Anda di halaman 1dari 15

FILSAFAT MODERN

TUGAS MAKALAH
Dibuat untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Filsafat Umum pada Program
Strata Satu (S1) Program Hukum Keluarga Islam
Universitas Al-Khairaat (UNISA) Palu

1. Ahmad Tahali, S.Hi, M.H


2. Munrif, S. Ag, M.H

Disusun Oleh:
Masrur Marzuqi (223111059)
Muh alif (223111034)
Ririn (223111036)
Sayyid Muhammad Idrus (223111042)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS AGAMA


ISLAM UNIVERSITAS AL-KHAIRAAT (UNISA) PALU
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Karena atas limpahan
karunia, rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
Filsafat Umum ini yang berjudul “Filsafat Modern".

Shalawat teriring salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad


SAW, yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliyah menuju zaman Islamiyah
seperti sekarang ini.

Rasa terima kasih kami sampaikan pula kepada Ustadz Munrif, S. Ag, M.H
selaku dosen mata kuliah “Filsafat Umum” yang telah membimbing kami dalam
menyusun makalah ini.

Kami menyadari dalam menyusun makalah ini masih banyak terdapat


kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penyusun khususnya. Aamiin.

Palu Barat, Selasa 6 Desember 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ............................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3

A. Pengertian Filsafat Modern ............................................................ 3

B. Sejarah Filsafat Modern ................................................................. 4

C. Aliran-Aliran Filsafat Modern ....................................................... 5

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 11

A. Kesimpulan .................................................................................... 11

B. Saran ............................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Filsafat kerap kali dipandang sebagai ilmu yang abstrak, padahal filsafat ini
sangat dekat sekali dengan kehidupan manusia. Filsafat bagi sebagian orang
merupakan disiplin ilmu yang kurang diminati, karena dianggap sebagai disiplin
ilmu yang sulit dan membutuhkan pemikiran yang lebih.

Namun keraguan, keengganan, dan kecemasan ini biasanya pelan-pelan


memudar ketika sudah mulai menekuni bidang ini dan bahkan akan lebih terasa
menarik ketika sadar bahwa filsafat adalah bagian yang terpisahkan dari kehidupan
manusia.

Filsafat modern sangat berpengaruh di dalam dunia filsafat. Filsafat sebagai


“Mater-sciantrim” induk dari ilmu pengetahuan. Perumusannya sangat sulit
dilaksanakan sebagai nilai filsafat itu hanyalah dapat dimanifestasikan seseorang
sebagai filsuf yang otentik.

Setiap orang ingin mengejar pengertian hidup dan kehidupan itu, maka dari
itu ia masih di atas jalan menjadi seorang filsuf untuk memanusiakan dirinya, sebab
berfilsafat tidak lain adalah berpikir. Dalam persepektif manusia bahwa apapun
ilmu pengetahuan harus di dasari oleh akal dan fikiran, namun ada pula dari
berbagai pemahaman bahwa ilmu pengetahuan yang hakiki adalah keselarasan
antara akal manusia dan berbagai dalil-dalil agama.

1
Pembahasan dalam penulis ini fokus terhadap sejarah dari filsafat modern
dan berbagai macam aliran, namun tidak menjabarkan dari aliran keseluruhan.
Aliran yang di bahas yaitu aliran yang pada umumnya masyhur di kalangan
akademis.

B. Rumusan Masalah
Adapun dalam penulisan makalah ini memiliki rumusan masalah sebagai
berikut;
1. Apa Pengertian Dari Filsafat Modern?
2. Jelaskan Sejarah Filsafat Modern!
3. Apa Saja Aliran-Aliran Filsafat Modern?

C. Tujuan Penulisan
Adapun dalam penulisan makalah ini memiliki beberapa tujuan sebagai
berikut;
1. Mengetahui Definisi Filsafat Modern.
2. Memahami Sejarah Filsafat Modern.
3. Dapat Menjabarkan Aliran-Aliran Filsafat Modern.
4. Sebagai Bentuk Memenuhi Tugas Yang Diberikan Oleh Dosen.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat Modern

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu secara


mendalam sampai ke akar-akarnya dalam mencari hakikat dari suatu fenomena
untuk memperoleh kebenaran yang sesungguhnya.

Filsafat zaman modern adalah pengetahuan yang tidak berasal dari kitab
suci atau ajaran agama, Tidak juga dari para penguasa tetapi dari diri manusia
sendiri. Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio.
Aliran emperisme, sebaliknya meyakini pengalaman Sumber pengetahuan itu,baik
yang batin maupun inderawi. Aliran rasionalisme di pelopori oleh Rene
Descartes(1596-1650M) dalam Discoerse Dela methode tahun 1637 ia menegaskan
perlunya pada metode jitu sebagai dasar kokoh Bagi semua pengetahuan, yaitu
dengan menyaksikan segalanya, secara metodis.

Discartes menerima 3 realitas atau substansi bawaan yang sudah ada sejak
kita lahir yaitu, Realitas pikiran, Realitas perluasan, Realitas tuhan Sebagai wujud
yang seluruhnya sempurna, penyebab sempurna dari kedua realitas itu. Pikiran
sesungguhnya adalah kesadaran, materi adalah keluasan. Para filsuf zaman modern
menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama,
tidak juga dari para penguasa, tetapi dari diri manusia sendiri. Namun tentang aspek
mana yang berperan ada beda pendapat. Aliran rasionalisme beranggapan bahwa
sumber pengetahuan adalah rasio kebenaran pasti berasal dari rasio (akal). Aliran
empirisme, sebaliknya, meyakini pengalamanlah sumber pengetahuan itu, baik
yang batin, maupun yang inderawi.1

1
https://filsafatmoderndonafarihah.blogspot.com/

3
B. Sejarah Filsafat Modern

Sejarah filsafat terdiri dari tiga periode. Periode pertama, adalah periode
klasik, sebagai kelanjutan era kuno yang dimulai dari Athena, Alexsanderia, dan
pusat-pusat pemikiran Helenistik dan Roma. Periode kedua, adalah periode
pertengahan dan periode ketiga, adalah periode modern yang dilanjutkan dengan
periode post-modernisme.

Socrates masuk pada kategori era klasik bersama para filosof lainnya,
semisal Plato yang menjadi muridnya dan kemunculan Aristoteles sebagai murid
dari Plato menjadi puncak keemasan era filsafat klasik. Filsafat Plato menemukan
sebuah realitas sejati yang disebutnya sebagai dunia ide yang merangkum segala
bentuk Kebenaran berdasarkan ide atau sisi rasionalitas manusia.

Aristoteles memperkenalkan paham realisme. Menurutnya realitas adalah


benda-benda konkrit yang menciptakan kesatuan antara bentuk dan subtansi.
Setelah masa Aristoteles, wacana kefilsafatan menjadi redup. Kerakteristik filsafat
Barat abad pertengahan adalah pembenaran terhadap otoritas Kitab. Salah seorang
yang terkenal pada masa itu adalah Thomas Aquinas (1225-1274 M), K. St. Bona
Venture (1221-1257M). Pemikiran mereka berusaha untuk merekonsiliasi antara
akal dan wahyu. Mereka berusaha menjabarkan dogma-dogma Kristen dengan
ajaran filsafat.

Akal pada waktu itu bagaikan hamba perempuan untuk memuaskan nafsu
“kelaki-lakian” teologi Kristen. Seorang tokoh lain yang muncul pada waktu itu
adalah St. Agustinus (1354-1430M) bahkan tidak percaya dengan kekuatan akal
dalam mencari kebenaran apapun. Baginya kebenaran sepenuhnya terbenam,
berada dalam wahyu Tuhan (teks). Singkatnya, pada masa itu, persoalan
epistemology mengalami kepiluan dan penderitaan di bawah tafsir tunggal para
agamawan yang sekaligus menjadi penguasa politik pada zaman tersebut .

4
Kekuasaan keagamaan yang tumbuh berkembang selama abad pertengahan
di Eropa tampaknya menyebabkan terjadinya supremasi Semitik di atas alam
pikiran Hellenistik. Di lain pihak, orang merasa dapat memadukan Hellenisme yang
bersifat manusiawi intelektual dengan ajaran agama yang bersifat samawi-
supernatural. Dari sinilah tumbuh rasionalisme, empirisme, idelisme, dan
positivisme yang kesemuanya memberikan perhatian yang amat besar terhadap
problem pengetahuan nonmetafisika (bukan agama) dan lahirlah babakan baru
yakni babak modern yang ditandai dengan gerakan renaissance.2

C. Aliran-Aliran Filsafat Modern

1. Idealisme

Idealisme adalah suatu ajaran/faham atau aliran yang menganggap


bahwa realitas ini terdiri atas roh-roh (sukma) atau jiwa. Ide-ide dan pikiran
atau yang sejenis dengan itu. Aliran ini merupakan aliran yang sangat
penting dalam perkembangan sejarah pikiran manusia. Mula-mula dalam
filsafat Barat kita temui dalam bentuk ajaran yang murni dari Plato yang
menyatakan bahwa alam, cita-cita itu adalah yang merupakan kenyataan
sebenarnya. Adapun alam nyata yang menempati ruang ini hanyalah berupa
bayangan saja dari alam idea itu. Aristoteles memberikan sifat kerohanian
dengan ajarannya yang menggambarkan alam ide sebagai sesuatu tenaga
(entelechie) yang berada dalam benda-benda dan menjalankan pengaruhnya
dari benda itu.3

Pada masa abad pertengahan satu-satunya pendapat yang disepakati


oleh semua ahli pikir adalah dasar idealisme ini. Pada zaman Aufklarung
ulama-ulama filsafat yang mengakui aliran serba dua seperti Descartes dan

2
Ibid…hlm 4
3
Louis Kattsoff O. Sejarah Filsafat Modern dan Sejaman. (Bandung Penerbit Alumni: 1989)

5
Spinoza yang mengenal dua pokok yang bersifat kerohanian dan kebendaan
maupun keduanya mengakui bahwa unsur kerohanian lebih penting
disbanding dengan kebendaan.

Selain itu, segenap kaum agama sekaligus dapat digolongkan


kepada penganut Idealisme yang paling setia sepanjang masa, walaupun
mereka tidak memiliki dalil-dalil filsafat yang mendalam. Puncak zaman
Idealiasme pada masa abad ke-18 dan 19 ketika periode Idealisme. Adapun
tokoh-tokohnya yaitu;
a Plato (477 -347 Sb.M)
b B. Spinoza (1632 -1677)
c Liebniz (1685 -1753)
d Berkeley (1685 -1753)
e Immanuel Kant (1724 -1881)
f J. Fichte (1762 -1814)
g F. Schelling (1755 -1854)
h G. Hegel (1770 -1831)

2. Materialisme

Materialisme merupakan faham atau aliran yang menganggap


bahwa dunia ini tidak ada selain materi atau nature (alam) dan dunia fisik
adalah satu. Pada abad pertama masehi faham Materialisme tidak mendapat
tanggapan yang serius sampai abad pertengahan. pada zaman Aufklarung
(pencerahan), Materialisme mendapat tanggapan dan penganut yang
penting di Eropah Barat. Faktor yang menyebabkannya adalah bahwa orang
merasa dengan faham Materialisme mempunyai harapan-harapan yang
besar atas hasil-hasil ilmu pengetahuan alam. Selain itu, faham
Materialisme ini praktis tidak memerlukan dalil-dalil yang muluk-muluk

6
dan abstrak, juga teorinya jelas berpegang pada kenyataan-kenyataan yang
jelas dan mudah dimengerti.4

Kemajuan aliran ini mendapat tantangan yang keras dan hebat dari
kaum agama dimana-mana. Hal ini disebabkan bahwa faham Materialisme
ini pada abad ke-19 tidak mengakui adanya Tuhan (atheis) yang sudah
diyakini mengatur budi masyarakat. Pada masa ini, kritikpun muncul di
kalangan ulama-ulama barat. Adapun kritik yang dilontarkan adalah sebagai
berikut;
a Materialisme menyatakan bahwa alam wujud ini terjadi dengan
sendirinya dari khaos (kacau balau). Padahal kata Hegel. kacau balau
yang mengatur bukan lagi kacau balau namanya.
b Materialisme menerangkan bahwa segala peristiwa diatur oleh hukum
alam. padahal pada hakekatnya hukum alam ini adalah perbuatan rohani
juga.
c Materialisme mendasarkan segala kejadian dunia dan kehidupan pada
asal benda itu sendiri. padahal dalil itu menunjukkan adanya sumber dari
luar alam itu sendiri yaitu Tuhan.
d Materialisme tidak sanggup menerangkan suatu kejadian rohani yang
paling mendasar sekalipun.

Adapun Tokoh-tokohnya dari aliran filsafat materialisme sebagai


berikut;
a Anaximenes (585 -528)
b Anaximandros (610 -545 SM)
c Thales (625 -545 SM)
d Demokritos (kl.460 -545 SM)
e Thomas Hobbes (1588 -1679)
f Lamettrie (1709 -1715)

4
Ibid.

7
3. Empirisme

Empirisme berasal dari kata Yunani yaitu “empiris” yang berarti


pengalaman inderawi. Oleh karena itu, empirisme dinisbatkan kepada
faham yang memilih pengalaman sebagai sumber utama pengenalan dan
yang dimaksudkan dengannya adalah baik pengenalan lahiriah yang
menyangkut dunia maupun pengalaman batiniah yang menyangkut pribadi
manusia. Pada dasarnya empirisme sangat bertentangan dengan
rasionalisme. Rasionalsme mengatakan bahwa pengenalan yang sejati
berasal dari ratio, sehinga pengenalan inderawi merupakan suatu bentuk
pengenalan yang kabur. Sebaliknya empirisme berpendapat bahwa
pengetahuan berasal dari pengalaman sehingga pengenalan
inderaimerupakan pengalaman yang paling jelas dan sempurna.5

Seorang yang beraliran empirisme biasanya berpendirian bahwa


pengetahuan didapat melalui penampungan yang secara pasif menerima
hasil-hasil penginderaan tersebut. Ini berarrti semua pengetahuan betapa
pun rumitnya dapat dilacak kembali dan apa yang tidak dapat bukanlah ilmu
pengetahuan. Empirisme radikal berpendirian bahwa semua pengetahuan
dapat dilacak sampai kepada pengalaman inderawi dan apa yang tidak dapat
bukanlah pengetahuan. Lebih lanjut penganut empirisme mengatakan
bahwa pengalaman tidak lain akibat suatu objek yang merangsang alat-alat
iderawi, kemudian di dalam otak dipahami dan akibat dari rangsangan
tersebut dibentuklah tanggapan-tanggapan mengenai objek yang telah
merangsang alat-alat inderawi tersebut.

5
https://aldarisidris.blogspot.com/2011/10/aliran-aliran-filsafat-modern.html

8
Empirisme memegang peranan yang sangat penting bagi
pengetahuan, bisa jadi satu-satunya sumber dan dasar ilmu pengetahuan
menrut penganut Empirisme. Pengalaman inderawi sering dianggap
pengadilan yang tertinggi. Adapun tokoh-tokohnya yaitu;
a Francis Bacom (1210-1292)
b Thomas Hobbes (1588-1679)
c John Locke (1632-1704)
d George Berkeley (1665-1753)
e David Hume (1711-1776)
f Roger Bacon (1214-1294

4. Rasionalisme

Kata rasionalisme terdiri dari dua suku kata, yaitu “rasio” yang
berarti akal atau pikiran, dan “isme” yang berarti paham atau pendapat.
Rasionalisme ialah suatu paham yang berpendapat bahwa kebenaran yang
tertinggi terletak dan bersumber dari akal manusia. Jadi rasionalisme adalah
paham filsafat yang mengatakan bahwa akal adalah alat terpenting untuk
memperoleh pengetahuan. Menurut aliran ini, suatu pengetahuan diperoleh
dengan cara berpikir. Hanya rasio sajalah yang dapat membawa orang
kepada kebenaran.6

Namun dalam pendapat lain disebutkan tidak semua akal itu benar.
Karena yang benar hanyalah tindakan akal yang terang-benderang yang
disebut “Ideas Claires et Distinctes” (pikiran yang terang-benderang dan
terpilah-pilah). Akal yang terang-benderang ini dianggap benar sebab akal
ini adalah pemberian Tuhan sebelum orang dilahirkan. Sebagai pemberian
Tuhan, maka tak mungkin tak benar.

6
Anggriani S. “Tokoh Filsafat Modern Rene Descartes (cogito ergo sum)”. (25 Desember 2015).

9
Aliran rasionalisme dalam kegunaannya terkadang berdampak
positive dan terkadang juga negative. Karena memang yang didahulukan
adalah akal atau rasionya. Misalnya saja dalam bidang agama, aliran
rasionalisme adalah lawan dari autoritas dan biasanya digunakan untuk
mengkritik ajaran agama. Kita ketahui bersama bahwa agama adalah
bersumber dari wahyu yang diturunkan kepada utusannya. Sehingga semua
ajaran yang ada dalam agama itu sudah menjadi sesuatu yang pasti tanpa
perlu diragukan. Sedangkan jika dipikir dengan rasio, maka hal tersebut
memang tidak wajar. Makanya dalam masalah ini banyak sekali
pertentangan dan kritik yang tajam.

Selain berdampak negative terkadang juga berdampak positive.


Misalnya saja dalam bidang filsafat, rasionalisme adalah lawan dari
empirisme dan sering berguna dalam menyusun teori pengetahuan. Jika
empirisme mengatakan bahwa pengetahuan diperoleh dengan jalan
mengetahui obyek empirisme, maka rasionalisme mengajarkan bahwa
pengetahuan diperoleh dengan cara berpikir. Sebab pengetahuan dari
empirisme dianggap sering menyesatkan. Adapun tokoh-tokohnya yaitu;
a Rene Descartes (1596 -1650)
b Nicholas Malerbranche (1638 -1775)
c B. De Spinoza (1632 -1677 M)
d G.W.Leibniz (1946-1716)
e Christian Wolff (1679 -1754)
f Blaise Pascal (1623 -1662 M)

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Filsafat zaman modern adalah pengetahuan yang tidak berasal dari kitab
suci atau ajaran agama, Tidak juga dari para penguasa tetapi dari diri manusia
sendiri.

Sejarah filsafat terdiri dari tiga periode. Periode pertama, adalah periode
klasik, sebagai kelanjutan era kuno yang dimulai dari Athena, Alexsanderia, dan
pusat-pusat pemikiran Helenistik dan Roma. Periode kedua, adalah periode
pertengahan dan periode ketiga, adalah periode modern yang dilanjutkan dengan
periode post-modernisme.

Aliran-aliran filsafat modern yaitu, Idealism (aliran yang menganggap


bahwa realitas ini terdiri atas roh-roh atau jiwa), Materialisme (aliran yang
menganggap bahwa dunia ini tidak ada selain materi dan dunia fisik), Empirisme
(aliran yang menganggap faham pengetahuan yang berasal dari inderawi baik
lahiriah ataupun batiniah), dan Rasionalisme (aliran yang beranggapan bahwa
kebenaran yang tertinggi terletak dan bersumber dari akal manusia).

B. Saran

Penyusunan makalah ini sangatlah penting bagi sumber ilmu pengetahuan


sebab begitu pentingnya dalam berfilsafat. Seorang filsuf patutlah dengan bijak
dalam mengambil sebuah keputusan saat berfikir, sejatinya berfilsuf yaitu sesuai
dengan akal namun tidak melenceng dari dalil-dalil agama.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://filsafatmoderndonafarihah.blogspot.com/

O. Louis Kattsoff, 1989 Sejarah Filsafat Modern dan Sejaman. (Bandung Penerbit

Alumni)

https://aldarisidris.blogspot.com/2011/10/aliran-aliran-filsafat-modern.html

S. Anggriani, 2015 “Tokoh Filsafat Modern Rene Descartes (cogito ergo sum)”.

12

Anda mungkin juga menyukai