Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

INTEGRASI AL’QURAN DAN SAINS (TAFSIR ILMI)


Di susun guna menyelesaikan tugas Mata Kuliah Studi Al’Quran dan Hadits

Dosen Pengampu Mata Kuliah:


Dr.H. Ali Nasith,M.Si,M.Pd.I

Nama Kelompok :
Daifanny Aurelya Sugiono Putri (220102110044)
Imdad Labib Sakilah (220102110018)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan taufik, rahmat
dan juga hidayahnya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjudul ’’INTEGRASI AL’QURAN DAN SAINS’’ untuk memenuhi mata
kuliah Studi Al’Quran dan Hadist. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada
Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan mudah-mudahan sampai kepada
kita selalu umatnya.

Seiring dengan terselesaikannya makalah ini, kami berterimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu dan mendukung kami dalam penyusunan makalah ini . Dan kami juga
berterimakasih kepada Pak Ali selaku dosen pengampu mata kuliah Studi Al’Quran dan Hadist
yang telah membimbing kami dengan baik. Kami menyadari bahwasannya di dalam makalah
ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu kami berharap adanya kritik dan saran
yang membangun dari pembaca. Kami juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kami maupun pembacaWassalamu’alaikum Wr. Wb.

Malang, 03 September 202

Penyusun

II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 2
1.3 Tujuan .............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3
2.1 Pengertian Tafsir Ilmi ..................................................................... 3
2.2 Kontroversi Tafsir Ilmi Antara Penerima dan Penolak ................... 3
2.3 Contoh Tafsir Ilmi di Era Modern ................................................... 5
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 8
3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………..………................. 9

III
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Di zaman modern seperti saat ini, sains dan agama telah menjadi dua pendekatan
berbeda yang digunakan untuk memahami kehidupan di dunia dan eksistensi pada manusia.
Sains mempunyai metodologi yang kuat dalam menjelaskan fenomena yang ada pada alam dan
fenomena yang berupa fenomena fisik dengan menggunakan pengamatan, pengukuran, dan
metode ilmiah. Di sisi lain, adanya sebuah agama yang dianut oleh seseorang , sepertihalnya
agama Islam yang mempunyai Al-Quran sebagai sumber ajaran dan juga sumber hukum untuk
mengatur kehidupan sehari hari, Al-Quran juga menyediakan pandangan spiritual dan etis yang
memberikan arah menuju kebaikan dalam kehidupan manusia.

Pertanyaan yang sering muncul dalam benak manusia adalah apakah sains dan agama
dapat beriringan atau bahkan dapat diintegrasikan untuk memahami dunia. Dalam konteks
Islam, banyak ilmuwan dan juga cendekiawan muslim telah meyuarakan dan menyatakan
gagasan mereka kepada khalayak umum tentang integrasi antara Al-Quran dan sains. Namun,
hal ini bukan merupakan hal yang mudah namun tidak mustahil untuk di lakukan, hal ini
karenakan adanya potensi konflik antara pandangan ilmiah dan pandangan agama.

Oleh karena itu, makalah ini akan membahas mengapa integrasi antara Al-Quran dan
sains menjadi topik yang penting dan relevan untuk diteliti dan dipahami lebih dalam. Karena
pada dasarnya kita sebagai hamba yang berilmu dan beriman tentunya harus bisa
mengimplementasikan nilai nilai agama dalam kehidupan kita yang berdasarkan ilmu sains.
Begitu juga sebaliknya, kita juga harus bisa memahami ilmu sains namun dengan tetap
mempertimbangkan kepada ilmu agama, agar suatu saat tidak akan menimbulkan celaka.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari tafsir ilmi?
2. Bagaimana kontroversi tafsir ilmi antara penerima dan penolak?
3. Bagaimana contoh tafsir ilmi di era modern?
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari tafsir ilmi
2. Untuk mengetahui bagaimana kontroversi tafsir ilmi antara penerima dan penolak
3. Untuk mengetahui bagaimana contoh tafsir ilmi di era modern

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tafsir Ilmi

Tafsir ‘ilmi terdiri dari 2 kata yaitu tafsir dan ‘ilmi. Dari sudut epistemologi, tafsir
berasal dari kata fassara-yufassiru-tafsiran yang memiilki arti penjelasan, pemahaman,
dan perincian, Sedangkan kata ‘ilmi dari segi epistemologi berasal dari kata ‘ilm, yang
memiliki arti ilmu, sains dan pengetahuan. (Mohd, Husin, and Abdullah 2016). Sedangkan
menurut istilah (terminologi) tafsir ilmi adalah menafsrikan ayat-ayat Al-Qur’an
berdasarkan pendekatan ilmiah atau menggali kandungan Al-Qur’an berdasarkan teori-
teori ilmu pengetahuan.(Rubini 2016)

Dari keterangan diatas maka bisa di ambil kesimpulan bahwasannya tafsir ilmi yaitu
merupakan sebuah cara untuk mengeksplorasi dan juga meneliti ayat-ayat yang ada di
dalam Alquran khususnya ayat-ayat yang bersifat kauniyah (fenomena alam) dengan
menggunakan beberapa cara dan juga metode tertentu sehingga akan mendapatkan teori-
teori baru di dalam ilmu pengetahuan ataupun mendapatkan teori yang sesuai dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern yang sudah ada pada saat ini. Sehingga penafsiran ini
tidak dianggap hanya untuk menjustifikasi setiap temuan sains pada saat ini.(Anhar 2018)

2.2 Kontroversi Tafsir Ilmi Antara Penerima dan Penolak

Kemunculan tafsir ilmi ini tentunya tidak lepas dari adanya pendapat ulama yang
setuju dengan adanya tafsir ilmi (pro) ataupun ulama yang memiliki pendapat yang
sebaliknya (kontra) dengan tafsir ilmi. Hal ini menimbulkan perdebatan antara kedua tim.
Yang mana kedua belah pihak memiliki pendapat dan argumen argumen yang sama sama
kuat.

Tim yang pertama kali memiliki pendapat yang pro adalah Al Ghazali seperti yang
ada dalam kutipan Badri khairuman yang menyatakan bahwasanya seluruh bidang ilmu itu
ada di dalam Allah dan juga sifat-sifatnya. Yang kedua adalah Ahmad Syibarshi yang
mana beliau mengutip pernyataan Ar Rifai mengenai tafsir ilmi bahwasanya, walaupun
Alquran hanya merupakan isyarat ilmiah yang sepintas namun kebenaran Alquran selalu

3
bisa dibuktikan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang modern.(Islam, Sultan, and
Hasanuddin Banten, n.d.)

Yang ketiga yaitu Jalaluddin Al Suyuthi beliau merupakan seorang ulama dan juga
seorang penulis buku. Beliau berkeyakinan bahwasanya di dalam Alquran itu sudah
mencakup seluruh ilmu yang di dalamnya tidak lekang oleh waktu dan juga di dalam
Alquran dijelaskan tentang segala peristiwa di masa lalu masa sekarang dan juga
dijelaskan masa yang akan datang.(Tim Penulis 2013) Seperti halnya tentang kematian
beliau memberi contoh pada Quran surat al-munafiqun yang memiliki arti Allah tidak akan
menunda kematian satu jiwa pun jika ajalnya sudah datang. Hal ini tentunya sebagai bukti
bahwasanya umur seseorang sudah ditetapkan jauh-jauh hari di Lauhul Mahfudz oleh
Allah.

Selain tafsir ilmi mendapat tanggapan yang positif, tentunya tafsir ilmi juga memiliki
tanggapan yang negatif beberapa ulama berpendapat bahwasanya orang yang kontra
dengan tafsir ilmi ini adalah merupakan orang yang memiliki sikap apologis yang tidak
perlu dilakukan. Karena menurut beberapa ulama yang kontra dengan tafsir ilmi mereka
berpendapat bahwasanya ilmu pengetahuan tidak perlu dicari-carikan dalilnya dari
Alquran karena ilmu pengetahuan itu adalah sesuatu yang objektif dan ilmiah. Sedangkan
legitimasi terhadap ayat-ayat yang ada pada Alquran tentunya bersifat subjektif dan hal ini
tergantung pada tingkat keimanan seseorang terhadap kebenaran yang ada pada ayat-ayat
Alquran. (Syahril 2009)

Ada beberapa alasan mengapa para ulama menolak tafsir ilmi terhadap Alquran. Yang
pertama adalah terkadang ayat-ayat yang ada di dalam Alquran itu diartikan berbeda oleh
seseorang dengan arti sebenarnya saat pertama kali di turunkannya Al-Quran. Yang kedua
adalah orang yang pro dengan tafsir ilmi biasanya cenderung memaksakan atau takalluf
untuk mencocok-cocokkan ayat-ayat yang ada pada Alquran dengan perkembangan pada
sains modern. Yang ketiga adalah adanya kesinambungan ilmu pengetahuan dalam
teknologi yang tentunya menunjukkan bahwasanya tidak semua ajaran dan teori ilmu
pengetahuan dan teknologi diambil dari teks Alquran.

Ada beberapa dalil yang dipakai oleh tim pro dari adanya tafsir ilmi ini yang kemudian
dikritik oleh ahli Ushul fiqih yaitu abu Ishaq Ibrahim bin Musa Al Syatibi di dalam
bukunya yang berjudul Al muwafaqat fi usul Al Syariah. Bahwasannya ada satu ayat di
Quran surat Al-An'am ayat 38 yang bukan berkaitan dengan ilmu pengetahuan. Namun

4
ayat ini berkaitan dengan ibadah jadi menurut beliau penjelasan dalam Alquran itu adalah
masalah taklif dan ibadah demikian pula pada ayat tersebut ada kata Alkitab yang
dimaksud Alkitab dalam ayat tersebut adalah lauhul Mahfudz bukan Al’Quran

Selain ada tim yang setuju maupun tim yang tidak setuju ada beberapa ulama yang
memiih untuk bersikap moderat mereka berpendapat bahwasanya kita sangatlah perlu
mengetahui bahwasanya di dalam ayat-ayat Alquran itu terdapat hikmah-hikmah yang
dapat kita ambil. Dengan demikian tidak ada salahnya apabila kita mengingat bahwasanya
Alquran itu diturunkan untuk umat manusia.

Adapun yang harus kita perhatikan ketika menggunakan tafsir ilmi ini adalah kita
tetap harus berpegang teguh kepada hakikat ilmiah itu sendiri yang tentunya dapat
dijadikan rujukan dan juga sandaran kita kita juga tidak boleh memaksakan diri untuk
memahaminya. kita juga tidak boleh untuk membuat rekayasa dan tidak dengan mudahnya
mewakili dengan sesuatu makna yang ingin kita ambil kesimpulannya. Jadi bisa kita ambil
kesimpulan bahwasannya hubungan antara Alquran dan juga ilmu pengetahuan dan
teknologi itu perlu dipertegas kembali tentang pembedaan antara fakta ilmiah dan teori
ilmiah.

2.3 Contoh Tafsir Ilmi di Era Modern

1) Contoh penafsiran Abdul al-Razq Nawfal pada Q.S. al-A’raf (07): 189.

‫ت َح ْم اًل َخ ِف ْيفاا‬ ّٰ َ‫احدَةٍ َّو َجعَ َل ِم ْن َها زَ ْو َج َها ِليَ ْس ُكنَ اِلَ ْي َه ۚا فَلَ َّما تَغ‬
ْ َ‫شى َها َح َمل‬ ِ ‫ِي َخلَقَ ُك ْم ِم ْن نَّ ْف ٍس َّو‬ ْ ‫۞ ُه َو الَّذ‬
َ‫ش ِك ِريْن‬ ّٰ ‫صا ِل احا لَّنَ ُك ْون ََّن ِمنَ ال‬ َ ‫ّٰللاَ َربَّ ُه َما لَ ِٕى ْن ٰات َ ْيتَنَا‬ َ َّ‫ت د‬
ّٰ ‫ع َوا‬ ْ َ‫ت بِ ۚه فَلَ َّما ٓ اَثْقَل‬ْ ‫فَ َم َّر‬

Yang artinya :

Dialah yang menciptakan kamu dari jiwa yang satu (Adam) dan darinya Dia
menciptakan pasangannya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah
dicampurinya, (istrinya) mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa
ringan (beberapa waktu). Kemudian ketika dia merasa berat, keduanya (suami-istri)
bermohon kepada Allah, Tuhan mereka (seraya berkata), "Jika Engkau memberi kami
anak yang saleh, tentulah kami akan selalu bersyukur."

Beliau menafsirkan bahwasannya kata nafsu al-wahidah (diri yang satu) dengan
proton dan zawjaha dengan pasangannya elektron, yang mana masing-masing
keduanya membentuk unsur atom. (Tau 2013)

5
2) Q.S. al-A’raf (07): 54

ْ ‫ض ِف ْي ِست َّ ِة اَيَّا ٍم ث ُ َّم ا ْست َٰوى َعلَى ْال َع ْر ِش ۗ يُ ْغشِى الَّ ْي َل النَّ َها َر َي‬
‫طلُبُهٗ َح ِث ْيثاا‬ َ ‫ت َو ْاْلَ ْر‬ ِ ‫ي َخلَقَ السَّمٰ ٰو‬ ْ ‫ّٰللاُ ا َّل ِذ‬
ّٰ ‫ا َِّن َر َّب ُك ُم‬
َ‫ّٰللاُ َربُّ ْالعٰ لَ ِميْن‬
ّٰ َ‫ت بِا َ ْم ِره ۗ ا َ َْل لَـهُ ْالخ َْـل ُق َوا ْْلَ ْم ُر ۗ ت َٰب َرك‬ َ ‫س َوا ْلقَ َم َر َوا لنُّ ُج ْو َم ُم‬
ٍ ‫س َّخ ٰر‬ َ ‫ش ْم‬َّ ‫ۗ َّوا ل‬

Artinya:

"Sungguh, Tuhanmu (adalah) Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam
enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang
yang mengikutinya dengan cepat. (Dia ciptakan) matahari, bulan, dan bintang-bintang
tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah! Segala penciptaan dan urusan menjadi hak-Nya.
Maha Suci Allah, Tuhan seluruh alam."

Ayat ini menerangkan bahwasannya Allah swt, telah menyempurnakan kejadian


langit dengan menjadikanlangit menjadi tujuh lapis dalam dua masa. Masa yang
dimaksud adalah dua periode yang jarak waktunya sangat panjang. Pada awalnya,
Allah swt, menciptakan langit pertama, dan kemudian di sempurnakan menjadi tujuh
langit yang berlapis-lapis.
3) Surah Al-Mu’minun; 13-14
ْ ُ‫ث ُ َّم َج َع ْل ٰنهُ ن‬
‫طفَةا فِ ْي قَ َرا ٍر َّم ِكي ٍْن‬
Artinya:
"Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kukuh (rahim)."

َ ‫س ْونَا ْال ِع ٰظ َم لَحْ اما ث ُ َّم ا َ ْنشَأ ْ ٰنهُ خ َْلقاا ٰا َخ َر ۗ فَت َٰب‬
َ‫ـرك‬ َ ‫ضغَةَ ِع ٰظ اما فَ َك‬
ْ ‫ضغَةا فَ َخلَ ْقنَا ْال ُم‬
ْ ‫طفَةَ َعلَقَةا فَ َخلَ ْقنَا ْالعَلَقَةَ ُم‬ ْ ُّ‫َّم َخلَ ْقنَا الن‬
َ‫سنُ ْال ٰخ ِل ِقيْن‬َ ْ‫ّٰللاُ اَح‬
ّٰ
Artinya:
"Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang
melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan
tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian,
Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Maha Suci Allah, Pencipta yang
paling baik.”
Dr. Zaghlul an-Najjar mengatakan bahwasannya al-Qur’an membagi proses
penciptaan manusia kedalam tujuh tahapan yang sangat teratur. Yaitu:

6
Yang pertama adalah setetes mani (nuthfah). Yang kedua adalah hasil dari
peleburan ovum dan sperma (nuthfah amsaj); Yang ketiga yaitu sesuatu yang melekat
(alaqah); Kemudian menjadi Segumpal daging (mudhghah). Kemudian pembentukan
tulang (izham);lalu pembungkusan tulang-belulang dengan daging. Dan yang terakhir
pembentukan fetus yang sudah jelas.(Rubini 2016)

7
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Tafsir ilmi merupakan sebuah upaya untuk menggabungkan ilmu pengetahuan dan juga
agama di dalam interpretasi Alquran. Tentunya hal ini tidak lepas dari pro dan kontra dari
para ulama. Kita juga boleh berada di tengah-tengah mereka dengan berpendapat
bahwasanya kita tentunya perlu mengetahui bahwa di dalam Alquran itu terdapat ilmu
pengetahuan yang bisa kita ambil dengan demikian tidak ada salahnya apabila kita
mengingat bahwa Alquran itu diturunkan untuk umat manusia.

Selain itu kita juga harus tetap berpegang teguh kepada hakikat ilmiah itu sendiri ketika
sedang menggunakan tafsir ilmi. Ketika kita ragu dalam menggunakan tafsir ilmi kita
harus bersikap bijak dan Kuta perlu memiliki pegangan untuk dijadikan rujukan dan juga
sandaran. Kita juga tidak boleh untuk memaksakan diri dalam memahami tafsir ilmi.
Jangan pula untuk membuat rekayasa makna untuk sesuatu yang ingin kita ambil
kesimpulannya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Anhar, Putri Maydi Arofatun. 2018. “Tafsir Ilmi: Studi Metode Penafsiran Berbasis Ilmu
Pengetahuan Pada Tafsir Kemenag.” Prosiding Konferensi Integrasi Interkoneksi Islam
Dan Sains 1 (September): 109–13.

Islam, Universitas, Negeri Sultan, and Maulana Hasanuddin Banten. n.d. “Jurusan Ilmu
Hadist Fakultas Ushuluddin Dan Adab,” no. 191370027.

Mohd, Nor Syamimi, Haziyah Husin, and Wan Nasyrudin Wan Abdullah. 2016.
“Pendefinisian Semula Istilah Tafsir ‘Ilmi.” Islamiyyat : Jurnal Antarabangsa Pengajian
Islam; International Journal of Islamic Studies 38 (2): 149–54.

Rubini. 2016. “TAFSIR ‘ILMI Rubini.” Komunikasi Dan Pendidikan Islam 5: 1–232.

Syahril, Sulthan. 2009. “Kontroversi Para Mufasir Di Seputar Tafsîr Bi Al-Ilmi.” Millah 8
(2): 225–39. https://doi.org/10.20885/millah.vol8.iss2.art2.

Tau, Ga. 2013. “Tafsir Ilmi Dalam Penafsiran Al-QUr’an.” Skripsi, 62–63.

Tim Penulis. 2013. Tafsir Ilmi: Samudra Dalam Perspektif Al-Qur’an Dan Sains.

Anda mungkin juga menyukai