Di susun Oleh:
2023
1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh, Alhamdulillah puji Syukur mari
kita panjatkan kepada Allah swt, karena Rahmat dan taufiq-Nya sehingga penulis bisa
menyelesaikan tugas mata kuliah Pengantar Filsafat dengan judul “Filsafat Kontemporer,
Perbedaan Filsafat Kontemporer dengan Filsafat Modern, Tokoh Tokoh Filsafat
Kontemporer dan Pemikiranya”. Dengan ini tidak mengurangi rasa hormat penulis kepada:
Penulis menyadari bahwasanya dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dikarenakan keterbatasan sebagai manusia dan masih jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat diperlukan harapan penulis
semoga kelak makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis serta bagi para pembaca.
Penyusun
(Kelompok 09)
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................4
1. Latar Belakang....................................................................................4
2. Rumusan Masalah...............................................................................5
3. Tujuan.................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN................................................................................6
1. Filsafat Kontemporer..........................................................................7
2. Perbedaan Filsafat Kontemporer .......................................................8
3. Perbedaan Filsafat Modern.................................................................8
4. Tokoh Tokoh Kontemporer.................................................................8
5. Pemikirannya....................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................13
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan dan kemajuan peradaban manusia tidak bisa dilepaskan dari peran ilmu.
Bahkan perubahan pola hidup manusia dari waktu ke waktu sesungguhnya berjalan seiring
dengan sejarah kemajuan dan perkembangan ilmu. Tahap-tahap perkembangan itu kita
menyebut dalam konteks ini sebagai periodesasi sejarah perkembangan ilmu sejak dari
zaman klasik, zaman pertengahan, zaman modern dan zaman kontemporer. Begitu pula
dengan filsafat, dalam perkmbangannya filsafat dibagi menjadi 4 babakan yakni Filsafat
klasik meliputi filsafat Yunani dan Romawi pada abad ke-6 SM dan berakhir pada 529 M
dominasi oleh rasionalisme. Filsafat abad pertengahan meliputi pemikiran Boethius sampai
Nicolaus pada abad ke-6 M dan berakhir pada abad ke-15 M didominasi dengan doktrin-
doktrin agama Kristen. Filsafat modern dan filsafat kontemporer yang didominasi kritik
terhadap filsafat modern.
Pada tahun 1880-an Nietzsche menyatakan bahwa budaya Barat telah berada di pinggir
jurang kehancuran karena terlalu mendewakan rasio. Hingga pada tahun 1990- an Capra
menyatakan bahwa budaya Barat telah hancur juga karena terlalu mendewakan rasio.
Rasionalisme Filsafat modern perlu di dekonstruksi karena ia Filsafat yang keliru dan juga
keliru cara penggunaannya, akibatnya budaya Barat menjadi hancur (Tafsir, 2009 : 257).
Renaisans yang secara berlebihan mendewakan rasio manusia. Mencerminkan kelemahan
manusia modern. Akibatnya timbulah kecenderungan untuk menyisihkan seluruh nilai dan
norma yang berdasarkan agama dalam memandang kenyataan hidup, sehingga manusia
modern yang mewarisi sikap positivistik cenderung menolak keterkaitan antara substansi
jasmani dan rohani manusia, mereka juga menolak adanya hari akhirat, akibatnya manusia
terasing tanpa batas.
Pada zaman kita hidup saat ini dikenal dengan zaman postmodern dimana
perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan sangat pesat. Seluruh pengembangan tersebut
bertujuan untuk memberikan kemudahan dan kelancaran manusia dalam melakukan
aktivitasnya sehari-hari. Pemikiran pada periode ini memfokuskan diri pada teori kritis yang
berbasis pada kemajuan dan emansipasi. Kemajuan dan 2 emansipasi adalah dua hal yang
saling berkaitan, seperti yang dinyatakan oleh Habermas bahwa keberadaan demokrasi
4
ditunjang oleh sains dan teknologi. Dalam makalah ini penulis akan kemukakan sejarah
munculnya filsafat kontemporer dan filsafat postmodern sebagai ‗isme‘ yang mengritik
modernitas, juga akan dipaparkan beberapa tokoh pada periode ini, ajarana-ajaran pokok dan
sumbangih pemikirannya terhadap ilmu pengetahuan masa kini..
A. Rumusan Masalah
B. Tujuan Masalah
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. FILSAFAT KONTEMPORER
“There is No Perfectness in the World”, ungkapan ini adalah yang paling tepat dan
perlu untuk mengawali pembahasan dalam makalah ini. Sebab, bila kita menelusuri jejak
pemikiran filsafat mulai abad klasik, pertengahan, dan modern, ternyata ada kelemahan dan
kekurangan di satu sisi serta kelebihan dan kesempurnaan di sisi yang lain. Filsafat modern
yang konon katanya, sudah lebih sempurna ternyata masih ada sisi kurangnya sehingga
muncul pemikiran baru dalam asas pemikiran yang disebut Fisafat Kontemporer.1
Segi kekurangan tersebut bisa diperlihatkan dengan banyaknya filosof dan
pemikirannya yang gagal mencapai kebijaksanaan sebagai inti diskursus filsafat. Kegagalan
tersebut disebabkan atas dua alasan. Yang pertama, merasa bahwa penilaian terhadap apa
yang digolongkan sebagai kebijaksanaan lebih didasari perasaan (feelings) dan keinginan
atau gairah (desires) ketimbang pengetahuan (knowledge). Kedua, penilaian itu didasari oleh
intuisi yang sulit dipertahankan dengan argumentasi logis.
Disebabkan karena tuntutan logis atau rasionalitas, filsafat mengalami beberapa
penggeseran yang khas. Penggeseran pertama, adalah dari paradigma yang kosmosentris
lewat paradigma teosentris ke paradigma antroposentris. Wawasan kosmosentris adalah
paradigma filsafat Yunani yang berarti kosmos atau alam raya, berada di pusat perhatian para
filosof. Lewat paradigma teosentris dalam filsafat Islam dan Kristiani abad pertengahan,
Allah ada di pusat perhatian, segala-galanya mau dilihat seakan-akan dari sudut pandang
Allah. Dalam paradigma antroposentris manusia menempati center court. Paradigma
antroposentris itu muncul dengan terang benderang di panggung filsafat dalam abad ke-17.
Penggeseran yang lain, adalah dari filsafat substansial-dengan pertanyaan dasar “Ada
apa? Dan apa yang ada itu apa?”, filsafat ini membahas tentang masalah-masalah seperti
hakikat alam, Allah, dan manusia-ke filsafat epistemologis dan metodis yang bertanya
tentang: “Apa yang dapat diketahui dan apa yang dikatakan?”, ke filsafat kritis yang mau
membebaskan.
Namum dalam faktanya, pedoman para filosof kepada rasio dan menghindari intuisi
mengalami pengalaman buruk sebagaimana yang telah dijelaskan pada beberapa buku
sejarah filsafat Barat. Gejala postmodernisme yang menginterupsi keabsolutan rasio
merupakan bukti mengenai ketidakberdayaan rasio dalam menghadapi kebenaran. Karena
dunia yang luas dan mozaik ini hampir tak mungkin bisa ditangkap dengan wadah rasio dan
indra saja. Selanjutnya akan disimpulkan secara singkat urutan beberapa perkembangan
filsafat pada abad setelahnya.2
1
Munir, Misnal. "Pengaruh filsafat Nietzsche terhadap perkembangan filsafat Barat kontemporer." Jurnal
Filsafat 21.2 (2011): 134-146.
2
Bustam, Betty Mauli Rosa. "Filosofi Pendidikan KH Ahmad Dahlan dan Implikasinya pada Epistemologi
Pendidikan Islam Kontemporer." Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah 6.2 (2021): 262-281.
6
Pada abad ke-20 kita dapat menyaksikan empat aliran besar dalam filsafat. Pertama,
filsafat fenomenologis dan eksistensialisme dengan tokoh-tokohnya: Husserl, Heidegger, dan
Sartre, filsafat ini merupakan aliran yang paling subur di Eropa kontinental terutama di
Jerman dan Prancis. Aliran kedua, meskipun bermula dari “Lingkaran Wiena”, Austria,
menjadi filsafat yang dominan untuk waktu yang lama di wilayah Anglo-Saxon, jadi di
Inggris dan Amerika Utara, itulah filsafat analitis dan bahasa, dengan tokohnya Ludwig
Wittgenstein, di mana aliran yang paling terkenal adalah Positivisme Logis. Aliran ketiga
bertitik berat di Jerman dan Prancis, yaitu filsafat kritis yang memahami pemikiran filosofis
sebagai praksis pembebasan.
Di sini termasuk Teori Kritis Horkhei3mer dan Adorno kemudian Habermas, serta
segala filsafat yang mendapat inspirasi dasar dari pemikiran Karl Marx dan Foucalt, misalnya
teori keadilan John Rawls. Aliran keempat yang sangat tidak homogen adalah medan
pemikiran postmodernistik yang terutama dikembangkan di Prancis, dengan tokoh-tokohnya,
seperti: Derrida dan Lyotard. Dan di Amerika Serikat dengan Komunitarisme (yang dengan
sendirinya menolak dimasukkan ke dalam postmodernisme). “Postmodernisme” itu menolak
segala usaha untuk memahami seluruh kekayaan gejala kehidupan manusia melalui satu pola
teoretis. Pemahaman satu pola itu memaksa dan menjadi sarana penindasan dalam realitas.
Di samping empat aliran besar tersebut, tentu masih ada sekian banyak aliran lain, teutama
Neo-Thomisme dan banyak filosof yang tidak mudah dapat ditempatkan ke dalam salah satu
dari aliran itu.
Mengenai beberapa aliran filsafat yang berkembang di Barat, menurut sumber yang
lain, dinyatakan bahwa pada abad ke-17 dan ke-18 sejarah filsafat Barat memperlihatkan
aliran-aliran yang besar, yang bertahan lama dalam wilayah-wilayah luas, rasionalisme,
empirisme, dan idealisme. Dibandingkan dengan itu, filsafat Barat dalam abad ke-19 dan 20
kelihatan terpecah-pecah. Macam-macam aliran baru bermunculan, dan yang menarik aliran-
aliran ini sering terikat hanya pada satu negara atau satu lingkungan bahasa. Aliran-aliran
yang paling berpengaruh pada abad kini diantaranya adalah positivisme, marxisme,
eksistensialisme, pragmatisme dan lainnya.
Ciri filsafat Kontemporer adalah sebagai reaksi dari berkembangnya filsafat modern yang
semakin melenceng, pemikiran Kontemporer ini berusaha mengkritik Logosentrisme,
rasionalisme filsafat modern yang berusaha menjadika rasio sebagai instrumen utama,
perkembangan Filsafat kontemporer berada dalam dua jalur yakni filsafat Holistic dan filsafat
dekonstruksi.5
Hannah Arendt, Robert Nozick. Thomas Kuhn, Chantal Mouffe, Martha Nussbaum, Alasdair
Maclntyre. Peter Singer, Nicolai Berdyaev. Peter-Paul Verbeek. dan Paulo Freire. 6 Adapun
pemikiranya :
A.Pengertian Pragmatisme
Pragmatisme berasal dari kata pragma yang artinya guna.Pragma berasal dari kata
Yunani.Maka Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar adalah
apa saja yang membuktikan dirinya sendiri yang benar dengan akibat-akibat yang bermanfaat
secara praktis.Misalnya,berbagai pengalaman pribadi tentang kebenaran mistik,asalkan dapat
membawa kepraktisan dan bermanfaat bagi kehidupan.7
5
Jalil, Mat. "Sinergitas Filsafat Dan Agama Bagi Masyarakat Di Era Kontemporer." Ath Thariq Jurnal Dakwah
dan Komunikasi 3.2 (2020): 215-234.
6
Munir, Misnal. "Pengaruh filsafat Nietzsche terhadap perkembangan filsafat Barat kontemporer." Jurnal
Filsafat 21.2 (2011): 134-146.
7
Saidah, Ahmad Hafid. "Pemikiran Essensialisme, Eksistensialisme, Perenialisme, dan Pragmatisme dalam
Perspektif Pendidikan Islam." AL ASAS 5.2 (2020): 16-28.
8
Pemikiran filsafatnya lahir karena dalam sepanjang hidupnya mengalami konflik
antara pandangan ilmu pengetahuan dengan pandangan agama.Ia beranggapan,bahwa
masalah kebenaran tentang asal/tujuan dan hakikat bagi orang Amerika terlalu teoretis.Ia
B.Pengertian Eksistensialisme
Kata eksistensialisme berasal dari kata eks = ke luar,dan sistensi atau sisto
=Berdiri,menempatkan.secara umum berarti,manusia dalam keberadaannya itu sadar bahwa
dirinya ada dan segala sesuatu keberadaannya ditentukan oleh akunya.Karena manusia selalu
terlihat di sekelilingnya,sekaligus sebagai miliknya.Upaya untuk menjadi miliknya itu
manusia harus berbuat menjadikan-merencanakan,yang berdasar pada pengalaman yang
konkret.8
C.Fenomenologi
Fenomenologi berasal dari kata fenomen yang artinya gejala,yaitu suatu hal yang
tidak nyata dan semua.Kebalikannya kenyataan juga dapat diartikan sebagai ungkapan
kejadian yang dapat diamati lewat indra.Misalnya,penyakit flu gejalanya batuk,pilek.Dalam
filsafat fenomenologi,arti di atas berbeda dengan yang dimaksud,yaitu bahwa suatu gejala
tidak perlu harus diamati oleh indra,karena gejala juga dapat dilihat secara batiniah,dan tidak
harus berupa kejadian-kejadian.9 Jadi,apa yang kelihatan dalam dirinya sendiri apa adanya.
Dan yang lebih penting dalam filsafat fenomoenologi sebagai sumber berpikir yang
kritis.Pemikiran yang demikian besar pengaruhnya di Eropa dan Amerika antara tahun 1920
hingga tahun 1945 dalam bidang ilmu pengetahuan pengetahuan positif.Tokohnya:Edmund
Husseri(1839-1939),dan pengikutnya Max scherel(1874-1928).
8
Ekawati, Dian. "Eksistensialisme." Tarbawiyah: Jurnal Ilmiah Pendidikan 12.01 (2017): 137-153.
9
Nuryana, Arief, Pawito Pawito, and Prahastiwi Utari. "Pengantar Metode Penelitian Kepada Suatu Pengertian
Yang Mendalam Mengenai Konsep Fenomenologi." Ensains Journal 2.1 (2019): 19-24.
9
Edmund Husserl(1839-1939) lahir di Wina.Ia belajar ilmu alam,ilmu
falak,metematika,kemudian filsafat.Akhirnya menjadi guru besar di Halle,Gottingen,Freibug.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa: Satu hal yang harus
digarisbawahi adalah bahwa pragmatisme merupakan filsafat bertindak. Dalam menghadapi
berbagai persoalan, baik bersifat psikologis, epistemologis, metafisik, religius dan
sebagainya, pragmatisme selalu mempertanyakan bagaimana konsekuensi praktisnya. Filosuf
yang terkenal sebagai tokoh filsafat pragmatisme adalah William James dan John Dewey.
Mereka berdualah yang paling bertanggung jawab terhadap generasi Amerika sekarang,
karena di Amerika Serikat pragmatisme mendapat tempat tersendiri dengan melekatnya
nama William James sebagai tokohnya, disamping John Dewey. Diakui atau tidak, paham
pragmatisme menjadi sangat berpengaruh dalam pola pikir bangsa Amerika Serikat.
Pengaruh pragmatisme menjalar di segala aspek kehidupan, tidak terkecuali di dunia
pendidikan.
10
Inti pemikiran aliran eksistensialisme adalah keberadaan manusia diantara keberadaan
yang lain, segala sesuatu yang berada diluar manusia selalu dikaitkan dengan manusia itu
sendiri, dan benda-benda yang ada diluar manusia baru mempunyai makna apabila dikaitkan
dengan manusia karena itu benda-benda yang berada diluar itu selalu digunakan manusia
pada setiap tindakan dan tujuan mereka. Søren Aabye Kierkegaard dan Jean Paul Sartre
dianggap filosof yang dapat mewakili aliran ini. Søren menggambarkan tentang
eksistensialisme manusia dalam perkembangan religius. Sartre sendiri mengatakan manusia
itu memiliki kemerdekaan untuk membentuk dirinya, dengan kemauan dan tindakannya
sendiri.
11
B. Saran
Fenomenologi adalah suatu metode dalam mengamati, memahami, mengartikan, dan juga
sebagai suatu pendirian atau aliran filafat. Akan tetapi dalam mazgab filsafat fenomenologi
memiliki asumsi-asumsi sebagai dasarnya.
Dalam pemahaman Edmund Husserl, fenomenologi adalah suatu analisis deskriptif serta
introspektif mengenai kedalaman dari semua bentuk kesadaran dan pengalaman-pengalaman
yang didapat secara langsung seperti religius, moral, estetis, konseptual, serta indrawi. Ia
juga menyarakan fokus utama filsafat hendaknya tertuju kepada penyelidikan susunan
kesadaran itu sendiri, sehingga akan nampaklah objek kesadaran (fenomenon) tentang
Labenswelt (dunia kehidupan) atau Erlebnisse (kehidupan subjektif dan batiniah).
Fenomenologi sebaiknya menekankan watak intensional kesadaran, dan tanpa mengandaikan
praduga-praduga konseptual dari ilmu-ilmu empiris.
Dalam khasanah metodologi ilmu sosial, fenomenologi merupakan salah satu bentuk inovasi
karena mampu meninggalkan syarat dalam sebuah penelitian yang termanifestasi dengan
menggunakan sebuah hipotesa dalam kerangka penyusunan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Aceng, dkk. 2011. Filsafat Ilmu Lanjutan. Jakarata: Prenada Meda Grup.
Cahyani, Rina. 2011. Derrida; Biografi Dan Pemikiran.
Http://profil.merdeka.com/mancanegara/j/jacques-derrida/. Diakses tanggal 27
Februari 2013 pukul 15:51 WIB
Hadiwijoyo, Harun, 1980. Sari Sejarah Filsafat Barat 2, Percetakan Kanisius,
Yogyakarta. Hadiwijono, H.1995. Sejarah Filsafat Barat 1. Yogyakarta: Kanisius.
Hamersma, Herry. 1983. Tokoh-Tokoh Filsafat Barat Modern.Jakarta: Gramedia
Kattsoft, Louis O. 2004. Pengantar Filsafat. (terjemah). Yogyakarta: Tiara Wacana
Yogya.
Surya.2010. Mengenal
Postmodern.http://suyadian.wordpress.com/2010/17/06/mengenal- postmodern/).
Syadali, Ahmad dkk. 1997. Filsafat Umum. Cet 1. Bandung: Cv .Pustaka
Setia Tafsir, A.2001. Filsafat Umum. Bandung: Rosda.
Thevenaz, Pierre.1962. What is Phenomenology? Chicago: Quadrangle BooksYanur,
Fadli. 2008. Hakekat Pragmatisme. Tersedia pada
(http://fadliyanur.blogspot.com/2008/05/aliran-pragmatisme.html. diakses pada tanggal
14-02-2013
Yanur, Fadli. 2008. Pandangan Pragmatisme dan Penerapannya di Bidang
Pendidikan.
Tersedia pada (http://fadliyanur.blogspot.com/2008/05/aliran-pragmatisme.html)
13
14