran kosmologi atau biologi, atau sains pada umumnya. Dalam
bermasyarakat, orang lebih banyak membicarakan teknologi dan sains, dan
ternyata al-Quran juga mengandung cukup banyak ayat yang berkaitan
dengan teknologi, diantaranya dalam surat al-Anbiya ayat 80-81:yang
artinya: Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk
kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu; Maka hendaklah kamu
bersyukur (kepada Allah). Dan (telah Kami tundukkan) untuk Sulaiman
angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya
ke negeri yang Kami telah memberkatinya. dan adalah Kami Maha
mengetahui segala sesuatu.
Membahas hubungan al-Quran dengan ilmu pengetahuan bukan
dengan melihat, misalnya adakah teori relativitas atau bahasan tentang
angkasa luar, ilmu kontenporer tercantum dalam al-Quran, tetapi yang lebih
utama adalah melihat adakan jiwa ayat-ayatnya menghalangi kemajuan ilmu
pengetahuan atau sebaliknya, serta adakah satu ayat pun yang bertentangan
dengan hasil penemuan ilmiah yang sudah mapan? Dengan kata lain
meletakkannya pada sisi “social psicology” (psikologi social) bukan dengan
“history of scientific progress” (sejarah perkembangan ilmu pengetahuan).
Jadi, dapatkah dikatakan bahwa teknologi merupakan sesuatu yang
dianjurkan oleh al-Quran? Sebelum menjawab pertanyaan itu, ada dua
catatan yang harus diperhatikan. Pertama, ketika al-Quran berbicara tentang
alam raya dan fenomenanya, terlihat secara jelas bahwa pembicaraannya
selalu dikaitkan dengan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT. Ini terdapat
dalam surat al-Anbiya ayat 30 tentang kejadian alam

6
Artinya : Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya
langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian
Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu
yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?
3. Pembagian Ilmu Pengetahuan
Dalam pandangan al-Qur’an seperti yang diisyaratkan oleh beberapa
ayat diatas bahwa ilmu pengetahuan itu diklasifikasikan menjadi dua
macam, yaitu ilmu ladunny dan ilmu kasyby. Ilmu ladunny adalah ilmu
yang diperoleh oleh manusia tanpa ada upaya manusia. Seperti yang
diisyaratkan dalam surat Al-Kahfi ayat 65, Al-Baqara ayat 31 dan lain
sebagainya. Yang tergolong dengan ilmu ini adalah ilmu yang berkaitan
dengan hal-hal yang ghoib, seperti neraka, surga, malaikat, alam barzakh,
ruh dan lain sebagainya. Sedangkan ilmu kasyby adalah ilmu pengetahuan
yang diperoleh manusia dengan menggunakan potensi akal (berpikir) dan
hatinya (merasa). Ilmu kasyby ini diperoleh manusia dengan cara
melakukan proses berpikir setelah menggunakan panca indranya tentang
realita yang ada disekitarnya (fisika). Yang tergolong ilmu-ilmu ini seperti
fisika, matematika, sosial, politik, linguistik dan lain sebagainya. Menurut
Liang Gie dan Andrian the, ilmu Kasyby dipecah menjadi 6 Rumpun yang
besar sebagai berikut:
a. Ilmu Pengetahuan Pasti (Mathematical Scienses)
b. Ilmu Pengetahuan Kebendaaan (Physical Scienses)
c. Ilmu Pengetahuan Hayati (Life Scienses)
d. Ilmu Pengetahuan Kejiwaan (Psychological Scienses)
e. Ilmu Pengetahuan kemasyarakatan (Social Scienses)
f. Ilmu Pengetahuan Kebahasaan (Linguistic Scienses)

7
Contoh ilmu yang diperoleh melalui proses berpikir seperti yang
disebutkan dalam surat Ali Imran ayat 190-192:

Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih


bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal.” (190) “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri
atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka
peliharalah kami dari siksa neraka.” (191) “Ya Tuhan kami, Sesungguhnya
barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, Maka sungguh Telah
Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang
penolongpun.” (192)
Dalam ayat yang lain:

Artinya: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia


diciptakan, (17) Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? (18) Dan gunung-
gunung bagaimana ia ditegakkan? (19) Dan bumi bagaimana ia
dihamparkan? (20)” (Al-Ghaasyiyah: 17-20)
Pembagian ini disebabkan karena dalam pandangan Al-Qur‟an hal-
hal yang dapat diindra dan hal-hal yang wujud tetapi tidak dapat diindra
oleh manusia. Misalnya dalam surat an-Nahl ayat 8:

8
Artinya: “Dan (Dia Telah menciptakan) kuda, bagal dan keledai, agar kamu
menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. dan Allah menciptakan
apa yang kamu tidak mengetahuinya.” (An-Nahl:8)
Bagal yaitu peranakan kuda dengan keledai Dari ini tampak jelas
sekali bahwa ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia sangat terbatas. Hal
ini sudah dinyatakan oleh Allah SWT dalam surat Al-Isra‟ ayat 85:

Artinya: “dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS.


Al-Isra: 85)
4. Bukti-bukti Ilmu Pengetahuan Dalam Al-Qur’an Bukti-bukti ilmu
pengetahuan dalam Al-Qur‟an sangat banyak, di antaranya:
a. Nebula

Artinya: “Maka apabila langit Telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti
(kilapan) minyak. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu
dustakan?” (Ar-Rahman: 37-38) Nebula adalah kumpulan 100 milyar galaksi
yang berbentuk seperti bunga mawar.
b. Kesempurnaan di alam Semesta

Artinya: “Yang Telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali


tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak
seimbang. Maka Lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu lihat sesuatu yang
tidak seimbang?. Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu
akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan
penglihatanmu itupun dalam keadaan payah.” (QS. Al-Mulk: 3-4)
Di alam semesta, miliaran bintang dan galaksi yang tak terhitung
jumlahnya bergerak dalam orbit yang terpisah. Meskipun demikian, semuanya

9
berada dalam keserasian. Bintang, planet, dan bulan beredar pada sumbunya
masing-masing dan system yang berbeda.
c. Orbit

Artinya: “Dan dialah yang Telah menciptakan malam dan siang, matahari dan
bulan. masingmasing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya”. (QS.
Al-Anbiya‟: 33)
Bintang, planet, dan bulan berputar pada sumbunya dan dalam sitemnya,
serta alam semesta yang lebih besar bekerja secara teratur. Semuanya bergerak
pada orbitnya masing-masing.
d. Perjalanan Matahari

Artinya: “Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah


ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS. Yaasin: 38)
Berdasarkan para Astronom, akibat aktivitas galaksi kita, matahari
berjalan dengan kecepatan 720 000 km/jam menuju Solar Apex, suatu tempat
pada bidang angkasa yang dekat dengan bintang Vega.
e. Langit Tujuh Lapis

Artinya: “Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.
perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-
benar meliputi segala sesuatu. (QS. AlTholaq: 12)
Atmosfer bumi ternyata terbentuk dari tujuh lapis. Berdasarkan
Encyclopedia Americana (9/188), lapisan-lapisan yang berikut ini

10
bertumpukan, bergantung pada suhu, yaitu troposfer, stratosfer, mesosfer,
termosfer, ionosfer, eksosfer, dan magnetosfer.
f. Gunung Mencegah Gempa Bumi

Artinya: “Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan dia
meletakkan gununggunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak
menggoyangkan kamu; dan memperkembang biakkan padanya segala macam
jenis binatang. dan kami turunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan
padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik. (QS. Luqman: 10)

Artinya: “Dan gunung-gunung sebagai pasak?” (QS. An-Naba‟ : 7


g. Air Laut Tidak Saling Bercampur

Artinya: “Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya Kemudian


bertemu,,Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing
[1443]. (QS Ar-Rahman:19-20)
Di antara ahli tafsir ada yang berpendapat bahwa la yabghiyan
maksudnya masing-masingnya tidak menghendaki. dengan demikian
maksud ayat 19-20 ialah bahwa ada dua laut yang keduanya tercerai Karena
dibatasi oleh tanah genting, tetapi tanah genting itu tidaklah dikehendaki
(Tidak diperlukan) Maka pada akhirnya, tanah genting itu dibuang (digali
untuk keperluan lalu lintas), Maka bertemulah dua lautan itu. seperti terusan
Suez dan terusan Panama.
Pada ayat di atas ditekankan bahwa dua jenis air bertemu, tetapi tidak
saling bercampur akibat adanya batas. Bagaimana ini dapat terjadi?
Biasanya, bila air dari dua laut bertemu, diduga airnya akan saling
bercampur dengan suhu dan konsentrasi garam cenderung seimbang.

11
Namun, kenyataan yang terjadi berbeda dengan yang diperkirakan.
Misalnya, meskipun Laut Tengah dan Samudra Atlantik, serta laut Merah
dan Samudra Hindia secara fisik saling bertemu, airnya tidak saling
bercampur. Ini karena di antara keduanya terdapat batas. Di Selat Gibraltal
lebih terlihat lagi. Antara air di Selat Gibraltar dengan Laut Mediteran
terdapat perbedaan warna yang jelas menjadi batas antara keduanya.
B. Peranan Dan Prinsip Iptek Menurut Islam
Peranan Islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada dua.
Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan.
Paradigma inilah yang seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma
sekuler seperti yang ada sekarang (Zuhdi, 2015). Paradigma Islam ini
menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan landasan pemikiran (qa’idah
fikriyah) bagi seluruh ilmu pengetahuan (Ilmi, 2012). Ini bukan berarti menjadi
Aqidah Islam sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan, melainkan
menjadi standar bagi segala ilmu pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan yang
sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima dan diamalkan, sedang yang
bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh diamalkan. Kedua,
menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar bagi
pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari (Ainiyah, 2013). Umat Islam
boleh memanfaatkan iptek jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya
jika suatu aspek iptek dan telah diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh
umat Islam memanfaatkannya, walau menghasilkan manfaat sesaat memenuhi
kebutuhan manusia (Arsyam, M. 2020).
1. Pengertian iptek dan kaitannya dengan Islam
Untuk memperjelas, akan disebutkan dulu beberapa pengertian
dasar. Ilmu pengetahuan (sains) adalah pengetahuan tentang gejala alam
yang diperoleh melalui proses yang disebut metode ilmiah (scientific
method) (Aji, 2017). Sedang teknologi adalah pengetahuan dan
keterampilan yang merupakan penerapan ilmu pengetahuan dalam
kehidupan manusia seharihari. Perkembangan iptek, adalah hasil dari segala
langkah dan pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan

12
mengembangkan iptek Peran Islam dalam perkembangan iptek, adalah
bahwa Syariah Islam harus dijadikan standar pemanfaatan iptek (Hasibuan,
2014). Ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam) wajib
dijadikan tolok ukur dalam pemanfaatan iptek, bagaimana pun juga
bentuknya. Iptek yang boleh dimanfaatkan, adalah yang telah dihalalkan
oleh syariah Islam. Sedangkan iptek yang tidak boleh dimanfaatkan, adalah
yang telah diharamkan syariah Islam.
2. Pandangan Islam Terhadap Iptek
Iptek merupakan dasar dan pondasi yang menjadi penyangga
bangunan peradaban moderen barat sekarang ini. Masa depan suatu bangsa
akan banyak ditentukan oleh tingkat penguasaan bangsa itu terhadap Iptek.
Suatu masyarakat atau bangsa tidak akan memiliki keunggulan dan
kemampuan daya saing yang tinggi, bila ia tidak mengambil dan
mengembangkan Iptek. Bisa dimengerti bila setiap bangsa di muka bumi
sekarang ini, berlomba-lomba serta bersaing secara ketat dalam penguasaan
dan pengembangan iptek, dan Diakui bahwa iptek disatu sisi, telah
memberikan “berkah” dan anugrah yang luar biasa bagi kehidupan umat
manusia. Namun di sisi lain, Iptek telah mendatangkan “petaka” yang pada
gilirannya mengancam nilai-nilai kemanusiaan. Kemajuan dalam bidang
iptek telah menimbulkan perubahan sangat cepat dalam kehidupan ummat
manusia.
Perubahan ini, selain sangat cepat memiliki daya jangkau yang
amat luas. Hampir tidak ada segisegi kehidupan yang tidak tersentuh oleh
perubahan. Perubahan ini pada kenyataannya telah menimbulkan pergeseran
nilai nilai dalam kehidupan umat manusia, termasuk di dalamnya nilai-nilai
agama, moral, dan kemanusiaan.
Di negara ini, gagasan tentang perlunya integrasi pendidikan imtak
dan iptek ini sudah lama digulirkan. Profesor B.J. Habibie, adalah orang
pertama yang menggagas integrasi imtak dan iptek ini. Hal ini, selain karena
adanya problem dikotomi antara apa yang dinamakan ilmu-ilmu umum
(sains) dan ilmuilmu agama (Islam), juga disebabkan oleh adanya kenyataan

13
bahwa pengembangan iptek dalam sistem pendidikan kita tampaknya
berjalan sendiri, tanpa dukungan asas iman dan takwa yang kuat, sehingga
pengembangan dan kemajuan iptek tidak memiliki nilai tambah dan tidak
memberikan manfaat yang cukup berarti bagi kemajuan dan kemaslahatan
umat dan bangsa dalam arti yang seluasluasnya.Kekawatiran ini, cukup
beralasan, karena sejauh ini sistem pendidikan kita tidak cukup mampu
menghasilkan manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Allah
swt sebagaimana diharapkan. Berbagai tindak kejahatan sering terjadi dan
banyak dilakukan, justru oleh orang-orang yang secara akademik sangat
terpelajar, bahkan mumpuni. Ini berarti, aspek pendidikan turut
menyumbang dan memberikan saham bagi kebangkrutan bangsa yang kita
rasakan sekarang. Kenyataan ini menjadi salah satu catatan mengenai raport
merah pendidikan nasional kita. Secara lebih spesifik, integrasi pendidikan
imtak dan iptek ini diperlukan karena empat alasan.
Pertama, sebagaimana telah dikemukakan, iptek akan memberikan
berkah dan manfaat yang sangat besar bagi kesejahteraan hidup umat
manusia bila iptek disertai oleh asas iman dan takwa kepada Allah swt.
Sebaliknya, tanpa asas imtak, iptek bisa disalahgunakan pada tujuan-tujuan
yang bersifat destruktif. Iptek dapat mengancam nilai-nilai kemanusiaan.
Jika demikian, iptek hanya absah secara metodologis, tetapi batil dan miskin
secara maknawi.
Kedua, pada kenyataannya, iptek yang menjadi dasar modernisme,
telah menimbulkan pola dan gaya hidup baru yang bersifat sekularistik,
materialistik, dan hedonistik, yang sangat berlawanan dengan nilai-nilai
budaya dan agama yang dianut oleh bangsa kita.
Ketiga, dalam hidupnya, manusia tidak hanya memerlukan
sepotong roti (kebutuhan jasmani), tetapi juga membutuhkan imtak dan
nilai-nilai sorgawi (kebutuhan spiritual). Oleh karena itu, penekanan pada
salah satunya, hanya akan menyebabkan kehidupan menjadi pincang dan
berat sebelah, dan menyalahi hikmat kebijaksanaan Tuhan yang telah

14
menciptakan manusia dalam kesatuan jiwa raga, lahir dan bathin, dunia dan
akhirat.
Keempat, imtak menjadi landasan dan dasar paling kuat yang akan
mengantar manusia menggapai kebahagiaan hidup. Tanpa dasar imtak,
segala atribut duniawi, seperti harta, pangkat, iptek, dan keturunan, tidak
akan mampu alias gagal mengantar manusia meraih kebahagiaan. Kemajuan
dalam semua itu, tanpa iman dan upaya mencari ridha Tuhan, hanya akan
mengahsilkan fatamorgana yang tidak menjanjikan apa-apa selain bayangan
palsu (Q.S. An-Nur:39). Maka integrasi imtak dan iptek harus diupayakan
dalam format yang tepat sehingga keduanya berjalan seimbang (hand in
hand) dan dapat mengantar kita meraih kebaikan dunia (hasanah fi al-
Dunya) dan kebaikan akhirat (hasanah fi al-akhirah) seperti do’a yang setiap
saat kita panjatkan kepada Tuhan (Q.S. Al-Baqarah :201)
3. Pengaruh Iptek
Perkembangan dunia iptek yang demikian pesatnya telah membawa
manfaat luar biasa bagi kemajuan peradaban umat manusia. Jenis-jenis
pekerjaan yang sebelumnya menuntut kemampuan fisik cukup besar, kini
relatif sudah bisa digantikan oleh perangkat mesin-mesin otomatis. Sistem
kerja robotis telah mengalih fungsikan tenaga otot manusia dengan
pembesaran dan percepatan yang menakjubkan. Begitupun dengan telah
ditemukannya formulasi-formulasi baru aneka kapasitas komputer, seolah
sudah mampu menggeser posisi kemampuan otak manusia dalam berbagai
bidang ilmu dan aktivitas manusia. Ringkas kata, kemajuan iptek yang telah
kita capai sekarang benar-benar telah diakui dan dirasakan memberikan
banyak kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan umat manusia.
Bagi masyarakat sekarang, iptek sudah merupakan suatu religion.
Pengembangan iptek dianggap sebagai solusi dari permasalahan yang ada.
Sementara orang bahkan memuja iptek sebagai liberator yang akan
membebaskan mereka dari kungkungan kefanaan dunia. Iptek diyakini akan
memberi umat manusia kesehatan, kebahagiaan dan imortalitas. Sumbangan
iptek terhadap peradaban dan kesejahteraan manusia tidaklah dapat

15
dipungkiri. Namun manusia tidak bisa pula menipu diri akan kenyataan
bahwa iptek mendatangkan malapetaka dan kesengsaraan bagi manusia.
Dalam peradaban modern yang muda, terlalu sering manusia
terhenyak oleh disilusi dari dampak negatif iptek terhadap kehidupan umat
manusia. Kalaupun iptek mampu mengungkap semua tabir rahasia alam dan
kehidupan, tidak berarti iptek sinonim dengan kebenaran. Sebab iptek hanya
mampu menampilkan kenyataan. Kebenaran yang manusiawi haruslah lebih
dari sekedar kenyataan obyektif. Kebenaran harus mencakup pula unsur
keadilan. Tentu saja iptek tidak mengenal moral kemanusiaan, oleh karena
itu iptek tidak pernah bisa mejadi standar kebenaran ataupun solusi dari
masalah-masalah kemanusiaan.
4. Sikap Muslim Terhadap IPTEK
Sikap kita sebagai muslim dalam menanggapi IPTEK, tentunya kita
harus menanggapi dengan bijak. cara menaggapi IPTEK diantaranya :
a. Resesif, kita harus menerimanya dengan bijak. jangan sampai kita
menolaknya terhadapperkembangan IPTEK. Kemajuan IPTEK itu tidak
bisa kita tolak.
b. Selektif, setelah menerima kita harus memilah dan memilih mana yang
baik dan mana yang tidak. Dengan dasar Al-Quran, hadits dan sunnah
tentu kita bisa melakukan hal ini.
c. Digesif, IPTEK itu perlu kita arahkan, tentunya untuk amal ma’ruf nahi
munkar. Adaftif, perlu juga kita sesuaikan dengan dengan jati diri kita
sebagai muslim yang pasti sesuai dengan dasar islam.
d. Transmitif, kembangkanlah IPTEK untuk menyiarkan agama islam.
Sebagai contoh dengan adanya alquran seluler, quran digital dan
sebagainya.

16
C. Perkembangan Ilmu Kedokteran Dalam Islam
1. Kedokteran Islam
Ilmu kedokteran dapat diartikan sebagai ilmu yang membicarakan
cara-cara pemeliharaan tubuh manusia agar tetap sehat dan dapat
menjalankan fungsinya dengan baik. Selain itu, juga membahas tentang
cara-cara penanggulangan atau penyembuhan tubuh yang terkena penyakit
dengan cara mendiagnosis(menentukan) penyakitnya, kemudian
mengobatinya (terapi). Dengan demikian, ilmu kedokteran meliputi unsur
tinjakan penjagaan tubuh dan penyakit (preventif) dan pengoabatan ketika
kena penyakit (kuratif).
Islam menaruh perhatian pada prinsip- prinsip umum kedokteran
dan kesehatan. Beberapa ayat Al- Qur'an membahas masalah medis yang
amat umum sifatnya juga sabda Nabi yang berkenaan dengan kesehatan,
penyakit, higienis dan masalah lain berkait bidang kedokteran. Penyakit
seperti kusta, radang selaput dada dan radang mata ada disebut dianjurkan
pengobatannya dengan dibalut, dibakar dan penggunaan madu.
Orang- orang Arab menekuni kedokteran dengan sungguh- sungguh.
Keunggulan mereka di bidang ini ditiru orang- orang Latin. lni menjelaskan
besarnya pengaruh sains Arab terhadap orang- orang latin
Penyusun kedokteran Islam pertama ialah Ali bin Rabban
al- Thabari, seorang muallaf yang menulis Surga Kebijakan (Firdaus
al- Hikmah) pada 236 H/850 M. la juga guru al- Razi dalam mengambil
ajaran Hippo krates clan Galen, juga lbn Masawaih dan Hunain. Dalam
360 bab ia mengikhtisarkan berbagai cabang kedokteran, mengkhususkan
pembahasan terakhir, terdiri atas 36 beb bagi pengkajian kedokteran
India. Karya tersebut merupakan kompendium terbesar dalam Islam,
farmakologi clan diet jelas sekali menggambarkan sifat sintesis aliran
kedokteran baru yang mulai menjelma saat itu. Al- Razi adalah dokter
klinis dan peneliti terbesar dalam sejarah Islam, bersama lbn Sina mereka
paling berpengaruh di Timur dan Barat.

17
2. Warisan-warisan peradaban Islam dalam bidang kedokteran
Era kejayaan Islam, kegiatan kedokteran semakin maju pesat.
Dokter-dokter Islam sangat berjasa dengan konstribusinya pada dunia ilmu
kedokteran. Hal ini dapat dilihat melalui penemuan-penemuan mereka
dalam menganalisis dan menemukan penyakit beserta obat penawarnya,
cara-cara pengobatan, institusi-institusi pengobatan maupun pendidikan,
serta bangunan-bangunan dan berdiri kokoh hingga sekarang.
a. Penemuan-penemuan Islam Dalam Bidang Medis
1) Urologi, Bakteriologi, Anesthesia, Surgery, Ophthamology,
Psikoterapi
Salah satu penemuan Islam yang juga diungkapkan oleh karya-
karya barat dalam bidang medis adalah Urologi. Urologi merupakan
cabang ilmu kedokteran yang khusus mengenai tentang penyakit
ginjal dan saluran kemih serta alat reproduksi. Mengenai cabang
ilmu ini ditulis dalam Kitab Prof.Rabie E Abdul Halim, bertajuk
Paediatric Urologi 1000 Years Ago. Dikitab ini disebutkan
keberhasilan dunia kedokteran muslim pada seratus tahun seribu
tahun silam dalam bidang Urologi.
Dalam ilmu Urologi dikaji oleh empat dokter Islam yaitu al-
Razi,Ibnul alJazzar,al-Zahrawi dan Ibnu Sina. Dalam Urologi ini,
mereka membahas dan menganalisis penyakit ginjal dan yang
lainnya. Mereka berhasil mengembangkan warisan-warisan ilmu
medis Yunani dan menciptakan penemuan baru.
Cabang-cabang ilmu kedokteran yang tidak bisa dijelaskan
semuanya dari ilmuan Islam, di antaranya Anesthesia, Surgery,
Ophthamology, Psikoterapi, Bakteriologi, Ilmu yang mempelajari
kehidupan dan klasifikasi bakteri. Dokter Muslim yang banyak
memberi perhatian pada bidang ini adalah Al-Razi serta Ibnu Sina.
Anesthesia, suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika
melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang
menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Ibnu Sina tokoh yang memulai

18
mengulirkan ide menggunakan anesthesia oral. Ia mengakui opium
sebagai peredam rasa sakit yang sangat manjur. Surgery, bedah atau
pembedahan adalah spesialisasi dalam kedokteran yang mengobati
penyakit atau luka dengan oprasi manual dan instruman. Dokter
Islam yang berperan dalam bedah adalah Al-Razi dan Abul Qasim
Khalaf Ibnu Abbas Al-Zahrawi, Ophthamologi cabang kedokteran
yang berhubungan dengan penyakit dan bedah syaraf mata, otak serta
pendengaran. Dokter Muslim yang banyak memberkontribusi pada
Ophtamology adalah Ibnu Al-Haytham (965-1039 M).
2) Aneka Metode terapi dalam Medis Islam yaitu Kometerapi,
Krometerapi, Hirudoterapi.
a) Kometerapi
Kemoterapi adalah metode peratan penyakit dengan
menggunakan zat kimia untuk membunuh sel penyakit kanker.
Perawatan ini berguna untuk menghambat kerja sel. Dalam
penggunaan modern, istilah ini merujuk kepada obat antineplastik
yang diguynakan untuk melawan kanker. Kometrapi pertama kali
dikenal oleh dokter legendaries muslim, Al-Razi. Al-Razi
merupakan dokter pertama yang mempergunakan zat-zat kimia
dan obat-obatan dalam penyembuhan. zat-zat ini meliputi
belerang, tembaga, merkuri, garam arsenic, sal ammoniak, gold
scoria, ter, aspal dan alcohol.
b) Krometerapi
Krometerapi merupakan metode perawatan penyakit
dengan menggunakan warnaarna. Tetapi ini merupakan suportif
yang dapat mendukun terapi utama. Menurut praktisi krometerapi,
penyebab dari beberapa penyakit dapat diketahui dari
pengurangan warna-warna tertentu dari sistem dalam manusia.
Terapi ini dikembangkan oleh Ibnu Sina. Ia mampu menggunakan
warna-warna sebagai salah satu bagian paling penting dalam
mendiagnosa dan perawatan. Seperti yang telah diungkapkan

19
dalam kitabnya, The Canon of Medicane, “ warna merupakan
gejala yang Nampak dalam penyakit”.
c) Hirudoterapi
Hirudoterapi merupakan terapi penyembuhan penyakit
dengan menggunakan pacet/lintah sebagai obat untuk tujuan
pengobatan. Metode terapi ini juga diperkenalkan oleh Ibnu Sina
dalam karya yang sama. Tetapi dalam kemajuannya, pengobatan
dengan lintah ini diperkenalkan lagi oleh Abdel-Latief pada abad
ke-12 M. Berdasarkan terapi ini, yang kurang lebih penulis
menyatakan bahwa lintah dapat digunakan untuk membersihkan
jaringan penyakit setelah oprasi pembedahan.
Metode-metode ini banyak disadur dan dikembangkan dalam
dunia modern. Hingga istilah dan penyebutannya pun berbeda.
Misalnya Komoterapi, didunia modern bisa digunakan kombinasi
sitostika dan disebut regimen kometrapi. Pada hal sebelumnya
penggunaan kometerapi digunakan satu jenis saja. Kometrapi
pertama modern adalah asrsphenamine karya Paul Ehrlich, sebuah
Arsenic komplel ditemukn pada tahun 1909 dan digunkan untuk
merawat Sipilis. Dan tentunya masih banyak lagi metode terapi atau
cara pengobatan lain dari khazanah ilmu kedokteran Islam.
b. Institusi-institusi dan Sistemnya
1) Pendidikan
Pada abad ke-12dan ke-13 gelombang besar melanda aktivits
kedokteran ketika para dokter dari seluruh dunia Muslim mengejar
karir institusi medis di Damaskus dan kairo. Di Damaskus abad ke-
13, Muhadzadzab al-Din al-Dakwar membuat sebuah sekolahan
dalam rangka pengajaran kedukteran eksklusif. Sekolah tersebut
disambut gembira oleh pemimpin otoritas keagamaan kota tersebut.
Sekolah kedokterann pertama yang dibangun umat Islam adalah
sekolah Jindi Sapur. Khalifah al-Mansur dari Dinasti Abbasiyah yang
mengangkat Judis Ibnu Bathistu sebagai dekan kedokteran.

20
Pendirian Madrasah sebagai lembaga pendidikan yang tidak
hanya mempelajari bidang keagaman, mulai gencar pada abad ke-14
pda era Usmania hingga sultan Muhammad berkuasa. Madrasah
tersebut banyak mencetak yang tidak hanya ulama, tapi seorang
ilmuan. Dokter-dokter pun banyak terlahir dalam pendidikan ini.
Pendidikan era Usmani ini, mempunyai konsep dan metode khusus
dalam mendidik tenaga medis, selain sudah memiliki tabib, yang
dikenal spesialis. Dalam hal ini, pendidikan kedokteran di era
Usmani tidak hanya dilakukan di gedung sekolahan, tapi juga di
sebuah Rumah Sakit yang memang ada khusus tempat didik calon
dokter. Bedah dengan madrasah, di Rumah Saklit tidak hanya diajari
teori seputar kedokteran, tapi juga praktek langsung. Sedangkan
Madrasah lebih banyak mempelajari seluk beluk kedokteran secara
teoritis.
2) Rumah Sakit
Rumah sakit merupakan salah satu prestasi intitusiona tersebar
masyarakat Islam abad pertengahan. Antara abad ke-9 dan ke-10 dan
lima rumah sakit dibangun di Bagdad. Rumah sakit yang paling
terkenal adalah Rumah Sakit paling terkenal adalah Aududi yang
dibangun di bawah pemerintahan Buyudiyah pada tahun 982. Setelah
periode ini jumlah rumah sakit meningkat. Ketika institusi terkenal
seperti Rumah Sakit Nuri di Damaskus (abadke-12), dan Rumah
Sakit al-Mansuri di Kairo (abad ke-13) dibangun bersamaan dengan
Rumah Sakit lain di Qairawan , Mekkah, Madinah dan Raiyy.
Institusi-institusi medis terbuka bagi semua orang yang
memerlukan pengobatan atau obat. Tidak memandang gender, ras,
kelas, orang miskin atau kaya, agama. Perawatan medis bergerak
secara bergulir ke pelosok-pelosok desa juga melayani pengobatan
para narapidana. System peraturan dan menageman Rumah Sakit
juga telah diterapkan. Hubungan adanya pemisahan antara pasien
wanita dan laki-laki, jadwal kerja para dokter, terdapat seseorang

21
administrator kepala, seseorang kepala setaf yang juga memiliki
wewenang menjalankan operasi medis.
Beberapa Rumah Sakit tersedia tempat pendidikan, perpustakaan
dan juga ruang-ruang khusus operasi atau pembedahan. Regulasi
yang telah terorganisasikan secara sistematis, juga didukung dengan
sarana-sarana lainnya. Seperti Muhtasib (supervisor pasar) yang
merupakan pegawai public, berwenang untuk memberikan
perlindungan melawan praktek curang. Manual (supervisor pasar),
disusun untuk menjelaskan kewajiban muhtasib.
Dalam Rumah Sakit lebih maju terdapat berbagai fasilitas seperti
apa yang telah dijelaskan termasuk apotek (toko obat) khusus untuk
melayani pembelian obat masyarakat umum. Berbicara mengenai,
Islam juga mewarisi apotek-apotek yang dibangun oleh apoteker
Islam zaman dulu. Sharif Kaf al-Ghazal dalam tulisannya bertajuk
The Valueble contributions of Al-Razi in the History of pharmacy
during the middle Ages, mengungkapkan, apotek pertama di dunia
berdiri di kota Baghdad pada tahun 754 M. Saat itu Baghdad sudah
menjadi Ibu kota kekhalifahan Abbasiyah.
Selain itu, peradaban Islam juga merupakan pendiri sekolah
farmasi pertama. Dengan berkembangnya ilmu farmasi yang begitu
cepat membuat apotek atau toko-toko obat tumbuh berdiri di kota-
kota Islam. Hampir disetiap Rumah Sakit besar dilengkapi dengan
apotek instalasi farmakologi. Bahkan di Abbasiyah, para ahli-ahli
obat mempunyai apotek sendiri dirumahnya dan menggunakan
keahliannya untuk meracik, menyimpan aneka obat-obatan sendiri.
Pemerintah Islam juga mendukung pembangunan dibidang farmasi,
dengan tujuan adanya selektifikasi atau ketelitian dalam obat. Secara
bersamaan, praktek sosial medis ini menjadikan kedokteran Islam
berada pada satu tingkatan yang tak terprediksikan dalam sejarah
yang selanjutnya member kontribusi pada perkembangan tradisi
medis Timur ataupun Barat.

22
3. Prinsip- PrinsipKedokteran Islam
Pada dasarnya ilmu kedokteran sifatnya umum dan berlaku
universal. Namun, kedokteran Islam adalah yang sejalan dengan syariat.
Menurut Ja'far Khadem Yamani 12 kedokteran Islam memiliki
prinsip- prinsip sebagai berikut:
a. Mengobati pasien dengan lhsan, clan tidak melakukan hal- hal yang
bertentangan dengan Al- Quran dan Hadis;
b. Tidak sekali- kali menggunakan obat- obatan yang haram atau tercampuri
bahan yang haram. Misalnya menggunakan arak, opium, dan darah
sebagai obat, atau mencampur obat dengan zat yang haram, seperti
membuat cangkang kapsul dari lemak babi;
c. Pengobatan itu tidak sekali- kali mencacatkan tubuh, kecuali kondisinya
sangat darurat dan tidak ada pengobatan lain kecuali dengan cara itu;
d. Pengobatan tidak berbau takhayul, khurafat, dan bid'ah, seperti dengan
jampi- jampi, menggunakan roh' yang sudah mati, memanggil makhluk
halus;
e. lslam tidak membenarkan seseorang yang tidak mengkaji ilmu
kedokteran turun tangan mengobati pasien
f. Seorang tabib harus menjauhkan diri dari iri hati, riya, takabbur,
merendahkan orang lain, tinggi hati, memeras pasien, dan sifat tercela
lainnya;
g. Seorang dokter harus bersih, rapi, dan sebaiknya berpakaian putih
h. Dokter harus menjadi juru dakwah dengan profesi yang dimilikinya,
sehingga pasien merasa tentram dengan siraman rohaninya;
i. Jauhkan lambang dan istilah yang berasal dari pemujaan pada dewa atau
lambang keagamaan Yahudi- Nasrani.

23
D. Transfusi Darah, Inseminasi Buatan, Transplantasi Alat Dan Bayi
Tabung Dalam Islam
1. Transfusi Darah
Kata transfusi darah berasal dari bahasa Inggris “Blood Transfution”
yang artinya memasukkan darah orang lain ke dalam pembuluh darah orang
yang akan ditolong. Hal ini dilakukan untuk menyelamatkan jiwa seseorang
karena kehabisan darah. Menurut Asy-Syekh Husnain Muhammad Makhluf
merumuskan definisinya sebagai berikut :
artinya “Transfusi darah adalah memanfaatkan darah manusia, dengan cara
memindahkannya dari (tubuh) orang yang sehat kepada orang yang
membutuhkannya, untuk mempertahankan hidupnya.
Transfusi darah juga dapat digunakan untuk mengobati anemia berat
atau trombositopenia yang disebabkan oleh penyakit darah. Orang yang
menderita hemofilia atau penyakit sel sabit mungkin memerlukan transfusi
darah sering. Awal transfusi darah secara keseluruhan digunakan, tapi
praktek medis modern umumnya hanya menggunakan komponen darah.
a. Landasan Hukum
Transfusi darah merupakan salah satu bentuk upaya penyembuhan
manusia ketika diserang penyakit karena manusia tidak boleh berputus
asa pada penyakit yang menimpanya. Menyumbangkan darah kepada
orang lain yang amat membutuhkannya menurut kesepakatan para ahli
fikih termasuk dalam kerangka tujuan syariat Islam, yaitu menghindarkan
salah satu bentuk kemudaratan yang akan menimpa diri seseorang.
Sebagai sesuatu hal yang tidak dikenal dalam kajian klasik Islam
pembahasan tentang transfusi darah dapat ditemukan landasan ushul
fiqhnya dari zaman klasik. pada umumnya pembicaraan tentang transfusi
darah mencapai kesimpulan dibolehkan dilaksanakannya namun berbeda
pendapat pada kasus-kasus yang muncul. Diantara landasan hukumnya
adalah :

24
Artinya:”Sesungguhnya Allah Hanya mengharamkan bagimu bangkai,
darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama)
selain Allah. tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya)
sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas,
Maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.”(Q.S Al-Baqarah 173)
b. Syarat Melakukan Transfusi Darah
Sekalipun ulama fikih sepakat menyatakan bahwa menyumbangkan
darah itu hukumnya boleh, namun mereka mengemukakan beberapa
syarat bagi pihak donor. Persyaratan dibolehkannya tranfusi darah itu
berkaitan dengan masalah medis, bukan masalah agama. Persyaratan
medis ini harus dipenuhi karena adanya kaidah-kaidah hukum islam
sebagai berikut :
1) Artinya bahaya itu harus dihilangkan (dicegah). Misalnya bahaya
kebutaan harus dihindari dengan berobat dan sebagainya. Pihak donor
tidak dirugikan ketika transfusi darah dilaksanakan. Artinya, setelah
transfusi darah itu orang yang memberikan darah tidak menanggung
resiko apapun akibat donor darah tersebut. Hal ini sesuai dengan
kaidah fikih yang menyatakan bahwa “suatu kemudaratan tidak
dihilangkan jika menimbulkan kemudaratan lain”, kemudian
“menghilangkan kemudaratan itu sesuai dengan jumlah yang
dibutuhkan”. Oleh sebab itu, diperlukan ketelitian para ahli medis
untuk menentukan bias atau tidaknya seseorang menjadi donor darah.
2) Artinya bahaya itu tidak boleh dihilangkan dengan bahaya lain (lebih
besar bahayanya). Misalnya seorang yang memerlukan transfuse darah
karena kecelakaan lalu lintas, atau operasi, tidak boleh menerima
darah orang yang menderita AIDS, sebab bias mendatangkan bahaya

25
yang lebih besar / berakibat fatal. Pihak donor tidak menderita
penyakit, yang apabila darahnya diberikan kepada orang lain
penyakitnya itu akan berpindah kepada penerima darah.
3) Artinya tidak boleh membuat mudarat kepada dirinya sendiri dan
tidak pula membuat mudarat kepada orang lain, misalnya seseorang
pria yang impotent atau terkena AIDS tidak boleh kawin sebelum
sembuh. Perbuatan menyumbangkan darah itu dilakukan dengan suka
– rela, tanpa paksaan dan tanpa bayaran.
Apabila terdapat padanya maslahat dan tidak menimbulkan kemudaratan
yang dapat membahayakan dirinya, maka donor darah tidak terlarang. Bahkan
padanya terdapat pahala dan keutamaan, sebagaimana telah disebutkan dalam
kitabullah dalam QS. Al-zalzalah[99:7]

Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya


dia akan melihat (balasan)nya
c. Hukum Transfusi Darah Menurut Islam
Menurut ulama fikih, kendati darah memegang peranan penting
dalam kelangsungan hidup manusia, pemindahan darah seseorang ke
tubuh orang lain tidak membawa akibat hukum apapun dalam islam, baik
yang berkaitan dengan masalah perkawinan maupun yang berkaitan
dengan masalah warisan. Dalam hubungan perkawinan, yang saling
mengharamkan nikah itu hanya disebkan adanya hubungan nasab
(keturunan), hubungan musaharah (persemendaan), dan hubungan
rada’ah (susunan). Sebagaimana telah dijelaskan dalam QS. An-nisa:23

26
Artinya:diharamkan atas kamu (menikahi) ibu-ibumu, anak-anakmu yang
perempuan, saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara
ayahmu yang perempuan, saudara-saudara ibumu yang perempuan, anak-
anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki, anak-anak
perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan, ibu-ibumu yang
menyusui kamu, saudara-saudara perempuanmu sesusuan, ibu-ibu
istrimu (mertua), anak-anak perempuan dari istrimu (anak tiri) yang
dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika
kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka
tidak berdosa kamu (menikahinya), (dan diharamkan bagimu) istri-istri
anak kandungmu (menantu), dan (diharamkan) mengumpulkan (dalam
pernikahan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi
pada masa lampau. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
Sebab faktor-faktor yang dapat menyebabkan kemahraman sudah
ditentukan oleh islam sebagaimana tersebut dalam An-Nisa : 23, yaitu :
Mahram karena adanya hubungan nasab. Misalnya hubungan antara anak
dengan ibunya atau saudaranya sekandung dan sebagainya. Karena
adanya hubungan perkawinan misalnya hubungan anatara seorang
dengan mertuanya atau anak tiri dan istrinya yang telah disetubuhi dan
sebagainya, dan mahram karena adanya hubungan persusuan, misalnya
hubungan antara seorang dengan wanita yang pernah menyusuinya atau
dengan orang yang sesusuan dan sebagainya.

27
Serta ditegaskan bahwa selain wanita-wanita yang tersebut pada An-
Nisa:23 di atas adalah halal dinikahi. Sebab tidak ada hubungan
kemahraman. Maka jelas bahwa transfusi darah tidak mengakibatkan
hubungan kemahraman antara pendonor dengan resipien. Karena itu
perkawinan anatara pendonor dengan resipien itu diizinkan oleh hokum
islam,
Mengenai hokum menerima transfusi darah dari non muslim
Pada hakikatnya tubuh orang kafir bukan benda najis. Buktinya
mereka tetap dibolehkan masuk ke dalam masjid-masjid manapun
didunia ini, kecuali mesjid di tanah haram. Kalau tubuh orang kafir
dikatakan najis, maka tidak mungkin Abu Bakar minum dari satu gelas
bersama dengan orang kafir. Maka hokum darah orang kafir yang
dimasukkan ke dalam tubuh seorang muslim tentu bukan termasuk benda
najis. Ketika darah itu dikeluarkan dari tubuh, saat itu darah itu memang
najis. Dan kantung darah tentu tidak boleh dibawa untuk shalat, karena
kantung darah ituh najis.
d. Manfaat donor darah bagi tubuh
1) Menjaga kesehatan jantung. Tinggi kadar zat besi dalam darah akan
membuat seseorang menjadi lebih rentan terhadap penyakit jantung.
Zat besi yang berlebihan di dalam darah bias menyebabkan oksidasi
kolesterol. Produk oksidasi tersebut akan menumpuk pada dinding
arteri dan ini sama dengan memperbesar peluang terkena serangan
jantung dan stroke. Saat kita rutin mendonorkan darah maka jumlah
zat besi dalam darah bias lebih stabil. Ini artinya menurunkan risiko
penyakit jantung.
2) Meningkatkan produksi sel darah merah. Donor darah juga akan
membantu tubuh mengurangi jumlah sel darah merah dalam darah.
Tak perlu panic dengan berkurangnya sel darah merah, karena
sumsum tulang belakang akan segera mengisi ulang sel darah merah
yang telah hilang. Hasilnya, sebagai pendonor kita akan mendapatkan
pasokan darah baru setiap kali kita mendonorkan darah. Oleh karena

28
itu, donor darah menjadi langkah yang baik untuk menstimulasi
pembuatan darah baru.
3) Meningkatkan penurunan berat badan. Menjadi donor darah adalah
salah satu metode diet dan pembakaran kalori yang ampuh. Sebab
dengan memberikan sekitar 450ml darah, akan membantu proses
pembakaran kalori kira – kira 650ml. itu adalah jumlah kalori yang
bamyak untuk membuat pinggang kita ramping.
4) Mendapatkan kesehatan psikologis. Menyumbangkan hal yang tidak
ternilai harganya kepada yang membutuhkan akan membuat kita
merasakan kepuasan psikologis. Sebuah penelitian menemukan, orang
usia lanjut yang rutin menjadi pendonor darah akan merasakan tetap
berenergi dan bugar
5) Mendeteksi penyakit serius . setiap kali ingin mendonorkan darah,
prosedur standarnya adalah darah akan diperiksa dari berbagai macam
penyakit seperti HIV, hepatitis B, hepatitis C, sifilis dan malaria. Bagi
yang menerima donor darah, ini adalah informasi penting untuk
mengantisipasi penularan penyakit transfusi darah. Sedangkan untuk
kita, ini adalah rambu pengingat yang baik agar kita lebih perhatian
terhadap kondisi kesehatan kita sendiri
2. Inseminasi Buatan
a. Pengertian Inseminasi
Inseminasi buatan atau inseminasi artifisial (bahasa Inggris:
artificial insemination, AI) adalah pemasukan secara sengaja sel sperma
ke dalam rahim atau serviks seorang wanita dengan tujuan memperoleh
kehamilan melalui inseminasi (fertilisasi in vivo) dengan cara selain
hubungan seksual. Metode ini merupakan salah satu cara penanganan
fertilitas pada manusia, dan merupakan suatu praktik umum dalam
pemuliaan hewan seperti sapi perah dan babi.
Inseminasi buatan dapat menggunakan teknik-teknik peternakan,
donasi sperma, dan teknologi reproduksi berbantuan. Teknik-teknik
inseminasi buatan yang tersedia meliputi inseminasi intraservikal (ICI)

29
dan inseminasi intrauterine (IUI). Inseminasi buatan utamanya
diharapkan oleh para wanita yang ingin melahirkan anak mereka sendiri.
Mereka mungkin saja berada dalam hubungan heteroseksual namun
pasangan prianya mengalami infertilitas, dalam hubungan lesbian, atau
adalah wanita lajang. ICI dianggap sebagai teknik inseminasi yang paling
mudah dan paling umum serta mungkin saja digunakan di rumah untuk
inseminasi diri sendiri tanpa bantuan praktisi medis. Dibandingkan
dengan inseminasi alami (yaitu inseminasi dengan hubungan seksual),
inseminasi buatan dipandang lebih mahal dan lebih berbahaya, serta
memerlukan bantuan profesional.
b. Hukum Inseminasi Buatan Menggunakan Sperma Ovum Suami-
Istri
Hukum praktek inseminasi buatan menurut Islam. Inseminasi
buatan apabila dilakukan dengan sel sperma dan ovum suami istri sendiri
dan tidak ditransfer embrionya kedalam rahim wanita lain, termasuk
istrinya sendiri yang lain (bagi suami berpoligami), maka Islam
membenarkan, baik dengan cara mengambil sperma suami, kemudian
disuntikkan kedalam vagina atau uterus istri, maupun dengan cara
pembuahan dilakukan diluar rahim, kemudian buahnya (vertilized ovum)
ditanam didalam rahim istri, asal keadaan kondisi suami istri yang
bersangkutan benar-benar memerlukan cara inseminasi buatan untuk
memeroleh anak, karena dengan cara lain yang sudah ditempuh dengan
maksimal, belum berhasil memperoleh anak. Cara inseminasi buatan
seperti ini tidak mencederai kemuliaan Manusia sebagaimana firman
Allah Swt Q.S. Al Israa[17]:70

30
Artinya: “Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam,
kami angkut mereka didaratan dan dilautan, kami beri rizki dari yang
baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna
atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan”. (Q.S. Al-Israa
[17]:70.
Allah juga berfirman di Q.S. At Tin [95] :4

“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang


sebaik-baiknya”. (QS. At Tin [95]:4).
Kedua ayat tersebut menunjukkan bahwa Manusia diciptakan oleh
Allah sebagai makhluk yang mempunyai kelebihan/istimewa sehingga
melebihi makhluk- makhluk lainnya. Jika Tuhan sendiri berkenan
memuliakan manusia, maka sudah seharusnya manusia bisa menghormati
martabatnya sendiri dan juga menghormati martabat sesama manusia.
Dalam hal melihat aurat ketika mengambil ovum tersebut, Ulama'
Syafi’iyah dan Hanabilah dalam satu pendapat menyatakan bahwa semua
badan wanita merdeka adalah aurat sedang menurut ulama' Hanafiyah
dan Malikiyah, semua badan wanita adalah aurat kecuali wajah dan
kedua telapak tangan. Aurat itu dilarang dibuka di hadapan laki-laki lain.
Akan tetapi mereka sepakat kalau karena darurat seperti berobat, boleh
dibuka.
3. Bayi Tabung
a. Pengetian Bayi Tabung
Bayi Tabung merupakan terjemahan dari artificial insemination.
Artificial artinya buatan atau tiruan, sedangkan insemination berasal dari
bahasa latin “inseminatus” yang artinya pemasukan atau penyimpanan.
suatu usaha yang dilakukan oleh pasangan suami istri memperoleh
keturunan dengan pembuahan dalam tabung tampa melakukan hubungan
suami istri. Proses bayi tabung adalah proses dimana sel telur wanita dan
sel sperma pria diambil untuk menjalani proses pembuahan. Proses

31
pembuahan sperma dengan ovum dipertemukan di luar kandungan pada
satu tabung yang dirancang secara khusus. Setelah terjadi pembuahan
lalu menjadi zygot kemudian dimasukkan kedalam rahim sampai
dilahirkan.
b. Hukum Bayi Tabung
Anak yang dilahirkan melalui proses bayi tabung dengan
menggunakan sperma dan ovum dari pasangan suami isteri, kemudian
embrionya ditransfer kedalam rahim isterinya.
Hasan Basri mengemukakan bahwa: “proses kelahiran melalui
teknik bayi tabung menurut Islam itu diperbolehkan dan sah, asal yang
pokok sperma dan sel telurnya dari pasangan suami-istri hal ini
disebabkan perkembangan ilmu pengetahuan yang menjurus kepada bayi
tabung dengan positif patut disyukuri. Dan ini merupakan karunia Allah
swt, sebab bisa dibayangkan pasangan suami istri yang sudah 14 tahun
menambahkan seorang anak bisa terpenuhi.
Husein Yusuf mengemukakan bahwa: “bayi tabung dilakukan bila
sperma dan ovum dari pasangan suami istri yang diproses dalam tabung,
setelah itu terjadi pembuahan kemudian disarangkan dalam rahim
istrinya sampai saat terjadi kelahiran, maka secara otomatis anak tersebut
dapat dipertandingkan keturunannya dengan ayah beserta ibunya, dan
anak itu mempunyai kedudukan yang sah menurut syariat
Islam.(Yusuf,198:12)
Dua pandangan diatas menunjukkan secara jelas dan tegas
kedudukan anak yang dilahirkan melalui proses tabung menggunakan
sperma dan ovum dari pasangan suami-istri kemudian embrionya
ditransplantasikan ke dalam rahim istri adalah sebagai anak yang sah dan
mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan anak kandung dan
kedua pendapat tersebut sesuai dengan muktamar tarjih Muhammadiyah
dan keputusan majelis ulama Indonesia.
Kedua keputusan itu adalah: keputusan muktamar tarjih
Muhammadiyah ke-21 di Klaten yang diadakan dari tanggal 6-11 April

32
1980 dalam sidang seksi A (bayi tabung) menyebutkan bahwa bayi
tabung menurut proses dengan sperma dan ovum dari suami-istri yang
menurut hukum Islam, adalah mubah, dengan syarat:
1) Teknis mengambil semen (sperma) dengan cara yang tidak
bertentangan dengan syariat Islam.
2) Penempatan zigot seyogyanya dilakukan oleh dokter wanita.
3) Resipien adalah istri sendiri
4) Status anak dari bayi tabung PLTSI-RRI (sperma dan ovum dari
suami-isteri yang sah, resipien isteri sendiri yang mempunyai ovum
itu) adalah anak yang sah dari suami-isteri yang bersangkutan. (Tarjih
Muhammadiyah.1980:84-85).
c. Pandangan Islam Tentang Bayi Tabung
1. Bertentangan dengan sunnatullah atau hukum alam.
2. Inseminasi pada hakikatnya sama dengan prostitusi/ zina karena
terjadi percampuran sperma dengan ovum tanpa perkawinan yang sah.
3. Kehadiran anak hasil inseminasi buatan bisa menjadi sumber konflik
didalam rumah tangga terutama bayi tabung dengan bantuan donor
merupakan anak yang sangat unik yang bisa berbeda sekali bentuk dan
sifat-sifat fisik dan karakter/mental si anak dengan bapak ibunya.
4. Anak hasil inseminasi buatan/bayi tabung yang percampuran
nasabnya terselubung dan sangat dirahasiakan donornya adalah lebih
jelek daripada anak adopsi yang pada umumnya diketahui asal dan
nasabnya.
5. Bayi tabung lahir tanpa proses kasih sayang yang alami terutama pada
bayi tabung lewat ibu titipan yang harus menyerahkan bayinya pada
pasangan suami istri yang punya benihnya, sesuai dengan
kontrak,tidak terjalin hubungan keibuan anatara anak dengan ibunya
secara alami.

33
d. 4 keputusan terkait masalah bayi tabung, di antaranya
1. Bayi tabung dengan sperma dan ovum dari pasangan suami-istri yang
sah hukumnya mubah (boleh), sebab ini termasuk ikhtiar yang
berdasarkan kaidah - kaidah agama. Asal keadaan suami istri yang
bersangkutan benar-benar memerlukan cara inseminasi buatan untuk
memperoleh anak, karena dengan cara pembuahan alami, suami istri
tidak berhasil memperoleh anak.
2. Para ulama melarang penggunaan teknologi bayi tabung dari pasangan
suami - istri yang dititipkan di rahim perempuan lain dan itu
hukumnya haram, karena dikemudian hari hal itu akan menimbulkan
masalah yang rumit dalam kaitannya dengan warisan (khususnya
antara anak yang dilahirkan dengan ibu yang mempunyai ovum dan
ibu yang mengandung kemudian melahirkannya, dan sebaliknya).
3. Bayi Tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah
meninggal dunia hukumnya haram berdasarkan kaidah Sadd az-
zari’ah. Sebab, hal ini akan menimbulkan masalah yang pelik baik
kaitannya dengan penentuan nasab maupun dalam hal kewarisan.
4. Bayi Tabung yang sperma dan ovumnya tak berasal dari pasangan
suami-istri yang sah hal tersebut juga hukumnya haram. Alasannya,
statusnya sama dengan hubungan kelamin antar lawan jenis diluar
pernikahan yang sah alias perzinahan.

34
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Pandangan AL-Qur’an tentang ilmu pengetahuan dan teknologi dapat
diketahui dasar-dasar pokoknya dengan cara menganalisis wahyu pertama
yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW ketika beliau berkholwat di gua
Hira.
2. Peranan Islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada dua. Pertama,
menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan dan kedua
menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar
bagi pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari (Ainiyah, 2013).
3. Islam menaruh perhatian pada prinsip- prinsip umum kedokteran dan
kesehatan. Beberapa ayat Al- Qur'an membahas masalah medis yang amat
umum sifatnya juga sabda Nabi yang berkenaan dengan kesehatan,
penyakit, higienis dan masalah lain berkait bidang kedokteran. Penyakit
seperti kusta, radang selaput dada dan radang mata ada disebut dianjurkan
pengobatannya dengan dibalut, dibakar dan penggunaan madu.
4. Kata transfusi darah berasal dari bahasa Inggris “Blood Transfution” yang
artinya memasukkan darah orang lain ke dalam pembuluh darah orang
yang akan ditolong. Hal ini dilakukan untuk menyelamatkan jiwa
seseorang karena kehabisan darah.
5. Inseminasi buatan atau inseminasi artifisial (bahasa Inggris: artificial
insemination, AI) adalah pemasukan secara sengaja sel sperma ke dalam
rahim atau serviks seorang wanita dengan tujuan memperoleh kehamilan
melalui inseminasi (fertilisasi in vivo) dengan cara selain hubungan
seksual
6. Hukum praktek inseminasi buatan menurut Islam. Inseminasi buatan
apabila dilakukan dengan sel sperma dan ovum suami istri sendiri dan
tidak ditransfer embrionya kedalam rahim wanita lain, termasuk istrinya
sendiri yang lain (bagi suami berpoligami), maka Islam membenarkan.

35
7. Bayi tabung atau dalam bahasa kedokteran disebut In Vitro Fertilization
(IVF) adalah suatu upaya memperoleh kehamilan dengan jalan
mempertemukan sel sperma dan sel telur dalam suatu wadah khusus tanpa
melalui senggama (sexual intercourse).
B. SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di
atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat
dipertanggung jawabkan. Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap
penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan
makalah yang telah di jelaskan.

36
DAFTAR PUSTAKA

Ainiyah, N. (2013). Pembentukan karakter melalui pendidikan agama Islam. Al-


Ulum, 13(1), 25- 38
Aji, S. D. (2017, August). Etnosains dalam membentuk kemampuan berpikir
kritis dan kerja ilmiah siswa. In Prosiding SNPF (Seminar Nasional
Pendidikan Fisika) (pp. 7-11).
Andi, I. H., Sapada, O., Arsyam, M. S. M., Pd, S., & Pd, M. (n.d.). Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi Menurut Pandangan Islam Sekolah Tinggi
Agama Islam Darud Dakwah wal Irsyad (STAI DDI) Kota Makassar.
Arsyam, M. (2020, August 3). Pengaruh Kemampuan Supervisional Kepala
Sekolah Dan Peran Komite Sekolah Terhadap Kinerja Guru Sma Negeri
Di Kota Makassar. https://doi.org/10.31219/osf.io/j84ew
Esposito, John L, The oxford History of Islam, diterjemahkan oleh M.Khairul
Anam dengan judul, Sains-sains Islam, Jakarta: Inisiasi Press, 2004
Faisal Hamdani, M., & Hari, Ma. (n.d.). Pandangan Islam Terhadap
Perkembangan Teknologi Komunikasi.
Fakhry Majid, Sejarah Filsafat Islam , Jakarta: Pusataka Jaya
Hasibuan, N. (2014). Peran Islam dalam perkembangan teknologi pendidikan.
LOGARITMA: Jurnal Ilmu-ilmu Kependidikan dan Sains, 2(1), 108-126.
Hermawan K.2004. Perkembangan Iptek Dan Perspektif Al-Qur’an. Jurnal
Sosial dan Pembangunan,20(1) : 1-6
Hitt!, Philip K, History of The Arabs, London: mcMilan, 1974.
Hussein Naser Sayyed, Science and Cilivization in Islam, diterjemahkan oleh
J.M Mahyuddin, dengan judul; Sains dan Peradaban Islam . Bandung
Pustaka,1986
Hussein Sayyed, Oliver Leaman, Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam. Bandung;
Miz Htt/www. Gaulislam.com/menguak-jejak-kedokteran-Islam
Ilmi, Z. (2012). Islam Sebagai Landasan Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi. LENTERA, 14(1 JUNI)
Iryani, Eva. 2017. Al-Qur’an Dan Ilmu Pengetahuan. Jurnal Ilmiah Universitas
Batanghari Jambi,17(3) : 1-18
K. Hitti Philip, History of the Arabs, diterjemahkan oleh Ushuluddin
Hutaghalung, dengan judul; Dunia Arab Sejarah Ringkas, Bandung:Sumur
Bandung, t.th
Komisi Nasional Meslr untuk Unesco,Sumbangan Islam Kepada Ilmu den
Kebudayaan, Bandung: Mizan, 1986.
Nakosteen, Mehdi, Kontrlbusi Islam alas Dunia lnlelektua/ Baral, Bandung:
Mizan, 1996.
Nasr, Seyyed Hossein, Sains dan Peradaban di Dalam Islam, Bandung: Mizan,
1986.
Qadir, C. A, Rlsafal dan Umu Pengetahuan dalam Islam, Jakarta: Pustaka
Obor, 2002.
Saefuddln, Dldln, Zaman Keemasan Islam, Rekonstruksl Kejayaan Imperium
Dinasti Abbasiyah, Jakarta, Grasindo, 2001.

37
Sar’an, M.A. 2019. Al-Quran, Ilmu Pengetahuan, Dan Teknologi. Jurnal
Menata,2(1) : 1-13
Sucipto, Hery, Ensiklopedi Tokoh Islam, dari Abu Bakar sampai Nasr dan
Qardhawi. Jakarta: Penerbit Hikmah. 2003
Sunarko, Asep. 2015. Iptek Dalam Perspektif Al-Qur’an. Jurnal Ilmiah Studi
Islam Manarul Qur’an,15(1) : 1-14
Watt, W. Montgomery, The ln Ruence of Islam on Medieval Europe, Edinburgh
Univ. Press, 1972.
Yamanl, Ja'far Khadem, Jejak Sejarah Kedokteran Islam, Bandung: Pustaka
Umat, 2002. Dipojono,
Zahroh, L. (2015). Integrasi iman dan ilmu pengetahuan dalam pendidikan Islam
(kajian QS AlMujadalah ayat 11, QS Al-Taubah ayat 122, dan QS Al-Isra
ayat 36) (Doctoral dissertation, UIN Walisongo).

38

Anda mungkin juga menyukai