Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KELOMPOK 9

“Isu-Isu Di Perkotaan”

Mata kuliah : Sejarah Kota

Anggota : Kelompok 9

1. Meti Nurhidayanti (N1C1 22 059)


2. Muhamad Alif (N1C1 22 063)
3. Weni Asbar (N1C1 22 103)

JURUSAN ILMU SEJARAH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiat Allah yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Isu-Isu
Di Perkotaan” .

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Sejarah
Kota dengan semaksimal mungkin dan bantuan dari beberapa referensi sebagai acaun
dalam mengerjakan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat, walaupun makalah ini masih
memiliki kekurangan. kami membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang
membangun. Terima kasih.

Kendari, 18 November 2023

Kelompok 9

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................1
D. Manfaat.........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................2

A. Isu-Isu Diperkotaan.......................................................................................2
1. Masalah Permukiman.............................................................................2
2. Masalah Lingkungan...............................................................................3
3. Masalah Pendidikan................................................................................5

BAB III PENUTUP..................................................................................................8

A. Kesimpulan....................................................................................................8
B. Saran.............................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kota adalah pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batas
wilayah administrasi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan serta
pemukiman yang telah memperlihatkan watak dan ciri kehidupan perkotaan. Sistem
kota adalah sekelompok kota-kota yang saling tergantung satu sama lain secara
fungsional dalam suatu wilayah dan berpengaruh terhadap wilayah sekitarnya. Kota
merupakan kawasan pemukiman dengan jumlah penduduk yang relatif besar
dan kepadatan penduduk yang tinggi. Ketersediaan akses sangat mudah didapatkan di
daerah perkotaan. Kota sebagai pusat kegiatan politik, ekonomi, sosial dan budaya
dengan sendirinya juga mempunyai warna tertentu atas kegiatan-kegiatan tersebut.
Pembentukan kota merupakan hasil dari perkembangan desa dalam perluasan
pemukiman dan peningkatan jumlah penduduk. Kota berfungsi sebagai pusat pemukiman
dan aktivitas manusia sehingga keberadaannya menjadi sangat penting bagi wilayah di
sekitarnya dalam kegiatan perdagangan, pemerintahan, industri dan kebudayaan. Namun,
diwilayah perkotaan terdapat pula isu-isu seperti masalah permukiman, masalah lingkungan
dan masalah pedidikan.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana isu-isu pada
wilayah perkotaan?

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui terkait isu-isu
pada wilayah perkotaan.

D. Manfaat

1
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar mampu
mengidentifikasi isu-isu dalam wilayah perkotaan masa kini sehingga mampu
memberikan solusi terkait isu tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

A. ISU-ISU DIPERKOTAAN
1. Masalah Permukiman
Pada dasarnya kota terdiri dari bangunan tempat tinggal, perkantoran dan
perniagaan. Gambaran tentang satu kota selalu berupa susunan bangunan fisik yang
berjejer sepanjang jalan ekonomi, gugus perkantoran pemerintahan dan perniagaan,
perkampungan atau permukiman warga kota, rumah ibadah dan pertamanan.
Seluruh bangunan fisik ini biasanya berkembang lebih lambat dibanding dengan
pertambahan penduduk kota, baik pertambahan penduduk kota secara alami
maupun karena derasnya arus urbanisasi.
Permukiman sebagai bagian dari lingkungan hidup dan merupakan lingkungan
hidup buatan adalah salah satu hasil kegiatan manusia untuk meningkatkan
kesejahteraan hidupnya. Permukiman terdiri dari kumpulan rumah yang dilengkapi
dengan prasarana lingkungan, dan berfungsi sebagai sarana tempat tinggal untuk
beristirahat setelah melakukan tugas sehari-hari, tempat bernaung dan melindungi
diri maupun keluarganya untuk mencapai kesejateraan dan kebahagiaan lahir dan
batin.
Permukiman sebagai wadah kehidupan manusia bukan hanya menyangkut
aspek fisik dan teknis saja tetapi juga aspek sosial, ekonomi dan budaya dari para
penghuninya. Tidak hanya menyangkut kuantitas melainkan juga kualitas. Selama ini
kawasan pemukiman baru lebih ditekankan pada aspek fisik bangunannya saja.
Sedangkan permukiman lama yang sudah ada tumbuh dan berkembang dengan
pesat tanpa terkendali karena kurang adanya tertib dan pengawasan pembangunan.
Kedua hal di atas tersebut mengakibatkan semakin menurunnya kualitas
permukiman dalam arti:

2
 Kepadatan bangunan yang terlalu tinggi.
 Lenyapnya taman-taman dan ruang terbuka.
 Tidak mencukupinya jaringan air bersih, listrik dan pembuangan air kotor.
 Berkurangnya tingkat pelayanan dan fasilitas umum seperti sekolah, tempat
pertemuan dan olahraga, rekreasi, dan lain-lain.
 Hilangnya ciri-ciri khas atau karakter spesifik dari daerah permukiman tertentu.

Menurunnya kualitas permukiman yang disertai dengan meningkatnya


pencemaran lingkungan dan menipisnya sumber daya alam merupakan masalah
penting bagi seluruh negara di dunia. Pembangunan dan pengembangan kawasan
permukiman merupakan prakondisi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Sebab produktivitas manusia terutama sekali tergantung pada tersedianya wadah
yang memadai untuk bekerja, beristirahat sekeluarga dan bermasyarakat.
Agar suatu permukiman dapat dikatakan baik, maka suatu permukiman harus
memenuhi syarat-syarat tertentu, antara lain:
 Lokasi kawasan yang baik, seperti tidak terganggu polusi, tidak berada di bawah
permukaan air setempat, mempunyai kemiringan rata-rata, memberikan
kemungkinan untuk perkembangan selanjutnya, ada keterpaduan antara
tatanan kegiatan alam yang mewadahinya.
 Kualitas hunian yang baik, seperti kualitas bahan bangunan yang memenuhi
syarat, ventilasi yang cukup, kepadatan bangunan, perbandingan antara luas
bangunan dengan kepadatan penghuni, tersedianya penampungan dan
pembuangan kotoran manusia.
 Ada prasarana lingkungan yang baik, seperti jalan, air bersih, saluran air minum,
saluran air limbah, salurran air hujan, pembuangan sampah, dan tersedianya
jaringan listrik. Sarana lingkungan yang sesuai dengan kepadatan penduduk,
seperti sarana pendidikan, kesehatan, peribadatan, ruang terbuka hijau, dan
lain-lain.

2. Masalah Lingkungan
Laju urbanisasi dan pembangunan kota yang tinggi akan membawa dampak
tersendiri bagi lingkungan hidup di dalam maupun di sekitar kota. Perkembangan

3
aktivitas ekonomi, sosial, budaya dan jumlah penduduk membawa perubahan besar
dalam keseimbangan lingkungan hidup di kota. Aktivitas kota dan pertumbuhan
penduduk tersebut telah menyita areal taman, tanah kosong, hutan ladang di
sekelilingnya untuk tempat tinggal, tempat usaha, tempat pendidikan, kantor,
ataupun tempat berolahraga dan untuk jalan. Hal ini otomatis memperburuk
keseimbangan lingkungan mulai dari menciutnya areal tanaman, merosotnya daya
absorbsi tanah yang kemudian sering berakibat banjir apabila hujan, sampai masalah
sampah dengan segala akibatnya.
Demikian pula dengan perkembangan industri dan teknologi mencemari
lingkungan dengan asap knalpopt kendaraan bermotor, jelaga dari cerobong pabrik,
air buangan pabrik dan segala buangan produk obat-obatan anti hama seperti DDT
dan lain-lain. Sampah plastik juga turut menambah permasalahan bagi lingkungan
hidup karena tidak hancur lebur dengan tanah seperti sampah daun atau sampah
lainnya yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Akibat dari pembangunan kota dan
perkembangan teknologi ini adalah timbulnya pencemaran lingkungan yang berupa:
 Pencemaran udara;
 Pencemaran air;
 Pencemaran tanah;
 Kebisingan.

Akibat atau bahaya yang ditimbulkan oleh pencemaran lingkungan secara garis
besar merugikan manusia, terutama mereka yang tinggal di kota. Kota-kota di
Indonesia dan beberapa kota dunia, umumnya menjadi pelanggan penyakit menular
seperti kolera, thypus, sesak nafas dan lain-lain. Udara di kota menjadi panas dan
berdebu. Air minum tercemar oleh berbagai macam bakteri dan zat kimia yang
merugikan kesehatan.
Bahaya pencemaran lingkungan hidup di kota-kota Indonesia semakin hari
semakin serius dan akan memberi dampak yang berbahaya pada jangka panjang jika
tidak segera diambil langkah-langkah konkrit dalam menanggulangi masalah
lingkungan hidup. Beberapa langkah yang dapat diambil oleh pemerintah dan
masyarakat dalam menanggulangi masalalah lingkungan hidup antara lain:

4
 Menciptakan peraturan standar yang mengatur segala seluk beluk persyaratan
pendirian pabrik atau industri;
 Adanya perencanaan lokasi industri yang tepat dan relokasi bagi industry yang
pada saat ini dirasa sudah kurang tepat;
 Memilih proses industri yang minim polusi dilihat dari segi bahan baku, reaksi
kimia, penggunaan air, asap, peyimpanan bahan baku dan barang jadi, serta
transportasi dan penyaluran cairan buangan;
 Pengelolaan sumber-sumber air secara berencana disertai pengamatan
terhadap segala aspek yang berhubungan dengan pengolahan air tersebut
berikut saluran irigasi yang teratur. Cairan buangan yang berasal dari pabrik
yang belum dijernihkan jangan beracmpu dengan sungai yang biasanya banyak
dipakai untuk kepentingan air minum dan air cuci;
 Pembuatan sistem pengolahan air limbah secara kolektif dari seluruh industri
yang berada di daerah industri tertentu;
 Penanaman pohon-pohon secara merata dan berencana di seluruh kota yang
diharapkan dapat mengurangi debu, panas dan sekaligus menghisap zat kimia
yang beterbangan diudara yang kalau mendarat di paru-paru atau bahan
makanan dapat menimbulkan penyakit.
 Peraturan dan penggunaan tanah berdasar rencana induk pembangunan kota
sesuai dengan peruntukannya secara berimbang.
 Perbaikan lingkungan sosial ekonomi masyarakat hingga mencapai taraf hidup
yang memenuhi pendidikan, komunikasi dan untuk belanja sehari-hari.

Penduduk kota tidak akan sempat berpikir tentang masalah lingkungan hidup
kalau tingkat kesejateraan mereka masih di bawah rata-rata.

3. Masalah Pendidikan
a. Keadaan sekolah di perkotaan
Secara umum keadaan sekolah di kota lebih maju dibandingkan dengan
di desa. Ditinjau dari fasilitas, sekolah yang ada di kota mempunyai fasilitas yang
lumayan cukup untuk menunjang pembelajaran. Dengan penunjang tersebut
secara tidak langsung membuat kualitas pendidikan di wilayah perkotaan

5
menjadi lebih baik. Adanya jurang perbedaan antara sekolah desa dan
perkotaan membuat jurang perbedaan juga dalam hal mutu pendidikan dan
adanya perbedaan karakteristik anak didik. Sudah menjadi suatu keharusan
sekolah untuk memiliki fasilitas yang memadai dan kondisi yang baik, dengan
tujuan untuk mendukung proses belajar mengajar.
Selain fasilitas belajar yang cukup baik, guru di perkotaan juga
mempunyai kompetensi yang mumpuni. Ini disebabkan oleh banyaknya guru-
guru yang lebih tertarik untuk mengajar di kota. Sehingga secara otomatis,
sekolah lebih mudah untuk memilih guru yang berkualitas. Kecenderungan
banyaknya guru yang lebih tertarik mengajar di perkotaan karena munculnya
sikap metrosentrik di mana orang-orang berorientasi hidup di kota dan menolak
tinggal di desa. Sehingga, adanya ketidakmerataan antara guru yang ada di kota
dengan di desa.

b. Biaya pendidikan di perkotaan


Dengan kondisi yang cukup baik, sekolah di perkotaan tentunya tidak
lepas dari masalah. Salah satu masalah pendidikan yang dialami oleh
masyarakat perkotaan yaitu biaya pendidikan yang mahal. Beberapa tahun yang
lalu sebelum kebijakan dari pemerintah untuk menggratiskan biaya gedung dan
SPP di sekolah negeri, banyak sekolah-sekolah yang berusaha memanfaatkan
momen ini untuk berlomba-lomba dalam memungut biaya yang relatif cukup
mahal dari peserta didiknya. Ini tentunya berkaitan dengan peningkatan kualitas
fasilitas yang ada di sekolah dan juga pembiayaan untuk guru-guru honorer yang
mengajar di sekolah tersebut. Namun ini yang selalu menjadi keluh kesah orang
tua karena harus menanggung biaya yang relatif mahal. Sehingga pendidikan
seolah-olah dijadikan alat untuk meraih keuntungan materialistis. Untuk sekolah
swasta sendiri, kebijakan memungut biaya dari siswa terus berlangsung sampai
saat ini. Dampaknya adalah banyak sekolah-sekolah swasta yang biayanya jauh
lebih mahal dibandingkan di sekolah negeri. Sebagai contoh salah satu sekolah
swasta di Jakarta, biaya pendidikan per tahun untuk tingkat sekolah menengah
adalah Rp 193 juta.

6
Namun, hal ini berbanding lurus dengan prestasi yang didapatkan oleh
sekolah-sekolah tersebut. Dengan sarana dan prasarana yang lengkap dan
ditunjang dengan guru-guru yang mumpuni sehingga banyak sekolah-sekolah
swasta menjadi sekolah favorit bahkan percontohan. Saat ini, kebijakan
pemerintah untuk mengurangi bahkan menggratiskan biaya pendidikan di
sekolah negeri masih menyisakan masalah. Banyak siswa yang tidak bisa masuk
di sekolah negeri karena kuota yang disediakan sudah habis. Sehingga
mengharuskan para siswa ini untuk mencari sekolah swasta. Dengan biaya
pendidikan di swasta yang relatif mahal, akhirnya menjadi beban bagi para
orang tua siswa yang memiliki keterbatasan dalam menyekolahkan anaknya.
Oleh karenanya, banyak anak-anak di kawasan perkotaan yang akhirnya putus
sekolah.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Diperkotaan terdapat beberapa isu yaitu masalah permukiman, masalah
lingkungan dan masalah pendidikan.
2. Menurunnya kualitas permukiman yang disertai dengan meningkatnya
pencemaran lingkungan dan menipisnya sumber daya alam.
3. Kota-kota di Indonesia dan beberapa kota dunia, umumnya menjadi
pelanggan penyakit menular seperti kolera, thypus, sesak nafas dan lain-
lain. Udara di kota menjadi panas dan berdebu. Air minum tercemar oleh
berbagai macam bakteri dan zat kimia yang merugikan kesehatan.
4. Sekolah yang ada di kota mempunyai fasilitas yang lumayan cukup untuk
menunjang pembelajaran dan guru diperkotaan juga mempunyai
kompetensi yang mumpuni. Dengan kondisi yang cukup baik tersebut,
membuat biaya pendidikan menjadi mahal.

B. Saran
Demikian yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan
dalam makalah ini, tentunya banyak kelemahan dan kekurangan karena terbatasnya
pengetahuan, kurangnya rujukan dan referensi yang kami peroleh hubungannya dengan
makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi kelompok kami sebagai penulis pada
khususnya dan pembaca pada umumnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Bintarto. (1989). Interaksi Desa-Kota. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Hatt & Reis. (1966). Cities and Society. New York: The Free Press.

Huda, M. (2021). Permasalahan Sekolah Di Perkotaan. Cross Border: Jurnal Kajian


Perbatasan Antarnegara, Diplomasi Dan Hubungan Internasional, 4(1), 30-36.

Anda mungkin juga menyukai