ADMINISTRASI PEMBANGUNAN
TENTANG
“ADMINISTRASI PEMBANGUNAN KOTA DAN PEDESAAN”
DOSEN PEBIMBING :
Oleh :
Marilah kita panjatkan puji syukur atas kehadirat ALLah SWt, sesungguhnya
hanya berkat izinNya kami dapat menyelesaikan makalah kami ini, kami menyadari
bahwa makalah kami ini banyak terdapat kekurangannya oleh karena itu, kami
mengharapkan sumbangsi dari semua pihak yang terkait baik berupa arahan dan
masukan, kritik agar menjadi batu loncatan buat kami untuk membuat makalah yang
lebih baik, semoga dengan adannya makalah ini mampu menjadi bahan diskusi yang
aktif.
Wassalam
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………..………………….…… ........................
i
DAFTAR ISI……………………………………….................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG……………………………………............ 1
B. RUMUSAN MASALAH............................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN/LANDASAN TEORI
A. PEMBANGUNAN KOTA..................................................... 2
B. PEMBANGUNAN DESA...................................................... 4
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN……………………………………………………….... 7
DAFTAR PUSTAKA……………………………………….................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang tersebut, maka yang menjadi rumusan amasalah adalah :
1. Bagaiman Konsep pembangunan kota ?
2. Dan Konsep Pemnegmbangan Desa ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembangunan Kota
1. Pengertian Kota
Kota adalah suatu wilayah geografis tempat bermukim sejumlah penduduk dengan
tingkat kepadatan yang relatif tinggi, dengan kegiatan utamanya di sektor nonpertanian.
Masyarakat kota, selain terdiri atas penduduk asli daerah tersebut juga pendatang dan
merupakan suatu masyarakat yang heterogen, tidak hanya dalam hal mata pencaharian, tetapi
juga dalam hal agama, adat, dan kebudayaannya. Kota dapat merupakan satu unit
adminis¬tratif yang mempunyai organisasi pemerintahan sendiri, seperti pemerintah daerah
tingkat I (dati I), dalam hal ini khusus untuk Jakarta, kotamadya yang berstatus daerah tingkat
II (dati II) seba¬gai ibukota propinsi, dan kotamadya daerah tingkat II lainnya, tetapi dapat
pula merupakan bagian dari unit administrasi lain dalam wilayah kabupaten/daerah tingkat II,
seperti kota adminis¬tratif, kotamadya administratif, kota kecamatan sebagai ibukota
kabupaten, dan kota kecamatan.
Berdasarkan ukuran jumlah penduduk, kota diklasifikasikan sebagai megapolitan
dengan jumlah penduduk di atas 5 juta, kota raya atau metropolitan dengan jumlah penduduk
1 sampai dengan 5 juta; kota besar dengan. jumlah penduduk 500.000 sampai dengan 1 juta;
kota sedang dengan jumlah penduduk 100.000 sampai dengan 500.000; dan kota kecil dengan
jumlah penduduk 20.000 sampai dengan 100.000. Kota-kota tersebut dapat mempunyai
jangkauan pelayanan atau keterkaitan skala internasional, nasional, wilayah (melayani satu
propinsi atau lebih) atau lokal (melayani beberapa kabupaten atau bagian dari sate
kabupaten).
Suatu kawasan atau wilayah yang berciri kota dapat melebihi satu wilayah
administrasi dan mempunyai satu kota atau lebih sebagai pusatnya, disebut sebagai daerah
perkotaan. Kota atau daerah perkotaan dapat membentuk satu sistem karena saling
keterkaitannya, baik secara fisik maupun secara sosial ekonomi. Untuk kepentingan
perumusan kebijaksanaan dan perencanaan pembangunan, kota atau daerah perkotaan dibagi
atas empat kelompok perkotaan berdasarkan peranan dan fungsi pelayanannya dalam
menunjang pertumbuhan ekonomi nasional. Keempat kelompok tersebut adalah kota atau
daerah perkotaan yang berfungsi sebagai pusat kegiatan nasional, kota atau daerah perkotaan
yang berfungsi sebagai pusat kegiatan wilayah, kota atau daerah perkotaan yang berfungsi
sebagai pusat kegiatan lokal, dan kota atau daerah perkotaan lainnya yang mempunyai fungsi
khusus dalam menunjang sektor ekonomi tertentu.
B. Pembangunan Desa
1. Pengertiaan Desa
Dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1979 (UU No. 5/79) tentang Pemerintahan Desa
disebutkan bahwa desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai
kesatuan masyarakat, termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
organisasi langsung di bawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri
dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berbeda dengan kota, desa mempunyai
tingkat kepadatan yang tidak terlalu tinggi dan biasanya kegiatan utamanya adalah di sektor
pertanian. Masyarakat desa pada umumnya merupakan masyarakat homogen dalam hal
agama, adat, kebudayaan, dan juga dalam mata pencahariannya. Selanjutnya, sekelompok
desa yang memiliki keterkaitan fungsional yang erat, baik secara sosial maupun ekonomi,
akan membentuk suatu kawasan atau daerah perdesaan. Pada umumnya desa ini adalah dari
kelompok atau tipe desa yang sama dan mempunyai sebuah pusat antardesa.
Desa yang terdapat di Indonesia beragam kondisi, karakteris¬tik sosial ekonomi, dan
tingkat perkembangannya. Berdasarkan tingkat perkembangannya, diukur antara lain dari
tingkat pendapatan, peran serta masyarakat dalam pembangunan, tingkat kesehatan dan
tingkat pendidikan masyarakatnya. Oleh sebab itu, dikenal desa swadaya, desa swakarya, dan
desa swasembada baik yang masih berada pada tingkat mula, tingkat madya, maupun yang
sudah tingkat lanjut. Berdasarkan potensi dominan yang diolah dan dikembangkan menjadi
sumber penghasilan dan lapangan usaha masyarakatnya, desa dapat digolongkan sebagai desa
nelayan, desa persawahan, desa perladangan, desa peternakan, desa perkebunan, desa
kerajinan atau industri kecil, desa industri sedang dan besar, desa perdagangan, dan
sebagainya. Berdasarkan lokasinya, desa dapat dibedakan antara desa yang masih terpencil,
terisolasi, desa kepulauan, dan desa yang dekat atau mudah aksesnya ke kota. Hal itu
mempengaruhi karakteristik desa dan tingkat perkembangannya.
2. Konsep Pengembangan Desa
Konsep perencanaan pengembangan desa mencakup 5 dimensi sebagai pilar utama
yaitu menyangkut tata ruang desa, perekonomian desa, sosial budaya desa, mitigasi bencana,
lingkungan hidup.
a. Tata ruang desa : rehabilitasi, rekonstruksi dan pengembangan desa. Selain itu, juga
mampu menampung pertumbuhan ruang di masa datang secara fleksibel dan mampu
menampung kebutuhan perbaikan struktur tata ruang desa melalui konsolidasi lahan
(jika diperlukan). Konsep ini sesuai dengan muatan PP no 2 tahun 2005.
b. Perekonomian Desa : meningkatkan penghidupan masyarakat dan pembangunan sarana
ekonomi berbasis potensi lokal, pengembangan usaha mikro, kelembagaan ekonomi
dikaitkan dengan sumber daya manusia.
c. Sosial Budaya Desa : pembangunan pendidikan, sosial dan penguatan adat istiadat
setempat dalam rangka pengembangan partisipasi masyarakat yang melibatkan segenap
lapisan masyarakat, termasuk di dalamnya kelompok anak-anak pemuda dan wanita.
d. Mitigasi bencana : penataan ruang desa dengan fungsi khusus yaitu mitigasi bencana,
berupa pembangunan daerah daerah yang rawan bencana dan tempat tempat yang
digunakan untuk penampungan evakuasi warga ketika terjadi bencana.
e. Lingkungan hidup : penataan lingkungan yang menjaga keseimbangan holistik antara
kawasan budidaya dengan kawasan lindung dalam upaya menjaga kelestarian
penghidupan sebagian besar masyarakat. Penataan dilakukan juga terhadap pengelolaan
di sektor pertanian, termasuk perkebunan, perikanan, kehutanan untuk meminimalisir
ketidakseimbangan ekosistem.
f. Desa Panggungharjo terletak di Kecamatan Sewon termasuk dalam wilayah
pengembangan yang diarahkan pada kawasan kerajinan kayu/meubel yang termasuk
rawan gempa. Secara umum Kecamatan Sewon merupakan kawasan yang meliputi
kawasan pertanian lahan basah, lahan kering dan peternakan dan Industri. Arah
pengembangan / startegi Kabuapten Bantul khususnhya kawasan Sewon dikembangkan
sesuai dengan potensi wilayah yang ada. Pengembangan industri kerajinan, pertanian
basah, ahan kering dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Marbun, Kota Indonesia Masa Depan, Masalah dan Prospek, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1994
Marbun, Kota Indonesia Masa Depan, Masalah dan Prospek, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1994
http://ruangperkotaan.wordpress.com/2011/11/30/pembentukan-dan-pertumbuhan-kota-di-
indonesia/