Anda di halaman 1dari 34

Tugas Kelompok

Makalah Geografi Desa Kota

MENGANALISIS INTERAKSI DESA-KOTA

KELOMPOK II

- Muhammad Armed Bintang Pradana


- Chandra Rifky Arrohman
- Muhamad Rafi Naufal
- Ahmad Muflih
- Reno Agusti
- Mc Faden
PELAJARAN GEOGRAFI
SMAN 15 KOTA BEKASI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita
berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu
membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada
kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai
menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.

Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Bu Astuti serta
teman-teman sekalian (kelompok 2) yang telah membantu, baik bantuan berupa moril
maupun materil, sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah
ditentukan.

Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa
maupun dalam hal pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian,
yang kadangkala hanya menturuti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan kami jika
ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makah
kami dilain waktu.

Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan
apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang
lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari
judul ini (Menganalisis Interaksi antara Desa-Kota) sebagai tambahan dalam
menambah referensi yang telah ada.
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR...................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR........................................................................................ iii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................... 1

B. Tujuan Intruksional Umum........................................................ 2

C. Tujuan Intruksional Khusus....................................................... 2

BAB II : PEMBAHASAN

A. Definisi Interaksi Desa Kota...................................................... 6

B. Prinsip Interaksi Desa Kota........................................................ 7

C. Zona Interaksi Desa Kota........................................................... 8

D. Bentuk Interaksi Desa Kota....................................................... 11

E. Faktor-Faktor yang Mendasari Interaksi Desa Kota.................. 13

F. Beberapa Aspek Interaksi Desa Kota......................................... 17

G. Pola Interaksi Desa Kota............................................................ 18

H. Pengaruh Interaksi Desa Kota.................................................... 23

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................ 24
B. Saran........................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 26

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Skema Wilayah-Wilayah yang Saling Melengkapi.............................. 14

2. Skema Melemahnya Interaksi Wilayah Karena Adanya Kesempatan

Untuk Berintervensi.............................................................................. 15

3. Aspek Ekonomi.................................................................................... 17

4. Aspek Sosial......................................................................................... 17

5. Skema Perbandingan Kekuatan Interaksi Antara AB dan BC.............. 19

6. Lokasi Titik Henti Antara Desa A dan Kota B..................................... 21

7. Jarak Wilayah A, B, dan wilayah C...................................................... 32

8. Skema Problem-Problem Desa Kota dan Pemecahannya.................... 57

9. Skema Arus Dampak Interaksi Desa dan Kota..................................... 58


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Modernisasi telah banyak membawa perubahan cara hidup warga desa
dan kota khususnya, dan warga Negara Indonesia umumnya. Perubahan dalam
cara hidup di kota mendapat pengaruh dari keterbukaan hubungan Indonesia
dengan luar negeri ; selain itu juga karena perkembangan yang terjadi di dalam
negeri. Demikian pula cara hidup penduduk di daerah pedesaan telah menjadi
lebih maju karena adanya interksi desa – kota.
Kemajuan di bidang pendidikan, teknologi, social – ekonomi – budaya
dalam beberapa Pelita yang dilalui dengan selamat dan sukses telah ikut
meningkatkan interaksi desa – kota, dan secara bertahap telah pula meningkatkan
tingkat hidup warga desa dan warga kota.
Desa kita sejak revolusi kemerdekaan hingga sekarang telah mengalami
perubahan, baik dari fungsinya maupun peranannya terhadap berbagai aspek
pembangunan. Sifat dan ciri desa – desa di Indonesia ini sudah pula banyak
berubah sebagai akibat dari terbukanya desa – desa kita dengan dunia di luarnya
yang lebih maju materi dan teknologinya. Modernisasi dalam arti luas dan dalam
arti sempit telah ikut member corak lain pada desa kita yang dulunya serba
monoton dan tradisional.
Perubahan yang terjadi atau yang dialami oleh desa dan masyarakat
pedesaan menjadi perhatian yang sangat penting bagi kita dan pemerintah
Republik Indonesia, karena desa – desa di Indonesia yang jumlahnya saat ini
sudah melebihi 63.000 desa menjadi tulang punggung Negara. Sumber bahan
pangan, sumber tenaga kerja dan sumber alami banyak diperoleh di wilayah atau
daerah pedesaan, dan dalam hal ini tentu saja peranan kota dan ketergantungan
kota pada desa tidak dapat dipisahkan dari desa.
Salah satu faktor kekuatan Negara ditentukan oleh hubungan yang
seimbang dan serasi antara desa dan kota. Pada waktu zaman sebelum
kemerdekaan atau zaman kolonial, warga desa itu dijauhkan dari kota, baik dari
segi social, pendidikan maupun ekonomi.
Desa dibiarkan hidup dalam suasana tertutup dan selalu dijadikan
subjek, sehingga tidak dapat menjadi desa yang maju.
Pada masa pemerintahan Republik Indonesia, desa – desa kita mendapat
perhatian yang lebih baik dan dalam pembangunan ikut dijadikan komponen dan
eksponen pembangunan.
Pengaruh kota di tengah – tengah atau disekitar pedesaan semakin
banyak terasa dan Nampak semakin jelas baik yang positif maupun yang
negative. Rakyat Indonesia telah ikut mengubah wajah pedesaan telah mengalami
peningkatan, juga jenis dan jumlah kendaraan bermotor telah menjangkau desa –
desa. Ini berarti bahwa frekuensi lalu – lintas, perdagangan dan frekuensi kontak
social ikut meningkat.
Interaksi yang timbul antara desa dan kota itu telah menimbulkan
beberapa gejala social, ekonomi, budaya dan politik di desa, di kota dan di
sepanjang jalur hubungan antara desa – kota. Beberapa aspek mengenai
kehidupan keluarga, pendidikan keluarga, pemukiman desa dan kota,
limgkumgam pedesaan dan kota, mata pencaharian warga desa dan warga kota
menunjukkan corak yang berbeda. Berbagai keserasian, tetapi juga berbagai
kesenjangan timbul. Oleh karena itu, desa dan kota kita masih harus dapat
mencari jalan ke arah keserasian hidup.
Secara umum masih banyak hal yang harus diselesaikan antara lain :
masalah lingkungan hidup, masalah kependudukan, masalah pemukiman, masalah
pengangguran, dan kini terutama masalah energy.
Dalam menangani masalah – masalah tersebut di atas kerja sama yang
tepat dan cepat antara warga kota dengan desa harus dapat dibina dan dikelola
secara baik dilandasi dengan disiplin pembangunan yang tertib.

BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI INTERAKSI DESA - KOTA


Interaksi ialah hubungan imbal balik antara pihak-pihak tertentu, antara
orang perseorangan dengan orang perseorangan, antara perseorangan dengan
kelompok, atau dari tanggapan antarmanusia. Berinteraksi merupakan kebutuhan
setiap manusia dan juga merupakan kunci dari semua kehidupan sosial. Tanpa
adanya interaksi, tidak mungkin ada kehidupan bersama.
Bentuk interaksi kota merupakan hubungan timbal balik keruangan yang di
dalamnya tidak hanya antara manusia saja, melainkan terjadi pula proses
pergerakan materi yang berupa barang dan peralihan immateri, misalnya
informasi, tradisi, atau pandangan hidup. Interaksi kota dapat terjadi karena
berbagai faktor, antara lain :
1. Adanya kemampuan masyarakat kota,
2. Perluasan jaringan jalan antara kota-kota itu,
3. Kebutuhan imbal balik antara kota-kota itu, atau
4. Adanya pengaruh dari satu kota terhadap kota lainnya.
Kontak atau hubungan antara dua wilayah atau lebih dan hasil kontak
tersebut dapat menimbulkan suatu kenyataan yang baru dalam wujud tertentu.
Atau Interaksi merupakan suatu proses yang sifatnya timbal balik dan mempunyai
pengaruh terhadap perilaku dari pihak-pihak yang bersangkutan melalui kontak
langsung melalui berita yang didengar atau melalui surat kabar
Interaksi antara desa dan kota dapat terjadi karena pelbagai faktor atau unsur yang
ada dalam desa, dalam kota dan diantara desa dan kota. Adanya kemajuan-
kemajuan di bidang perhubungan dan lalu lintas daerah, maka sifast isolasi desa
berangsur-angsur berkurang. Desa-desa dekat kota banyak mendapat pengaruh
kota sehingga persentase penduduk desa yang bertani berkurang dan menjadi
pekerja non-agraris. Daerah-daerah perdesaan di perbatasan kota yang dipengaruhi
oleh tata kehidupan kota disebut dengan “rur-ban areas” (rural urban areas).
Petani-petani di daerah “urban”umumnya lebih maju dari petani di daerah “rural”,
karena:
 Jarak yang dekat dengan kota menyebabkan frekuensi pergaulan antara warga
kota dan warga desa agak tinggi.
 Kemungkinan bersekolah bagi anak-anak-anak desa di daerah rurban lebih
besar daripada daerah desa.
 Kesempatan memperoleh mata pencaharian tambahan di kota .
 Daerah-daerah rurban makin lama dapat berkembang dengan suatu fungsi yang
baru sebagai desa dagang atau “trade or merchandising village”. Hasil bumi
dari desa dan hasil industri dari kota diperdagangkan di daerah rurban.
 Bertambahnya penduduk dan jaringan lalu lintas didaerah rurban akan
mempercepat terjadi suatu kota kecil yang baru.
Mungkin kalian  sekarang sudah mulai paham isi dari sinopsis yang
menyatakan kalau desa dan kota itu ada hubungan. Hubungan ini dinamakan
dengan interaksi wilayah yaitu wilayah desa dan Kota.
Interkasi desa – kota adalah proses hubungan yang bersifat timbal balik
antar unsur-unsur yang ada dan mempunyai pengaruh terhadap perilaku dari
pihak-pihak yang bersangkutan melalui kontak langsung, berita yang didengar atau
surat kabar sehingga melahirkan sebuah gejala baru, baik berupa fisik maupun non
fisik.
B. PRINSIP INTERAKSI DESA KOTA
Interaksi wilayah (Spatial Interaction) adalah hubungan timbal balik yang
saling mempengaruhi antara dua wilayah atau lebih, yang  dapat melahirkan
gejala, kenampakkan  dan permasalahan baru,  secara langsung maupun tidak
langsung, sebagai contoh antara kota dan desa.  

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa interaksi antar wilayah


memiliki tiga prinsip pokok sebagai berikut :
1. Hubungan timbal – balik terjadi antara dua wilayah atau lebih
2. Hubungan timbal balik mengakibatkan proses pengerakan yaitu :
 Pergerakan  manusia (Mobilitas Penduduk)
 Pergerakan informasi atau gagasan, misalnya : informasi IPTEK, kondisi
suatu wilayah
 Pergerakan  materi / benda, misalnya distribusi  bahan pangan, pakaian,
bahan bangunan dan sebagainya
3. Hubungan timbal balik menimbulkan gejala, kenampakkan dan permasalahan
baru yang bersifat positif dan negatif, sebagai contoh :
 Kota menjadi sasaran urbanisasi
 Terjadinya perkawinan antar suku dengan budaya yang berbeda
Terbentuknya wilayah/ tempat menjadi sebuah desa pedasaan atau perkotaan
merupakan hasil hubungan antar unsur-unsur di desa dengan unsur-unsur yang ada
di kota, istilah lain disebut dengan interaksi desa – kota.

C. ZONA INTERAKSI DESA DAN KOTA


Zona-zona kota-desa yang dapat menimbulkan berbagai wujud interaksi
desa-kota :
a) City diidentikkan dengan kota
b) Suburban adalah suatu area yang lokasinya dekat pada pusat kota
dengan luas yang mencakup daerah penglaju (subdaerah perkotaan).
c) Suburban fringe adalah suatu area yang melingkari suburban dan
merupakan daerah peralihan antara kota dan desa (jalur tepi subdaerah
perkotaan).
d) Urban fringe adalah semua daerah batas luar kota yang mempunyai
sifat-sifat mirip kota kecuali inti kota (jalur tepi daerah perkotaan aling
luar).
e) Rural-urban fringe adalah jalur daerah yang terletak antara kota dan
desa yang ditandai dengan penggunaan tanah campuran (jalur batas
desa-kota).
Masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komonitas yang terpisah
sama sekali satu sama lain. Bahkan dalam keadaan yang wajar diantara keduanya
terdapat hubungan yang erat. Bersifat ketergantungan, karena diantara mereka
saling membutuhkan. Kota tergantung pada dalam memenuhi kebutuhan warganya
akan bahan-bahan pangan seperti beras sayur-mayur , daging dan ikan. Desa juga
merupakan sumber tenaga kasar bagi jenis pekerjaan tertentu di kota. Misalnya
saja buruh bangunan dalam proyek-proyek perumahan. Proyek pembangunan atau
perbaikan jalan raya atau jembatan dan tukang becak. Mereka ini biasanya adalah
pekerja-pekerja musiman. Pada saat musim tanam mereka, sibuk bekerja di sawah.
Bila pekerjaan dibidang pertanian mulai menyurut, sementara menunggu masa
panen mereka merantau ke kota terdekat untuk melakukan pekerjaan apa saja yang
tersedia.
Sebaliknya, kota menghasilkan barang-barang yang juga diperlukan oleh
orang desa seperti bahan-bahan pakaian, alat dan obat pembasmi hama pertanian,
minyak tanah, obat-obatn untuk memelihara kesehatan dan transportasi. Dalam
kenyataannya hal ideal tersebut kadang-kadang tidak terwujud karena adanya
beberapa pembatas. Jumlah penduduk semakin meningkat, tidak terkecuali di
pedesaan. Padahal luas lahan pertanian dan tanah sulit bertambah, terutama
didaerah yang seudah lama berkembang seperti pulau jawa. Peningkatan jumlah
penduduk tanpa diimbangi dengan perluasan kesempatan kerja ini pada akhirnya
berakibat bahwa di pedesaan terdapat banyak orang yang tidak mempunyai mata
pencaharian tetap. Mereka merupakan pengangguran, baik sebagai pengangguran
penuh maupun setengah penuh.
“Interface”, dapat diartikan adanya kawasan perkotaan yang tumpang-tindih
dengan kawasan perdesaan, nampaknya persoalan tersebut sederhana, bukankah
telah ada alat transportasi, pelayanan kesehatan, fasilitas pendidikan, pasar, dan
rumah makan dan lain sebagainya, yang mempertemukan kebutuhan serta sifat
kedesaan dan kekotaan.
Hubungan kota-desa cenderung terjadi secara alami yaitu yang kuat akan
menang, karena itu dalam hubungan desa-kota, makin besar suatu kota makin
berpengaruh dan makin menentukan kehidupan perdesaan.
Secara teoristik, kota merubah atau paling mempengaruhi desa melalui
beberapa cara, seperti:
a. Ekspansi kota ke desa, atau boleh dibilang perluasan kawasan perkotaan
dengan merubah atau mengambil kawasan perdesaan. Ini terjadi di semua
kawasan perkotaan dengan besaran dan kecepatan yang beraneka ragam;
b. Invasi kota , pembangunan kota baru seperti misalnya Batam dan banyak
kota baru sekitar Jakarta merubah perdesaan menjadi perkotaan. Sifat
kedesaan lenyap atau hilang dan sepenuhnya diganti dengan perkotaan;
c. Penetrasi kota ke desa, masuknya produk, prilaku dan nilai kekotaan ke desa.
Proses ini yang sesungguhnya banyak terjadi;
d. Ko-operasi kota-desa, pada umumnya berupa pengangkatan produk yang
bersifat kedesaan ke kota.
Dari keempat hubungan kota – desa tersebut kesemuanya diprakarsai pihak
dan orang kota. Proses sebaliknya hampir tidak pernah terjadi, oleh karena itulah
berbagai permasalahan dan gagasan yang dikembangkan pada umumnya dikaitkan
dalam kehidupan dunia yang memang akan mengkota.
Jadi, dari berbagai literature di atas maka dapat diasumsikan bahwa orang
kota sangat mempengaruhi kehidupan orang desa. Tujuan orang kota ke desa tidak
lain hanyalah bagaimana mereka mampu mengeksploitasi atau memanfaatkan
sumber daya alam yang ada di daerah pedesaan guna memenuhi kebutuhan hidup
masyarakat kota. Namun demikian, masyarakat desa juga sangat bergantung pada
masyarakat kota karena di kota memiliki berbagai industry untuk mengolah barang
mentah yang mereka hasilkan, kemudian dari hasil olahan tersebut dapat
dipasarkan kembali di daerah pedesaan. Sehinga masyarakat desa mampu
merasakan hasi jeri payahnya dengan baik dan memuaskan.
Suatu wilayah kota yang berinteraksi dengan wilayah pedesaan
Secara tradisional hubungan desa-kota diindikasikan dengan adanya aliran
produk/jasa perkotaan yang harus “dibayar” oleh masyarakat perdesaan melalui
aliran dana/kapital dari desa ke kota. Kondisi ini secara umum dikenal dengan
rendahnya nilai tukar (terms of trade) produk/jasa (dalam bentuk dana/kapital)
masyarakat perdesaan terhadap produk/jasa perkotaan. Pendekatan KDK
diharapkan dapat menaikkan nilai tukar produk/jasa masyarakat perdesaan melalui
: (1) upaya memindahkan proses produksi dari kota ke desa untuk meningkatkan
produktivitas dan nilai tambah produk/jasa yang dihasilkan oleh masyarakat
perdesaan melalui bantuan modal, sarana produksi dan pelatihan; (2)
memperpendek jalur produksi, distribusi, dan pemasaran produk/jasa masyarakat
perdesaan untuk mengurangi biaya ekonomi tinggi melalui pembentukan satuan
partisipatif bagi pengembangan produk/jasa secara spesifik. Jasa ini dibangun di
perkotaan; (3) memberikan akses yang lebih besar bagi masyarakat perdesaan
terhadap faktor-faktor produksi barang/jasa seperti modal, bahan baku, teknologi,
sarana dan prasarana. Hal ini akan merangsang SDM di perdesaan untuk lebih
produktif dalam mengembangkan usahanya, sehingga desa memiliki daya tarik
untuk investasi produksi dan tenaga kerja. Disamping itu adanya dukungan
informasi khususnya informasi pasar.

D. BENTUK INTERAKSI DESA – KOTA :


Interaksi antara desa – kota melahirkan suatu perkembangan baru bagi desa
maupun bagi kota. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan potensi yang
dimiliki desa maupun kota, dan adanya persamaan kepentingan.
a. Kerjasama antar penduduk
b. Penyesuaian terhadap lingkungan
c. Persaingan fasilitas hidup
d. Asimilasi.
Ada 2 macam hubungan imbal daya antara desa-kota,yaitu:
1. Interaksi Umum (general interaction)
Dalam interaksi ini desa maupun kota dianggap sebagai satu
kesatuan yang utuh yang berbeda satu sama lain tapi bersifat
komplementer kaaaarena saling tergantung satu sama lain. Dalam interaksi
ini ada 2 bentuk hubungan
 Hubungan interdependend (saling tergantung).
Contoh : Desa menyediakan bahan-bahan pokok untuk produksi. Desa
menyediakan bahan bangunan untuk kota-dan desa. Kota menyediakan
hasil-hasil produksi. Kota membutuhkan bahan bangunan.
 Hubungan Interaksi saling mempengaruhi.
Contoh: Desa : merupakan sumber tenaga kerja. Alam dengan
topografi untuk rekreasi. Kota : memerlukan tenaga kerja untuk
produksi. Memerlukan rekreasi
2. Interaksi khusus (Special interaction )
Perwujudan geografis kota dan desa diangggap terdiri ata beberapa
komponen yang saling terkait, dalam bentuk mempengaruhi (aktial) dan
tergantung (dependential). Interaksi terjadi karena adanya hubungan
fungsional, kota sebagai stimulant dan desa sebagai responses.
Contoh :
a. Kota Sebagai Stimuli
Kota sebagai stimuli → Desa sebagai responses
Permintaan untuk produksi Hasil pertanian.
Permintaan (lahan, industri, Tenaga musiman, Perdagangan pasar)
Permintaan rekreasi Alam budaya

b. Desa sebagai stimuli


Desa sebagai stimuli → Kota sebagai responses.
Permintaan hasil (non agraris) industri-industri.
Permintaan tenaga ahli tekhnologi sarana tekhnis
Permintaan sarana transportasi sarana transportasi
Permintaan rumah sakit dan pusat kesehatan pusat kesehatan

E. FAKTOR-FAKTOR YANG MENDASARI INTERAKSI DESA KOTA


Terjadinya interaksi antarwilayah, menurut Edward Ullman (dalam
Nurmala Dewi, 1997), didasari oleh tiga faktor, yaitu sebagai berikut.
1) Adanya wilayah yang Saling Melengkapi (Komplementaritas Regional)
Menurut teori ini, hubungan imbal balik antarwilayah akan terjadi bila di
antara keduanya memiliki potensi yang saling melengkapi atau saling
membutuhkan. Wilayah A memiliki surplus potensi yang tidak dimiliki wilayah
B. Sebaliknya, wilayah B memiliki surplus potensi yang tidak dimiliki wilayah
A. Maka, dengan kondisi seperti itu, antara keduanya akan timbul
interaksi,hubungan imbal balik antara A dan B .
Dari gambar di bawah menjelaskan bahwa, misalnya wilayah A memiliki
surplus sumber daya X tetapi minus sumber daya Y dan Z wilayah B memiliki
surplus sumber daya Y tetapi minus sumber daya X dan Z kondisi tersebut akan
memicu terjadinya interaksi antara kedua wilayah dalam bentuk saling
melengkapi.
WILAYAH A WILAYAH B
Surplus Sumber Daya X Surplus Sumber daya Y
Minus Sumber Daya Y Minus Sumber daya X
Minus Sumber daya Z Minus Sumber Daya Z

WILAYAH C
Minus Sumber daya C
Minus Sumber Daya C
Surplus Sumber daya C
Skema 1 : Wlilayah-wilayah yang paling Melengkapi

2) Adanya Kesempatan Berintervensi


Pada contoh di atas,antara wilayah A dan B akan terjadi hubungan saling
melengkapi karena keduanya memiliki surplus untuk sumber daya tertentu yang
dibutuhkan. Kondisi tersebut akan berubah jika terdapat wilayah lain, sebut saja
wilayah C, yang juga menyediakan sumber daya yang dibutuhkan oleh Adan B.
interaksi antara A dan B menjadi terlambat atau menjadi lemah karena ada
wilayah C yang menjadi alternatif pengganti.

Wilayah A Wilayah B
Surplus Sumber Surplus Sumber daya Y
daya X

Wilayah C
Surplus sumber daya x
Surplus sumber daya Y
Keterangan : Skema 2
= Jaringan interaksi menjadi lemah
= Pemasaran alternatif

Skema 2 : melemahnya interaksi wilayah karena adanya kesempatan untuk


berintervensi
Kesempatan berintervensi diartikan sebagai suatu kemungkinan adanya
perantara yang menghambat interaksi antarwilayah. Walaupun wilayah A
memiliki surplus potensial yang dibutuhkan wilayah B misalnya, kemungkinan
untuk tidak terjalin interaksi antarkeduanya bisa saja terjadi. Hal ini karena:
 Kebutuhan wilayah A atau B dipasok wilayah lain, atau
 surplus potensi yang dimiliki wilayah A atau wilayah B dipasok ke wilayah
lain
Seperti yang terlihat pada gambar, bila meninjau potensi  yang dimiliki
wilayah A dan wilayah B, sangat mungkin antara keduanya terjadi interaksi.
Namun, karena kebutuhan kedua wilayah itu secara langsung dipasok oleh
wilayah C, maka interaksi antara A dan B melemah.

3) Interaksi karena Adanya Kemudahan Perpindahan dalam Ruang (Spatial


Transfer Ability)
Pola interaksi antarwilayah juga ditentukan oleh tingkat kenujdian dalam
pemindahan sumber daya dalam ruang, baik berupa barang, manusia, maupun
informasi. Kemudahan tersebut dipengaruhi antara lain oleh;
1. Jarak antar wilayah, baik jarak mutlak maupun jarak relative,
2. Biaya angkut atau transpor untuk keperluan transfer atau pemindahan
sumber daya,
3. Kelancaran transportasi antar wilayah yang mencakup antara lain jumlah
kendaraan dan kondisi jalan.
Faktor lain yang mendasari jalinan interaksi antarwilayah adalah adanya
kemudahan, yaitu:
a. Lengkapnya fasilitas komunikasi,
b. Jarak yang relatif dekat,
c. Biaya transportasi yang murah, atau
d. Kelancaran arus transportasi.
F. BEBERAPA ASPEK INTERAKSI KOTA
1. Interaksi Kota Aspek Ekonomi
Interaksi kota aspek ekonomi ditandai dengan adanya pergerakan (baca:
pertukaran) barang dan jasa, seperti: hasil-hasil industri, pertanian atau hasil
bumi, hasil-hasil pertambangan, tenaga kerja, dan sebagainya.

Gambar : Aspek Ekonomi


2. Interaksi Kota Aspek Sosial
Interaksi kota aspek sosial ditandai dengan bertambahnya jumlah penduduk,
perkembangan lembaga-lembaga sosial, dan sebagainya.
Gambar : Aspek Sosial

3. Interaksi Kota Aspek Budaya


Interaksi kota aspek budaya ditandai dengan masuknya tradisi baru atau
berubahnya tradisi lama, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, semakin
kompleksnya keperluan hidup, perkembangan bahasa dan kesenian, dan
sebagainya.

G. POLA INTERAKSI DESA KOTA


Tahukah kalian bahwa ada beberapa teori yang mendukung tentang
terjadinya interaksi desa- kota. Salah satunya adalah teori yang dikemukakan oleh
William J. Reilly yaitu teori titik henti (breaking point theory)
Inti dari teori titik henti ini adalah “jarak titik henti atau titik pisah dari pusat
perdagangan yang lebih kecil ukurannya adalah berbanding lurus dengan jarak
antara kedua pusat perdagangan itu, dan berbanding terbalik dengan satu di
tambah akar kuadrat jumlah penduduk dari kota atau wilayah yang penduduknya
lebih besar dibagi dengan jumlah penduduk kota atau wilayah yang lebih sedikit
penduduknya.
Jakarta ( Berita ) : Lembaga kajian ekonomi International Center for Applied
Finance and Economics (Intercafe) menyatakan, bahwa wilayah pedesaan
menerima dampak krisis ekonomi global lebih berat daripada wilayah perkotaan di
Indonesia.
Saat krisis tahun 1997/1998, pertanian di desa terutama di luar Jawa justru
mengalami “booming” karena membaiknya harga produk ekspor akibat pengaruh
harga dunia yang meningkat dan nilai tukar rupiah yang melemah.
Dampak krisis global menyebabkan turunnya harga komoditas pertanian dan
penurunan harga paling tajam ditanggung oleh petani. Eksportir dan perusahaan
inti akan menekan kerugian dengan cara membebankannya kepada petani yang
tidak memiliki daya tawar. Ini mengakibatkan memburuknya pendapatan sekaligus
menurunkan nilai tukar petani (NTP).
Mengatasi penurunan permintaan ekspor, perusahaan inti akan lebih
mendahulukan untuk menyelamatkan usaha sendiri (perkebunan miliknya sendiri),
sehingga pembelian dari petani akan dihentikan. Akibatnya, petani memutuskan
tidak memelihara kebun dan memberhentikan buruh tani yang diperkerjakan atau
terjadi PHK secara informal.
Akibat lebih jauh adalah petani kehilangan produktivitas dalam jangka
panjang, antara lain karena tidak ada perawatan kebun, dan petani kehilangan
potensi pendapatan jangka panjang.
Iman menyatakan wilayah pedesaan akan menerima beban dampak krisis
global yang lebih berat, karena pekerja kena PHK akan kembali ke desa dan
menjadi penganggur atau setengah menganggur. PHK TKI dan TKW di luar
negeri yang kembali ke desa juga akan menjadi beban tambahan untuk wilayah
pedesaan.
Walaupun desa menjadi penyelamat dan sektor pertanian tumbuh dengan
baik, tetapi karena ada beban tambahan dari kota maka produktivitas pertanian
menjadi turun dan kesejahteraan juga turun.
Jadi keadaan bertambah berat manakala desa harus menanggung dua beban,
yaitu terimbas secara langsung oleh krisis dan menerima limpahan beban
pengangguran dari kota dan luar negeri.
Intercafe memetakan, dari 33 propinsi, 8 propinsi sudah terkena dampak
krisis, 6 propinsi berpotensi terkena dampak krisis, dan propinsi lainnya relatif
aman dari dampak krisis global.
Delapan propinsi itu adalah Sumatera Utara, Riau, Jambi, Bengkulu,
Sumatera Selatan, Bangka Belitung, dan Kalimantan Tengah, dan Kalimantan
Barat. Sementara 6 yang berpotensi terkena dampak krisis global adalah DI
Yogyakarta, NAD, Sumatera Barat, Lampung, Kalimantan Timur, dan Kalimantan
Selatan.
Ekonom Intercafe lainnya, Nunung Nuryantono mengatakan bahwa dalam
empat tahun terakhir tingkat inflasi di wilayah pedesaan lebih tinggi dari perkotaan
karena adanya arus barang dari kota kembali ke desa. Komoditas pertanian yang
semula berasal dari desa dalam beberapa waktu kemudian harus kembali ke desa
dan petani membeli kembali dengan harga yang lebih mahal.
“Kondisi infrastruktur di wilayah pedesaan juga sangat memprihatinkan
sehingga tidak mendukung perekonomian pedesaan,” kata Nunung. Ekonom
International Center for Applied Finance and Economics (Intercafe), Iman
Sugema, menyatakan krisis finansial global telah memasuki babak ketiga, yaitu
memasuki krisis yang lebih dalam dan memiliki daya sebar kuat (propagation).
“Ciri krisis babak ketiga ini bisa dilihat dari mewabahnya kebangkrutan
perusahaan sektor riil maupun finansial,” kata Iman Sugema ketika menyampaikan
hasil kajian Intercafe di Jakarta, Minggu. Menurut dia, babak ketiga krisis juga
ditandai dengan resesi ekonomi dan negara-negara maju dan angka pemutusan
hubungan kerja (PHK) yang makin membesar.
Dana Moneter Internasional (IMF) pada Januari lalu memprediksi tingkat
pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju pada 2009 ini akan turun drastis
menjadi minus dua persen. Sementara untuk angka PHK, Organisasi Buruh
Internasional di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (ILO) memperkirakan jumlah
orang yang terkena PHK di seluruh dunia meningkat hingga 50 juta orang.
“Jumlah ini meningkat dua kali lipat dibanding perkiraan sebelumnya yang hanya
20 – 25 juta orang,” kata Iman Sugema.
Menurut dia, dunia sudah melalui dua tahap sebelumnya, yaitu trigger
(adanya pemicu), crash (adanya benturan), dan propagation. “Krisis telah melewati
pemicu, yang kemudian diikuti dengan crash, dan propagation. Indonesia menjadi
salah satu negara yang terimbas dampak krisis global,” katanya.

H. PENGARUH INTERAKSI DESA KOTA


Dalam kenyataannya, wujud interaksi itu tidak hanya berlangsung antara
kota dengan kota, melainkan juga antara kota dengan desa. Kedua jenis interaksi
itu berlangsung terus tanpa henti. Hal ini dapat kita saksikan dengan hilir
mudiknya kendaraan yang memadati jalan raya, atau pun gaungnya aneka siaran
televisi dan radio dari satu kota ke kota lain atau ke sudut-sudut desa yang jauh
sekalipun.
Adanya interaksi itu menimbulkan aneka pengaruh, baik yang positif
maupun yang negatif. Pengaruh-pengaruh tersebut ialah sebagai berikut.
1. Pengaruh Positif
 Tingkat pengetahuan penduduk semakin meningkat. Peningkatan
pengetahuan penduduk itu bisa terjadi karena pergaulan atau adanya saling
tukar informasi dan pengalaman antarpenduduk; pendirian lembaga
lembaga pendidikan, dan keterampilan (khusus); melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi; dan arus informasi, baik lewat media
elektronik maupun surat kabar.
a. Bertambahnya kaum cendekiawan di daerahdaerah pedesaan, sebagai
penggerak pembangunan di daerahnya.
b. Gairah perekonomian penduduk semakin meningkat.
c. Adanya alih-alih dan penggunaan teknologi tepat guna —khususnya di
daerah-daerah pedesaan– dapat meningkatkan aneka produksi
masyarakat sehingga pendapatannya pun semakin meningkat.
d. Bagi penduduk kota, akan lebih mudah memperoleh bahan-bahan
konsumsi pertanian dengan harga yang relatif murah.
e. Pengetahuan penduduk desa meningkat.
f. Pengetahuan penduduk desa tentang pertanian meningkat, karena
adanya sistim teknologi.
g. Meningkatkan hubungan social ekonomi desa dan kota karena
kemudahan sarana transportasi.
h. Adanya guru dari kota yang menjadi penggerak pembangunan desa.
2. Pengaruh Negatif
a) Terbukanya kesempatan kerja dan daya tarik kota di berbagai bidang
telah banyak menyerap tenaga kerja muda dari desa-desa sehingga desa
mengalami kekurangan tenaga potensial untuk mengolah lahan-lahan
pertanian, dan pembangunan daerahnya.
b) Wilayah pedesaan akan menjadi lahan yang menarik bagi masyarakat
kota sehingga tidak sedikit dari mereka yang membelinya. Wilayah
pedesaan ini dibeli bukan untuk diolah menjadi lahan pertanian yang
produktif, melainkan mereka jadikan tempattempat industri, rekreasi,
ataupun sekadar untuk tempat peristirahatan. Bila tanpa disertai peraturan
yang jelas dan tegas, tidak tertutup kemungkinan untuk timbulnya hal-hal
seperti:
 kawasan hijau semakin berkurang,
 penyempitan lahan pertanian produktif,
 penurunan kemampuan lahan sebagai daerah tangkapan hujan, dan
peresapan air,
 rusaknya alam pedesaan sebagai akibat pencemaran.
c) Timbulnya penetrasi (perembasan) budaya kota yang kurang sesuai
dengan tradisi pedesaan, misalnya dalam etika pergaulan dan pandangan
hidup. Hal ini seringkali menimbulkan keresahan dan mengganggu
stabilitas budaya pedesaan.
d) Tumbuhnya para pedagang kaki lima dan hunian liar yang mengganggu
ketertiban kota.
e) Penetrasi kebudayaan kota ke desa yang kurang sesuai dengan tradisi
budaya desa.
f) Perluasan kota dan masuknya orang berharta ke desa sehingga
menggubah tata guna lahan desa.
g) Daya tarik kota dalam berbagai bidang menyebabkan tenaga potensial di
desa kurang
h) Muncul masalah baru (pengangguran, tuna wisma,kejahatan,masalah
pangan dan lingkungan.
Skema Problem-Problem Desa Kota dan Pemecahannya

PROBLEMA DESA KOTA PEMECAHAN MASALAH

1. PANGAN
Sawah Ilmu
 Kurang Pangan SUMBER PANGAN Pekarangan Pengetahuan dan
DI PEDESAAN Tegalan Teknologi Tepat
 Kurang Gizi Hutan Guna

Kota
2. PENGANGGU Pelajar Terlantar
Orang-Orang
RAN SUMBER GAGAL
Ilmu
Pengetahuan
PENGANGGURAN
 Penuh dan Ekonomi
Desa Tepat Guna
 ½ penuh Buruh Tani
Petani Guren
 Tersembunyi
 Dll

Kota
3. LINGKUNGA Pabrik/Industri
Mobil/Sampah
N SUMBER
Ilmu
KERUSAKAN Desa
Pengetahuan
 Alam dan Manajemen
Penggundulan Hutan Tepat Guna
 Sosial Pembakaran Hutan

Bencana Alam

Letusan Gunung Api


Banjir
KEMISKINAN

4. LAIN
PROBLEMA

Skema Arus Dampak Interaksi Desa dan Kota

KETERANGAN
= Unsur Kota
= Unsur Desa
= Arus Pengaruh Yang Dominan
= Kota
= Desa

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
 Interaksi ialah hubungan imbal balik antara pihak-pihak tertentu, antara
orang perseorangan dengan orang perseorangan, antara perseorangan
dengan kelompok, atau dari tanggapan antarmanusia.
 Interkasi desa – kota adalah proses hubungan yang bersifat timbal balik
antar unsur-unsur yang ada dan mempunyai pengaruh terhadap perilaku
dari pihak-pihak yang bersangkutan melalui kontak langsung, berita yang
didengar atau surat kabar sehingga melahirkan sebuah gejala baru, baik
berupa fisik maupun non fisik.
 Interaksi wilayah (Spatial Interaction) adalah hubungan timbal balik
yang saling mempengaruhi antara dua wilayah atau lebih, yang  dapat
melahirkan gejala, kenampakkan  dan permasalahan baru,  secara
langsung maupun tidak langsung, sebagai contoh antara kota dan desa.  
 Interaksi antar wilayah memiliki tiga prinsip pokok sebagai berikut :
1. Hubungan timbal – balik terjadi antara dua wilayah atau lebih
2. Hubungan timbal balik mengakibatkan proses pengerakan yaitu :
o Pergerakan  manusia (Mobilitas Penduduk)
o Pergerakan informasi atau gagasan, misalnya : informasi IPTEK,
kondisi suatu wilayah
o Pergerakan  materi / benda, misalnya distribusi  bahan pangan,
pakaian, bahan bangunan dan sebagainya
3. Hubungan timbal balik menimbulkan gejala, kenampakkan dan
permasalahan baru yang bersifat positif dan negatif, sebagai contoh :
o Kota menjadi sasaran urbanisasi
o Terjadinya perkawinan antar suku dengan budaya yang berbeda
 Zona-zona kota-desa yang dapat menimbulkan berbagai wujud interaksi
desa-kota :
o City diidentikkan dengan kota
o Suburban adalah suatu area yang lokasinya dekat pada pusat kota
dengan luas yang mencakup daerah penglaju (subdaerah perkotaan).
o Suburban fringe adalah suatu area yang melingkari suburban dan
merupakan daerah peralihan antara kota dan desa (jalur tepi
subdaerah perkotaan).
o Urban fringe adalah semua daerah batas luar kota yang mempunyai
sifat-sifat mirip kota kecuali inti kota (jalur tepi daerah perkotaan
aling luar).
o Rural-urban fringe adalah jalur daerah yang terletak antara kota dan
desa yang ditandai dengan penggunaan tanah campuran (jalur batas
desa-kota).
 Terjadinya interaksi antarwilayah, menurut Edward Ullman (dalam
Nurmala Dewi, 1997), didasari oleh tiga faktor, yaitu sebagai berikut.
1. Adanya wilayah yang Saling Melengkapi (Komplementaritas
Regional)
2. Adanya Kesempatan Berintervensi
3. Interaksi karena Adanya Kemudahan Perpindahan dalam Ruang
(Spatial Transfer Ability)
 Adanya interaksi itu menimbulkan aneka pengaruh positif. Pengaruh-
pengaruh tersebut ialah sebagai berikut.
1. Tingkat pengetahuan penduduk semakin meningkat. Peningkatan
pengetahuan penduduk itu bisa terjadi karena pergaulan atau adanya
saling tukar informasi dan pengalaman antarpenduduk; pendirian
lembaga lembaga pendidikan, dan keterampilan (khusus);
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi; dan arus
informasi, baik lewat media elektronik maupun surat kabar.
2. Bertambahnya kaum cendekiawan di daerahdaerah pedesaan, sebagai
penggerak pembangunan di daerahnya.
3. Gairah perekonomian penduduk semakin meningkat.
4. Adanya alih-alih dan penggunaan teknologi tepat guna —khususnya
di daerah-daerah pedesaan– dapat meningkatkan aneka produksi
masyarakat sehingga pendapatannya pun semakin meningkat.
5. Bagi penduduk kota, akan lebih mudah memperoleh bahan-bahan
konsumsi pertanian dengan harga yang relatif murah.
6. Pengetahuan penduduk desa meningkat.
7. Pengetahuan penduduk desa tentang pertanian meningkat, karena
adanya sistim teknologi.
8. Meningkatkan hubungan social ekonomi desa dan kota karena
kemudahan sarana transportasi.
9. Adanya guru dari kota yang menjadi penggerak pembangunan desa.
 Adanya interaksi itu menimbulkan aneka pengaruh negatif. Pengaruh-
pengaruh tersebut ialah sebagai berikut.
i) Terbukanya kesempatan kerja dan daya tarik kota di berbagai bidang
telah banyak menyerap tenaga kerja muda dari desa-desa sehingga
desa mengalami kekurangan tenaga potensial untuk mengolah lahan-
lahan pertanian, dan pembangunan daerahnya.
j) Wilayah pedesaan akan menjadi lahan yang menarik bagi masyarakat
kota sehingga tidak sedikit dari mereka yang membelinya. Wilayah
pedesaan ini dibeli bukan untuk diolah menjadi lahan pertanian yang
produktif, melainkan mereka jadikan tempattempat industri, rekreasi,
ataupun sekadar untuk tempat peristirahatan.
k) Timbulnya penetrasi (perembasan) budaya kota yang kurang sesuai
dengan tradisi pedesaan, misalnya dalam etika pergaulan dan
pandangan hidup. Hal ini seringkali menimbulkan keresahan dan
mengganggu stabilitas budaya pedesaan.
l) Tumbuhnya para pedagang kaki lima dan hunian liar yang
mengganggu ketertiban kota.
m)Penetrasi kebudayaan kota ke desa yang kurang sesuai dengan tradisi
budaya desa.
n) Perluasan kota dan masuknya orang berharta ke desa sehingga
menggubah tata guna lahan desa.
o) Daya tarik kota dalam berbagai bidang menyebabkan tenaga potensial
di desa kurang
p) Muncul masalah baru (pengangguran, tuna wisma,kejahatan,masalah
pangan dan lingkungan.
 Zone – zone dalam interaksi desa kota adalah daerah – daerah yang
membentuk jalu – jalur linier yang teratur dalam ruang. Biasanya
merupakan zone yang mengelilingi Pusat – pusat Daerah Kegiatan atau
Central Business District. Zone suburban, suburban fringe, urban fringe
dan rural urban fringe yaitu daerah – daerah yang memiliki suasana
kehidupan modern dapat disebut “daerah perkotaan”.
 Problema – problema yang terjadi dalam interaksi desa – kota :
a. Kurangnya pangan akibat semakin kurangnya lokasi persawahan
b. Kekurangan gizi yang lebih banyak di alami oleh anak – anak.
c. Banyaknya pengangguran yang terjadi baik di desa maupun di kota
d. Terjadinya degradasi alam dan kehidupan social.
 Interaksi antara kelompok manusia satu dengan manusia lain sebagai
produsen dan konsumen beserta barang-baranya menunjukkan adanya
gerakan produsen suatu barang pada umumya terletak pada suatu tempat
tempat tertentu dalam ruang geografi sedang para langganannya tersebar
dengan berbagai jarak di sekitar produsen.Sebelum tansaksi terjadicharus
ada gerakan terlebih dahulu.
 Fakta – fakta dari dampak interaksi desa kota yaitu :
a. Adanya usaha – usaha atau kegiatan industry kecil dan kerajinan
tangan di berbagai desa
b. Masuknya tanaman perdagangan sebagai pengganti atau sebagai
tanaman selah diantara tanaman pertanian
c. Adanya perubahan pekerjaan atau mata pencaharian sebagai akibat
terbukanya desa dan berkembangnya transportasi, dan lain – lain.
 Hal – hal yang mempengaruhi luas sempitnya areal interaksi adalah :
a. Tinggi rendahnya threshold
b. Padat tidaknya suatu kawasan
c. Perbedaan kultur dan perbedaan daya beli penduduk, dan sebagainya.
 Pengaruh interaksi kota pada aspek ekonomi yaitu keadaan
perekonomian desa mengalami peningkatan, sehingga keadaan
masyarakat desa semakin makmur. Keadaan perekonomian di kota
semakin peningkatan yang sangat signifikan karena pengangkutan bahan
baku untuk kegiatan industry di kota lancer.
 Pengaruh interaksi kota terhadap aspek social yaitu akan membawa
dampak sistemik yaitu terjadinya akulturasi dan asimilasi dari masyarakat
tersebut baik pada masyarakat desa maupun kota tergantung dimana
waktu yang paling lama terjadi suatu interaksi.
 Pengaruh interkasi kota terhadap aspek budaya yaitu keadaan budaya
suatu daerah akan semakin beragam dan budaya – budaya baru akan
masuk ke suatu daerah dengan sangat cepat dan akan mempengaruhi
budaya yang sudah ada.
 Peraturan menteri nomor 38 Tahun 2007, yaitu :
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
a. Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa,
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan
oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
c. Pemerintah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah Kepala
Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Desa
d. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disingkat BPD, adalah lembaga yang merupakan
perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa
sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
e. Kecamatan adalah wilayah kerja camat sebagai perangkat daerah
kabupaten dan daerah kota.
f. Kerjasama Desa adalah suatu rangkaian kegiatan bersama antar desa
atau desa dengan pihak ketiga dalam bidang pemerintahan,
pembangunan dan kemasyarakatan.
 Manusia yang mengalami modernisasi atau manusia modern akan
mempengaruhi interaksi desa – kota. Manusia modern adalah mereka
yang terbuka untuk inovasi dengan pandangan yang luas ke depan dengan
memiliki ilmu pengetahuan baru serta dapat bergaul baik dengan
masyarakat sekitar.
 Sirkulasi adalah suatu hal yang berkaitan dengan bagaimana pergerakan
dan perputaran interaksi desa – kota serta bagaimana dampak yang
diakibatkan oleh interaksi tersebut.
 Factor – factor yang mempengaruhi lokasi pemukiman, yaitu : hak untuk
pribadi, perbedaan keinginan, topografi, transportasi, struktur asal.
 Aktivitas manusia di tengah – tengah lingkungannya, yaitu :
membutuhkan hal – hal yang dapat memenuhi kebutuhannya, bekerja,
tidur, dan lain – lain sebagainya.
 Formula – formula gravitasi dalam interaksi desa – kota yaitu:
a. Gravitasi dan teori interaksi
b. Gravitasi dan potensi penduduk
c. Gravitasi dan interaksi social

B. SARAN
1. Dalam pembangunan nasional untuk mensejahterakan rakyak perlu adanya
pembangunan secara merata baik itu di desa maupun kota
2. Dalam segala hal sebaiknya pembangunan yang di lakukan baik di desa
maupun kota harus memperatikan lingkungan sebagai tempat manusia
tinggalnya.

Anda mungkin juga menyukai