Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH GEOGRAFI DESA KOTA

“KONSEP DASAR DESA KOTA”

DOSEN PENGAMPU : NINA NOVIRA, Ph.D.

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1 :

1. EVELINA BR GURNING
2. IKE LESTARINA DAMANIK
3. WILLY M. GULTOM

KELAS : C 2017

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan
sebaik mungkin dan tepat waktu. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yakni untuk
memenuhi tugas semester ganjil.
Saya juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Ibu NINA NOVIRA, Ph.D.
selaku dosen pengampu mata kuliah Geografi Desa Kota yang telah membimbing saya
untuk membuat tugas ini agar semakin baik. Dan juga teman – teman yang telah
membantu kami untuk memberikan masukan ataupun bahan dukungan dalam pembuatan
makalah ini. Saya menyadari bahwa pembuatan tugas ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, saya mengharapkan adanya kritikan maupun saran dari para pembaca
untuk membenahi pembuatan makalah yang berikutnya. Dan semoga makalah ini dapat
menjadi bacaan yang mampu menambah wawasan bagi para pembaca. Sekian dan terima
kasih.

Medan, 26 Agustus 2019


Penyusun,

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
A.Latar Belakang Masalah...................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................2
D.Manfaat..............................................................................................................2
BAB II ISI/PEMBAHASAN..........................................................................3
A.Pengertian Kota Menurut Beberapa Para Ahli................................................3
B. Ciri-Ciri Fisik Kota..........................................................................................3
C. Klasifikasi Kota................................................................................................4
D. Struktur dan Pola keruangan Kota.................................................................7
-BAB III PENUTUP.....................................................................................10
A.Kesimpulan.....................................................................................................10
B. Saran...............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................11

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam masyarakat yang modern seperti sekarang ini, yang ditandai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi disegala bidang kehidupan, sering kita bedakan ruang tempat
tinggal manusia itu menjadi wilayah perkotaan dan pedesaan. Sedangkan wilayah perkotaan
merupakan wilayah pusat-pusat dari kegiatan manusia di luar sektor pertanian, seperti pusat
industri, perdagangan, sektor jasa, dan pelayanan masyarakat, pendidikan, pemerintahan, dan
sebagainya sehingga dalam kehidupan sehari-harinya, kota terlihat sangat sibuk. Tingkat
pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kehidupan masyarakat kota umumnya
lebih tinggi bila dibandingkan dengan daerah pedesaan.
Pada hakekatnya kota itu lahir dan berkembang dari suatu wilayah pedesaan yang
sebelumnya merupakan panorama alamiah berupa sawahan, kebun atau daerah perbukitan
dengan kesejukan udara dan keindahan alamnya telah diubah oleh manusia menjadi
bangunan-bangunan Perkantoran, perumahan, pasar, pusat-pusat pertokoan dan tempat-
tempat fasilitas lainnya.
Pada masa saat ini, kebanyakan kota-kota yang ada memilki fungsi yang banyak (multi
function city). Hal ini terjadi karena manusia memiliki kegiatan yang beragam misalnya
kegiatan politik, kegiatan sosial, kegiatan ekonomi, kegiatan budaya, yang umumnya
berpusat pada kota-kota tersebut.
Masing-masing kota memiliki potensi dan penonjolan fungsi-fungsi yang berbeda. Hal ini
tekait dengan latar belakang historikal, kultural, fisikal, kemasyarakatan, ekonomi, dan lain-
lain yang saling berkaitan yang secara bersamaan memberikan corak yang khas terhadap
masing-masing kota.
Terdapat beberapa cara yang dilakukan dalam mengklasifikasikan kota, yang didapatkan
melalui  usaha yang bersifat sugestif dimana fungsi yang dianggap paling menonjol diantara
kegiatan-kegiatan yang ada, digunakan sebagai dasar klasifikasi

1
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa Pengertian Kota Menurut Beberapa Para Ahli


2. Bagaimana Ciri-Ciri Fisik Kota
3. Bagaimana Klasifikasi Kota
4. Bagaimana Struktur dan Pola keruangan Kota

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Pengertian Kota Menurut Beberapa Para Ahli


2. Untuk mengetahui Bagaimana Ciri-Ciri Fisik Kota
3. Untuk mengetahui Bagaimana Klasifikasi Kota
4. Untuk mengetahui Bagaimana Struktur dan Pola keruangan Kota

D.Manfaat

Manfaat dari pembuatan makalah ini yakni agar dapat dijadikan salah satu sumber

literasi bagi para pembaca untuk menjadi bahan dukungan dalam proses pembelajaran

atau bidang terkait lainnya.

2
BAB II ISI/PEMBAHASAN

A. Pengertian Kota Menurut Beberapa Para Ahli

1. Menurut  R.Bintarto, kota merupakan sebuah bentang budaya yang ditimbulkan oleh


unsur-unsur alamiah yang cukup besar dan corak kehidupan yang bersifat heterogen
dan materialistik dibandingkan dengan daerah disekitarnya.
2. Menurut Grunfeld, kota adalah suatu pemukiman dengan kepadatan penduduk lebih
besar dari pada kepadatan wilayah nasional, dengan struktur mata pencaharian non
agraris dan system penggunaan tanah yang beraneka ragam serta ditutupi oleh gedung-
gedung tinggi yang lokasinya sangat berdekatan.

Berdasarkan peraturan mentri Dalam Negeri RI Nomor 4 tahun 1980, pada hakekatnya


kota mempunyai 2 macam pengertian, yaitu:
suatu wadah yang memiliki batasan administratif wilayah, seperti kotamadya dan kota
administratif sebagaimana telah diatur oleh perundang-undangan. Sebagai lingkungan
kehidupan perkotaan yang mempunyai ciri non agraris, misalnya ibukota kabupaten, ibukota
kecamatan yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan dan pusat pemukiman.

B. Ciri-Ciri Fisik Kota

Berbeda dengan fisik wilayah pedesaan yang banyak didominasi oleh lahan pertanian,
daerah perkotaan dicirikan oleh pola penggunaan lahan yang lebih banyak merupakan
bentang budaya hasi karya manusia, seperti gedung-gedung, kompleks perumahan
penduduk, jalur jalan raya, dan sebagainya. Sangat sulit kita temui wilayah-wilayah yang
masih alamiah. Beberapa contoh bentang budaya yang menjadi ciri fisik yang khas bagi
daerah pekotaan, terutama di kota-kota besar antara lain:
Wilayah perkotaan, supermarket, gedung-gedung perkantoran dan gedung-gedung fasilitas
hiburan. Kompleks-kompleks bangunan tersebut biasanya terletak di pusat kota. Setiap hari
daerah kota ini senantiasa sibuk sebab merupakan pusat kegiatan ekonomi penduduk baik di
sektor perdagangan maupun di sektor pelayanan dan jasa. Di wilayah pusat kota besar banyak
kita jumpai pusat perbelanjaan yang menyediakan kebutuhan masyarakat yang tinggal
didaerah sekitarnya.
Alun-alun yang terletak di pusat kota. Menurut sejarahnya alun-alun berfungsi
sebagai tempat pertemuan raja (pemerintah) dengan rakyatnya, namun pada saat ini fungsinya
sudah mulai berubah menjadi tempat istirahat atau jalan-jalan masyarakat yang mengunjungi
pusat kota.
Tempat parkir kendaraan penduduk. Tempat parkir kendaraan ada yang secara khusus
dislokalisasi di tempat tertentu namun ada pula yang disediakan di pinggiran jalan.

3
Sarana rekreasi masyarakat, terdiri atas rekreasi pendidikan (misalnya musium dan
planetarium) sarana rekreassi hiburan seperti gedung film atau tempat-tempat hiburan
lainnya, dan sarana rekreasi olah raga, seperti kolam renang.
Sarana olahraga misalnya sport centre, gelora, dan lapangan sepak bola.
Open space, yaitu daerah terbuka yang berfungsi sebagai paru-paru kota, biasanya
berupa green belts atau jalur-jalur hijau, yakni pohon-pohon yang ditanam di sepanjang jalan,
serta city gardensatau taman kota.
Kompleks perumahan penduduk yang terdiri atas :
(a). Daerah pemukiman kumuh (slums area) yang dihuni oleh penduduk kota yang gagal atau
kalah bersaing dengan penduduk lainnya dalam pencapaian tingkat kehidupan yang layak.
Daerah kumuh ini ditandai oleh kondisi rumah yangtidak layak huni, kualitas lingkungan
yang kotor dan jorok, dihuni oleh sebagian penduduk yang keadaan ekonominya pas-pasan
bahkan miskin, serta tingkat kriminalitas didaerah tersebut relatif tinggi, seperti pencurian,
perkelahian antar anggota masyarakat dan lain-lain.
(b). Daerah pemukiman masyarakat ekonomi lemah sampai menengah, misalnya rumah
sangat sederhana (RSS), rumah susun sederhana dan rumah-rumah BTN tipe kecil.
(c). Daerah pemukiman masyarakat golongan ekonomi menengah ke atas, seperti rumah-
rumah BTN tipe besar, rumah real estate dan apartemen mewah atau kondominium.

C. Klasifikasi Kota

Sistem penggolongan atau pengklasifikasian kota dapat didasarkan atas beberapa


faktor, misalnya jumlah penduduk yang tinggal di suatu kota, fungsi kota ataupun luas kota.
Biasanya sistem penggolongan yang dilakukan oleh suatu negara tidak sama dengan negara
lainnya. Hal ini berhubungan dengan tingkat kemajuan pembangunan yang telah dicapai serta
jumlah penduduk negara yang bersangkutan. Selain itu masih banyak istilah-istilah yang
berhubungan dengan kota yang kerap kali membingungkan, seperti city,town, dan
urban. City dapat diartikan sebagai kota, town adalah kota kecil, sedangkan urban atau
wilayah perkotaan mempunyai pengertian sebagai suatu daerah yang memiliki suasana
kehidupan kota. Jadi walaupun letaknya di pinggiran kota, namun apabila daerah tersebut
telah memperlihatkan tanda-tanda kehidupan penduduknya yang menyerupai masyarakat
kota, maka daerah tersebut dinamakan wilayah perkotaan.

D. Secara Umum Klasifikasi Kota Dapat Dibedakan Atas :

      1. Klasifikasi kota secara numerik (Kuantitatif)


 Adalah cara penggolongan kota yang didasarkan atas unsur-unsur kuantitas (jumlah) yang
terdapat di kota tersebut, seperti jumlah penduduk, kepadatan penduduk, luas wilayah kota
ataupun perbandingan jenis kelamin (sex ratio) penduduk yang tinggal di daerah tersebut.
Kiasifikasi numerik ini  banyak digunakan dalam menentukan tingkat perkembangan suatu
kota, walaupun belum ada standar yang berlaku secara umum di semua negara. Misalnya saja
untuk negara Swedia, apabila suatu daerah telah memiliki jumlah penduduk sebanyak 200
jiwa, maka daerah tersebut sudah dapat dikatakan kota. Untuk negara Amerika Serikat dan
4
Meksiko, batas minimal suatu daerah dikatakan kota adalah jika telah dihuni oleh 2.500 jiwa,
sedangkan di Canada adalah 1.000 jiwa.
Sistem penggolongan kota secara kuantitatif berdasarkan gejala pemusatan penduduk yang
paling umum kita jumpai ialah yang dibuat oleh C. Doxiadis dan N.R. Saxena. Doxiadis
mengklasifikasikan tingkat perkembangan kota berdasarkan gejala pemusatan penduduk
menjadi 12 tahapan, yaitu:

   No Nama Tahapan Kota Jumlah Penduduk Minimal


1. Dwelling Group 40 orang
2. Small Neighborhood 250 orang
3. Neighborhood 1.500 orang
4. Small Town 9.000 orang
5. Town 50.000 orang
6. Large City 300.000 orang
7. Metropolis 2.000.000 orang
8. Conurbation 14.000.000 orang
9. Megalopolish 100.000.000 orang
10. Urban Region 700.000.000 orang
11. Urban Continent 5.000.000.000 orang
12. Ecumenepolish 30.000.000.000 orang

Menurut N.R saxena tahapan pemusatan penduduk kota adalah sebagai berikut:


Infant  Town dengan jumlah  penduduk 5.000 sampai dengan 10.000 orang.
Township yang  terdiri atas adolescent  township, mature township dan specialized
township dengan jumlah penduduk antara  10.000 s/d  50.000 orang.
Town city  terdiri atas adolescent  town, mature town, specialized town dan adolescent
city dengan jumlah penduduk berkisar  100.000 s/d  1.000.000 orang.
Pemerintah  Republik  Indonesia  membuat penggolongan kota berdasarkan jumlah penduduk
sebagai berikut (diolah dari Urban Population Growth of Indonesia, 1980-1990):
Kota kecil, jumlah penduduk antara 20.000 s/d 50.000 orang jiwa. Contohnya Padang
panjang (32.104 orang), Banjaran (48.170 orang).
Kota sedang, jumlah penduduk antara 50.000 s/d 100.000 jiwa. Contohnya Sibaloga (71.559
orang), Bukit Tinggi (71.093 orang), Mojokerto (96.626 orang), Palangkaraya (99.693 orang)
dan Gorontalo (94.058 orang).
Kota besar,jumlah penduduk  antara 100.000 orang sampai dengan 1.000.000 orang. Contoh:
Padang 477.064 orang; Jambi  301.430 orang; Cirebon 244.906 orang;Surakarta 503.827
orang; Kediri 235.333 orang.
Metropolis, jumlah penduduk di atas 1.000.000 jiwa. Contoh: Jakarta dengan jumlah
penduduk 8.222.515 orang; Bandung dengan jumlah penduduknya 2.125.159 orang,Surabaya
2.410.417 orang dan Medan dengan jumlah penduduk 1.685.272 orang.
B. Klasifikasi Kota Secara Non Numerik (Kualitatif)
Sistem klasifikasi kota secara  non numerik dapat di artikan sebagai penggolongan
yang di dasarkan atas unsur-unsur kualitatif dari suatu kota, kondisi social penduduk dan
sebagainya:

5
Tahap Eopolis, yaitu tahap perkembangan desa yang sudah teratur , sehingga organisasi
masyarakat penghuni daerah  tersebut sudah mulai memperlihatkan ciri-ciri perkotaan.
Tahapan ini merupakan peralihan daari pola kehidupan desa yang tradisional kearah
kehidupan kota.
Tahap Polis, yaitu tahapan dimana suatu daerah kota yang masih bercirikan sifat-sifat agraris
atau berorientasi pada sektor pertanian. Sebagian besar kota-kota di Indonesia masih berada
di tahap ini.
Tahap Metropolis, yaitu kota merupakan kelanjutan dari tahap polis. Tahapan ini ditandai
oleh sebagian besar orientasi kehidupan ekonomi penduduknya mengarah kesektor industri.
Kota- kota di Indonesia yang tergolong  pada tahapan metropolis adalah Jakarta, Bandung
dan Surabaya.
Tahap Megapolis (kota maha besar) yaitu suatu wilayah perkotaan yang ukurannya sangat
besar,biasanya terdiri atas beberapa kota metropolis  yang menjadi satu sehingga membentuk 
jalur perkotaan. Balam beberapa segi kota megapolis telah mencapai titik tertinggi dan
memperlihatkan tanda-tanda akan mengalami penurunan kualitas. Contah Bos-Wash (jalur
kota Boston sampai dengan Wasington di Amerika Serikat). San-san (jalur kota San Diego
sampai San Fransisco di Amerik Serikat), Randstad Holland mulai kota Doordecht  sampai
Archem  di Netherland.
Tahap Tryanopolis, yaitu tahapan kota yang kehidupannya sudah di kuasai oleh triani,
kemacetan-kemacetan,kekacuan pelayanan, kejahatan, dan kriminalitas yang bias terjadi.
Tahap Nekropolis, yaitu tahapan perkembangan kota yang menuju ke arah kematiannya.
Selain berdasarkan  tahapan perkembangannya, kota  juga masih dapat digolongkan
dengan memperhatikan fungsi sosialnya. Sistem penggolongan kota atas dasar fungsi
sosialnya bersifat relatif, maksudnya adalah bahwa fungsi kota di permukaan bumi tidak
bersifat tetap untuk selamanya. Ada kalanya  sebuah kota akan beralih fungsi, misalnya dari
sebuah kota pusat perdaganan menjadi pusat industri. Selain itu dapat pula terjadi sebuah kota
memiliki fungsi lebih satu,misalnya kota Jakarta sebagai sebuah kota memiliki  fungsi lebih
dari satu, misalnya kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan  dan  pariwisata. Berdasarkan
fungsinya kota dapat di bedakan:
Kota Pusat Produksi yaitu kota yang berfungsi sebagai pemasok barang-barang yang
di butuhkan oleh wilayah lain. Barang-barang yang di suplay oleh kota produksi dapat berupa
bahan mentah dan atau barang setengah jadi. Karena itu kota pusat produksi dapat dibedakan
atas kota penghasil bahan mentah, seperti Bukit Asam dan Obilin (batubara), Bontang
(LNG), Mojokerto (yodium) serta kota industri manufaktur (mengubah bahan mentah
menjadi barang jadi dan setengah jadi) seperti Cilegon (industri besi dan baja), Bandung
Raya (industri tekstil), Yokohama, Nagoya, Kobe dan Horoshima (industri berat).
Kota pusat perdagangan baik yang bersifat lokal maupun regional dan
internasional. Contoh: Bremen pusat perdagangan tembakau, Singapura pusat perdagangan
internasional, Philadelphia, pusat pelabuhan di Pantai Atlantik yang mengekspor batubara
dan baja, Richmond pelabuhan perdagangan di USA yang banyak mengekspor tembakau dan
kota-kota perdagangan di Indonesia.
Kota pusat pemerintahan: ibukota suatu negara merupakan contoh paling jelas untuk
melihat fungsi kota sebagai pusat pemerintahan. Biasanya kantor-kantor lembaga tinggi

6
beserta kantor pemerintahan tingkat pusat terdapat di ibukota negara yang bersangkutan.
Contoh: Jakarta, Berlin, London, Istambul dan sebagainya.
Kota pusat kebudayaan, biasanya sangat berhubungan dengan adat istiadat yang
berlaku pada masyarakat setempat. Misalnya kesenian tradisional, tata cara keagamaan, atau
bentuk-bentuk budaya yang lainnya yang masih dipegang teguh oleh penduduk setempat.
Contoh: beberapa kota di propinsi Bali, Yogyakarya, Surakarta dan beberapa kota di India
sebagai pusat agama dan kebudayaan Hindu, Roma dan Vatikan sebagai pusat agama dan
kebudayaan Kristen Katolik, serta Mekah sebagai kota pusat agama dan kebudayaan Islam.

D. Struktur dan Pola keruangan Kota

Ruang, termasuk tanah dan lingkungan yang diatur dan digunakan untuk mendirikan
gedung dan banngunan. Untuk kantor kantor, bank, stasiun, pasar, rumah sakit, dan
sebagainya  Untuk jalur-jalur jalan yang menghubungkan kata dengan tempat-tempat lain
seperti jalan kabupaten, jalan propinsi dan jalur-jalur kanan dan kota yang berfungsi sebagai
urat nadi dalam tubuh manusia. Jalan ini mensuplai kebutuhan penduduk ke segala sudut.
Taman-taman olahraga,seperti lapangan sepak bola,pacuan kuda taman bermain anak-anak
dan sebagainya. Tempat-tempat parkir

1.  Pola Penggunaan Lahan Kota


Beberapa sarjana yang berkecimpung dalam studi kekotaan ini telah berusaha
mengadakan uraian mengenai letak dan bentuk daerah permukiman di kota secara
ideal Ernest W.Burgess, mengenai urban areas yang dikenal dengan teori pola zone
konsentris. Dalam teori tersebut dinyatakan bahwa daerah kekotaan dapat dibagi dalam
lima (5) zone, yaitu :
Zone pusat daerah kegiatan atau Central Bistricts atau Loop. Dalam zona PDK ini
terdapat toko-toko besar, bangunan-bangunan kantor yang kadang-kadang atau sering juga
bertingkat, bank, rumah makan, museum dan sebagainya.
Zone peralihan atau sering Disebut Zone Transisi. Zone ini merupakan daerah yang terikat
dengan pusat daerah kegiatan. Penduduk zone ini tidak stabil, baik ditinjauh dari segi tempat
tinggal maupun dari segi social ekonomi. Daerah ini dikategorikan dalam daerah yang
berpenduduk miskin. Dalam rencana pengembangan kota daerah ini akan diubah menjadi
daerah yang lebih baik dan berguna,antara lain untuk kompleks perhotelan, tempat-tempat
parker dan jalan-jalan utama yang menghubungkan inti kota dengan daerah-daerah di
luarnya.
Zone Pemukiman Klas Proletar. Nampak dalam zone ini bawah perumahannya sedikit lebih
baik dari perumahan mereka yang bertempat tinggal di zone peralihan. Daerah-daerah ini
didiami oleh para pekerja yang kurang mampu,rumah-rumahnya kecil dan daerah ini tidak
begitu menarik. Zone ini dikenal dengan istilah Workingmen’s Home.
Zone pemukiman Klas Menengah atau Residentatial Zone, ini merupakan kompleks
perumahan dari para karyawan klas menengah, mereka memiliki keahlian tertentu. Rumah-
rumahnya lebih baik di bandingkan dengan perumahan di daerah klas proletar.

7
Zone penglaju atau Zone Commuters, merupakan suatu daerah yang sudah memasuki
daerah belakang atau hinterland. Penduduk dari daerah ini bekerja di kota. Mereka pergi ke
kota dengan naik sepeda,naik bus, kereta api pada pagi hari dan sore harinya mereka pulang
ke rumah masing-masing. Oleh karena itu zone ini disebut zone penglaju.
Gambar Pola Keruangan Daerah Kekotaan Menurut Teori Konsentris

Pola keruangan seperti di atas bukan berarti sudah ideal,jadi tidak selalu tepat dengan
nyata. Oleh karna itu kemudian timbulah teori yang lain seperti yang dikemukakan Homer
Hoyt yang terkenal sebagai pembentuk teori sektor mengenai perkembangan daerah
kekotaan.
Homer Hoyt beranggapan dalam teorinya bahwa :
Daerah-daerah yang memiliki sewa tanah atau harga yang tinggi terletak di tepi luar dari
kota.
Daerah-daerah yang memiliki sewa atau harga tanah yang rendah merupakan jalur-jalur yang
mirip dengan roti tart,Jalur-jalur ini bentuknya memanjang dari pusat kota ke daerah
perbatasan atau tepi kota.
Zone pusat adalah zone pusat daerah kegiatan (PDK).
Daerah-daerah industri berkembang sepanjang lembah sungai dan jalur jalan  kereta
api yang menghubungkan kota dengan kota-kota di tempat lain sehingga dapat
menimbulkan perluasan kota yang tidak konsentris melainkan meluas secara sektor.
Gambar Pola Keruangan Daerah Kekotaan Menurut Teori Sektor

Selanjutnya Homer Hoyt beranggapan bahwa kota dapat berkembang melalui tiga cara:
Pertama, sebuah kota tumbuh secara menegak,ini disebabkan karena stuktur keluarga tunggal
semakin lama menjadi struktur keluarga ganda. Dengan demikian tiimbul rumah-rumah flat
atau apartemen yang memisahkan keluarga satu dengan keluarga lainnya. Bila perluasan
keluar menjadi terbatas maka terjadi rumah-rumah flat yang bertingkat.
Kedua, sebuah kota yang masih memiliki cukup ruang kosong dapat diisi atau terisi oleh
bangunan-bangunan perumahan dan kantor-kantor di sela kota.
Ketiga, sebuah kota dapat meluas dengan arah sentrifugal atau lateral keluar. Sebagai
tambahan keterangaan dapat dijelaskan disini, bahwa pola perluasan atau pemekaran atau
ekspansi kota dapat terjadi dalam 3 bentuk:
Perluasan mengikuti pertumbuhan sumbu atau perluasanya mengikuti jalur-jalur transportasi
kearah daerah-daerah perbatasan kota
Daerah-daerah diluar kota yang terisolir semakin lama semakin berkembang juga dan akirnya
menggabung pada kota
Dengan bergabungnya nucleus utama dengan nukleus-nukleus dikota kota kecil yang berada
diluar kota dapat terbentuk konurbasi
Teori lain yang dikenal adalah Teori inti ganda atau Multiple Nuclei. Dalam teori ini pola
keruanganya tidak konsentris dan seolah olah meruakan inti yang berdiri sendiri. Teori ni
juga beranggapan bahwa tidak ada urutan-urutan yang teratur dari zone-zone seperti yang
dianggap oleh teori konsentris .
Gambar Pola Keruangan Daerah Kekotaan Menurut Teori Inti Ganda

8
Dari beberapa teori diatas, kemudian muncul beberapa kritik, diantaranya yang dikemukakan
oleh Maurice R. Devie dalam bukunya The pattern of Urban Growth. Keberatan-keberatan
yang diajukan sebagai berikut:
Bentik PDK tidaklah bulat, tetapi cendrung berbentuk segi empat atau persegi panjang .
Penggunaan tanah perdagangan meluar keluar secara radial sepanjang jalan dan memusat
pada tempat-tempat tertentu yang strategis dan membentuk pusat-pusat sub atau sub centers.
Daerah industri terletak dekat jalan raya, dekat sungai sehingga tidak akan terjadi daerah-
daerah industri  yang mengelompok.
Perumaan kelas rendah dapat di jumpai  dekat daerah-daerah indusri  dan transportasi.
Perumahan kelas rendah dan kelas  tinggi terdapat dimana-mana, jadi tidak akan terjadi
pengelompokan-pengelompokan.
Kritik ini dapat dibenarkan juga, tetapi sudah di nyatakan lebih dahulu, bahwa
teori Burgess adalah teori ideal sifatnya dan tentunya tidak selalu tepat, karena perbedaan
kondisi geografis, ekonomi, kultral dan politik. Demikian dengan teori-teori lainya. Teori ini
sebenarnya merupakan suatu usaha pendekatan akademis terhadap proses dan pola
perkembangan daerah kekotaan.

9
-BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan mengenai klasifikasi kota atas dasar karakteristik fungsinya, dapat
disimpulkan bahwa : Klasifikasi yang telah dikemukakan dapat digunakan perencana kota
untuk mempertimbangkan dalam kaitannya dengan usaha-usaha pengembangan dan
perencanaan kota. Untuk Negara-negara yang masih berkembang, misalnya Indonesia,
beberapa macam klasifikasi kota tidak harus mengikuti fungsi yang telah disebutkan,
karena latar belakang kehidupan sosial ekonomi perkotaan yang ada mempunyai ciri-ciri
yang berbeda dengan negara-negara yang maju. Usaha dalam menggolongkan jenis-jenis
kota berdasarkan jenisnya merupakan hal yang sangat penting dalam rangka
pengembangan regional dan kota-kota yang ada termasuk di dalam kontelasinya.

B. Saran

Dari kesimpulan di atas, maka kami menyarankan kepada pembaca khususnya kepada
peserta didik  bahwa belajar sangatlah penting untuk diri kita. Dimana dengan belajar
memahami tentang desa kota dapat menambah pengetahuan dan wawasan kearah yang lebih
baik. Dengan belajar pula kita dapat mengembangkan bergam kemampuan dan sikap.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://staffnew.uny.ac.id/upload/130814847/pendidikan/MODUL+DESA-KOTA.pdf

https://www.academia.edu/12079837/GEOGRAFI_desa_kota

11
12

Anda mungkin juga menyukai