Anda di halaman 1dari 41

PENGARUH PEMANFAATAN DANA DESA TERHADAP PEMBANGUNAN

INFRASTRUKTUR DESA DI KABUPATEN BLITAR

SKRIPSI

Oleh:
FATIKHATUL CHOIROH
165040101111074

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG

2019
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI

JUDUL:
PENGARUH PEMANFAATAN DANA DESA TERHADAP PEMBANGUNAN
INFRSTRUKTUR DESA

Disetujui Oleh:

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Tri Wahyu Nugroho SP., MP. Putri Budi Setyowati SP., M.Sc.
NIP. 197905182005011001 NIK. 2016079003312001

Mengetahui,
Ketua
Jurusan sosial Ekonomi Pertanian

Hery Toiba, SP., MP., Ph.D


NIP. 196209082003121001

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis limpahkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat karunia serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
penelitian yang berjudul “PENGARUH PEMANFAATAN DANA DESA
TERHADAP PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DESA”. Terselesaikannya
proposal ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak.
Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan,
sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
demi kesempurnaan proposal ini. Semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat
bagi masyarakat dan teman-teman mahasiswa pada umumnya, dan juga dapat
bermanfaat untuk penulis khususnya.

Malang, Desember 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................................... i


KATA PENGANTAR............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .................................................................................................................. vi
I. PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 4
1.3 Batasan Penelitian ..................................................................................................... 4
1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 5
1.5 Kegunaan Penelitian ................................................................................................. 5
II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................. 7
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu .................................................................................. 7
2.2 Dana Desa ................................................................................................................. 9
2.2.1 Pengertian Dana Desa ....................................................................................... 9
2.2.2 Mekanisme Penyaluran dan Pengelolaan Dana Desa ..................................... 10
2.2.3 Prioritas Penggunaan Dana Desa .................................................................... 13
2.3 Pembangunan Daerah ............................................................................................. 14
2.3.1 Pengertian Pembanguan Daerah ..................................................................... 15
2.3.2 Pentingnya Pembangunan Daerah .................................................................. 16
2.4 Infrastruktur ............................................................................................................ 17
2.4.1 Pengertian Infrastruktur .................................................................................. 17
2.4.2 Jenis-Jenis Infrastruktur .................................................................................. 18
III. KERANGKA TEORITIS......................................................................................... 20
3.1 Kerangka Pemikiran ............................................................................................... 20
3.2 Hipotesis ................................................................................................................. 22
3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ...................................................... 22
IV. METODOLOGI PENELITIAN .............................................................................. 26
4.1 Pendekatan Penelitian ............................................................................................. 26
4.2 Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................. 26
4.3 Teknik Penentuan Sampel....................................................................................... 26
4.4 Teknik Pengumpulan Data...................................................................................... 28
4.5 Teknik Analisis Data .............................................................................................. 28

iii
4.5.1 Analisis Deskriptif .......................................................................................... 28
4.5.2 Analisis Regresi Linier Berganda ................................................................... 29
4.5.3 Uji Asumsi Klasik ........................................................................................... 29
4.6 Pengujian Hipotesis ................................................................................................ 30
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 33

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Pengaruh Pemanfaatan Dana Desa terhadap Pembangunan


Infrastruktur Desa ................................................................................................................... 21

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Infrastruktur di Jawa Timur Tahun 2019 ...... Error! Bookmark not defined.
Tabel 2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ....................................... 23

vi
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bentuk upaya Pemerintah dalam mewujudkan pembangunan nasional saat ini telah
dapat dinikmati oleh hampir seluruh masyarakat, akan tetapi hasil dari pembangunan
tersebut belum terwujud secara merata ke seluruh mayarakat khususnya yang berada
di daerah pedesaan. Menurut Asariansyah, Saleh, & Rengu (2013) masih banyak terjadi
ketimpangan pembangunan baik terjadi di wilayah, salah satu yang dapat dilihat secara
langsung adalah kesenjangan antara perkotaan dan pedesaan. Ketimpangan
pembangunan yang terjadi dapat berdampak pada tingkat kesejahteraan masyarakat
khususnya di daerah pedesaan. Bentuk ketimpangan pembangunan yang dapat
dirasakan secara langsung oleh masyarakat ialah dalam ketersediaan akses terhadap
infrastruktur.
Ketimpangan pembangunan khususnya dalam bidang infrastruktur merupakan
sebuah masalah penting yang harus ditangani, sebab dapat berdampak negatif terhadap
berbagai aspek kehidupan masyarakat desa. Menurut Adisasmita (2014) upaya yang
dapat dilakukan untuk memperkecil kesenjangan antar daerah antara lain perencanaan
beberapa strategi, kebijakan dan program pembangunan yang terintegrasi, terkoordinir,
tersinkronisasi, berkelanjutan dan harmonis. Sehingga berdasarkan hal tersebut, maka
ketimpangan pembangunan infrastruktur dapat diperbaiki melalui kegiatan
pembangunan dari level terendah yaitu desa.
Pemenuhan infrastruktur desa dapat dilakukan melalui pembangunan desa,
pembinaan dan pemberdayaan masyarakat serta bentuk kebijakan pemerintahan desa.
Sebab, sebuah pembangunan tidak dapat berhasil apabila tidak dilakukan secara
bersama-masa baik antar pihak pemerintah dan masyarakat. Hal ini sesuai dengan
pendapat yang dikemukakan oleh Kogoya, Olfie, & Laoh (2015) yaitu pembangunan
yang efektif membutuhkan keterlibatan dari seluruh pihak yang memiliki kepentingan,
yang termasuk di dalamnya adalah pihak pemerintah dan seluruh masyarakat desa.
Pemenuhan infrastruktur desa sangat perlu dilakukan, sebab desa merupakan
wilayah pemerintahan terkecil dalam suatu negara dan juga sebagai pusat kekuatan
untuk memajukan ekonomi negara. Selain itu, apabila di desa telah terjadi pemerataan

1
2

pembangunan, maka dapat berpengaruh terhadap kemajuan negara. Menurut Undang-


Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, pembangunan desa merupakan sebuah
upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat (Kemendes, 2014).
Implementasi program Pemerintah yang bertujuan untuk mewujudkan
pembangunan desa ialah dengan mengeluarkan program Dana Desa. Hal ini
dikarenakan untuk mewujudkan sebuah pembangunan diperlukan sebuah anggaran
yang khusus dialokasikan untuk kegiatan tersebut. Hal ini sesuai dengan Permendesa
PDTT Nomor 19 Tahun 2017 yang menjelaskan bahwa Dana Desa merupakan dana
yang bersumber dari APBN yang diperuntukan bagi desa yang ditransfer melalui
APBD Kabupaten/Kota dan digunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan,
pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan
masyarakat (Kemendes, 2015).
Pembangunan infrastruktur desa menjadi salah satu prioritas pemerintah dalam
melakukan pembangunan di seluruh kategori desa berdasarkan tingkat kemajuannya,
yaitu terdiri dari desa maju, berkembang maupun terpencil. Hal ini dijelaskan dalam
pasal Permendesa PDTT Nomor 19 Tahun 2017 yang menyatakan bahwa pemanfaatan
Dana Desa untuk Desa Tertinggal ialah pengadaan, pembangunan, pengembangan
serta pemeliharaan sarana prasarana dasar dan sarana prasarana ekonomi serta
pengadaan produksi, distribusi dan pemasaran produk unggulan desa baik dari hasil
pertanian maupun non pertanian. Prioritas pemanfaatan Dana Desa dalam
pembangunan untuk Desa Berkembang dan Desa Maju ialah pembangunan,
pengembangan dan pemeliharaan infrastruktur ekonomi, sarana prasarana produksi,
distribusi dan pemasaran guna mendukung penguatan ekonomi pertanian dan produk
unggulan selain itu juga pengadaan sarana prasarana sosial dasar dan lingkungan
(Kemendes, 2018).
Terdapat penelitian yang telah dilakukan oleh Sapkota (2018) mengenai
kemudahan akses infrastruktur. Penelitian tersebut dilakukan di daerah Nepal, yang
mana merupakan daerah perbukitan dan pegunungan. Berdasarkan penelitian tersebut
diketahui bahwa, kemudahan manusia dalam mengakses infrastruktur dapat
3

mempengaruhi tingkat kesejahteraan manusia. Dimana pada daerah sangat terpencil,


akses infrastruktur sangat kurang sehingga tingkat kesejahteraan masyarakat rendah.
Selain itu, penelitian tersebut juga menjelaskan bahwa jenis infrastruktur yang
dibangun oleh Pemerintah tergantung pada kebutuhan daerah masing-masing.
Jangkauan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya ialah sebuah negara,
sedangkan suatu negara terdiri dari berbagai daerah salah satunya adalah desa. Selain
itu, desa merupakan bentuk Pemerintahan terkecil yang ada di suatu negara, sekaligus
sebagai pusat kekuatan dan kemajuan negara. Oleh karena itu, diperlukan suatu
penelitian yang menganalisis kemudahan akses infrastruktur dalam jangkauan desa.
Penelitian ini dilakukan untuk mengisi gap tersebut, yaitu tentang kebijakan
pembangunan infrastruktur desa di Kabupaten Blitar.
Pemilihan Kabupaten Blitar sebagai lokasi penelitian ini dikarenakan kegiatan
pembangunan di wilayah tersebut tergolong baik. Hal ini dapat dibuktikan dari adanya
kegiatan pembangunan infrastruktur yang dilakukan secara terus-menerus dalam
rentan Tahun 2014 hingga 2016, yang meliputi infrastruktur dasar, infrastruktur
pertanian dan infrastruktur sosial. Berikut merupakan tabel nilai pembangunan
beberapa jenis infrastruktur di Kabupaten Blitar:
Tabel 1. Nilai Pembangunan Infrastruktur di Kabupaten Blitar Th 2014-2016
Jenis Infrastruktur Tahun
2014 2015 2016
Jalan 862 km 749,8 km 633,2
Irigasi 82 km 92 km 101 km
Pendidikan 619 unit 734 unit 872 unit
Kesehatan 1462 unit 1464 unit 1469 unit
(BPS, 2018)
Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui bahwa ketersediaan infrastruktur
merupakan salah satu unsur penting yang harus dipenuhi oleh setiap daerah, sehingga
perlu dilakukan secara berkelanjutan. Peningkatan ketersediaan infrastruktur dapat
dilakukan dengan memanfaatkan Dana Desa. Oleh sebab itu, penulis merasa perlu
dilakukan suatu penelitian yang berkaitan dengan pengauh pemanfaatan Dana Desa
terhadap pembangunan infrastruktur desa di Kabupaten Blitar.
4

1.2 Rumusan Masalah


Pembangunan merupakan suatu proses yang bersifat multidimensional mencakup
berbagai aspek kehidupan masyarakat, baik itu secara sosial, ekonomi dan lingkungan
(Arsyad, 2014). Oleh karena itu, untuk memperlancar pembangunan daerah,
memberikan program berupa Dana Desa (DD) yang di distribusikan ke seluruh daerah
Kabupaten/Kota di Indoneia. Dana Desa digunakan untuk mendanai penyelenggaraan
pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan
pemberdayaan masyarakat (Kemendes, 2018).
Sesuai dengan pasal 4 ayat 1 Permendesa PDTT No 19 Tahun 2017 terkait tentang
prioritas penggunaan Dana Desa ialah untuk pelaksanaan program dan kegiatan di
bidang pembangunan Desa dan pemberdayaan masyarakat Desa (Kemendes, 2018).
Bentuk penggunaan Dana Desa di bidang pembangunan desa salah satunya ialah
pengadaan pembangunan infrastruktur desa. Sebab infrastruktur memiliki peran
penting dalam kelancaran seluruh kegiatan masyarakat desa baik di sektor ekonomi,
sosial maupun ekologi.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditentukan beberapa rumusan masalah penelitian,
antara lain:
1. Bagaimana pemanfaatan Dana Desa di Kabupaten Blitar?
2. Bagaimana pengaruh pemanfaatan Dana Desa dalam pembangunan
infrastruktur desa di Kabupaten Blitar?
1.3 Batasan Penelitian
Program Dana Desa (DD) dibuat dengan tujuan untuk dimanfaatkan sebagai dana
yang manfaatkan dalam kegiatan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat guna
menciptakan kesejahteraan masyarakat desa. Bentuk pembangunan daerah antara lain
pengadaan sarana prasarana dasar yang meliputi pemukiman, transportasi, energi dan
informasi; pengadaan sarana prasarana pelayanan sosial yaitu kesesahan masyarakat
dan pendidikan; pengadaan sarana prasarana usaha pertanian dan usaha non pertanian;
dan pengadaan sarana prasarana lingkungan. Sedangkan pada bidang pemberdayaan
masyarakat, bentuk penggunaan Dana Desa berupa peningkatan partisipasi masyarakat
5

dalam pembangunan desa, pengembangan bidang pendidikan tentang pembangunan


dan pemberdayaan, dukungan pemodalan, dukungan pelestarian lingkungan hidup dan
lain sebagainya (Kemendes, 2018)
Agar penelitian ini lebih terarah dan menghindari pembahasan yang terlalu luas,
maka penulis perlu menentukan batasan. Berdasarkan rumusan masalah di atas, batasan
masalah yang dibahas dalam penelitian ini ialah terkait dengan jenis infrastruktur yang
harus dipenuhi oleh Pemerintah Desa sesuai dengan pasal 5 Permendesa PDT dan
Trans No 19 Tahun 2017 tentang Bidang Pembangunan Desa.
Adapun bentuk infrastruktur yang di amati dalam penelitian ini yaitu:
1. Infrastruktur dasar meliputi jalan
2. Infrastruktur pelayanan sosial meliputi Pusat Kesehatan Masyarakat dan
Sekolah
3. Infrastruktur ekonomi dari usaha pertanian yaitu irigasi dan pasar
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang berjudul “Pengaruh Pemanfaatan Dana Desa
terhadap Pembangunan Infrastruktur Desa” ialah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan pemanfaatan Dana Desa di Kabupaten Blitar
2. Menganalisis pengaruh pemanfaatan Dana Desa dalam pembangunan
infrastruktur desa
1.5 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan kegunaan bagi seluruh
pihak, baik bagi Pemerintah, Institusi, Masyarakat maupun penulis sendiri. Kegunaan
penelitian yang berjudul “Pengaruh Pemanfaatan Dana Desa terhadap Pembangunan
Infrastruktur Desa di Kabupaten Blitar” bagi:
1. Penulis
Melalui penelitian ini penulis dapat mengembangkan ilmu pengetahuan yang
telah di pelajari selama kegiatan perkuliahan. Selain itu penulis juga
mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan mengenai pemanfaatan Dana Desa
dalam pembangunan infrastruktur desa.
6

2. Institusi
Kegunaan penelitian ini bagi Insitusi salah satunya ialah sebagai literatur terkait
dengan pengaruh pemanfaatan Dana Desa terhadap kegiatan pembangunan
infrastruktur desa.
3. Masyarakat
Kegunaan penelitian ini yang dapat diambil oleh masyarakat ialah sebagai
media untuk mendapatkan informasi tentang pengaruh pemanfaatan Dana Desa
terhadap Pembangunan Infrastrutur Desa, dan juga dapat dijadikan arana
edukasi diri untuk berperan aktif dalam pemanfaatan Dana Desa.
4. Pemerintah
Kegunaan penelitian ini bagi Pemerintah ialah sebagai salah satu sumber
informasi berupa pengaruh Dana Desa terhadap pembangunan infrastruktur
desa, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk menentukan
kebijakan terkait pembangunan daerah dalam beberapa aspek.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian infrastruktur pedesaan telah dilakukan oleh Junita et al. (2016) dengan
judul penelitian “Analisis Aksesibilitas Infrastruktur Pedesaan di Kota Singkawang
Provinsi Kalimantan Barat”. Tujuan dari penelitian ini ialah mengidentifikasi sektor-
sektor yang dipriotitaskan sebagai fasilitas pelayanan. Metode analisis yang digunakan
untuk menghitung nilai aksesibilitas infrastruktur adalah metode Integrated Rural
Accessibility Planning (IRAP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkatan
prioritas nilai aksesibilitas desa dibagi menjadi tiga klasifikasi yaitu aksesibilitas
fasilitas, aksesibilitas sarana transportasi dan aksesibilitas prasarana transportasi.
Berdasarkan pengklasifikasian tersebut, diperoleh nilai aksesibilitas yang perlu
diprioritaskan untu perbaikan adalah sarana transportasi.
Penelitian lain tentang infrastruktur telah dilakukan oleh Sapkota (2018), penelitian
ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis tingkat akses infrastruktur dan menilai
pengaruh akses infrastruktur terhadap esejahteraan manusia. Penelitian ini dilakukan
di Nepal. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini ialah melalui analisis
VDCs atau village development committees yaitu dengan melakukan survei di tingkat
rumah tangga. Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat
lebih bervariasi di daerah kurang terpencil, dan pengaruh yang dirasakan dari akses
infrastruktur pada kesejahteraan manusia lebih tinggi didaerah sangat terpencil. Akses
jalan mendapatkan prioritas tertinggi lalu diikuti olek akses air minum dan irigasi.
Sahoo & Dash (2009) melakukan penelitian tentang pengaruh pembangunan
transportasi terhadap pertumbuhan ekonomi dengan judul pembangunan infrastruktur
dan pertumbuhan ekonomi di India. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis
peran infrastruktur dalam pertumbuhan ekonomi di India melalui output secaara
keseluruhan dan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh infrastruktur fisik
terhadap pertumbuhan ekonomi di India. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini
ialah menggunakan fungsi produksi Cobb-Dauglas dan model neoklasik dengan model
OLS (Ordinary Least Squre), serta mengembangkan indeks infrastruktur dengan
beberapa indicator yang meliputi konsumsi listrik, penggunaan energi, rel kereta,

7
8

transportasi udara dan jalan aspal. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data
panel periode tahun 1970-2006. Hasil dari penelitian ini ialah infrastruktur memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Penggunaan energi,
penggunaan listrik dan jalan beraspal merupakan infrastruktur terprnting yang
memiliki kontribusi maksimum erhadap pertumbuhan ekonomi dari seluruh indikator.
Penelitian lain dilakukan oleh Fahri (2014), penelitian tersebut tentang pengaruh
pemanfaatan Dana Desa. Judul penelitian tersebut adalah “Pengaruh Pelaksanaan
Kebijakan Dana Desa terhadap Manajemen Keuangan Desa dala Meningkatkan
Efektivitas Program Pembangunan Desa”. Penelitian ini bertujuan untuk membahas
pengaruh pelaksanaan kebijakan Dana Desa terhadap manajemen keuangan desa dalam
meningkatkan efektivitas program pembangunan desa. Metode analisis yang
digunakan ialah model analisis causal effectual dengan meninjau hubungan rasional
yang menganalisis sebab akibat antara pelaksanaan kebijakan Dana Desa,manajemen
keuangan Desa dan efektivitas program pembangunan desa. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pelaksanaan kebijakan Dana Desa memiliki pengaruh secara
nyata dan positif terhadap manajemen keuangan desa dan efektivitas program
pembangunan desa. Atau dengan kata lain apabila penyelenggaraan pelaksanaan
kebijakan Dana Desa berjalan dengan baik melalui manajemen keuangan desa maka
akan memberikan dampak baik pula terhadap peningkatan efektivitas program
pembangunan desa.
Penelitian-penelitian yang telah dijelaskan di atas, memberikan manfaat bagi
penulis. Penelitian di atas dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan rujukan
dalam penelitian ini. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya
yaitu dari segi variabel dan obejek penelitia. Variabel penelitian yang digunakan oleh
penulis antara lain pemanfaatan Dana Desa yang terdiri dari penyelenggaraan
pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan
pemberdayaan masyarakat sebagai variabel independen dan pembangunan
infrastruktur berupa jalan, pasar, irigasi, pendidikan dan kesehatan sebagai variabel
dependen. Sedangkan untuk objek penelitian, penulis memiliki daerah Kabupaten
Blitar sebagai lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat
9

tentang pemanfaatan Dana Desa di Kabupaten Blitar serta menganalisis pengaruh


pemanfaatan Dana Desa terhadap pembangunan infrastruktur desa di Kabupaten Blitar.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini berupa analisis regresi linier
berganda dan analisis deskriptif. Analisis regresi ialah analisis statistik yang dapat
digunakan untukmelihat pengaruh dari variabel independen terhadap variabel
dependen (Jaya & Sunengsih, 2009), sehingga analisis regresi sesuai dengan penelitian
ini
2.2 Dana Desa
2.2.1 Pengertian Dana Desa
Berdasarkan pasal 1 ayat 6 Permendesa PDT dan Trans No 2 Tahun 2016,
menjelaskan bahwa Dana Desa atau disingkat dengan DD merupakan dana yang
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang
diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Daerah (APBD) Kabupaten/Kota dan digunakan untuk mendanai penyelenggaraan
pemerintahan, pelaksanaan pemb angunan, pembinaan kemasyarakatan dan
pemberdayaan masyarakat (Kemendes, 2016).
Tujuan dari program Dana Desa (DD) menurut Kemenkeu (2017) adalah sebagai
berikut:
a. Meningkatkan pelayanan public di Desa
b. Mengentaskan Kemiskinan
c. Memajukan perekonomian Desa
d. Mengatasi kesenjangan penbangunan antar Desa
e. Memperkuat masyarakat Desa sebagai subjek pembangunan
Apabila dikaitkan dengan penelitian ini, maka dana desa merupakan wujud dari
pemenuhan hak desa dalam menyelenggarakan otonominya agar dapat tumbuh dan
berkembang berdasarkan keanekaragaman, partisipasi, otonomi, demokratisasi dan
pemberdayaan masyarakat sesuai dengan Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang
Desa.
10

2.2.2 Mekanisme Penyaluran dan Pengelolaan Dana Desa


Dana Desa ialah sebuah anggaran yang diperuntukkan bagi Desa dan Desa Adat
yang ditransfer melalui APBD Kabupaten/Kota dan dialokasikan kepada setiap desa
secara merata dan berkeadilan (Kemenkeu, 2017). Besar pengalokasian Dana Desa ke
seluruh Desa berdasarkan jumlah penduduk Desa, nilai angka kemiskinan Desa, luas
wilayah Desa dan tingkat kesulitan geografis Desa. Proporsi Dana Desa dihitung
dengan bobot formula 90% merupakan Alokasi Dasar (AD) dan 10% merupakan
Alokasi Formula (AF) yang dihitung dengan bobot :
a. 25% untuk jumlah penduduk Desa
b. 35% untuk angka kemiskinan Desa
c. 10% untuk luas wilayah Desa
d. 30% untuk tingkat kesulitan geografis Desa.
Tingkat kesulitan geografis setiap desa ditentukan oleh beberapa faktor,
diantaranya ketersediaan layanan dasar, kondisi infrastruktur, transportasi dan
komunikasi Desa ke Kabupaten/Kota (Kemenkeu, 2017).
Penyaluran Dana Desa didasarkan pada kinerja penerapan dan capaian output serta
pengalihan penyaluran melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) di
daerah sehingga akan meningkatkan pelayanan dan memperkuat akuntabilitas Dana
Desa. Penyaluran Dana Desa terdiri dari dua tahapan, tahap pertama yaitu penyaluran
dari Rekening Kas Umum Negara (RKUN) ke Rekening Kas Umum Daerah (RKUD),
tahap kedua penyaluran dari RKUD ke Rekening Kas Desa (RKD). Pada pemindahan
dari RKUN ke RKUD tergiri dari 2 tahapan yaitu sebagai berikut (Kemenkeu, 2017):
a. Tahap I dilakukan pada Bulan Maret sebesar 60%
b. Tahap II dilakukan pada Bulan Agustus sebesar 40%
Sedangkan untuk penyauran dari RKUD ke RKD dilakukan 7 hari kerja setelah
Dana Desa diterima oleh RKUD.
Pengelolaan Dana Desa oleh Desa harus dilaksanakan berdasarkan dengan asas-
asas pengelolaan keuangan Desa. Hal ini dikarenakan Dana Desa merupakan salah satu
sumber pendapatan Desa, sehingga pengelolaannya dilakukan dalam kerangka
11

pengelolaan Keuangan Desa. Berikut merupakan asas pengelolaan keuangan Desa


(Kemenkeu, 2017):
a. Transparan
Transparan yaitu prinsip keternukaan yang memungkinkan masyarakat
mengetahui dan mendapat akses informasi seluas-luasnya mengenai keuangan
desa
b. Akuntabel
Akuntabel ialah perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan
pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang
dipercayakan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
c. Partisipatif
Asas partisipatif ialah penyelenggaraan pemerintahan desa yang
mengikutsertakan kelembagaan desa dan unsur masyarakat desa.
d. Tertib dan disiplin anggaran
Artinya pengelolaan keuangan desa harus mengacu pada aturan atau pedoman
yang melandasinya.
Pengelolaan keuangan desa meliputi 4 (empat) tahap (Kemenkeu, 2017), antara
lain:
a. Perencanaan
Perencanaan pembangunan desa merupakan proses perencanaan kegiatan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Desa, Badan Permusyawarahan Desa (BPD) dan
unsur masyarakat secara partisipatif guna pemanfaatan dan pemgalokasian sumber
daya desa dalam rangka mencapai tujuan pembangunan Desa. Tahapan perencanaan
adalah sebagai berikut:
 Sekretaris Desa menyusun Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa
berdasarkan RKPDesa kemudian disampaikan ke Kepala Desa dan BPD
 APBDesa disampaikan ke Bupati/Walikota melalui Camat paling lambat
bulan Oktober
12

 APBDesa dievaluasi oleh Bupati/Walikota selama 20 hari kerja, dan


Kepala Desa harus melakukan penyempurnaan selama 7 hari apabila pada
hasil evaluasi APBDesa dinyatakan tidak sesuai.
 Prioritas penggunaan Dana Desa ditetapkan dalam musyawarah Desa
antara BPD, Pemerintah Desa dan unsur-unsur masyarakat.
(Kemenkeu, 2017)
b. Pelaksanaan
Pelaksaanaan anggaran dalam suatu desa telah ditentukan sebelumnya dan
timbul pada transaksi atas penerimaan dan pengeluaran desa. semua penerimaan dan
pengeluaran desa dilaksanakan melalui Rekening Kas Desa (RKD) atau sesuai
dengan ketetapan Pemerintah Kabupaten/Kota, serta didukung oleh bukti yang
lengkap dan sah; Pemerintah Desa dilarang melakukan pungutan selain yang
ditetapkan dalam Peraturan Desa; Bendahara dapat menyimpan uang dalam Kas
Desa dan besarnya ditetapkan oleh Bupati/Walikota; Selain itu pengadaan barang
dan/atau jasa di Desa diatur dengan Peraturan Bupati/Walikota; serta penggunaan
biaya tak terduga harus dibuat rincian RAB serta disahkan oleh Kepala Desa.
(Kemenkeu, 2017)
c. Penatausahaan
Penatausahaan wajib dilakukan oleh Bendahara Desa, adapun tugas Bendahara
Desa pada tahap penatausahaan adalah sebagai berikut:
 Melakukan pencataan setiap penerimaan dan pengeluaran anggaran
 Melakukan tutup buku setiap akhir bulan
 Mempertanggungjawabkan uang melalui laporan
 Selalu menyampaikan laporan kepada Kepala Desa setiap bulan paling
lambat pada tanggal 10
(Kemenkeu, 2017)
d. Pelaporan dan Pertanggungjawaban
Pada tahap ini Kepala Desa menyampaikan laporan kepada Bupati/Walikota
melalui Camat, laporan yang disampaikan berupa laporan realisasi pelaksanaan
APBDesa semester pertama dan semester akhir tahun. Isi laporan
13

pertanggungjawaban realisasi APBDesa ialah besar anggaran yang terdiri dari


pendapatan, belanja dan pembiayaan yang telah ditetapkan oleh Peraturan Desa.
(Kemenkeu, 2017)
2.2.3 Prioritas Penggunaan Dana Desa
Prioritas penggunaan Dana Desa dijelaskan dalam pasal 4 Permendesa PDT dan
Trans No 19 Tahun 2017 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun
2018. Pada pasal ini prioritas penggunaan Dana Desa dijelaskan dalam 5 ayat, yang
berbunyi sebagai berikut:
(1) Prioritas Penggunaan Dana Desa untuk membiayai pelaksanaan program dan
kegiatan di bidang pembangunan Desa dan pemberdayaan masyarakat Desa
(2) Prioritas penggunaan Dana Desa diutamakan untuk membiayai pelaksanaan
program dan kegiatan yang bersifat lintas bidang
(3) Program dan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) antara lain bidang
kegiatan produk unggulan Desa atau kawasan perdesaan, BUM Desa atau BUM
Desa Bersama, embung, dan sarana olahraga Desa sesuai dengan kewenangan
Desa
(4) Pembangunan sarana olahraga Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
merupakan unit usaha yang dikelola oleh BUM Desa atau BUM Desa Bersama
(5) Prioritas penggunaan Dana Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
dipublikasikan oleh Pemerintah Desa kepada masyarakat Desa di ruang publik
yang dapat diakese masyarakat Desa.
(Kemendes, 2018)
Pada pasal 5 Permendesa PDT dan Trans No 19 Tahun 2017 tentang Penetapan
Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2018 menyebutkan bahwa prioritas
penggunaan Dana Desa diarahkan pada pelaksanaan program dan kegiatan
Pembangunan Desa dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa,
meningkatkan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan, melalui:
a. Prioritas penggunaan Dana Desa untuk pengadaan, pembangunan,
pengembangan dan pemeliharaan sarana prasarana dasar, berupa:
1. Lingkungan pemukiman
14

2. Transportasi
3. Energi
4. Informasi dan komunikasi
b. Prioritas penggunaan Dana Desa untuk pengadaan, pembangunan,
pengembangan dan pemeliharaan sarana prasarana pelayanan sosial dasar
berupa:
1. Kesehatan masyarakat
2. Pendidikan dan kebudayaan
c. Prioritas penggunaan Dana Desa untuk pengadaan, pembangunan,
pengembangan, pengembangan dan pemeliharaan sarana prasarana ekonomi
untuk mewujudkan lumbung ekonomi Desa, meliputi:
1. Usaha ekonomi pertanian berskala produktif untuk ketahanan pangan
2. Usaha ekonomi pertanian berskala produktif meliputi aspek produksi,
distribusi dan pemasaran yang berfous pada pengembangan produk
unggulan desa
3. Usaha ekonomi non pertanian berskala produktif meliputi aspek
produksi, distribusi dan pemasaran yang berfokus pada pengembangan
produk unggulan desa
d. Prioritas penggunaan Dana Desa untuk pengadaan, pembangunan,
pengembangan dan pemeliharaan sarana prasarana lingkungan, berupa:
1. Kesiapsiagaan menghadapi bencara alam
2. Penanganan bencana alam
3. Pelestarian lingkungan
Prioritas penggunaan Dana Desa untuk pengadaan, pembangunan, pengembangan
dan pemeliharaan sara prasarana lain yang sesuai dengan kewenangan Desa dan
ditetapkan dalam Musyawarah Desa (Kemendes, 2018).
2.3 Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah seiring disebut dengan otonomi daerah,
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) otonomi daerah merupakan hak,
wewenang, dan kewajiban daerah untuk mngeatur dan mengurus rumah tangganya
15

sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pusat Bahasa,


2001). Pengertian lain mengenai otonomi daerah terdapat dalam Pasal 1 c UU No 32
Tahun 2004, yang menjelaskan bahwa otonomi daerah merupakan hak, wewenang dan
kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Perpres, 2004).
Pengertian di atas, tidak terlepas dari pengertian otonomi yang memiliki pengertian
berdiri sendiri atau kelompok sosial yang memiliki hak dan kekuasaan menentukan
arah tindakannya sendiri. Melalui pemberian hak, kekuasaan dan kewajiban kepada
daerah otonom seperti Provinsi dan Kabupaten/Kota, maka daerah tersebut akan
menjadi lebih mandiri dalam mengurus rumah tangga daerahnya sendiri.
2.4 Pembangunan Daerah
2.4.1 Pengertian Pembanguan Daerah
Pembanguan daerah menurut Bappenas (1974) ialah merupakan bagian integral
dan penjabaran dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk mencapai sasaran
pembangunan yang telah disesuaikan dengan potensi, aspirasi dan permasalahan
pembangunan di setiap daerah. Pembangunan daerah mencakup seluruh kegiatan
pembangunan daerah dan sektoral yang dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat.
Kunci keberhaasilah pembangunan daerah dalam mencapai sasaran pembangunan
nasional secara merata serta efektif dan efisian ialah koordinasi dan keterpaduan
antarsektor, antarasektor dan daerah, antar daerah tingkat I, antar daerah tingkat II dan
antar daerah tingkat I dan II.
Pembangunan daerah bertujuan untuk mencapai sasaran pembangunan nasional
serta meningkatkan hasil-hasil pembangunan daerah bagi masyarakatnya secara adil
dan merata. Pembangunan daerah juga bertujuan untuk mengatasu masalah
kesenjangan antar daerah, wilayah, kawasan, Kota dan desa serta antar masyarakat.
Menurut Adisasmita (2014) kunci dari pembangunan daerah agar meminimalisir
tingkat kesenjangan di setiap daerah ialah melaksanakan strategi, kebijakan dan
program pembangunan yang terintegrasi (integrated), terkoordinir (coordinated),
tersinkronisasi (synchroniz), berkelanjutan (sustainable) dan harmonis (harmonic).
16

Pembangunan daerah dapat dilihat dari beberapa segi, pertama pembangunan


daerah dilihar dari segi pembangunan sektoral. Pencapaian sasaran pembangunan
nasional dilakukan melalui berbagai kegiatan sektoral tiap daerah. Pembangunan
sektoral dilakukan sesuai dengan kondisi dan pitensi. Kedua, dilihat dari segi
pembangunan wilayah meliputi perkotaan dan pedesaan sebagai pusat lokasi kegiatan
sosial ekonomi dari daerah tersebut.wilayah kota dan desa saing terkait dan membentuk
suatu sistem, sehingga dapat terwujud pembangunan wilayah perkotaan dan pedesaan
yang terpadu dan saling mengisi (Adisasmita, 2014).
Ketiga, pembangunan daerah dilihat dari segi pemerintahannya. Tujuan
pembangunan daerah dapat tercapau dengan baik apabila fungsi dari pemerintahan
daerah dijalankan dengan baik. Pembangunan daerah merupakan usaha
mengembangkan danmemperkuat pemerintahan daerah dengan tujuan memantapkan
otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi dan bertanggung jawab. Tujuan dari
pembangunan daerah ialah mewujudkan negara yang adil, makmur, kokoh, damai dan
sejahtera (Adisasmita, 2014).
Pembangunan daerah menurut penulis ialah bagian dari pembangunan nasional
yang dilakukan untuk mencapai tujuan nasional yaitu tercapainya pemerataan
kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan potensi daerah. Pembangunan
daerah sangat diperlukan dalam untuk menekan atau mengurangi kesenjangan antar
daerah baik antar provinsi, antar kota/kabupaten maupun antar desa. Oleh sebab itu,
dalam melaksanakan pembangunan daerah seluruh instansi harus saling berkoordinasi
agar kegiatan pembangunan dapat berjalan secara efektif dan efisien.
2.4.2 Pentingnya Pembangunan Daerah
Pemerintah memiliki peran penting dalam penyusunan berbagau program dan
kebijakan pembangunan dengan mengutamakan kepentingan rakyat banyak (public).
Pembangunan nasional terdiri dari sub sistem nasional yaitu sistem regional
(kewilayahan). Dimensi regional (kewilayahan) merupakan suatu variabel tambahan
dalam perencanaan pembangunan, hal ini disebabkan karena kondisi masing-masing
wilayah yang berbeda satu sama lain. Perbedaan tersebut meliputi sumber daya alam
yang dimiliki tiap daerah, modal, tingkat tenaga dan teknologi. Berdasarkan perbedaan
17

tersebut, wilayah dapat diklasifikasikan menjadi wilayah maju atau tidak maju
(Adisasmita, 2014).
Klasifikasi juga dapat dibuat menggunakan kriteria tingkat pendapatan per kapita
yang juga dapat menggambarkan tingkat kemakmuran, sehingga dibedakan menjadi
wilayah makmur dan tidak makmur.Selain itu, klasifikasi wilayah juga dapat dilakukan
menggunakan kemampuan berkembangnya wilayah yang dapat diukur melalui tingkat
Produk Domestik Regional Bruto/PDRB per tahun, sehingga wilayah tersebut
dikelompokkan menjadi wilayah yang cepat berkembang dan lamban berkembang
(Adisasmita, 2014).
Wilayah yang cepat berkembang (fast growing region) atau wilayah maju
(developed region) tidak menghadapi masalah yang berarti. Sebaliknya dengan
wilayah yang lamban berkembang (slow growing region) atau wilayah yang kurang
maju (less developed region) harus menghadapi berbagai kendala dan hambatan,
sehingga wilayah-wilayah tersebut harus mendapatkan perhatian yang lebih besar
untuk mengurangi kendala dan hambatan yang dihadapi. Sehingga wilayah-wilayah
tersebut dapat meningkat menjadi wilayah maju atau wilayah cepat berkembang
(Adisasmita, 2014).
2.5 Pembinaan Kemasyarakatan
2.6 Pemberdayaan Masyarakat
2.7 Infrastruktur
2.7.1 Pengertian Infrastruktur
Pengertian infrastruktur menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan
sebagai prasarana, yang berarti segala sesuatu yang merupakan penunjang utama dalam
terselenggaranya suatu proses baik dalam suatu usaha, pembangunan, proyek, dsb,
contoh prasarana seperti jalan dan angkutan (Sumarja, 2013). Menurut Keusuma &
Suriani (2017) infrastruktur merupakan elemen structural ekonomi yang memfasilitasi
arus barang dan jasa antara pembeli dan penjual, selain itu infrastruktur juga
merupakan pelayanan utama dari suatu negara yang membantu kegiatan ekonomi serta
kegiatan masyarakat. Contoh pengadaan infrastruktur dalam suatu negara yaitu
penyediaan transportasi.
18

Infrastruktur memiliki karakteristik yaitu eksternalitas, baik positif maupun


negative dan adanya monopoli alamiah yang disebabkan oleh tingginya biaya tetap
serta tingkat kepentingannya dalam perekonomian. Infrastruktur juga memiliki sifat
yang non-eksklusif (berlaku untuk semua orang), non-rivalry (konsumsi seorang
individu tidak mengurangi konsumsi individu lainnya) serta biaya marginal bernilai
nol. Infrastruktur juga tidak diperjual belikan (Keusuma & Suriani, 2017). Pengertian
infrastruktur menurut Perpres No 38 Tahun 2015 ialah fasilitas teknis, fisik, sistem
perangkat keras dan lunak yang diperlukan untuk melakukan pelayanan kepada
masyarakat dan mendukung jaringan struktur agar pertumbuhan ekonomi dan sosial
masyarakat dapat berjalan dengan baik (Perpres, 2015).
Infrastruktur menurut penulis ialah segala sesuatu yang menunjang berjalannya
suatu proses baik proses dalam suatu usaha, proyek maupun pembangunan atau
fasilitas-fasilitas fisik yang dibutuhkan untuk menunjang tujuan-tujuan sosial ekonomi.
Infrastruktuk memiliki beberapa karakteristik yaitu berlaku untuk semua orang, tidak
mempengaruhi konsumsi individu lain, dan tidak diperjual belikan (Perpres, 2015).
2.7.2 Jenis-Jenis Infrastruktur
Jenis-jenis infrastruktur disebutkan dalam pasal 5 ayat 2 Peraturan Presiden Nomor
38 Tahun 2015 antara lain:
a. Infrastruktur transportasi
b. Infrastruktur jalan
c. Infrastruktur sumberdaya air dan irigasi
d. Infrastruktur air minum
e. Infrastruktur sistem pengelolaan air limbah terpusat
f. Infrastruktur sistem pengelolaan air limbah tsetempat
g. Infrastruktur sistempengelolaan persampahan
h. Infrastruktur telekomunikasi dan informatika
i. Infrastruktur ketenagalistrikan
j. Infrastruktur minyak dan gas bumi dan energy terbarukan
k. Infrastruktur konservasi energi
l. Infrastruktur fasilitas perkotaan
19

m. Infrastruktur fasilitas pendidikan


n. Infrastruktur fasilitas sarana dan prasarana olahraga serta kesenian
o. Infrastruktur kawasan
p. Infrastruktur pariwisata
q. Infrastruktur kesehatan
r. Infrastruktur lembaga pemasyarakatan
s. Infrastruktur perumahan rakyat.
Menurut Asnudin (2009) terdapat istilah infrastruktur pedesaan yang didefinisikan
sebagai infrastruktur yang bersifat fisik dan memberikan akses terhadap pelayanan
dasar maupun pelayanan sosial serta ekonomi bagi masyarakat pedesaan. Jenis
infrastruktur pedesaan ialah berupa (1) Infrastruktur yang mendukung aksesibilitas
(jalan dan jembatan pedesaan). (2) Infrastruktur yang mendukung produksi pengan
(irigasi pedesaan). (3) Infrastruktur untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat
pedesaan (penyediaan air minum dan sanitasi).
III. KERANGKA TEORITIS
3.1 Kerangka Pemikiran
Upaya pemerintah dalam melaksanakan pembangunan sudah dapat dirasakan oleh
sebagian masyarakat, akan tetapi dampak tersebut belum dirasakan secara merata oleh
seluruh masyarakat khususnya di pedesaan. Menurut Asariansyah, Saleh, & Rengu
(2013) masih banyak terjadi ketimpangan pembangunan baik terjadi di wilayah, salah
satu yang dapat dilihat secara langsung adalah kesenjangan antara perkotaan dan
pedesaan. Salah satu wujud yang dapat dilihat secara langsung adalah terkait
ketersediaan akses infrastruktur.
Pemenuhan infrastruktur desa dapat dilakukan melalui kegiatan pembangunan
desa, Akan tetapi dalam melakukan pembangunan harus dibutuhkan suatu dana yang
dapat digunakan untuk mendanai pembangunan desa. Program yang dilakukan
Pemerintah saat ini ialah Dana Desa. Tujuan dari dikeluarkannya program Dana Desa
ialah untuk mendanai berbagai kegiatan desa yang berupa penyelenggaraan
pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan
pemberdayaan masyarakat (Kemendes, 2018). Melalui penggunaan Dana Desa,
diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemanfaatan Dana Desa
diatur dalam Permendesa PDTT Nomor 19 Tahun 2017 tentang Prioritas Penggunaan
Dana Desa Tahun 2018. Prioritas penggunaan Dana Desa diarahkan kepada kegiatan
di bidang pembangunan daerah dan pemberdayaan masyarakat.
Infrastruktur atau sarana prasarana desa sangat diperlukan dalam seluruh aspek
pembangunan desa. Sebab, ketersediaan infrastruktur memiliki fungsi yang sangat
penting dalam seluruh kegiatan masyarakat baik di sektor sosial, ekonomi dan ekologi.
Selain itu, apabila infrastruktur di suatu desa tersedia dengan lengkap maka akses
masyarakat untuk menjangkau juga akan mudah serta tercapainya tingkat
kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan uraian tersebut, maka diperlukan pengukuran
terkait dengan pengaruh pemanfaatan Dana Desa terhadap Pembangunan Infrastruktur.
Jenis infrastruktur yang diukur ialah jalan, pasar, irigasi, pendidikan dan kesehatan.

20
21

Masalah kesenjangan
ketersediaan akses infrastruktur

Pengadaan Infrastrktur

Dana Desa

Penyelenggaraan Pelaksanaan Pembinaan


Kemasyarakatan Pemberdayaan
Pemerintahan Pembangunan
(X3) Masyarakat (X3)
(X1) (X2)

Pembangunan Infrastruktur:
Y1 = Infrastruktur Jalan
Y2 = Infrastruktur Pasar
Y3 = Infrastruktur Irigasi
Y4 = Infrastruktur Pendidikan
Y5 = Infrastruktur Kesehatan

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Pengaruh Pemanfaatan Dana Desa terhadap


Pembangunan Infrastruktur Desa
Keterangan:
: Kerangka Analisis
: Analisis Regresi Linier Berganda
22

3.2 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dijelaskan, maka dapat dirumuskan


hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Pemanfaatan Dana Desa di bidang penyelenggaraan pemerintahan memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap pembangunan infrastruktur desa
2. Pemanfaatan Dana Desa di bidang pelaksanaan pembangunan memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap pembangunan infrastruktur desa
3. Pemanfaatan Dana Desa di bidang pembinaan kemasyarakatan memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap pembangunan infrastruktur desa
4. Pemanfaatan Dana Desa di bidang pemberdayaan masyarakat memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap pembangunan infrastruktur desa
3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional ialah suatu penjelasan secara spesifik, yang bertujuan untuk
mengidentifikasi suatu konsep dan veriabel sesuai dengan kriteria pengajuan dan
pengukuran. Sedangkan pengukuran variabel merupakan suatu proses pengukuran
segala jenis objek yang telah ditentukan dalam penelitian, tujuannya adalah untuk
mencari informasi agar dapat ditarik suatu kesimpulan. Adapun definisi operasional
dan pengukuran variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
23

Tabel 2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian


Unsur Variabel Definisai Operasional Pengukuran Variabel
Dana Desa: Dana yang Penyelenggaraan Anggaran yang bersumber dari Dana Desa yang dimanfaatkan
bersumber dari Anggaran Pemerintahan Dana Desa yang digunakan untuk penyelenggaraan
Pendapatan dan Belanja untuk kegiatan pemerintahan (Rp)
Negara yang diperuntukan penyelenggaraan pemerintahan
bagi desa yang ditransfer seperti pengelolaan informasi
melalui anggaran pendapatan desa, penetapan dan penegasan
dan belanja daerah desa, dan penyelenggaraan
Kabupaten/Kota perencanaan desa.

Dana Desa diperoleh melalui Pelaksanaan Pembangunan Anggaran yang bersumber dari Dana Desa yang dimanfaatkan
sumber primer atau langsung Dana Desa yang digunakan untuk pelaksanaan
diperoleh di desa penelitian untuk kegiatan pembangunan pembangunan (Rp)
(Rp) desa seperti pembangunan
infrastruktur pertanian,
infrastruktur non pertanian,
infrastruktur kesehatan,
infrastruktur pendidikan,
pembangunan pengembangan
usaha ekonomi produktif dan
pengembangan kualitas
lingkungan.

Pembinaan Kemasyarakatan Anggaran yang bersumber dari Dana Desa yang digunakan
Dana Desa yang dialoasikan untuk pembinaan
pada kegiatan pembinaan kemasyarakatan (Rp)
kemasyarakatan dalam rangka
peningkatan kualitas
masyarakat desa.

Pemberdayaan Masyarakat Anggaran yang digunakan Dana Desa yang digunakan


untuk kegiatan pemberdayaan untuk pemberdayaan
masyarakat, seperti pelatihan masyarakat (Rp)
24

Unsur Variabel Definisai Operasional Pengukuran Variabel


usaha ekonomi produktif dan
pelatihan teknologi tepat guna,
pendidikan, peltihan dan
penyuluhan bagi Kepala Desa,
perangkat desa dan Badan
Pemusyaratan Desa serta
peningkatan kapasitas
masyarakat

Pembangunan Infrastruktur Infrastruktur Jalan Bentuk pembangunan Total panjang jalan desa yang
merupakan salah satu bentuk infrastruktur desa berupa tersedia (km)
pelaksanaan pembangunan pembangunan jalan desa. Jalan
desa yang bertujuan untuk merupakan media penghubung
meningkatkan kesejahteraan antar daerah yang dapat
masyarakat desa dan kualitas mempengaruhi kelancaran
hidup manusia melalui distribusi produk.
pembangunan sarana dan
prasarana desa seperti Infrastruktur Pasar Bentuk pembangunan Jarak antara lokasi pasar
infrastruktur dasar, infrastruktur berupa dengan lokasi desa (km)
infrastruktur pertanian, ketersediaan pasar sebagai
infrastruktur pendidikan dan tempat pemasaran produk desa
infrastruktur kesehatan. baik dari usaha pertanian
maupun non pertanian
Informasi mengenai
pembangunan infrastruktur Infrastruktur Irigasi Bentuk pembangunan Total panjang saluran irigasi
desa diperoleh melalui sumber infrastruktur desa berupa desa yang tersedia (m)
primer dan sekunder, sumber pembangunan saluran irigasi
primer yaitu informasi yang memiliki pengaruh
langsung dari desa penelitian, penting dalam kegiatan
sedangkan sumber sekunder produksi produk dari usaha
yaitu informasi yang diperoleh pertanian.
dari dokumen mengenai
25

Unsur Variabel Definisai Operasional Pengukuran Variabel


pemanfaatan Dana Desa di Infrastruktur Pendidikan Bentuk pembangunan Jumlah bangunan sekolah
desa penelitian. infrastruktur desa berupa yang tersedia di desa (unit)
bangunan sekolah yang ada di
desa. Ketersediaan bangunan
sekolah memiliki pengaruh
penting dalam peningkatan
kualitas sumber daya manusia
desa.

Infrastruktur Kesehatan Bentuk pembangunan Jarak antara pusat kesehatan


infrastruktur desa berupa masyarakat dengan desa (km)
bangunan pusat kesehatan
masyarakat yang memiliki
pengaruh besar terhadap
kesejahteraan masyarakat.
IV. METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Pendekatan Penelitian

Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan kuantitatif,
karena hasil dari penelitian ini disajikan dalam bentuk numerik, melalui pengujian teori
yang ada dengan meneliti hubungan antara variabel-variabel yang diteliti dan menitik
beratkan pada pengujian hipotesis. Pendekatan kuantitatif ialah suatu pendekatan yang
di dalam usulan penelitian, proses, hipotesis, turun ke lapangan, analisis data dan
kesimpulan data serta peulisannya menggunakan aspek pengukuran, perhitungan,
rumus-rumus dan kepastian data (Musianto, 2002).
Alasan penulis menggunakan pendekatan kuantitatif adalah karena penelitian ini
berusaha untuk mencari pengaruh dari seluruh variael independen yaitu penggunaan
Dana Desa terhadap pembangunan infrastruktur desa di Kabupaten Blitar. Hasil dari
penelitian ini diuraikan ke dalam bentuk deskriptif, yaitu mendeskripsikan data-data
yang ada secara sistematis berdasarkan variabel-variabel yang diteliti.
4.2 Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dilakukannya kegiatan penelitian. Lokasi
yang diambil dalam penelitian ini ialah Kabupaten Blitar. Penentuan lokasi penelitian
ini dilakukan secara sengaja atau purposive. Pertimbangan pemilihan lokasi penelitian
ini ialah lokasi penelitian memiliki peran penting dalam mensuplai kebutuhan telur di
wilayah Jawa Timur, sehingga diperlukan kemudahan akses yang dapat memperlancar
kegiatan distribusi produk. Penelitian ini berusaha untuk melihat seberapa besar
pengaruh pemanfaatan Dana Desa terhadap pembangunan infrastruktur Desa. Waktu
pelaksanaan penelitian ini ialah pada Bulan Januari sampai Pebruari 2020.
4.3 Teknik Penentuan Sampel
Teknik penentuan sampel pada penelitian ini adalah non probability sampling,
dimana pengambilan sampel yang tidak memberi peluang yang sama bagi setiap unsur
anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Kriyantono, 2006). Pengambilan
sampel yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini ialah teknik purposive
sampling, yaitu penentuan sampel dengan mempertimbangkan hal-hal tertentu
(Kriyantono, 2006).

26
27

Alasan pemilihan sampel melalui purposive sampling ialah karena tidak semua
sampel memiliki kriteria sesuai dengan ketentuan penulis. Sehingga penulis memilih
teknik purposive sampling dengan menetapkan kriteria yang harus dipenuhi. Adapun
kriteria yang digunakan oleh penulis dalam menentukan sampel penelitian ialah
berdasakan status kemajuan dan kemandirian Desa melalui pemetaan tipologi desa
yang sesuai dengan Permendesa PDTT Nomor 19 Tahun 2017 tentang Prioritas
Pemanfaatan Dana Desa Tahun 2018.
Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan perhitungan statistic menggunakan
rumus slovin. Rumus slovin digunakan untuk memduga proporsi sampel yang harus
digunakan dari jumlah populasi yang ada (Setiawan, 2007). Populasi merupakan
gabungan dari seluruh elemen yangmemiliki karakteristik yang serupa, sedangkan
sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
(Kriyantono, 2006).
Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah seluruh desa yang ada di Kabupaten
Blitar yaitu 220 desa. Selanjutnya, penulis mempersempit populasi dengan melakukan
pengukuran sampel menggunakan rumus slovin. Adapun rumus slovin untuk
menentukan sampel yaitu:
N
n=
1 + N (𝑒)2
Keterangan:
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
e = Presentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel yang masih
ditolerir
Menurut Setiawan (2007) dalam rumus slovin penentuan nilai e yang digunakan
adalah pada rentang 10-20% dari populasi penelitian. Jumlah populasi dalam penelitian
ini adalah 220 dan nilai e yang digunakan adalah 15%. Maka untuk mengetahui sampel
penelitian dengan perhitungan sebagai berikut:
220
n=
1 + 220 (0,15)2
28

220
n=
5,95
n = 36,9
Berdasarkan perhitungan sampel di atas, maka jumlah sampel yang digunakan untuk
penelitian yaitu sebesar 37 desa dari seluruh total desa yang ada di Kabupaten Blitar.
4.4 Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang akan digunakan dalam penelitiam ini ialah data primer dan data
sekunder. Data primer ialah data yang dikumpulkan sendiri oleh penulis, sedangkan
data sekunder ialah data yang diperoleh dari sebuah sumber yang sudah ada. Teknik
pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini ialah:
1. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap
muka dan terjadi proses tanya jawab secara langsung kepada Kepala Desa dan
beberapa pihak yang berkaitan dengan pembangunan infrastruktur desa.
2. Dokumentasi
Dokumentasi ialah teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan serta
mempelajari dokumen-dokumen dan laporan-laporan yang ada pada Pemerintah
Tingkat Desa yang berhubungan dengan penelitian. Data tersebut antara lain data
Dana Desa, data anggaran dana yang berkaitan dengan pembangunan infrastruktur
desa.
4.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis deskriptif
dan analisis regresi linier sederhana. Analisis deskriptif digunakan untuk
menginterpretasikan hasil regresi terkait dengan pengaruh pemanfaatan dana desa
terhadap pembangunan infrastruktur desa di Kabupaten Blitar. Sedangkan, penggunaan
analisis regresi linier sederhana dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
pengaruh pemanfaatan Dana Desa terhadap pembangunan infrastruktur desa di
Kabupaten Blitar. Adapu analisis yang dilakukan antara lain:
4.5.1 Analisis Deskriptif
29

Analisis deskriptif yaitu suatu metode analisis sederhana yang digunakan dalam
sebuah penelitian untuk menggambarkan kondisi suatu hasil analisis data dengan
menyajikan data dalam bentuk tabel, grafik maupun narasi yang bertujuan untuk
mempermudah pembaca dalam menafsirkan hasil analisis. Pada penelitian ini analisis
deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran umum tentang pengaruh
pemanfaatan Dana Desa terhadap pembangunan infrastruktur desa, selain itu juga
memberikan gambaran mengenai apakah pemanfaaran Dana Desa yang dilakukan oleh
Pemerintah Desa sudah efektif atau tidak. Informasi akan disajikan dalam bentuk tabel
dan narasi.
4.5.2 Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda ialah sebuah teknik statistika yang bergunan untuk
melihat hubungan antara variabel independen (Y) dengan variabel dependen (X1, X2,
X3, X4). Adapun persamaan regresi yang digunakan pada penelitian ini ialah sebagai
berikut:
Y = β0 + β1 X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e
Keterangan:
Y = Pembangunan Infrastruktur
X1 = Pemanfaatan Dana Desa dalam Penyelenggaraan Pemerintahan
X2 = Pemanfaatan Dana Desa dalam Pelaksanaan Pembangunan
X3 = Pemanfaatan Dana Desa dalam Pembinaan Kemasyarakatan
X4 = Pemanfaatan Dana Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat
β0 = Konstanta
β1 = Koefisien Regresi Penyelenggaraan Pemerintahan
β2 = Koefisien Regresi Pelaksanaan Pembangunan
β3 = Koefisien Regresi Pembinaan Kemasyarakatan
β4 = Koefisien Regresi Pemberdayaan Masyarakat
4.5.3 Uji Asumsi Klasik
Pengevaluasian model dapat dilakukan dengan uji koefisien determinasi atau uji
statistic R2. Nilai R2 menunjukkan persentase variabel dependen dapat dijelaskan oleh
variabel independen. Semakin tinggi nilai R2, maka semakin baik model hal ini
30

dikarenakan semakin besar keragaman variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh
variabel independen. Adapun pengujian yang dapat dilakukan ialah uji Asumsi Klasik
yang meliputi:
1. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas menyatakan bahwa tidak adanya hubungan antar
variabel bebas. Dampak yang ditimbulkan oleh multikolinieritas ialah sulitnya
pengestimasian koefisien regresi. Cara yang dapat dilakukan untuk menguji ada
atau tidaknya multikolinieritas ialah dengan melihat nilai R2 yang tinggi dan
Uji-F yang signifikan tetapi banyak koefisien regresi dalam Uji-t yang tidak
signifikan.
2. Uji Heteroskedastisitas
Salah satu asumsi yang harus terpenuhi agar parameter penduga dalam
model regresi bersifat BLUE, maka semua residual atau error mempunyai
varian yang sama, kondisi ini disebut dengan homoskedastis. Sedangkan
apabila varian tidak konstas atau berubah-ubah disebut dengan
heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas sering ditemukan pada data cross-
section, namun heteroskedastisitas juga dapat ditemukan dalam data time-
series. Permasalahan heteroskedastisitas dapat diatasi dengan menggunakan
metode Generalized Least Square (GLS). Metode ini sering disebut dengan
metode kuadrat terkecil terboboti.
4.6 Pengujian Hipotesis
1. Uji t (Uji Parsial)
Uji t (t-test) ialah pengujian terhadap regresi secara parsial, pengujian ini dilakukan
untuk mengetahui tingkan signifikansi peran secara parsial antara variabel independen
terhadap variabel dependen dengan mengasumsikan variabel lain dianggap konstan.
Uji ini membandingkan nilai t hitung dan t tabel dengan menggunakan tingkat
kesalahan sebesar 0.05. Sehingga hipotesisnya ialah sebagai berikut:
 thitung ≤ ttabel atau nilai sig > α, maka H0 diterima
 thitung ≥ ttabel atau nilai sig < α, maka H0 ditolak
31

Apabila H0 diterima, maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen dalam


penelitian tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen,
sedangkan apabila H0 ditolak dapat diartikan bahwa variabel independen memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
Pengujian hipotesis ini bertujuan untuk menguji ada tidaknya pengaruh antara
variabel independen (X) yaitu infrastruktur jalan (X1), jembatan (X2), industry kecil
(X3), terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah (Y). adapun hipotesis penelitian ini
yaitu:
 H0; β = 0 : maka tidak terdapat pengaruh yang signifikan
 H1; β ≠ 0 : maka terdapat pengaruh yang signifikan
2. Uji F (Uji Simultan)
Uji F merupakan suatu pengujian koefisien regresi secara simultan, pengujian ini
dilakukan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh seluruh variabel independent yang
ada dalam model secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Uji ini
membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel, menggunakan tingkat resiko atau
signifikan level 5% atau dengan degree freedom = k (n-k-1) dengan kesimpulan
sebagai berikut:
 Fhitung > Ftabel atau nilai sig < α, maka H0 ditolak
 Fhitung < Ftabel atau nilai sig > α, maka H0 diterima
Apabila terjadi penerimaan H0, maka tidak ada pengaruh yang signifikan model
regresi yang diperoleh sehingga tidak terjadi pula pengaruh yang signifikan dari
variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. Adapun hipotesis dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
 H0; β1 = β2 = β3 = 0 : maka tidak terdapat pengaruh yang signifikan
 H1; β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0 : maka terdapat pengaruh yang signifikan
3. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi ialah ukuran untuk memprediksi dan melihat seberapa besar
kontribusi pengaruh yang diberikan oleh variabel independen (X) secara simultan
(bersama-sama) terhadap variabel dependen (Y). Apabila nilai koefisien korelasi sudah
32

diketahui, maka untuk mendapatkan koefisien determinasi dengan


mengkuadratkannya. Kriteria untuk analisis koefisien determinasi yaitu:
a. Jika Kd mendeteksi nol (0),maka variabel independen memiliki pengaruh
yang lemah terhadap variabel dependen
Jika Kd mendeteksi satu (1), maka variabel independen memiliki pengaruh yang kuat
terhadap variabel depependen
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. (2014). Pembangunan Wilayah. Makassar: Graha Ilmu


Arsyad, L. (2014). Konsep dan Pengukuran Pembangunan Ekonomi.
Asariansyah, M. F., Saleh, C., & Rengu, S. P. (2013). PARTISIPASI
MASYARAKAT DALAM PEMERATAAN PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR JALAN (Studi Kasus Di Kecamatan Lawang Kabupaten
Malang) Muhammad Faisal Asariansyah, Choirul Saleh, Stefanus Pani Rengu,
1(6), 1141–1150.
Asnudin, A. (2009). Pembangunan infrastruktur perdesaan dengan pelibatan
masyarakat setempat.
Bappenas. (1974). PRASARANA (pp. 391–452).
BPS. (2018). Kabupaten Blitar Dalam Angka 2018.
Fahri, L. N. (2014). Pengaruh Pelaksanaan Kebijakan Dana Desa terhadap
Manajemen Keuangan Desa dalam Meningkatkan Efektivitas Program
Pembangunan Desa, 75–88.
Jaya, I. G. nyoman M., & Sunengsih, N. (2009). Kajian analisis regresi dengan data
panel, 51–58.
Junita, N., Juniardi, F., & Azwansyah, H. (2016). ANALISIS AKSESIBILTAS
INFRASTRUKTUR PEDESAAN DI KOTA SINGKAWANG PROVINSI
KALIMANTAN BARAT, 1–12.
Kemendes. (2014). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6
TAHUN 2014 TENTANG DESA. Jakarta: KEMENTERIAN DESA REPUBLIK
INDONESIA.
Kemendes. (2015). Indeks desa membangun.
Kemendes. (2016). PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH
TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2
TAHUN 2016, 1–32.
Kemendes. (2018). MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,
DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA. Jakarta: KEMENTERIAN
DESA REPUBLIK INDONESIA.
Kemenkeu. (2017). Buku Saku Dana Desa.
Keusuma, C. N., & Suriani. (2017). Pengaruh pembangunan infrastruktur dasar
terhadap pertumbuhan ekonomi di indonesia, (May 2015).
Kogoya, T., Olfie, B., & Laoh, E. (2015). PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
JALAN DESA DI, 15(2), 1–14.
Musianto, L. S. (2002). Perbedaan Pendekatan Kuantitatif dengan Pendekatan
Kualitatif dalam Metode Penelitian, 123–136.
Perpres. (2004). Undang-undang RI nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah. Jakarta: DPR RI.
Perpres. (2015). Perpres Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.
Sahoo, P., & Dash, R. K. (2009). Economy Infrastructure development and economic
growth in India, (November 2014), 37–41.

33
https://doi.org/10.1080/13547860903169340
Sapkota, J. B. (2018). Development in Practice Access to infrastructure and human
well-being : evidence from rural Nepal Access to infrastructure and human well-
being : evidence from, 4524. https://doi.org/10.1080/09614524.2018.1424802
Setiawan, N. (2007). PENENTUAN UKURAN SAMPEL MEMAKAI RUMUS
SLOVIN DAN TABEL KREJCIE-MORGAN : Oleh : UNIVERSITAS
PADJADJARAN November 2007, (November).
Sumarja, F. X. (2013). BERSARANAKAN BANGUN GUNA SERAH, (September).

34

Anda mungkin juga menyukai