Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

FILSAFAT MODERN DAN KONTEMPORER


Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas pada Mata Kuliah FilsafatIlmu

Dosen : Dr.BayuInsanistyo, M.Or

Disusun Oleh :

NOPRI PARDIANSON (A2M020015)


HINDA DEICI SAPUTRI (A2M020014)
ELYNA (A2M020008)
R. BUDHI ERNAWA PANCA PUTRA(A2M020007)
TONSRI (A2M020006)

PROGRAM PASCA SARJANA TEKNOLOGI PENDIDIKAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kemudahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ―Filsafat
Modern dan Kontemporer untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Filsafat ilmu.

Terima kasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing mata kuliah Filsafat ilmu
yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan
makalah ini. Dan tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada teman- teman dan pihak-
pihak lain yang turut serta membantu dalam menyelesaikan makalahini.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat kekurangan.


Penulis mengharapkan kepada teman-teman untuk bersedia memberikan kritik dan
sarannya menyangkut pembuatan makalah ini, sebagai bahan pertimbangan untuk
membuat makalah selanjutnya. Namun demikian, penulis sudah berusaha menyajikan
makalah ini dengan sebaik mungkin. Semoga makalah ini bermanfaat untuk pembaca,
peminat keilmuan dan calon penulis di masamendatang.

Desember 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang........................................................................................... 1
1.2. RumusanMasalah....................................................................................... 2
1.3. Tujuan PenulisanMakalah ........................................................................ 2
BAB II FILSAFAT MODERN DAN FILSAFAT KONTEMPORER
2.1. Filsafat Modern. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
2.2. Filsafat Kontemporer............................................................................... 9
BAB IIIKESIMPULAN
3.1. Kesimpulan .................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Perkembangan dan kemajuan peradaban manusia tidak bisa dilepaskan dari peran
ilmu. Bahkan perubahan pola hidup manusia dari waktu ke waktu sesungguhnya
berjalan seiring dengan sejarah kemajuan dan perkembangan ilmu. Tahap-tahap
perkembangan itu kita menyebut dalam konteks ini sebagai periodesasi sejarah
perkembangan ilmu sejak dari zaman klasik, zaman pertengahan, zaman modern dan
zaman kontemporer.
Begitu pula dengan filsafat, dalam perkmbangannya filsafat dibagi menjadi 4
babakan yakni Filsafat klasik meliputi filsafat Yunani dan Romawi pada abad ke-6 SM
dan berakhir pada 529 M dominasi oleh rasionalisme. Filsafat abad pertengahan
meliputi pemikiran Boethius sampai Nicolaus pada abad ke-6 M dan berakhir pada
abad ke-15 M didominasi dengan doktrin-doktrin agama Kristen. Filsafat modern dan
filsafat kontemporer yang didominasi kritik terhadap filsafat modern.
Pada tahun 1880-an Nietzsche menyatakan bahwa budaya Barat telah berada di
pinggir jurang kehancuran karena terlalu mendewakan rasio. Hingga pada tahun 1990-
an Capra menyatakan bahwa budaya Barat telah hancur juga karena terlalu
mendewakan rasio. Rasionalisme Filsafat modern perlu di dekonstruksi karena ia
Filsafat yang keliru dan juga keliru cara penggunaannya, akibatnya budaya Barat
menjadi hancur (Tafsir, 2009 : 257).
Renaisanse yang secara berlebihan mendewakan rasio manusia. Mencerminkan
kelemahan manusia modern. Akibatnya timbulah kecenderungan untuk menyisihkan
seluruh nilai dan norma yang berdasarkan agama dalam memandang kenyataan hidup,
sehingga manusia modern yang mewarisi sikap positivistik cenderung menolak
keterkaitan antara substansi jasmani dan rohani manusia, mereka juga menolak adanya
hari akhirat, akibatnya manusia terasing tanpa batas.
Pada zaman kita hidup saat ini dikenal dengan zaman modern dimana
perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan sangat pesat. Seluruh pengembangan
tersebut bertujuan untuk memberikan kemudahan dan kelancaran manusia dalam
melakukan aktivitasnya sehari-hari. Pemikiran pada periode ini memfokuskan diri
padateorikritisyangberbasispadakemajuandanemansipasi.Kemajuandan

1
emansipasi adalah dua hal yang saling berkaitan, seperti yang dinyatakan oleh
Habermas bahwa keberadaan demokrasi ditunjang oleh sains dan teknologi.
Dalam makalah ini penulis akan kemukakan sejarah munculnya filsafat
kontemporer dan filsafat modern sebagai ‗isme‘ yang mengritik modernitas, juga akan
dipaparkan beberapa tokoh pada periode ini, ajarana-ajaran pokok dan sumbangih
pemikirannya terhadap ilmu pengetahuan masakini..

1.2 RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, rumusan
masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana latar belakang munculnya filsafat barat modern dan filsafat barat
kontemporer ?

2. Apa saja yang termasuk aliran filsafat barat modern dan filsafat barat
kontemporer ?

1.3 Tujuan PenulisanMakalah


Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. mengetahui latar belakang munculnya filsafat barat modern dan filsafat barat
kontemporer
2. mengetahui apa saja aliran filsafat barat modern dan filsafat barat kontemporer

2
BAB II

FILSAFAT BARAT MODERN DAN FILSAFAT BARAT KONTEMPORER

2.1 FILSAFATMODERN

I. Filsafat Barat Modern abad ke-17 Aliran Idealisme

Idealisme berasal dari kata idea yang berarti sesuatu yang hadir dalam jiwa
dan isme yang berarti paham atau pemikiran. Sehingga, idealisme adalah doktrin yang
mengajarkan bahwa hakekat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam
kebergantungannya pada jiwa (mind) dan spirit (roh) Pandangan ini telah dimiliki oleh
Plato yang sudah jauh ada sebelum adanya tokoh-tokoh idealisme.
Idealisme mempunyai argumen epistimologi tersendiri. Penganut aliran
idealisme menggunakan argumen yang mengatakan bahwa objek-objek fisik pada
akhirnya adalah ciptaan Tuhan. Idealisme secara umum selalu berhubungan dengan
rasionalisme yang mengajarkan bahwa pengetahuan dapat diperoleh dengan akal
manusia. Lawan rasionalisme ialah empirisme 1 yang mengatakan bahwa pengetahuan
tidak diperoleh melalui akal, akan tetapi dengan pengalaman. Orang-orang empiris
amat sulit menerima paham bahwa semua realitas bergantung kepada jiwa atau roh
karena pandangan itu melibatkan dogma metafisik atau doktrin yang fokusnya kepada
hal-hal yang terlihat nyata maupun abstrak

II. Filsafat Barat Zaman Modern abad ke-18


Pada abad ke-18, era filsafat semakin berkembang ke arah yang lebih modern,
berbeda sekali dengan zaman-zaman sebelumnya, yang filsafat itu sendiri didoktrin
oleh gereja, sehingga pembahasan para filsuf tidak jauh dari jiwa atau roh yang
didasari oleh doktrin metafisik. Immanuel Kant mendefenisikan zaman itu dengan
mengatakan,

“Dengan Aufklarung dimaksudkan bahwa manusia keluar dari keadaan tidak


balig yang dengannya ia sendiri bersalah.”

Maksud dari denifisinya itu adalah, manusia itu sendiri bersalah. Mereka mempunyai
rasio atau akal yang telah di anugerahkan oleh Tuhan, tetapi mereka tidak
1

3
menggunakan akalnya sendiri untuk mencari kebenaran.

1. Pengertian Aufkalerung atau Pencerahan


Banyak para ahli yang berpendapat bahwa zaman aufkalerung itu fase dewasa
yaitu masa kelanjutan dari zaman Renaissanance. Aufkalerung berasal dari
bahasa Jerman yang berarti “pencerahan” atau dalam bahasa Inggris disebut
“Enlighment”. Disebut era pencerahan, karena pada abad ke-17 di Inggris
berkembanglah suatu tata negara yang liberal. Oleh karena itu, lambat laun
pencerahan tumbuh menjadi keyakinan umum diantara para ahli pikir.

Sikap pencerahan terhadap ilmu pengetahuan dan filsafat adalah, orang-orang


membuang jauh ajaran Descartes. Cita-cita pemikiran pencerahan
dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan sampai pada puncaknya yaitu oleh Isaac
Newton, yang telah memberikan hukum fisika klasik. Hukum-hukum filsafat
itu diterapkan pada ilmu pengetahuan yang lain.

Dari Inggris, gerakan ini dibawa ke Perancis dan dari sana tersebarlah ke seluruh
Eropa. Di Perancis gerakan ini bertentangan dengan kemasyarakatan, gereja
dan negara sehingga terjadilah konflik. Akhirnya Jerman mengikuti jejak
Perancis itu. Akan tetapi, di Jerman gerakan aufkalerung ini berjalan lebih
damai dan tenang.

Yang menjadi pusat perhatian di Jerman adalah etika. Orang-orang bercita-


cita untuk mengubah ajaran kesusilaan yang berdasarkan wahyu menjadi suatu
kesusilaan yang berdasarkan kebaikan umum, yang dengan jelas
menampakkan perhatian kepada perasaan.

2. Ciri-ciri Zaman Pencerahan


Abad pencerahan merupakan masa transisi akhir abad pertengahan menuju
awal zaman modern, sehingga terjadinya suatu paham dari orang-orang
intelektual Eropa yang mem percayai bahwa penggunaan akal pikir akan
membimbing manusia untuk menemukan hukum-hukum alam yang semuanya
bisa memberi pencerahan. Ciri-ciri abad pencerahan, yaitu:
 Penduniawian Terhadap Ajaran

4
Para filsuf dan tokoh agama abad pertengahan menafsirkan alam semesta
dengan manusia berdasarkan kitab-kitab suci, sedangkan orang-orang
pencerahan lebih cenderung kepada ilmu pasti. Para pemikir abad pencerahan
berkeyakinan bahwa gerbang menuju kebenaran bukanlah berdasarkan wahyu,
tetapi lebih kepada ilmu pasti, logika, dan pemikiran.

 Keyakinan Pada Pemikiran


Zaman pencerahan merupakan abad keyakinan pada tingkat rasional dari alam
dan pada hukum-hukum ilmiah. Pemikiran manusia adalah suatu penentu
yang berkuasa penuh pada suatu hal, dan manusia telah ditentukan untuk
menggunakan kemampuan intelektualnya dalam mengupas kegaiban alam dan
juga pemikirannya sendiri.

 Paham Serba Guna


Jiwa tokoh zaman pencerahan bersifat serbaguna dan praktis. Manusia harus
mencapai kebahagiaan dan kesejahteraannya sendiri, sehingga terbentuklah
paham tentang martabat manusia. Manusia bertanggung jawab terhadap
dirinya sendiri, bukan kepada Tuhan. Manusia berhak mencari dan
mengumpulkan kekayaan demi kebahagiaan, pikirannya bersifat serbaguna
dan praktis dengan menempatkan kemajuan ilmu dan teknologi dapat meraih
kemakmuran, sehingga muncullah paham tentang hak atas kebahagiaan.

 Optimisme atau Percaya Diri Sendiri


Orang-orang pencerahan sangat yakin, percaya penuh akan kemampuan
mereka untuk menemukan hukum-hukum alam sesuai dengan pendapat
mereka melalui ilmu pengetahuan yang bersifat alamiah, dan mereka yakin
melalui penyelidikan dan penelitian akan dapat mengungkap rahasia-rahasia
alam2.

3. Tokoh-tokoh Penting Zaman Pencerahan


Zaman Pencerahan tidak akan terjadi jika tidak ada filsuf yang berkontribusi
dalam terjadinya era baru. Tokoh-tokoh yang sangat berperan dalam abad
pencerahan, yaitu:
a. George Berkeley
2

5
Berkeley yang lahir di Irlandia menganut aliran empirisme. Ia dilahirkan pada
12 Maret 1685 di County Kilkenny, Irlandia. Berkeley mengembangkan suatu
pandangan tentang pengenalan visual tentang jarak dan ruang. Selain itu, ia
juga mengembangkan sistem metafisik yang serupa dengan idealisme untuk
melawan pandangan skeptisisme.
Inti pandangan filsafat Berkeley adalah tentang "pengenalan".
Menurutnya,pengamatan terjadi bukan karena hubungan antara subyek yang
mengamati dan obyek yang diamati. Pengamatan justru terjadi karena
hubungan pengamatan antara pengamatan indra yang satu dengan pengamatan
indra yang lain. Misalnya, jika seseorang mengamati meja, hal itu
dimungkinkan karena ada hubungan antara indra pelihat dan indra peraba.
Indra penglihatan hanya mampu menunjukkan ada warna meja, sedangkan
bentuk meja didapat dari indra peraba. Kedua indra tersebut juga tidak
menunjukkan jarak antara meja dengan orang itu, sebab yang memungkinkan
pengenalan jarak adalah indra lain dan juga pengalaman. Dengan demikian,
Berkeley mengatakan bahwa pengenalan hanya mungkin terhadap sesuatu
yang kongkret.

Pada 1709, Berkeley menerbitkan karya pertamanya  yakni,  "An Essay


towards a New Theory of Vision", dalam karyanya tersebut ia membahas
keterbatasan penglihatan manusia dan mengajukan teori bahwa benda yang
terlihat bukanlah benda material, tapi cahaya dan warna. Hal tersebut
membayangi karya filosofisnya Treatise Mengenai Prinsip Pengetahuan
Manusia tahun 1710, setelah penerimaan yang buruk, ia menulis ulang dalam
bentuk dialog dan diterbitkan dengan judul Tiga Dialog antara Hylas dan
Philonous pada tahun 1713.

b. David Hume
David Hume lahir di Edinburh, Skotlandia, 7 Mei 1711. Ia mempelajari
hukum, sastra, dan filsafat di Universitas Edinburgh. Pribadinya lebih tertarik
dengan dunia filsafat dibandingkan dengan ilmu yang lain. Ia adalah seorang
filsuf empiris. Ia bekerja sebagai Diplomat di Perancis, Italia, Australia,
Austria dan Inggris.
6
Zaman Hume dikenal sebagai “Zaman Akal Budi”. Budi merupakan ide
penting yang mungkin menjadi alasan bagi Hume untuk menunjukkan batas-
batas akal budi. Pemikirannya lebih mengkritisi keyakinan-keyakinan yang
ada. Pada zaman Hume, banyak filsuf Prancis terancam hidupnya karena
dinilai terlalu radikal memperjuangkan gagasan mereka.

Model pemikiran Hume bercorak skeptis, di mana ide rasio tidak melebihi
pengalaman. Ia sangat menekankan aspek pengalaman daripada rasionalitas
dalam menjelaskan segala sesuatu. Ia juga berusaha mengkritisi keyakinan-
keyakinan (tradisi) yang sudah ada sebelumnya. Meski demikian, Hume juga
menyadari keterbatasan akal budi untuk mengungkap sesuatu.

c. Voltaire

Nama aslinya adalah Francois Marie arouet, lahir 21 November 1694 dan
meninggal 30 Mei 1778. Ia lebih dikenal dengan nama penanya “Voltaire”
yang adalah seorang penulis dan filsuf Perancis pada era Pencerahan. Voltaire
dikenal dengan tulisan filsafatnya yang tajam, dukungan terhadap hak-hak
manusia, dan kebebasan sipil, termasuk kebebasan beragama dan hak
mendapatkan pengadilan. Ia sering menggunakan karyanya untuk mengkritik
dogma gereja dan institusi Perancis pada saat itu. Voltaire dianggap sebagai
salah satu tokoh yang paling berpengaruh pada zamannya.

Voltaire merupakan salah satu dari dua tokoh filsuf pencerahan Perancis yang
paling terkenal, tetapi fokus filsafat mereka tidak tertuju pada metafisika dan
epistemologi. Voltaire membatasi perhatiannya pada masalah yang kurang
abstrak dan lebih praktis, seperti politik dan pendidikan. Gagasan Voltaire
ialah bila manusia ingin merdeka dan bebas dari kungkungan, ia harus
melawan segala bentuk dominasi dan pengaruh agama Kristen dan gereja.
Bagi Voltaire sumber segala kejahatan dan bencana kemanusiaan di dunia
adalah agama yang terorganisir (The root of all evil in the world was
organised religion). Agama memaksa manusia mempercayai absurditas,
keyakinan supranatural yang tidak masuk akal dan berbuat sesuatu atas nama
kehendak tuhan. Voltaire pecaya bahwa semua agama berakar dari ketakutan
7
manusia terhadap kekuatan misterius dari kekuatan alam. Rasa ketakutan ini
dieksploitisir oleh pendeta yang merasa menemukan Tuhan, pengontrol semua
kekuatan itu. Perintah dan nasehat pendeta harus dipatuhi jika manusia ingin
selamat3.

d. Jean Jaques Rousseau


Jean Jacques Rousseau lahir di Geneva, 28 Juni 1712. Ia adalah seorang tokoh
filosofis besar, penulis dan juga komposer. Rousseau mengarang sebuah novel
yang berjudul Emile atau On Education yang merupakan kunci pokok
pendidikan kewarganegaraan yang seutuhnya. Menurut Rousseau, manusia
abad pencerahan sudah mengubah dirinyamenjadi manusia rasional yang
hanya mementingkan faktor materialuntuk memenuhi kebutuhan dirinya.
Faktor-faktor non-material berupa perasaan danemosi mengalami pengikisan
yang berakibat manusia seolah-olah hanya bergerakmenurut rasionya saja.
Abad Pencerahan menurut Rousseau adalah abad pesimismetotal. Pemikir-
pemikir pencerahan, perkembangan teknologi dan sains
menyebabkandekadensi moral dan budaya. Akibatnya, manusia menjadi rakus
dan tamak sehinggaterjadi kerusakan dan penghancuran besar-besaran bagi
keberlangsungan manusia, baik itu alam maupun manusianya sendiri. Oleh
sebab itu, Rousseau berpikir bahwamanusia seharusnya kembali pada
kehidupannya yang alamiah yang memiliki emosidan perasaan untuk
mencegah dan terhindar dari kehancuran total. Pemikiran inimenjadi cikal
bakal dari aliran Romantisme (paham politik yang mengagungagungkanmasa
lampau) yang berkembang di Eropa

e. Immanuel Kant
Immanuel kant lahir di Jerman pada tahun 1724 M. Banyak ahli yang
mengatakan bahwa Kant adalah filsuf yang membawa filsafat ke dalam abad
baru. Ia merupakan filsuf terbesar dari zaman modern karena kritiknya yang
mendalam atas pengetahuan manusia. Kritik ini tertampung dalam buku-buku
yang ia karang. Buku-buku yang terpenting atas kritiknya, yaitu:
a) Kritik der Vernunft, 1781, (kritik atas akal murni)
b) Kritik der Praktischen, 1788 (kritik atas akal budi praktis)

8
c) Kritik der Urteilskraft, 1790 (kritik atas daya pertimbangan).

Kant adalah pelopor aliran kritisme. Secara harfiah, kritik berarti


“Pemisahan”. Berfikir Kritis, yaitu lebih mendasarkan diri pada nilai-nilai
yang lebih tinggi dari pada akal, tetapi tidak mengingkari adanya persoalan-
persoalan yang melampaui akal, sehingga akal ada batas-batasnya. Filsafat
Kant lebih kepada pengenalan yang murni dan yang tidak murni, yang pasti
dan yang tidak pasti. Maksudnya, filsafatnya sebagai penyadaran atas
kemampuan-kemampuan rasio secara objektif. Menurutnya, pemikiran telah
mencapai arahnya yang pasti di dalam ilmu pasti, seperti yang telah disusun
oleh Newton.

Tujuan Kant, yaitu menyusun suatu sistem tentang prinsip-prinsip dasar


pengetahuan yang berlaku secara mutlak dan umum. Prinsip-prinsip dasar itu
tidak berasal dari pengalaman, sebab pengalaman tidak pernah menghasilkan
suatu pengetahuan yang mutlak dan umum. Akan tetapi, pengetahuan yang
mutlak dan umum itu harus melekat pada akal murni, sehingga program utama
Kant adalah menyelidiki akal budi untuk menemukan prinsip-prinsip dasar
bagi pengetahuan dalam segala bentuknya. Ia juga mengupayakan agar filsafat
menjadi ilmu pengetahuan yang pasti dan berguna, yaitu dengan membentuk
pengertian-pengertian yang jelas dengan bukti yang kuat.

II.2. FILSAFAT BARAT KONTEMPORER

Filsafat dibagi menjadi 4 babakan yakni Filsafat klasik, filsafat abad


pertengahan filsafat modern dan filsafat kontemporer. Filsafat klasik di dominasi oleh
rasionalisme, filsafat abad pertengahan didominasi dengan doktrin-doktrin agama Kristen
selanjutnya filsafat modern didominasi oleh rasionalisme sedangkan filsafat kontemporer
didominasi oleh kritik terhadap filsafat modern.
Kita akan memfokuskan pembahasan dalam makalah ini mengenai filsafat
kontemporer, banyak istilah dalam penyebutan babakan filsafat ini diantaranya filsafat
kontemporer, filsafat pasca modern, filsafat posmo dan lain-lain.
Filsafat barat kontemporer ini muncul pada abad XX sebagai kritik dari
filsafat modern, hal ini dapat terungkap dalam istilah dekonstruksi, yang didekonstruksi oleh
filsafat kontemporer ini adalah rasionalisme yang digunakan untuk membangun seluruh isi
kebudayaan dunia barat,
Tokoh-tokoh besar banyak bermunculan pada abad XX ini seperti Arkoun,
Derrida, Foucault, Wittgenstein dll. Menurut Ahmad Tafsir dalam bukunya Filsafat Umum
Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra, Nietzsche adalah tokoh pertama yang sudah
9
menyatakan ketidak puasannya terhadap dominasi atau pendewaan rasio pada tahun 1880an.
jadi menurutnya tokoh the pertama filsafat dekontruksi adalah Nietzsche. Dengan alasan
pada tahun 1880an Nietzsche menyatakan bahwa budaya Barat telah berada di ambang
kehancuran karena terlalu mendewakan rasio, kemudian baru tahun 1990 Capra juga
mengatakan demikian.
Rasionalisme Filsafat modern perlu di dekonstruksi menurut Ahmad Tafsir
karena ia Filsafat yang keliru dan juga keliru cara penggunaannya, akibatnya budaya Barat
menjadi hancur. Renaisans yang secara berlebihan mendewakan rasio manusia.
Mencerminkan kelemahan manusia modern. Akibatnya timbullah kecenderungan untuk
menyisihkan seluruh nilai dan norma yang berdasarkan agama dalam memandang kenyataan
hidup, sehingga manusia modern yang mewarisi sikap positivistic cenderung menolak
keterkaitan antara substansi jasmani dan rohani manusia, mereka juga menolak adanya hari
akhirat, akibatnya manusia terasing tanpa batas, kehilangan orientasi dan sebagai
konsekuensinya lahirlah trauma kejiwaan dan ketidakstabilan hidup.
Perlu diingat Filsafat Barat Kontemporer sangat Heterogen, karena
profesionalisme yang semakin besar akibatnya muncul banyak filsuf yang ahli dibidang
Matematika, Fisika, Psikologi, Sosiologi ataupun Ekonomi. Sehingga banyak pemikiran lama
dihidupkan kembali seperti neothomisme, neokantianisme, neopositivisme dan sebagainya.
Dimasa ini Prancis, Inggris dan Jerman tetap merupakan Negara-negara yang
paling depan dalam filsafat, sehingga pada umumnya orang membagi periodisasi Filsafat
Barat Kontempoter menjadi dua, pertama filsafat kontinental meliputi Prancis dan Jerman,
kedua Filsafat Anglosakson meliputi Inggris.
Aliran-aliran yang muncul pada abad ini adalah Pragmatisme, vitalisme,
Fenomenologi, Eksistensialisme, Filsafat Analitis (filsafat bahasa), Strukturalisme dan
Postmodernisme.

2.2.1 Filsafat Barat Kontemporer


Filsafat berasal dari Griek berasal dari kata Pilos (cinta), Sophos (kebijaksanaan),
tahu dengan mendalam, hikmah. Filsafat menurut term : ingin tahu dengan mendalam (cinta
pada kebijaksanaan) Menurut Ciceros (106-43 SM), penulis Romawi orang yang pertama
memakai kata-kata filsafat adalah Phytagoras (497 SM), sebagai reaksi terhadap cendikiawan
pada masanya yang menamakan dirinya “Ahli pengetahuan”, Phytagoras mengatakan bahwa
pengetahuan dalam artinya yang lengkap tidak sesuai untuk manusia . tiap-tiap orang yang
mengalami kesukaran-kesukaran dalam memperolehnya dan meskipun menghabiskan
seluruh umurnya, namun ia tidak akan mencapai tepinya. Jadi pengetahuan adalah perkara
yang kita cari dan kita ambil sebagian darinya tanpa mencakup keseluruhannya. Oleh karena
itu, maka kita bukan ahli pengetahuan, melainkan pencari dan pencinta pengetahuan.
Menurut Prof, I.R. PUDJAWIJATNA menerangkan juga “Filo” artinya cinta
dalam arti seluas-luasnya yaitu ingin dan karena ingin itu selalu berusaha mencapai yang
diinginkannya. “Sofia” artinya kebijaksanaan artinya pandai, mengerti dengan mendalam.
Orang yang berfilsafat dinamakan filosof dapat diumpamakan sebagai seseorang
yang berpijak di bumi sedang tengadah ke bintang-bintang , ia ingin mengetahui hakikat
dirinya dalam kemestaan alam, Karakteristiknya berfikit filsafat yang pertama adalah
10
menyeluruh, yang kedua mendasar, Filsafat pada abad Yunani Klasik atau biasa disebut
filsafat kuno senantiasa membahas tentang kosmologi yaitu terbentuknya alam semesta dari
mana mereka berasal. selanjutnya filsafat abad pertengahan atau biasa disebut dengan
skolastik sangat berbeda dengan pemikiran sebelumnya hal ini disebabkan karena rumpun
bangsa yang berfilsafat sangat berbeda, dalam filsafat abad pertengahan ini manusia mencoba
mempersatukan secara harmonis apa yang diketahui dari akal dengan apa yang diketahuinya
dari wahyu dengan demikianlah timbul sistem pandangan dunia kristen yang rangkap,
dimana iman dan ilmu pengetahuan mendapatkan tempatnya masing-masing. semakin lama
doktrin kristen makin membelenggu kehidupan manusia di jaman itu sehingga semakin
membatasi., selanjutnya muncullah abad modern yang diawali dengan munculnya gerakan
Renaissance dimana orang lebih memusatkan perhatiannya kepada manusia sendiri,
Renaissance kemudian disusul oleh pencerahan yang menjadikan manusia merasa dewasa,
membebaskan diri ri tradisi gereja sehingga mereka berusaha untuk menegakkan suatu
pandangan dunia secara sistematis serta mengembangkannya secara metodis sehingga
menjadi sautu bangunan pandangan dunia yang lengkap
Karena terdapat berbagai macam filsafat yang kontruktif maka makin lama
timbullah rasa jemu karena orang-orang yang setia kepada pemikiran yang membangun
menampakkan gejala pembekuan sehingga terbentuklah aliran yang tiada pemikiran yang
baru lagi yang dinamai aliran via antiqua (jalan kuna) selanjutnya dari situ timbul juga aliran
baru yang berbeda sekali dengan sistem pemikiran dalam masa kejayaan skolastik dan
berbeda juga dengan aliran via antiqua aliran ini dinamakan aliran via moderna (jalan
modern) aliran ini menolak pemikiran metafisis yang konstruktif. Dan perhatiannya lebih
diarahkan kepada cara manusia mengenal dan kepada segala ”yang ada”, ajaran yang
mengenai pengenalan mengarah kepada nominalisme sekalipun perhatian terhadap teologia
tidak kurang namun perhatiannya lebih diarahkan kepada hal-hal yang ilmiah secara positif
bukan kepada persoalan-persoalan filsafati.dan tidak dapat disangkal bahwa para pemikir
pada zaman modern ini berbeda-beda keadaannya. pemikiran filsafat mereka juga mengarah
ke banyak jurusan akan tetapi semuanya itu mewujudkan suatu kesatuan. zaman ini
menjadikan orang meraa telah mengetahui segala sesuatu secara menyeluruh dan sistematis.
Selanjutnya dalam perjalanan sejarah filsafat barat menunjukkan bahwa makin
lama filsafat itu makin terpecah-pecah menjadi filsafat jerman, filsafat Prancis, filsafat
Inggris, Filsafat Amerika dan filsafat Rusia. mereka mengikuti jalannya sendiri-sendiri
masing-masing membentuk kepribadian dengan caranya sendiri sekalipun demikian mereka
tetap menampakkan suatu kesatuan. Sebab bermacam-macam pemikiran yang dikemukakan
para bangsa itu sebenarnya hanya mewujudkan aspek yang bermacam-macam dari satu
keadaban.
Filsafat Kontemporer muncul diawali sikap ingin mendobrak teori Filsafat
Modern yang menggunakan keuniversalitasan kebenara tunggal dan bebas nilai. Oleh sebab
itu salah satu ciri yang terdapat dalam Filsafat Kontempoter ini mengagungkan nilai-nilai
relatifitas dan mini narasi, dan lebih cenderung beragam dalam pemikiran.
Ciri filsafat Kontemporer adalah sebagai reaksi dari berkembangnya filsafat
modern yang semakin melenceng, pemikiran Kontemporer ini berusaha mengkritik
Logosentrisme filsafat modern yang berusaha menjadika rasio sebagai instrumen utama,
perkembangan Filsafat kontemporer berada dalam dua jalur yakni filsafat Holistic dan filsafat
dekonstruksi
11
2.2.2 Aliran-Aliran dalam Filsafat Barat Kontemporer
1.    Pragmatisme
Di Amerika Serikat aliran Pragmatisme mendapat tempatnya yang tersendiri
didalam pemikiran filsafat, William James adalah orang yang memperkenalkan gagasan-
gagasan pragmatisme kepada dunia.
Aliran Pragmatisme mengajarkan bahwa yang benar ialah apa yang membuktikan
dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis.
Aliran ini menganggap benar apa yang akibat-akibatnya bermanfa’at secara
praktis. Jadi patokan dari pragmatisme adalah bagaimana dapat bermanfaat dalam kehidupan
praktis. Dan pegangan pragmatisme adalah logika pengamatan. Kebenaran mistis pun dapat
diterima asalkan bisa bermanfa’at secara praktis misalnya ada penyembuhan alternative yang
menggunakan tenaga magis. Pengalaman pribadi yang benar adalah pengalaman yang
bermanfaat secara praktis.Tokoh-tokohnya : William James, Jhon Dewey, F.C.S Schiller.

2.    Vitalisme
Akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknik di awal abad XX
mengakibatkan perkembangan industrialisasi yang cepat pula, sehingga menjadikan segala
pemikiran diarahkan pada hal-hal yang bersifat bendawi saja, baik jagat raya, maupun
manusia dipandang sebagai mesin yang terdiri dari banyak bagian yang masing-masing
menempati tempatnya sendiri-sendiri. Serta bekerja menurut hukum yang telah ditentukan
bagi masing-masing bagian itu.
Aliran Vitalisme memandang bahwa kegiatan organisme hidup digerakkan oleh
daya atau prinsip vital dengan daya-daya fisik. Aliran ini timbul dari reaksi terhadap
perkembangan ilmu dan teknologi serta industrialisasi. Dimana segala sesuatu dapat dianalisa
secara matematis.Tokoh-tokohnya: Henri Bergson

3.    Fenomenologi
Kata Fenomenologi berasal dari Yunani fenomenon yang artinya sesuatu yang
tampak, terlihat karena bercahaya, dalam bahasa Indonesia disebut”gejala”. Jadi
fenomenologi adalah suatu aliran yang membicarakan segala sesuatu selama hal itu tampak.
Pelopor aliran ini adalah Edmund Husserl.Tokoh-tokohnya: Edmund Husserl, Marx Secheler

4.    Eksistensialisme
Kata Eksistensi berasal dari kata eks (keluar) dan sistensi yang diturunkan dari
kata kerja sisto (berdiri, menempatkan) jadi eksistensialisme dapat diartikan manusia berdiri
sebagai diri sendiri dengan keluar dari dirinya. Manusia sadar bahwa dirinya ada. Ia dapat
meragukan segala sesuatu hal yang pasti yaitu bahwa dirinya ada.
Eksistensialisme adalah aliran Filsafat yang memandang segala gejala dengan
berpangkal pada eksistensi, Eksistensi sendiri merupakan cara berada manusia di dunia, dan
cara ini berbeda dengan cara berada makhluk-makhluk lainnya. Benda mati atau hewan tidak
sadar akan keberadaannya tetapi manusia menyadari keberadaannya, manusia sadar bahwa
dirinya sedang bereksistensi oleh sebab itu segala sesuatu berarti selama menyangkut dengan
manusia, dengan kata lain manusia memberikan arti pada segalanya, manusia menentukan
12
perbuatannya sendiri, ia memahami diri sebagai pribadi yang bereksistensi.
Dalam teori ini berpandangan bahwa manusia adalah eksistensinya mendahului
esensinya (hakikat), dan sebaliknya benda-benda lain esensinya mendahului eksistensinya,
sehingga manusia dapat menentukan diri sendiri menurut proyeksinya sendiri, hidupnya tidak
ditentukan lebih dulu, sebaliknya benda-benda lain bertindak menurut esensi atau kodrat
yang memang tak dapat dielakkan.Tokoh-tokohnya: Jean Paul Sartre, Gabriel Marcel

5.    Filsafat Analitis
Aliran Filsafat Analitis ini pertama muncul di Inggris dan Amerika serikat sejak
tahun 1950, Filsafat analitis sering juga disebut filsafat bahasa, filsafat ini merupakan reaksi
dari idealisme, khususnya neohegelianisme di inggris. Para penganutnya menyibukkan diri
dengan analisis bahasa dan konsep-konsep.Tokoh-Tokohnya: Bertrand Russel, Ludwig
Wittgenstein, Gilbert Ryle, John Langsaw Austin.

6.    Strukturalisme
Strukturalisme muncul diprancis pada tahun 1960an, dan dikenal juga dalam
linguistic, psiatri dan sosiologi, strukturalisme pada dasarnya menegaskan bahwa masyarakat
dan kebudayaan memiliki struktur yang sama dan tetap, maka kaum strukturalis
menyibukkan diri dengan menyelidiki struktur-struktur tersebut.Tokoh-tokohnya: Levi
Strauss, Jacques Lacan, Michel Foucault

7.    Postmodernisme
Aliran Post Modernisme ini muncul sebagai reaksi terhadap modernisme dengan
segala dampaknya, pengertian postmodern bukan sesuatu yang baru dalam filsafat Lyotard
menjadi orang pertama yang mengintroduksikan istilah ini ke dalam filsafat.Tokoh-tokohnya:
Jean Francois Lyotard.

13
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa:


Satu hal yang harus digarisbawahi adalah bahwa pragmatisme merupakan
filsafat bertindak. Dalam menghadapi berbagai persoalan, baik bersifat psikologis,
epistemologis, metafisik, religius dan sebagainya, pragmatisme selalu
mempertanyakan bagaimana konsekuensi praktisnya. Filosuf yang terkenal sebagai
tokoh filsafat pragmatisme adalah William James dan John Dewey. Mereka
berdualah yang paling bertanggung jawab terhadap generasi Amerika sekarang,
karena di Amerika Serikat pragmatisme mendapat tempat tersendiri dengan
melekatnya nama William James sebagai tokohnya, disamping John Dewey. Diakui
atau tidak, paham pragmatisme menjadi sangat berpengaruh dalam pola pikir
bangsa Amerika Serikat. Pengaruh pragmatisme menjalar di segala aspek
kehidupan, tidak terkecuali di dunia pendidikan.
Inti pemikiran aliran eksistensialisme adalah keberadaan manusia diantara
keberadaan yang lain, segala sesuatu yang berada diluar manusia selalu dikaitkan
dengan manusia itu sendiri, dan benda-benda yang ada diluar manusia baru
mempunyai makna apabila dikaitkan dengan manusia karena itu benda-benda yang
berada diluar itu selalu digunakan manusia pada setiap tindakan dan tujuan mereka.
Søren Aabye Kierkegaard dan Jean Paul Sartre dianggap filosof yang dapat
mewakili aliran ini. Søren menggambarkan tentang eksistensialisme manusia dalam
perkembangan religius. Sartre sendiri mengatakan manusia itu memiliki
kemerdekaan untuk membentuk dirinya, dengan kemauan dan tindakannya sendiri.
Modernisme merupakan suatu paham yang mengkritisi dan melampaui
nilai-nilai dan pandangan yang diusung oleh zaman sebelumnya terkhusus pada
modernisme yang dinilai gagal dan sebagai bentuk reaksi pemberontakan dan
kritik atas janji modernisme. Filsafat modern pertama kali muncul di Perancis pada
sekitar tahun 1970-an, ketika Jean Francois Lyotard menulis pemikirannya tentang
kondisi legitimasi era posmodern, dimana narasi-narasi besar dunia modem. Aliran
posmodernisme berkembang pesat pada 1970an dengan beberapa tokoh yang gigih
menolak aliran modernism, tokoh-tokoh tersebut antara lain Jeans Francois
Lyotard, Friedrich Wilhelm Nietzsche sche, Jacques Derrida, Michel Foucalt dan
lain sebagainya.
14
Fenomenologi adalah suatu metode dalam mengamati, memahami,
mengartikan, dan juga sebagai suatu pendirian atau aliran filafat. Akan tetapi dalam
mazgab filsafat fenomenologi memiliki asumsi-asumsi sebagai dasarnya.
Edmund Husserl (1859–1939) membawa fenomenologi berubah menjadi
sebuah disiplin ilmu filsafat dan metodologi berfikir yang mengusung
tema Epoche-Eiditic Vision danLebenswelt sebagai sarana untuk mengungkap
fenomena dan menangkap hakikat yang berada dibaliknya. Ia kemudian dikenal
sebagai tokoh besar dalam mengembangkanfenomenologi.
Dalam pemahaman Edmund Husserl, fenomenologi adalah suatu analisis
deskriptif serta introspektif mengenai kedalaman dari semua bentuk kesadaran dan
pengalaman-pengalaman yang didapat secara langsung seperti religius, moral,
estetis, konseptual, serta indrawi. Ia juga menyarakan fokus utama filsafat
hendaknya tertuju kepada penyelidikan susunan kesadaran itu sendiri, sehingga
akan nampaklah objek kesadaran (fenomenon) tentang Labenswelt (dunia
kehidupan) atau Erlebnisse (kehidupan subjektif dan batiniah). Fenomenologi
sebaiknya menekankan watak intensional kesadaran, dan tanpa mengandaikan
praduga-praduga konseptual dari ilmu-ilmu empiris.
Dalam khasanah metodologi ilmu sosial, fenomenologi merupakan salah
satu bentuk inovasi karena mampu meninggalkan syarat dalam sebuah penelitian
yang termanifestasi dengan menggunakan sebuah hipotesa dalam kerangka
penyusunan.
Modernisme bersifat relative. Kebenaran adalah relative, kenyataan (realita)
adalah relative, dan keduanya menjadi konstruk yang tidak bersambungan satu
sama lain. Hal tersebut jelas mempunyai implikasi bagaimana kita memandang diri
dan mengkonstruk identitas diri. Hal ini senada dengan devisi dari Friedrich
Wiliam Nietzsche (1844-1900) yang dikenal sebagai nabi dari modernisme. Dia
mengatakan bahwa ‖Ada banyak macam mata. Bahkan sphink juga mamiliki mata,
dan oleh sebab itu ada banyak macam kebenaran, dan oleh sebab itu tidak
adakebenaran.
Sumbangsih modernisme bagi agama, yakni paradigma berpikir dan cara
beragama yang baru, dialog dan cara beragama yang baru melalui kemanusiaan
titik pijak yang baru. Manusia mempunyai hubungan dengan realitas tertinggi yakni
Allah. Sedangkan sumbangsih filsafat modernisme terhadap ilmu pengetahuan dan
teknologi di jelaskan oleh Toffler yangmenggambarkan
peradaban pasca-modern itu sebagai datangnya industri-industri baru yang
didasarkan pada komputer, elektronik, informasi, bioteknologi. Ini memungkinkan
pabrikasi yang fleksibel, pasar lokal, meluasnya pekerjaan paruh-waktu, dan de-
masivisasi media, dan mengambarkan fusi baru antara produser dan konsumer dan
terbentuknya apa yang disebut sebagai prosumer. Ini menggambarkan pergeseran
pekerjaan ke rumah dan perubahan-perubahan dalam bidang politik dan sistem
pemerintahan.
DAFTAR PUSTAKA

Aceng, dkk. 2011. Filsafat Ilmu Lanjutan. Jakarata: Prenada Meda Grup.
Cahyani, Rina. 2011. Derrida; Biografi Dan Pemikiran.
Http://profil.merdeka.com/mancanegara/j/jacques-derrida/. Diakses tanggal
17Desember 2020 pukul 11:51WIB
Hadiwijoyo, Harun, 1980. Sari Sejarah Filsafat Barat 2, Percetakan Kanisius,
Yogyakarta. Hadiwijono, H.1995. Sejarah Filsafat Barat 1. Yogyakarta: Kanisius.
Hamersma, Herry. 1983. Tokoh-Tokoh Filsafat Barat Modern.Jakarta: Gramedia
Kattsoft, Louis O. 2004. Pengantar Filsafat. (terjemah). Yogyakarta: Tiara Wacana
Yogya.
Magnis Suseno, Franz., 2000. 12 Tokoh Etika Abad ke-20. Yogyakarta: Kanisius.
Magnis Suseno, Franz., 2006. Menalar Tuhan. Yogyakarta: Kanisius.
Muzairi. 2009. Filsafat Umum. Yogyakarta: Teras.
Rodliyah, Ummi. 2011. Postmodernisme Dalam Pandangan Jean Francois Lyotard.
http://www.tokohposmodernisme.com/html/.

Septin. 2007. Metanarative. http://septian.wordpress.com/2007/10/06/apa-itu-meta-


narrative/
Solihin. 2007. Perkembangan Pemikiran Filsafat Dari Klasik Hingga Modern. Bandung:
Pusta Setia
Sudarsono, Drs. 1993. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta.
Surya.2010. Mengenal Postmodern.http://suyadian.wordpress.com/2010/17/06/mengenal-
postmodern/).
Syadali, Ahmad dkk. 1997. Filsafat Umum. Cet 1. Bandung: Cv .Pustaka Setia
Tafsir, A.2001. Filsafat Umum. Bandung: Rosda.
Thevenaz, Pierre.1962. What is Phenomenology? Chicago: Quadrangle Books

Yanur, Fadli. 2008. Hakekat Pragmatisme. Tersedia pada


(http://fadliyanur.blogspot.com/2008/05/aliran-pragmatisme.html.
Yanur, Fadli. 2008. Pandangan Pragmatisme dan Penerapannya di Bidang Pendidikan.
Tersedia pada (http://fadliyanur.blogspot.com/2008/05/aliran-pragmatisme.html)

Anda mungkin juga menyukai