Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Tentang

FILSAFAT MODERN / KONTEMPORER


DOSEN PEMBIMBING : Dewi Ratna Mukhlisa, SE., M.Hum

Disusun Oleh :

Nama : HARDYANTI

Kelas/Semester : B/V

NPM : 20.2.01.0034

JURUSAN PENDIDIKAN IPS


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) BIMA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Perkembangan Filsafat ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya.
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan
tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari
sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa,
pembahasan, maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan
tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin
memberi saran dan kritik kepada kami demi perbaikan makalah yang telah kami
buat ini, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa ada saran yang
membangun.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan mengenai etika profesi guru. Semoga makalah
sederhana ini dapat memberikan informasi dan dapat dipahami oleh siapapun
yang membacanya.

Kota Bima, November 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR................................................................................ ii

DAFTAR ISI............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah..............………………………………….…… 2
C. Tujuan Penulisan........................................................................…. 2
BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah filsafat Modern.................................................................... 3


B. Tokoh-tokoh Filsafat Modern.......................................................... 6
C. Prinsip Dasar Filsafat Modern......................................................... 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................... 13
B. Saran................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa modern menjadi identitas di dalam filsafat Modern. Pada masa ini
rasionalisme semakin kuat.Tidak gampang untuk menentukan mulai dari kapan
Abad Pertengahan berhenti. Namun, dapat dikatakan bahwa Abad Pertengahan itu
berakhir pada abad 15 dan 16 atau pada akhir masa Renaissance.Masa setelah
Abad Pertengahan adalah masa Modern. Sekalipun, memang tidak jelas kapan
berakhirnya Abad Pertengahan itu. Akan tetapi, ada hal-hal yang jelas menandai
masa Modern ini, yaitu berkembang pesat berbagai kehidupan manusia Barat,
khususnya dalam bidang kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan ekonomi. Usaha
untuk menghidupkan kembali kebudayaan klasik Yunani-Romawi. Kebudayaan
ini pulalah yang diresapi oleh suasana kristiani. Di bidang Filsafat, terdapat aliran
yang terus mempertahankan masa Klasik. Aliran-aliran dari Plato dan mazhab
Stoa menjadi aliran-aliran yang terus dipertahankan. Pada masa Renaissance ini
tidak menghasilkan karya-karya yang penting.
Satu hal yang yang menjadi perhatian pada masa Renaissance ini adalah
perkembangannya. Perkembangan pada masa ini menimbulkan sebuah masa yang
amat berperan di dalam dunia filsafat. Inilah yang menjadi awal dari masa
modern. Timbulnya ilmu pengetahuan yang modern, berdasarkan metode
eksperimental dan matematis. Segala sesuatunya, khususnya di dalam bidang ilmu
pengetahuan mengutamakan logika dan empirisme. Aristotelian menguasai
seluruh Abad Pertengahan ini melalui hal-hal tersebut.
Pada masa Modern terjadi perkembangan yang pesat pada bidang ekonomi.
Hal ini terlihat dari kota-kota yang berkembang menjadi pusat perdagangan,
pertukaran barang, kegiatan ekonomi monoter, dan perbankan. Kaum kelas
menengah melakukan upaya untuk bangkit dari keterpurukan dengan
mengembangkan suatu kebebasan tertentu. Kebebasan ini berkaitan dengan
syarat-syarat dasar kehidupan. Segala macam barang kebutuhan bisa dibeli
dengan uang. Makanisme pasar pun sudah mulai mengambil peranan penting
untuk memnuntut manusia untuk rajin, cerdik, dan cerdas. Dari sudut pandang

iv
sosio-ekonomi menjelaskan bahwa individu berhadapan dengan tuntutan-tuntutan
baru dan praktis yang harus dijawab berdasarkan kemampuan akal budi yang
mereka miliki. Kemampuan ini tanpa harus mengacu kepada otoritas lain, entah
itu dari kekuasaan gereja, tuntutan tuan tanah feodal, maupun ajaran muluk-muluk
dari para filsuf.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah filsafat modern?
2. siapakah tokoh-tokoh filsafat modern dalam setiap aliran?
3. Bagaimana prinsip-prinsip dari filsafat modern?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah filsafat modern
2. Untuk mengetahui tokoh-tokoh filsafat modern dalam setiap aliran
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dari filsafat modern

v
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Filsafat Modern


Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal
dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari para penguasa, tetapi dari diri
manusia sendiri. Namun tentang aspek mana yang berperan ada beda pendapat.
Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio:
kebenaran pasti berasal dari rasio (akal). Aliran empirisme, sebaliknya, meyakini
pengalamanlah sumber pengetahuan itu, baik yang batin, maupun yang inderawi.
Lalu muncul aliran kritisisme, yang mencoba memadukan kedua pendapat
berbeda itu.
Aliran rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650 M). Dalam
buku Discourse de la Methode tahun 1637 ia menegaskan perlunya ada metode
yang jitu sebagai dasar kokoh bagi semua pengetahuan, yaitu dengan
menyangsikan segalanya, secara metodis. Kalau suatu kebenaran tahan terhadap
ujian kesangsian yang radikal ini, maka kebenaran itu 100% pasti dan menjadi
landasan bagi seluruh pengetahuan.
Tetapi dalam rangka kesangsian yang metodis ini ternyata hanya ada satu
hal yang tidak dapat diragukan, yaitu “saya ragu-ragu”. Ini bukan khayalan, tetapi
kenyataan, bahwa “aku ragu-ragu”. Jika aku menyangsikan sesuatu, aku
menyadari bahwa aku menyangsikan adanya. Dengan lain kata kesangsian itu
langsung menyatakan adanya aku. Itulah “cogito ergo sum”, aku berpikir (=
menyadari) maka aku ada. Itulah kebenaran yang tidak dapat disangkal lagi. —
Mengapa kebenaran itu pasti? Sebab aku mengerti itu dengan “jelas, dan terpilah-
pilah” — “clearly and distinctly”, “clara et distincta”. Artinya, yang jelas dan
terpilah-pilah itulah yang harus diterima sebagai benar. Dan itu menjadi norma
Descartes dalam menentukan kebenaran.
Descartes menerima 3 realitas atau substansi bawaan, yang sudah ada sejak
kita lahir, yaitu (1) realitas pikiran (res cogitan), (2) realitas perluasan (res
extensa, “extention”) atau materi, dan (3) Tuhan (sebagai Wujud yang seluruhnya
sempurna, penyebab sempurna dari kedua realitas itu). Pikiran sesungguhnya

vi
adalah kesadaran, tidak mengambil ruang dan tak dapat dibagi-bagi menjadi
bagian yang lebih kecil. Materi adalah keluasan, mengambil tempat dan dapat
dibagi-bagi, dan tak memiliki kesadaran. Kedua substansi berasal dari Tuhan,
sebab hanya Tuhan sajalah yang ada tanpa tergantung pada apapun juga.
Descartes adalah seorang dualis, menerapkan pembagian tegas antara
realitas pikiran dan realitas yang meluas. Manusia memiliki keduanya, sedang
binatang hanya memiliki realitas keluasan: manusia memiliki badan sebagaimana
binatang, dan memiliki pikiran sebagaimana malaikat. Binatang adalah mesin
otomat, bekerja mekanistik, sedang manusia adalah mesin otomat yang sempurna,
karena dari pikirannya ia memiliki kecerdasan. (Mesin otomat jaman sekarang
adalah komputer yang tampak seperti memiliki kecerdasan buatan).
Descartes adalah pelopor kaum rasionalis, yaitu mereka yang percaya bahwa
dasar semua pengetahuan ada dalam pikiran. Aliran empririsme nyata dalam
pemikiran David Hume (1711-1776), yang memilih pengalaman sebagai sumber
utama pengetahuan. Pengalaman itu dapat yang bersifat lahirilah (yang
menyangkut dunia), maupun yang batiniah (yang menyangkut pribadi manusia).
Oleh karena itu pengenalan inderawi merupakan bentuk pengenalan yang paling
jelas dan sempurna.
Dua hal dicermati oleh Hume, yaitu substansi dan kausalitas. Hume tidak
menerima substansi, sebab yang dialami hanya kesan-kesan saja tentang beberapa
ciri yang selalu ada bersama-sama. Dari kesan muncul gagasan. Kesan adalah
hasil penginderaan langsung, sedang gagasan adalah ingatan akan kesan-kesan
seperti itu. Misal kualami kesan: putih, licin, ringan, tipis. Atas dasar pengalaman
itu tidak dapat disimpulkan, bahwa ada substansi tetap yang misalnya disebut
kertas, yang memiliki ciri-ciri tadi. Bahwa di dunia ada realitas kertas, diterima
oleh Hume. Namun dari kesan itu mengapa muncul gagasan kertas, dan bukan
yang lainnya? Bagi Hume, “aku” tidak lain hanyalah “a bundle or collection of
perceptions (= kesadaran tertentu)”.
Kausalitas.
Jika gejala tertentu diikuti oleh gejala lainnya, misal batu yang disinari
matahari menjadi panas, kesimpulan itu tidak berdasarkan pengalaman.
Pengalaman hanya memberi kita urutan gejala, tetapi tidak memperlihatkan

vii
kepada kita urutan sebab-akibat. Yang disebut kepastian hanya mengungkapkan
harapan kita saja dan tidak boleh dimengerti lebih dari “probable” (berpeluang).
Maka Hume menolak kausalitas, sebab harapan bahwa sesuatu mengikuti yang
lain tidak melekat pada hal-hal itu sendiri, namun hanya dalam gagasan kita.
Hukum alam adalah hukum alam. Jika kita bicara tentang “hukum alam” atau
“sebab-akibat”, sebenarnya kita membicarakan apa yang kita harapkan, yang
merupakan gagasan kita saja, yang lebih didikte oleh kebiasaan atau perasaan kita
saja.
Hume merupakan pelopor para empirisis, yang percaya bahwa seluruh
pengetahuan tentang dunia berasal dari indera. Menurut Hume ada batasan-
batasan yang tegas tentang bagaimana kesimpulan dapat diambil melalui persepsi
indera kita.
Dengan Kritisisme Imanuel Kant (1724-1804) mencoba mengembangkan
suatu sintesis atas dua pendekatan yang bertentangan ini. Kant berpendapat
bahwa masing-masing pendekatan benar separuh, dan salah separuh. Benarlah
bahwa pengetahuan kita tentang dunia berasal dari indera kita, namun dalam akal
kita ada faktor-faktor yang menentukan bagaimana kita memandang dunia sekitar
kita. Ada kondisi-kondisi tertentu dalam manusia yang ikut menentukan konsepsi
manusia tentang dunia. Kant setuju dengan Hume bahwa kita tidak mengetahui
secara pasti seperti apa dunia “itu sendiri” (“das Ding an sich”), namun hanya
dunia itu seperti tampak “bagiku”, atau “bagi semua orang”.
Namun, menurut Kant, ada dua unsur yang memberi sumbangan kepada
pengetahuan manusia tentang dunia. Yang pertama adalah kondisi-kondisi
lahirilah ruang dan waktu yang tidak dapat kita ketahui sebelum kita
menangkapnya dengan indera kita. Ruang dan waktu adalah cara pandang dan
bukan atribut dari dunia fisik. Itu materi pengetahuan. Yang kedua adalah kondisi-
kondisi batiniah dalam manusia mengenai proses-proses yang tunduk kepada
hukum kausalitas yang tak terpatahkan. Ini bentuk pengetahuan. Demikian Kant
membuat kritik atas seluruh pemikiran filsafat, membuat suatu sintesis, dan
meletakkan dasar bagi aneka aliran filsafat masa kini.

viii
B. Tokoh-Tokoh Filsafat Modern
1. Rasionalisme
Hampir semua ahli pikir yang muncul pada zaman ini merupakan ahli
matematika seperti Descartes, Spinoza dan Leibniz Mereka mencoba
menyusun suatu sistem filsafat dengan menggunakan matematika (logika
kepastian)
Aliran rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650 M).
Dalam buku Discourse de la Methodetahun 1637 ia menegaskan perlunya ada
metode yang jitu sebagai dasar kokoh bagi semua pengetahuan, yaitu dengan
menyangsikan segalanya, secara metodis. Kalau suatu kebenaran tahan
terhadap ujian kesangsian yang radikal ini, maka kebenaran itu 100% pasti
dan menjadi landasan bagi seluruh pengetahuan.
Tetapi dalam rangka kesangsian yang metodis ini ternyata hanya ada
satu hal yang tidak dapat diragukan, yaitu “saya ragu-ragu”. Ini bukan
khayalan, tetapi kenyataan, bahwa “aku ragu-ragu”. Jika aku menyangsikan
sesuatu, aku menyadari bahwa aku menyangsikan adanya. Dengan lain kata
kesangsian itu langsung menyatakan adanya aku. Itulah “cogito ergo sum”,
aku berpikir (= menyadari) maka aku ada. Itulah kebenaran yang tidak dapat
disangkal lagi. — Mengapa kebenaran itu pasti? Sebab aku mengerti itu
dengan “jelas, dan terpilah-pilah” — “clearly and distinctly”, “clara et
distincta”. Artinya, yang jelas dan terpilah-pilah itulah yang harus diterima
sebagai benar. Dan itu menjadi norma Descartes dalam menentukan
kebenaran.
Descartes menerima 3 realitas atau substansi bawaan, yang sudah ada
sejak kita lahir, yaitu (1) realitas pikiran (res cogitan), (2) realitas perluasan
(res extensa, “extention”) atau materi, dan (3) Tuhan (sebagai Wujud yang
seluruhnya sempurna, penyebab sempurna dari kedua realitas itu). Pikiran
sesungguhnya adalah kesadaran, tidak mengambil ruang dan tak dapat dibagi-
bagi menjadi bagian yang lebih kecil. Materi adalah keluasan, mengambil
tempat dan dapat dibagi-bagi, dan tak memiliki kesadaran. Kedua substansi
berasal dari Tuhan, sebab hanya Tuhan sajalah yang ada tanpa tergantung
pada apapun juga. Descartes adalah seorang dualis, menerapkan pembagian

ix
tegas antara realitas pikiran dan realitas yang meluas. Manusia memiliki
keduanya, sedang binatang hanya memiliki realitas keluasan: manusia
memiliki badan sebagaimana binatang, dan memiliki pikiran sebagaimana
malaikat. Binatang adalah mesin otomat, bekerja mekanistik, sedang manusia
adalah mesin otomat yang sempurna, karena dari pikirannya ia memiliki
kecerdasan. (Mesin otomat jaman sekarang adalah komputer yang tampak
seperti memiliki kecerdasan buatan).
Descartes adalah pelopor kaum rasionalis, yaitu mereka yang percaya
bahwa dasar semua pengetahuan ada dalam pikiran.
 Tokoh-Tokoh Penting:
a. Rene Descartes (1596-1650)
b. Baruch Spinoza (1632-1677)
c. G.W. Leibnitz (1646-1710)
d. Blaise Pascal
e. Christian Wolff
2. Empirisme
Berasal dari kata empiria, empeiros (yunani), yang berati
berpengalaman dalam, berkenalan dengan, terampil untuk. Dalam bahasa
latin “experiential” (pengalaman). Epistemologis-empiris hobbes
mengajarkan bahwa pengenalan atau pengetahuan didapat karena pengalaman
dan pengalaman merupakan awal segala pengetahuan. Segala jenis
pengetahuan diturunkan dari pengalaman dan hanya pengalaman yang dapat
memberi jaminan akan sebuah kepastian. Sementara itu menurut john locke
semua jenis pengetahuan lahir dari pengalaman. Ia menerima keraguan
sebagaimana diajarkan Descartes tetapi ia menolak metode intuisi dan metode
deduktif ala Descartes. Hal ini menghapus kesan filsafat Plato tentang ide.
Tokoh lain David hume seorang empiris yang konsisten. Sepertinya halnya
Locke ia berpendapat. “Bahwa keseluruhan isi dari pikiran berasal dari
pengalaman”. Ia berbeda terminolog dengan pendahulunya, ia membedakan
dalam dua persepsi. Yakni kesan dan ide
 Tokoh-Tokoh Penting:
a. Thomas Hobbes (1588-1679)

x
b. John Locke (1632-1704)
c. David Hume (1711-1776)
3. Kantianisme
Immanuel Kant dengan gigih berupaya mendamaikan pertentangan
antara rasionalisme dan empirisme, ia berpendapat bahwa pengetahuan adalah
hasil kerjasama dua unsur, yakni “pengalaman” dan “kearifan budi”.
Pengalaman indrawi datang kemudian sedangkan akal budi merupakan unsur
priori (yang datang terlebih dahulu)
 Tokoh-Tokoh Penting:
a. Immanuel Kant (1724-1804)
4. Idealisme
Filsafat Fichte adalah filsafat pengetahuan (wissenchaftslehre) yang
sekarang dikenal dengan sebuatan epistemologi. Ia membedakan pengetahuan
menjadi dua, yakni teoritis (metafisika) dan praktis (etika)
 Tokoh-Tokoh Penting:
a. George Berkeley (1684-1753)
b. J.G. Fichte (1762 - 1814)
c. F.W.J. Schelling (1775 - 1854)
d. G.W.F. Hegel (1770 - 1831)
e. Voltaire
f. Jean Jacques Rousseau (1712-1788)
5. Positivisme
Pelopor utama positivisme adalah Auguste Comte. Seorang filsuf
prancis yang besar pengaruhnya terhadap teknologi modern dan
perkembangan sains. Comte mengajukan tesis tentang manusia, yang
mengatakan bahwa manusia berkembang dalam tiga tahap, yakni tahap
teologi,tahap metafisika
 Tokoh-Tokoh Penting:
a. Auguste Comte (1798 - 1857)
b. John Stuart Mill (1806 - 1873)
c. Herbert Spencer (1820 - 1903)

xi
6. Materialisme
 Tokoh-Tokoh Penting:
a. Ludwig Feuerbach (1804 - 1872)
b. Karl Marx (1818 - 1883)
c. Friedrich Engels (1820 – 1895)
7. Pragmatisme
 Tokoh-Tokoh Penting:
a. William James (1842 -1910)
b. John Dewey (1859 - 1952)
8. Vitalisme
 Tokoh-Tokoh Penting:
a. Henri Bergson (1859 - 1941)
9. Fenomenologi
 Tokoh-Tokoh Penting:
a. Edmund Husserl (1859 - 1938)
b. Max Scheler (1874 - 1928)
10. Eksistensialisme
 Tokoh-Tokoh Penting:
a. Martin Heidegger (1883 - 1976)
b. Jean Paul Satre (19051980)
c. Karl Jaspers (1883 - 1969)
d. Gabriel Marcel (1889 - 1973)
e. Soren Kierkegaard (1813 - 1855)
f. Friedrich Nietzsche (1844 - 1900)
g. Nicolas Alexandrovitch Berdyaev (1874 - 1948)
11. Analitis
 Tokoh-Tokoh Penting:
a. Bertrand Russel
b. Ludwig Wittgenstein (1889 - 1951)
c. Gilbert Ryle
d. John Langshaw Austin

xii
12. Strukturalisme
 Tokoh-Tokoh Penting:
a. Levi Strauss
b. Jacques Lacan
c. Michel Foucoult
13. Postmodernisme
 Tokoh-Tokoh Penting:
a. Francois Lyotard
b. Jacques Derrida
c. Richard Rorty
d. Michel Foucoult
14. Renaissance
Munculnya Galilieo memberi arah yang tepat bagi perkembangan
ilmu alam. Leonardo Davincie memperkenalkan dasar pengalaman bagi dasar
ilmu alam dan matematika, serta mencoba menghindari diri sedapat mungkin
dari filsafat spekulatif.

C. Prinsip- Prinsip Dasar Filsafat Modern


Istilah modern berasal dari kata latin “moderna”yang artinya “sekarang”,
“baru” atau “saat kini”. Dari pengertian dasar tersebut kita dapat mengasumsikan
bahwa didalam kehidupan modern muncul kesadaran waktu akan kekinian.
Asumsi ini tidaklah berarti sebelumnya orang tidak hidup di masa kini, akan tetapi
lebih tepat mengatakan bahwa sebelumnya orang kurang menyadari bahwa
manusia bisa mengadakan perubahan - perubahan secara kualitatif. Oleh sebab itu
“modernitas” tidaklah hanya berarti sebagai zaman periode saja. Akan tetapi dapat
juga diartikan sebagai bentuk kesadaran intelektual yang terkait dengan masa kini.
Dan arti ini lebih mendasar dibandingkan pemahaman- pemahaman yang
bersifat sosiologis atau ekonomis, meskipun pemahaman akhir- akhir ini tentang
masyarakat modern lebih merujuk tumbuhnya sainstek dan ekonomi kapitalisme.
Karena pemahaman ini lebih bersifat epistemologi; perubahan bentuk- bentuk

xiii
kesadaran berfikirlah yang kita inginkan bukan perubahan secara institusional
sebuah masyarakat.
Pada masa sebelum modern, perkembangan alam pikiran barat sangat
terkekang oleh keharusan untuk disesuaikan dengan ajaran agama. Perkembangan
penalaran tidak dilarang tetapi harus disesuaikan dan diabadikan pada keyakinan
agama. Filsafat pada masa itu mencurahkan perhatian terhadap masalah metafisik.
Saat itu sulit membedakan mana filsafat dan mana teologi gereja. Hal ini sangat
berbeda dengan pemikiran modern yang sudah dijelaskan dalam pembahasan
pertama.
Masa filsafat modern diawali dengan munculnya Renaissance sekitar abad
15 dan 16 M, kata “renaissance” berarti kelahiran kembali. Yang dimaksud
dengannya adalah usaha untuk menghidupkan kembali kebudayaan klasik
(Yunani Romawi). Pokok permasalahan pada masa ini, sebagaimana periode
skolastik adalah sintesa agama dan filsafat dengan arah yang berbeda. Era
renaissance ditandai dengan tercurahnya perhatian pada berbagai bidang
kemanusiaan baik sebagai individu maupun sosial.
Filosof pada masa renaissance antara lain Fancis Bacon. Dia berpendapat
bahwa filsafat harus dipisahkan dari teologi meskipun ia meyakini bahwa
penalaran dapat menunjukkan Tuhan. Tetapi ia menganggap bahwa segala sesuatu
yang bercirikan lain dalam teologi hanya dapat diketahui dengan wahyu
sedangkan wahyu sepenuhnya bergantuing pada penalaran. Hal ini menunjukkan
bahwa bacon termasuk orang- orang yang membenarkan konsep ganda, yaitu
kebenaran wahyu dan akal.
Sejarah filsafat modern lalu bisa dilukiskan sebagai pemberontakan
intelektual terus menerus terhadap metafisika tradisional. Karena pemikiran yang
berdasrkan pada iman (teologi) lebih dikalahkan oleh pemikiran yang berdasarkan
pada akal (rasio). Disisi lain filsafat modern juga menjadi sebuah emansipasi,
sebuah kemajuan berfikir yang sebelumnya didominasi oleh pemikiran metafisika
tradisional yang didukung oleh kekuasaan gereja. Pada posisi ini mendukung
radikalisasi lebih lanjut yaitu pemisahan ilmu pengetahuan dari filsafat. Kalau
filsafat tradisional lebih mempermasalahkan kepada hal- hal yang bersifat

xiv
teosentris yaitu persoalan kenyataan Adi Kodrati, entah yang disebut Allah, ruh
dsb.
Filsafat modern lebih mempermasalahkan kepada hal- hal yang bersifat
antroposentris yaitu bagaimana menemukan dasar pengetahuan yang shohih
tentang semua itu hal ini menjadi sebuah usaha untuk melepaskan diri dari tradisi.
Oleh karena itu, diluncurkan tema- tema sebagai refleksi baru seperti: rasio,
persepsi, afeksi sehingga pada masa filsafat modern ini pengetahuan baru sudah
banyak muncul seperti yang sekarang ini kita kenal dengan “ilmu pengetahuan
modern” yakni ilmu-ilmu alam.

xv
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Filsafat Modern adalah pembagian dalam sejarah Filsafat Barat yang menjadi
tanda berakhirnya era skolastisisme. Waktu munculnya filsafat modern adalah
abad ke-17 hingga awal abad ke-20 di Eropa Barat dan Amerika Utara. Filsafat
Modern ini pun dimulai sejak munculnya rasionalisme lewat pemikiran Descartes,
seorang filsuf terkemuka di zaman Modern.
Tokoh-Tokoh Filsafat Modern yang terpenting pada saat itu antara lain :
a. Nicolaus Copernicus
b. Johannes Kepler
c. Galileo Galilei
d. Francis Bacon (1561-1626)
Pada dasarnya juga bahwa filsafat modern tersebut dapat mengasumsikan
bahwa didalam kehidupan modern muncul kesadaran waktu akan kekinian.
Asumsi ini tidaklah berarti sebelumnya orang tidak hidup di masa kini, akan tetapi
lebih tepat mengatakan bahwa sebelumnya orang kurang menyadari bahwa
manusia bisa mengadakan perubahan - perubahan secara kualitatif.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan masukan dari pembaca guna
penyempurnaan penulisan selanjutnya.

xvi
DAFTAR PUSTAKA

Bertens, K, Ringkasan Sejarah Filsafat, Kanisius, Yogyakarta; 1998.


_________,Panorama filsafat modern,DARAS, Jakarta; 2005
Hardiman F.Budi, filsafat modern, gramedia, jakarta; 2004.
Syadali Ahmad,dkk filsafat umum, pustaka setia, bandung; 2004
http://www.filsafatislam.com/tokoh-filsafat/ikhtisar-sejarah-filsafat-modern-
kajian-tokoh-dan-pemikiran
http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_Modern

xvii

Anda mungkin juga menyukai