D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
Kelompok 3:
Fisabilillah Syukur
Nabil Husaini Alwasahda
Ririn Dwi Agustia
Wandasaina
Rusmala Sari
Erni Egisna Wati
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita
berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu
membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada
kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita
capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Ibu Yunita,
S.Pd serta teman-teman sekalian (Kelompok 3) yang telah membantu, baik
bantuan berupa moril maupun materil, sehingga makalah ini terselesaikan dalam
waktu yang telah ditentukan.
Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa
maupun dalam hal pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian,
yang kadangkala hanya menturuti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan kami
jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan
makalah-makah kami dilain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-
mudahan apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-
teman, serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau
mengambil hikmah dari judul ini (Interaksi antara Desa-Kota ) sebagai
tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Cover ................................................................................................................ i
Kata Pengantar .................................................................................................. ii
Daftar Isi ........................................................................................................... iii
DEFINIS INTERAKSI DESA DAN KOTA ................................................. 1
ZONA INTERAKSI DESA DAN KOTA ...................................................... 2
POLA INTERAKSI DESA KOTA ................................................................ 6
TEORI TEORI INTERAKSI ......................................................................... 8
iii
A. DEFINISI INTERAKSI DESA DAN KOTA
Interaksi ialah hubungan imbal balik antara pihak-pihak tertentu,
antara orang perseorangan dengan orang perseorangan, antara perseorangan
dengan kelompok, atau dari tanggapan antarmanusia. Berinteraksi merupakan
kebutuhan setiap manusia dan juga merupakan kunci dari semua kehidupan
sosial. Tanpa adanya interaksi, tidak mungkin ada kehidupan bersama.
Bentuk interaksi kota merupakan hubungan timbal balik keruangan
yang di dalamnya tidak hanya antara manusia saja, melainkan terjadi pula
proses pergerakan materi yang berupa barang dan peralihan immateri,
misalnya informasi, tradisi, atau pandangan hidup. Interaksi kota dapat terjadi
karena berbagai faktor, antara lain :
1. Adanya kemampuan masyarakat kota,
2. Perluasan jaringan jalan antara kota-kota itu,
3. Kebutuhan imbal balik antara kota-kota itu, atau
4. Adanya pengaruh dari satu kota terhadap kota lainnya.
Kontak atau hubungan antara dua wilayah atau lebih dan hasil kontak
tersebut dapat menimbulkan suatu kenyataan yang baru dalam wujud tertentu.
Atau Interaksi merupakan suatu proses yang sifatnya timbal balik dan
mempunyai pengaruh terhadap perilaku dari pihak-pihak yang bersangkutan
melalui kontak langsung melalui berita yang didengar atau melalui surat
kabar.
Interaksi antara desa dan kota dapat terjadi karena pelbagai faktor atau
unsur yang ada dalam desa, dalam kota dan diantara desa dan kota. Adanya
kemajuan-kemajuan di bidang perhubungan dan lalu lintas daerah, maka
sifast isolasi desa berangsur-angsur berkurang.
Mungkin kalian sekarang sudah mulai paham isi dari sinopsis yang
menyatakan kalau desa dan kota itu ada hubungan. Hubungan ini dinamakan
dengan interaksi wilayah yaitu wilayah desa dan Kota.
Jadi Interkasi desa kota adalah proses hubungan yang bersifat timbal
balik antar unsur-unsur yang ada dan mempunyai pengaruh terhadap perilaku
dari pihak-pihak yang bersangkutan melalui kontak langsung, berita yang
didengar atau surat kabar sehingga melahirkan sebuah gejala baru, baik
berupa fisik maupun non fisik.
1
B. ZONA INTERAKSI DESA DAN KOTA
Zona-zona kota-desa yang dapat menimbulkan berbagai wujud
interaksi desa kota :
a) City
City dapat diartikan sebagai pusat kota, yaitu area dari kota di
mana perdagangan, hiburan, belanja, dan kekuatan politik
terkonsentrasi.
Di banyak kota, Kawasan Pusat Bisnis atau Central Business
District (CBD) berada di dalam pusat kota (city centre), tetapi konsep
“city centre” berbeda dari CBD. Konsep “CBD” berkisar semata-mata
di sekitar kekuatan ekonomi dan keuangan, tetapi “city centre” juga
mencakup faktor historis, politik, dan budaya.
Contoh yang jelas adalah Paris: La Défense adalah distrik pusat
bisnis Paris, tetapi itu bukan pusat kota. Pusat kota sering merupakan
bagian pertama dari kota, yang dapat menjadikannya bagian paling
bersejarah dari sebuah kota.
b) Suburban
Suburban (sub daerah perkotaan/daerah pinggiran kota) dapat
diartikan sebagai suatu wilayah yang lokasinya berdekatan dengan
pusat kota. Suburban merupakan wilayah tempat tinggal bagi para
penglaju atau komuter (penduduk yang melakukan mobilitas harian ke
kota untuk bekerja).
Suburb pertama kali muncul dalam skala besar pada abad ke-19
dan ke-20 sebagai akibat dari peningkatan transportasi kereta api dan
jalan, yang menyebabkan peningkatan dalam perjalanan. Secara umum,
wilayah tersebut memiliki kepadatan populasi yang lebih rendah
daripada lingkungan kota terdalam di dalam wilayah metropolitan, dan
sebagian besar penduduk pergi ke berbagai jenis kota-kota pusat atau
kawasan bisnis lainnya.
Namun, ada banyak pengecualian, termasuk kawasan dalam arti
industri, komunitas terencana, dan kota satelit. Pinggiran kota
cenderung berkembang biak di sekitar kota-kota yang memiliki banyak
tanah datar yang berdekatan
2
c) Suburban fringe
Suburban fringe (jalur tepi subdaerah perkotaan) dapat diartikan
sebagai suatu wilayah yang melingkari sub-urban, atau peralihan antara
kota dan desa.
d) Urban fringe
Urban fringe yang juga dikenal dengan jalur tepi daerah
perkotaan paling luar dapat diartikan sebagai batas wilayah terluar suatu
kota. Zona yang satu ini ditandai dengan sifat-sifatnya yang mirip
dengan wilayah kota, kecuali dengan wilayah pusat kota.
f) Rural
Rural (daerah perdesaan) dapat diartikan sebagai wilayah yang
masih menitikberatkan pada kegiatan pertanian. Daerah pedesaan
adalah petak tanah terbuka yang memiliki beberapa rumah atau
bangunan lain, dan tidak banyak orang, sehingga kepadatan
populasinya sangat rendah.
3
tukang becak. Mereka ini biasanya adalah pekerja-pekerja musiman. Pada saat
musim tanam mereka, sibuk bekerja di sawah. Bila pekerjaan dibidang
pertanian mulai menyurut, sementara menunggu masa panen mereka merantau
ke kota terdekat untuk melakukan pekerjaan apa saja yang tersedia.
Sebaliknya, kota menghasilkan barang-barang yang juga diperlukan oleh
orang desa seperti bahan-bahan pakaian, alat dan obat pembasmi hama
pertanian, minyak tanah, obat-obatn untuk memelihara kesehatan dan
transportasi. Dalam kenyataannya hal ideal tersebut kadang-kadang tidak
terwujud karena adanya beberapa pembatas. Jumlah penduduk semakin
meningkat, tidak terkecuali di pedesaan. Padahal luas lahan pertanian dan tanah
sulit bertambah, terutama didaerah yang seudah lama berkembang seperti
pulau jawa. Peningkatan jumlah penduduk tanpa diimbangi dengan perluasan
kesempatan kerja ini pada akhirnya berakibat bahwa di pedesaan terdapat
banyak orang yang tidak mempunyai mata pencaharian tetap. Mereka
merupakan pengangguran, baik sebagai pengangguran penuh maupun setengah
penuh.
“Interface”, dapat diartikan adanya kawasan perkotaan yang tumpang-
tindih dengan kawasan perdesaan, nampaknya persoalan tersebut sederhana,
bukankah telah ada alat transportasi, pelayanan kesehatan, fasilitas pendidikan,
pasar, dan rumah makan dan lain sebagainya, yang mempertemukan kebutuhan
serta sifat kedesaan dan kekotaan.
Hubungan kota-desa cenderung terjadi secara alami yaitu yang kuat akan
menang, karena itu dalam hubungan desa-kota, makin besar suatu kota makin
berpengaruh dan makin menentukan kehidupan perdesaan.
4
d. Ko-operasi kota-desa, pada umumnya berupa pengangkatan produk yang
bersifat kedesaan ke kota.
Dari keempat hubungan kota – desa tersebut kesemuanya diprakarsai
pihak dan orang kota. Proses sebaliknya hampir tidak pernah terjadi, oleh
karena itulah berbagai permasalahan dan gagasan yang dikembangkan pada
umumnya dikaitkan dalam kehidupan dunia yang memang akan mengkota.
Jadi, dari berbagai literature di atas maka dapat diasumsikan bahwa orang
kota sangat mempengaruhi kehidupan orang desa. Tujuan orang kota ke desa
tidak lain hanyalah bagaimana mereka mampu mengeksploitasi atau
memanfaatkan sumber daya alam yang ada di daerah pedesaan guna memenuhi
kebutuhan hidup masyarakat kota. Namun demikian, masyarakat desa juga
sangat bergantung pada masyarakat kota karena di kota memiliki berbagai
industry untuk mengolah barang mentah yang mereka hasilkan, kemudian dari
hasil olahan tersebut dapat dipasarkan kembali di daerah pedesaan. Sehinga
masyarakat desa mampu merasakan hasi jeri payahnya dengan baik dan
memuaskan.
Suatu wilayah kota yang berinteraksi dengan wilayah pedesaan
Secara tradisional hubungan desa-kota diindikasikan dengan adanya aliran
produk/jasa perkotaan yang harus “dibayar” oleh masyarakat perdesaan
melalui aliran dana/kapital dari desa ke kota. Kondisi ini secara umum dikenal
dengan rendahnya nilai tukar (terms of trade) produk/jasa (dalam bentuk
dana/kapital) masyarakat perdesaan terhadap produk/jasa perkotaan.
Pendekatan KDK diharapkan dapat menaikkan nilai tukar produk/jasa
masyarakat perdesaan melalui : (1) upaya memindahkan proses produksi dari
kota ke desa untuk meningkatkan produktivitas dan nilai tambah produk/jasa
yang dihasilkan oleh masyarakat perdesaan melalui bantuan modal, sarana
produksi dan pelatihan; (2) memperpendek jalur produksi, distribusi, dan
pemasaran produk/jasa masyarakat perdesaan untuk mengurangi biaya
ekonomi tinggi melalui pembentukan satuan partisipatif bagi pengembangan
produk/jasa secara spesifik. Jasa ini dibangun di perkotaan; (3) memberikan
akses yang lebih besar bagi masyarakat perdesaan terhadap faktor-faktor
produksi barang/jasa seperti modal, bahan baku, teknologi, sarana dan
prasarana. Hal ini akan merangsang SDM di perdesaan untuk lebih produktif
dalam mengembangkan usahanya, sehingga desa memiliki daya tarik untuk
5
investasi produksi dan tenaga kerja. Disamping itu adanya dukungan informasi
khususnya informasi pasar.
Pada dasarnya, wujud interaksi antara desa dan kota bisa terjadi dalam
beberapa bentuk yang paling sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari,
antara lain:
6
kepada petani yang tidak memiliki daya tawar. Ini mengakibatkan
memburuknya pendapatan sekaligus menurunkan nilai tukar petani (NTP).
Mengatasi penurunan permintaan ekspor, perusahaan inti akan lebih
mendahulukan untuk menyelamatkan usaha sendiri (perkebunan miliknya
sendiri), sehingga pembelian dari petani akan dihentikan. Akibatnya, petani
memutuskan tidak memelihara kebun dan memberhentikan buruh tani yang
diperkerjakan atau terjadi PHK secara informal.
Akibat lebih jauh adalah petani kehilangan produktivitas dalam jangka
panjang, antara lain karena tidak ada perawatan kebun, dan petani kehilangan
potensi pendapatan jangka panjang.
Iman menyatakan wilayah pedesaan akan menerima beban dampak
krisis global yang lebih berat, karena pekerja kena PHK akan kembali ke desa
dan menjadi penganggur atau setengah menganggur. PHK TKI dan TKW di
luar negeri yang kembali ke desa juga akan menjadi beban tambahan untuk
wilayah pedesaan.
Walaupun desa menjadi penyelamat dan sektor pertanian tumbuh
dengan baik, tetapi karena ada beban tambahan dari kota maka produktivitas
pertanian menjadi turun dan kesejahteraan juga turun.
Jadi keadaan bertambah berat manakala desa harus menanggung dua
beban, yaitu terimbas secara langsung oleh krisis dan menerima limpahan
beban pengangguran dari kota dan luar negeri.
Intercafe memetakan, dari 33 propinsi, 8 propinsi sudah terkena
dampak krisis, 6 propinsi berpotensi terkena dampak krisis, dan propinsi
lainnya relatif aman dari dampak krisis global.
Delapan propinsi itu adalah Sumatera Utara, Riau, Jambi, Bengkulu,
Sumatera Selatan, Bangka Belitung, dan Kalimantan Tengah, dan Kalimantan
Barat. Sementara 6 yang berpotensi terkena dampak krisis global adalah DI
Yogyakarta, NAD, Sumatera Barat, Lampung, Kalimantan Timur, dan
Kalimantan Selatan.
Ekonom Intercafe lainnya, Nunung Nuryantono mengatakan bahwa
dalam empat tahun terakhir tingkat inflasi di wilayah pedesaan lebih tinggi dari
perkotaan karena adanya arus barang dari kota kembali ke desa. Komoditas
pertanian yang semula berasal dari desa dalam beberapa waktu kemudian harus
kembali ke desa dan petani membeli kembali dengan harga yang lebih mahal.
7
“Kondisi infrastruktur di wilayah pedesaan juga sangat
memprihatinkan sehingga tidak mendukung perekonomian pedesaan,” kata
Nunung. Ekonom International Center for Applied Finance and Economics
(Intercafe), Iman Sugema, menyatakan krisis finansial global telah memasuki
babak ketiga, yaitu memasuki krisis yang lebih dalam dan memiliki daya sebar
kuat (propagation). “Ciri krisis babak ketiga ini bisa dilihat dari mewabahnya
kebangkrutan perusahaan sektor riil maupun finansial,” kata Iman Sugema
ketika menyampaikan hasil kajian Intercafe di Jakarta, Minggu. Menurut dia,
babak ketiga krisis juga ditandai dengan resesi ekonomi dan negara-negara
maju dan angka pemutusan hubungan kerja (PHK) yang makin membesar.
Dana Moneter Internasional (IMF) pada Januari lalu memprediksi
tingkat pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju pada 2009 ini akan turun
drastis menjadi minus dua persen. Sementara untuk angka PHK, Organisasi
Buruh Internasional di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (ILO)
memperkirakan jumlah orang yang terkena PHK di seluruh dunia meningkat
hingga 50 juta orang. “Jumlah ini meningkat dua kali lipat dibanding perkiraan
sebelumnya yang hanya 20 – 25 juta orang,” kata Iman Sugema.
Menurut dia, dunia sudah melalui dua tahap sebelumnya, yaitu trigger
(adanya pemicu), crash (adanya benturan), dan propagation. “Krisis telah
melewati pemicu, yang kemudian diikuti dengan crash, dan propagation.
Indonesia menjadi salah satu negara yang terimbas dampak krisis global,”
katanya.
D. TEORI-TEORI INTERAKSI
1. Teori Gravitasi
Teori ini mulanya dikemukakan oleh Sir Issac Newton dalam ilmu
fisika, yang kemudian dikembangkan oleh W.J. Reilly. Reilly
mengadaptasikan teori ini dalam studi geografi, yaitu untuk menentukan nilai
kekuatan interaksi antardua wilayah atau lebih (dalam Nurmala Dewi, 1997).
Teori gravitasi keruangan dari Reilly diformulakan dengan rumus sebagai
berikut.
8
Contoh:
Diketahui bahwa kota B letaknya berdekatan dengan dua buah desa, yaitu
Desa A dan Desa C. Jarak dari Desa A ke kota B setengah kali lebih dekat
daripada Desa C. Jarak dari Desa C ke kota B adalah 100 km. Jumlah
penduduk kota B adalah 50.000 orang. Sedangkan penduduk Desa A dan
Desa C masing-masing berjumlah 1.000 dan 1.100 orang. Dengan desa
manakah kota B paling kuat interaksinya?
Jawab:
Jadi, apabila kekuatan interaksi antara Desa A dengan kota B dengan Desa C
kita bandingkan, maka diperoleh angka perbandingan:
20.000 : 5.500
40 : 11 (lihat gambar)
9
2. Teori Titik Henti
Teori Titik Henti (The Breaking Point Theory) digunakan untuk
memperkirakan lokasi strategis yang merupakan garis pembatas antara dua
wilayah. Oleh karena itu, teori ini bermanfaat dalam memilih lokasi yang
tepat untuk perindustrian, perdagangan, ataupun sebagai tempat layanan
masyarakat, misalnya Puskesmas, kantor kecamatan, dan sebagainya. Teori
Titik Henti dinyatakan dengan rumus :
Contoh:
Pemerintah akan mendirikan pasar antara Desa A dengan kota B. Diketahui
bahwa jarak dari wilayah A ke wilayah B adalah 50 km. Jumlah penduduk A
sebanyak 1.000 orang, sedangkan wilayah B 25.000. Di manakah pasar itu
sebaiknya didirikan ?
10
Dengan demikian, dari hitungan di atas dapat diketahui bahwa titik
henti antara wilayah A dengan wilayah B adalah 8,33 km diukur dari wilayah
A yang penduduknya lebih kecil. Ini berarti bahwa pembangunan pasar yang
strategis adalah sekitar 8.33 km dari wilayah desa.
11
3
Jarak sebenarnya dari masing-masing wilayah (A, B, C) digambarkan
dalam skema berikut ini.
Diketahui :
Jumlah penduduk Desa A (PA) adalah 1.000 orang Jumlah penduduk
Desa C (PC) adalah 2.000 orang Jumlah penduduk Kota B (PB) adalah 25.000
orang Maka, nilai potensi penduduk masing-masing wilayah adalah sebagai
berikut.
12
Setelah nilai potensi penduduk dari setiap wilayah diketahui, langkah
berikutnya adalah menyusun persentase potensi penduduk setiap wilayah
terhadap potensi penduduk tertinggi. Dalam hal ini wilayah yang berpotensi
penduduknya lebih tinggi adalah wilayah Kota B, yaitu sebesar 40,60.
Langkah penghitungan persen potensi penduduk (PP) untuk setiap
wilayah.
13
Dari hasil penghitungan di atas, diperoleh kesimpulan bahwa potensi
penduduk kota B lebih tinggi dibandingkan wilayah lainnya. Ini menunjukkan
bahwa mobilitas penduduk kota B lebih tinggi, sedangkan penduduk Desa C
adalah yang paling rendah. Dengan demikian, pembangunan layanan
masyarakat sebaiknya didirikan di dekat wilayah yang lebih rendah mobilitas
penduduknya, yaitu sekitar Desa C dan Desa A.
4. Teori Grafik
Teknik lain untuk mengetahui tinggi-rendahnya interaksi antarwilayah
adalah dengan cara melihat banyak sedikitnya jalur transportasi, baik darat,
laut, maupun udara, yang menghubungkan antarwilayah. Teori ini
menyatakan bahwa semakin banyak jalur yang menghubungkan dua wilayah
(atau lebih), semakin tinggi mobilitas atau interaksi antarwilayah-wilayah itu.
Dirumuskan oleh K. J. Kansky (dalam Nurmala Dewi, 1997), bahwa untuk
mengetahui tingkat interaksi antarwilayah dengan teori ini digunakan formula
sebagai berikut.
Contoh:
Manakah wilayah di bawah ini yang paling tinggi interaksinya?
14
Jawab:
Dari hasil perhitungan di atas, diketahui bahwa yang paling tinggi tingkat
interaksinya adalah wilayah A.
15