Oleh :
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan
Rahmat-Nya, proposal tugas akhir ini dapat diselesaikan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
DARTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Tabel 1.1 Proyeksi Jumlah Penduduk Provinsi Bali
Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)
2010 3.890.800
2011 3.957.600
2012 4.007.200
2013 4.056.300
2014 4.104.900
2015 4.125.800
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali (2018)
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa jumlah penduduk provinsi
Bali dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk provinsi Bali setiap tahunnya, maka kebutuhan
akan rumah juga akan mengalami peningkatan karena rumah merupakan kebutuhan
pokok yang dimana setiap orang akan berupaya untuk memilikinya. Sehingga
dengan adanya pembangunan perumahan disamping dapat memenuhi kebutuhan
manusia akan tempat tinggal serta pola hidup masyarakat modern yang ingin serba
praktis dan efisien, pembangunan perumahan juga akan menguntungkan bagi para
developer dari segi bisnis. Perumahan yang di tawarkan developer biasanya terdiri
dari berbagai rumah dengan tipe yang berbeda-beda, yang dapat dijangkau oleh
masyarakat kalangan menengah keatas maupun masyarakat kalangan menengah
kebawah. Dengan penyediaan fasilitas-fasilitas perumahan yang memadai para
developer bisa menjual setiap unit perumahan jauh lebih tinggi dari pendanaan
awal. Dalam menjalankan bisnisnya, developer harus tetap memperhatikan
persyaratan teknis standar nasional indonesia ataupun ketentuan-ketentuan lain
mengenai perumahan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah
serta Pedoman Teknis yang disusun oleh instansi terkait dengan tujuan menciptakan
lingkungan perumahan yang sehat, aman, serasi, terarah serta
berkelanjutan/berkesinambungan. Karena dengan adanya lingkungan yang aman,
serasi, sehat akan menambah nilai jual terhadap rumah.
Bagi para developer, proyek perumahan memerlukan sejumlah besar dana
yang umumnya memerlukan penyandang dana untuk menunjang pendanaan proyek
dari awal perencanaan sampai proyek selesai dikerjakan. Sebelum mencari calon
2
penyandang dana harus dilakukan persiapan yang matang mulai dari memilih calon
penyandang dana, menyusun struktur pendanaan yang optimal, menghitung arus
pengembalian juga termasuk negosiasi dengan calon penyandang dana. Dari pihak
perusahaan pemilik harus mengupayakan agar arus pengembalian atau tingkat
keuntungan minimal tidak mengubah atau menurunkan nilai perusahaan. Dalam hal
itu, bagi penyandang dana, apapun pola yang ditawarkan, satu hal yang diinginkan
adalah bahwa dana yang dipinjamkan dapat kembali sesuai perjanjian.
PT Pesona Dewata merupakan salah satu perusahaan developer yang saat
ini sedang melakukan pengembangan pembangunan perumahan Taman Nuansa
Tjampuhan. Perumahan ini merupakan salah satu perumahan yang dibangun di
Jalan Bay Pass Prof. Ida Bagus Mantra, Pering Blahbatuh, Kabupaten Gianyar.
Perumahan ini dibangun pada lahan seluas 2 Ha yang akan dibangun rumah dengan
tipe 36 sebanyak 160 unit. Perumahan Taman Nuansa Tjampuhan merupakan
jawaban dari sebagian besar masyarakat yang menginginkan sebuah rumah
minimalis dengan lingkungan sekitar yang aman, nyaman dan bersih, selain itu saat
ini jumlah penduduk di kota semakin padat dengan ketersediaan lahan yang mulai
terbatas, menjadikan daerah pinggir kota sebagai salah satu daerah yang banyak
diminati konsumen untuk membangun atau membeli sebuah rumah. Hal tersebut
menjadikan nilai tambah tersendiri bagi perumahan yang ditawarkan PT Pesona
Dewata karena letaknya yang strategis dan tidak jauh dari pusat kota.
Pada umumnya, proyek pembangunan perumahan memerlukan
perencanaan dan perancangan yang matang karena investasi pada proyek
pembangunan perumahan memerlukan biaya yang besar. Disamping itu sebelum
proyek dilaksanakan terlebih dahulu perlu dilakukan studi kelayakan untuk
mengetahui apakah investasi yang dilakukan sekarang akan memiliki manfaat di
masa yang akan datang. Oleh karena itu, PT Pesona Dewata juga perlu menerapkan
perencanaan dan studi kelayakan atas investasi yang ditanamkan pada proyek
perumahan Taman Nuansa Tjampuhan. Dalam hal ini studi kelayakan yang
digunakan pada pembangunan perumahan Taman Nuansa Tjampuhan adalah studi
kelayakan pasar, teknis dan finansial.
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat
dirumuskan adalah :
Bagaimanakah kelayakan investasi dari Proyek Pembangunan Perumahan
Taman Nuansa Tjampuhan apabila ditinjau dari aspek pasar, teknis dan finansial?
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
No.739/KPTS/1992, No.09/KPTS/1992 tentang Pedoman Pembangunan
Perumahan Pemukiman dengan Lingkungan Berimbang, kriteria yang diterapkan
(CIC 1997:76) :
1. Kapling Rumah Mewah, luas tanah 600-2000 m2
2. Kapling Rumah Menengah, luas tanah antara 200-600 m2
3. Kapling Rumah Sederhana, luas tanah antara 54-200 m2
Beberapa aspek perumahan yang perlu diperhatikan antara lain ketersediaan
penerangan, air bersih, fasilitas persampahan, dan kepemilikan kamar mandi
(Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia, 2008). Berdasarkan SNI
03-1733-2004 (2004) tentang tata cara perencanaan lingkungan perumahan di
perkotaan, lokasi lingkungan perumahan harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
1. Lokasi perumahan harus sesuai dengan rencana peruntukan lahan yang diatur
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) setempat atau dokumen
perencanaan lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah setempat,
dengan kriteria sebagai berikut:
a. Kriteria keamanan, dicapai dengan mempertimbangkan bahwa lokasi
tersebut bukan merupakan kawasan lindung (catchment area), olahan
pertanian, hutan produksi, daerah buangan limbah pabrik, daerah bebas
bangunan pada area Bandara, daerah dibawah jaringan listrik tegangan
tinggi.
b. Kriteria kesehatan, dicapai dengan mempertimbangkan bahwa lokasi
tersebut bukan daerah yang mempunyai pencemaran udara di atas ambang
batas, pencemaran air permukaan dan air tanah dalam.
c. Kriteria kenyamanan, dicapai dengan kemudahan pencapaian
(aksesibilitas), kemudahan berkomunikasi (internal/eksternal, langsung
atau tidak langsung), kemudahan berkegiatan (prasarana dan sarana
lingkungan tersedia).
d. Kriteria keindahan/keserasian/keteraturan (kompatibilitas), dicapai dengan
penghijauan, mempertahankan karakteristik topografi dan lingkungan yang
ada, misalnya tidak meratakan bukit, mengurug seluruh rawa atau
danau/setu/sungai/kali.
6
e. Kriteria fleksibilitas, dicapai dengan mempertimbangkan kemungkinan
pertumbuhan fisik/pemekaran lingkungan perumahan dikaitkan dengan
kondisi fisik lingkungan dan keterpaduan prasarana.
f. Kriteria keterjangkauan jarak, dicapai dengan mempertimbangkan jarak
pencapaian ideal kemampuan orang berjalan kaki sebagai pengguna
lingkungan terhadap penempatan sarana dan prasarana-utilitas lingkungan.
g. Kriteria lingkungan berjati diri, dicapai dengan mempertimbangkan
keterkaitan dengan karakter sosial budaya masyarakat setempat, terutama
aspek kontekstual terhadap lingkungan tradisional/lokal setempat.
2. Lokasi perencanaan perumahan harus berada pada lahan yang jelas status
kepemilikannya, dan memenuhi persyaratan administratif, teknis dan
ekologis.
7
dari suatu lokasi, jalan masuk (akses), drainase, aksesibilitas ke tempat vital
seperti pasar, tempat hiburan, sekolah, tempat ibadah, dan sebagainya.
3. Pelaksanaan (Implementation)
Tahap pelaksanaan/implementasi adalah kelanjutan dari ide awal
dan berpatokan pada rancangan yang dibuat. Dalam pelaksanaan,
pengawasan sangat diperlukan untuk mendapatkan mutu pelaksanaan yang
sesuai dan waktu yang tepat. Hal tersebut juga untuk ketepatan dalam
penggunaan biaya.
8
Sebelum memastikan untuk membeli rumah, pembeli juga harus
jeli dalam menilai pihak yang menawarkan yang dalam hal ini adalah
pengembang. Walaupun membeli rumah dari pengembang akan
memberi banyak keuntungan dalam kepemilikan hak status atau bahkan
administrasi, namun ada kalanya terlebih dahulu melihat reputasi dan
kredibilitas dari suatu pengembang karena dalam banyak kasus di
Indonesia keluhan konsumen perumahan lebih banyak tertuju pada
pengembangnya. Mulai dengan pengembang yang nakal, tidak
bertanggung jawab, sampai dengan pengembang yang fiktif adalah
contoh pengembang yang buruk dan sering merugikan konsumen.
4. Struktur Bangunan
Struktur bangunan sering kali luput dari perhatian konsumen.
Sehingga tak sedikit konsumen menyesal karena mendapati bangunan
yang sudah dibelinya sudah retak awal. Karenanya, sebelum membeli
konsumen harus teliti dengan memperhatikan semua elemen bangunan.
5. Kelengkapan Dokumen Rumah
Kelengkapan dokumen seperti surat-surat kepemilikan hak atas
tanah (sertifikat), izin mendirikan bangunan (IMB) dan akta jual beli
(AJB) atas rumah yang akan dibeli juga harus diperhatikan, agar
nantinya tidak terjadi hal-hal yang merugikan bagi pembeli karena
sering terjadi kejadian dimana seseorang berani membeli rumah tanpa
dokumen yang lengkap tetapi dengan harga yang murah. Setelah rumah
dimiliki kemudian terjadi sengketa dan kalah dalam hal hukum karena
tidak memiliki bukti kepemilikan. Dalam hal ini karena ia telah
melakukan kecerobohan (kooper te kwade trow) pada saat membeli
rumah.
6. Kelengkapan Sarana dan Prasarana
Untuk memudahkan mobilitas penghuni adalah ketersediaan
prasarana dan sarana yang baik dan memadai, seperti ruas jalan menuju
kompleks perumahan yang cukup lebar, jalur angkutan umum dan
transportasi lancar, serta tersedianya jaringan listrik, telepon, dan air
bersih.
9
Usahakan aksesibilitas kuat dari dan ke pusat perbelanjaan,
rumah sakit, sekolah, rumah ibadah, sarana olahraga dan lain – lain.
Kelengkapan fasilitas lain yang ditawarkan oleh pengembang sendiri
hendaknya perlu diperhatikan dan dipertimbangkan.
7. Lebar Jalan dan Halaman Cukup
Jika memilih rumah, terutama yang berlokasi jauh dari pusat kota,
sebaiknya lebar jalan dan luas halaman juga diperhatikan. Ditambah
lagi, depan rumah terdapat ruang publik berupa lapangan terbuka, dapat
memberikan kesan luas pada rumah.
8. Keamanan
Keamanan juga tidak kalah pentingnya dalam pertimbangan
membeli sebuah rumah. Rumah harus memberikan rasa aman bagi
pemiliknya. Lingkungan rumah yang masih sepi sering mengalami
masalah seperti ini apalagi jika tidak ada pos keamanan yang
mendukung. Yang dibutuhkan demi perasaan tentram adalah
tercapainya semua unsur – unsur kualitas bangunan dan lingkungan
prima dalam sebuah perumahan.
9. Sistem Drainase dan Saniter
Pembelian perumahan akan lebih baik bila perumahan tersebut
berada pada kawasan bebas banjir. Selain itu, faktor drainase juga perlu
diperhatikan. Adanya sistem drainase yang baik dapat mengantisipasi
kemungkinan terjadinya banjir atau luapan air tidak terduga.
10
Investasi pada prinsipnya adalah penggunaan sumber keuangan atau usaha
dalam waktu tertentu dari setiap orang yang menginginkan keuntungan darinya
(Suratman, 2001). Menurut Supriyono (2001:424) penanaman modal atau investasi
dapat didefinisikan sebagai pemilikan sumber-sumber dalam jangka panjang yang
akan bermanfaat pada beberapa periode akuntansi yang akan datang, sehingga
pemilikan atau komitmen tersebut harus didasarkan pada tujuan perusahaan serta
akibat-akibat ekonomisnya terhadap laba perusahaan dalam jangka panjang.
Kemudian Sutojo (2001:1) mendefinisikan investasi sebagai upaya
menanamkan faktor produksi yang langka pada proyek tertentu (baru atau
perluasan), pada lokasi tertentu, dalam jangka waktu menengah atau panjang.
Penanaman modal yang ditanamkan dalam arti sempit berupa proyek tertentu baik
bersifat fisik ataupun non fisik, seperti proyek pendirian pabrik, jalan, jembatan,
pembangunan gedung dan proyek penelitian, dan pengembangan.
Lebih lanjut Mulyadi (2001:284) mendefinisikan investasi sebagai
pengkaitan sumber-sumber dalam jangka panjang untuk menghasilkan laba di masa
yang akan datang. Dari berbagai definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa investasi
adalah suatu bentuk penanaman uang atau modal pada sesuatu hal baik itu di pasar
modal ataupun pada bisnis, yang kemudian dapat memberikan keuntungan di masa
yang akan datang bagi investor.
Terdapat kriteria-kriteria tertentu dalam penilaian terhadap keadaan dan
prospek suatu investasi. Pertimbangan kriteria-kriteria tersebut biasanya hanya
berdasarkan aspek manfaat investasi bagi perusahaan atau masyarakat luas.
Pertimbangan tersebut disebabkan karena perbedaan sifat/karakter dari tiap-tiap
investasi yang dilaksanakan. Menurut Suad dan Suwarno (2000), faktor-faktor yang
mempengaruhi intensitas tersebut adalah :
1. Besarnya dana yang ditambahkan
2. Tingkat ketidakpastian proyek
3. Kompleksitas elemen-elemen yang mempengaruhi proyek
Semakin besar modal yang tertanam dalam proyek investasi, semakin tidak pasti
taksiran yang dibuat, semakin kompleks faktor-faktor yang mempengaruhinya,
sehingga semakin mendalam studi yang diperlukan. Dengan demikian, studi
11
kelayakan sangat diperlukan untuk segala bentuk investasi yang dilakukan
meskipun intensitasnya berbeda.
12
Yang dimaksud disini adalah apakah proyek akan ditangani sendiri atau
diserahkan kepada pihak lain.
3. Evaluasi terhadap aspek-aspek yang menentukan berhasilnya seluruh
proyek.
Mengidentifikasi faktor-faktor kunci keberhasilan beberapa proyek yang
sama.
4. Sarana yang diperlukan oleh proyek.
Sarana yang dimaksud tidak hanya material, tenaga kerja, dan sebagainya,
tetapi mencakup fasilitas-fasiliatas pendukung seperti transportasi, akses
menuju proyek dan sebagainya.
5. Hasil kegiatan proyek tersebut serta biaya-biaya yang harus ditanggung
untuk memperoleh hasil.
6. Akibat-akibat yang bermanfaat maupun yang tidak dari adanya proyek
tersebut (cost and benefit analysis)
7. Langkah-langkah rencana untuk mendirikan proyek beserta jadwal dari
masing-masing kegiatan tersebut sampai dengan proyek siap berjalan.
13
2.6 Aspek-aspek Studi Kelayakan Proyek
Dalam studi kelayakan terdapat beberapa aspek yang dapat digunakan untuk
mendukung tingkat kelayakan suatu proyek. Kasmir dan Jakfar (2012:14)
memprioritaskan aspek–aspek yang perlu dilakukan dalam studi kelayakan
kedalam lima prioritas yang meliputi, aspek pasar dan pemasaran, aspek keuangan,
aspek teknis dan operasional, aspek manajemen dan organisasi, serta aspek social
dan ekonomi, namun dalam penelitian ini hanya menggunakan tiga aspek dalam
studi kelayakan yaitu, aspek teknis, aspek pasar dan pemasaran, dan aspek
keuangan (finansial).
14
4. Melakukan pemasangan iklan dari produk yang ditawarkan, seakan
barangnya sudah ada (untuk mengetahui respon pembeli dengan cara inden
lebih dulu).
Dalam penilaian aspek pasar beberapa metode yang umum digunakan, yaitu :
1. Metode Trend Linier
2. Metode Trend Kuadratik
3. Metode Trend Simple Exponential
4. Moving Average
5. Exponential Smoothing
Metode moving average dan smoothing (penghalusan) biasanya digunakan
pada kondisi dimana banyak terjadi perubahan keadaan dan pada umumnya
digunakan untuk jangka waktu yang pendek, yaitu kurang dari 5 tahun
(Arsyad,1993). Oleh karena itu dalam tugas akhir ini metode peramalan dalam
aspek pasar yang digunakan hanya dengan menggunakan metode trend linier.
1. Metode Trend Linier
Metode ini digunakan jika scatter diagram dari data masa lalu yang tersedia
cenderung merupakan garis lurus .
Fungsi persamaan dari metode ini adalah (Siagian dan Sugiarto, 2006) :
Y a bX (2.1)
Koefisien a dan b dapat diperoleh dengan :
a Y : n
(2.2)
b XY : X 2
(2.3)
Y=variable permintaan
n = jumlah data
X = variabel tahun
Dengan menggunakan metode trend linier, dapat diprediksi peramalan pasar
ke depan dengan menggunakan data masa lalu, dan biasanya digunakan saat kondisi
pasar mengalami kenaikan atau penurunan yang signifikan. Peramalan pasar yang
dimaksud terdiri dari peramalan permintaan dan penawaran, kemudian hasil akan
dibandingkan untuk mengetahui yang mana lebih besar. Hasil akhir dari analisis
aspek pasar ini adalah apabila permintaan lebih besar dari penawaran maka kondisi
15
pasar dalam kondisi yang baik (layak), dan apabila permintaan lebih kecil dari
penawaran maka kondisi pasar dalam kondisi buruk (tidak layak). Hasil dari
analisis aspek pasar nantinya berfungsi sebagai bahan pertimbangan apakah proyek
dapat dilanjutkan atau tidak.
16
Dalam identifikasi ini, pertimbangan mengenai dekat jauhnya daerah
pemasaran, ketersediaan bahan baku, dan tenaga kerja sangat
diperlukan.
b. Lokasi (Site)
Pemilihan lokasi harus memenuhi persyaratan yang ingin dicapai.
c. Faktor Penunjang
Faktor-faktor penunjang yang perlu diperhatikan seperti, infrastruktur,
fasilitas pelayanan umum, dan manfaat yang akan diperoleh di masa
depan.
d. Lain-lain
Yang termasuk dalam hal ini seperti sikap masyarakat terhadap proyek
atau investasi, masalah lingkungan hidup dan peraturan-peraturan yang
mendukung (pajak, perburuhan, bea masuk dan lain-lain).
Sedangkan menurut Suratman (2001), dalam penentuan lokasi proyek yang
strategis ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan antara lain :
Ketersediaan bahan baku utama dan pembantu.
Strategi kebijakan pemerintah.
Ketersediaan sarana transportasi.
Ketersediaan tenaga kerja langsung.
Kedekatan dengan letak pasar yang dituju.
Kemungkinan pengembangan di masa yang akan datang.
Ketersediaan saran telekomunikasi, air dan tenaga listrik.
17
merupakan perhitungan perkiraan yang diproyeksikan selama umur proyek. Angka-
angka proyeksi diperoleh melalui penurunan (derivasi) dari berbagai data, model
dan asumsi yang dilihat dari berbagai aspek proyek.
Perkiraan biaya pada proyek investasi, secara umum dipengaruhi oleh
beberapa hal seperti lokasi pembangunan proyek, tipe bangunan, teknologi yang
digunakan, dan faktor pendukung lainnya. Faktor pendukung lainnya merupakan
hal-hal pendukung yang digunakan dalam sebuah proyek sampai proyek siap
dioperasikan, seperti biaya untuk riset pendahuluan, biaya aktiva tetap tidak
berwujud, biaya pra-operasi, jumlah modal kerja yang dibutuhkan dan lain-lain.
Hasil perhitungan kriteria investasi merupakan indikator dari modal yang
diinvestasikan, yaitu perbandingan antara total benefit yang diterima dengan total
biaya yang dikeluarkan dalam present value selama umur ekonomis proyek.
Apabila hasil perhitungan telah menunjukkan feasible (layak), pelaksanaannya
akan jarang mengalami kegagalan. Kegagalan hanya terjadi karena faktor-faktor
uncontrollable seperti banjir, gempa bumi, perubahan peraturan pemerintah,
disamping data yang digunakan tidak relevan (Ibrahim,2009).
18
perhitungan bertepatan dengan saat evaluasi dilakukan atau pada periode tahun ke
nol (0) dalam perhitungan cash flow investasi. Metode Net Present Value pada
dasarnya memindahkan cash flow yang menyebar sepanjang umur investasi (t=0)
atau kondisi present (Giatman, 2011).
Suatu cash flow investasi, tidak selalu dapat diperoleh secara lengkap, yaitu
terdiri atas cash-in dan cash-out, tetapi mungkin juga hanya dapat dihitung
langsung aspek benefitnya saja atau biayanya saja. Sebagai contoh, apabila kita
melakukan investasi dalam rangka memperbaiki salah satu komponen dari sejumlah
alat-alat fasilitas produksi, dalam kasus tersebut yang dapat dihitung hanya
biayanya saja, aspek benefitnya tidak bisa dihitung karena masih dalam rangkaian
satu sistem tunggal. Jika demikian, maka dalam cash flow hanya terdapat cash-out
atau cash-in. Cash flow yang hanya memperhitungkan benefit saja maka disebut
dengan Present Worth of Benefit (PWB), sedangkan jika hanya memperhitungkan
cash-out (cost) maka disebut dengan Present Worth of Cost (PWC). Sedangkan
NPV diperoleh dari perhitungan PWB-PWC. Oleh karena itu, untuk memperoleh
nilai dari PWB,PWC, dan NPV dipakai formula umum seperti berikut :
n
PWB Cbt ( FBP ) t
t 0
n
PWC Cct ( FBP ) t
t 0
19
NPV < 0 artinya investasi tidak menguntungkan/layak (unfeasible)
Jika rencana investasi tersebut dinyatakan layak, maka direkomendasikan
untuk dilaksanakan investasi itu, namun jika ternyata tidak layak, maka rencana
tersebut tidak direkomendasikan untuk dilanjutkan. Namun, layak atau tidaknya
suatu rencana investasi belumlah keputusan akhir dari suatu program investasi,
seringkali pertimbangan tertentu ikut pula mempengaruhi keputusan yang akan
diambil.
20
2.7.3 Minimum Attractive Rate Of Return (MARR)
MARR adalah tingkat suku bunga pengembalian minimum yang diinginkan
dalam sebuah investasi. Tingkat suku bunga tersebut yang nantinya akan dijadikan
dasar penentuan keputusan dalam manajemen yang berhubungan dengan pemilihan
alternatif-alternatif biaya (cost alternatives), manfaat (benefit alternatives) atau
kelayakan suatu investasi (feasibility study). Dalam penentuan nilai MARR harus
mempertimbangkan beberapa hal, yaitu (Hutagi, 2012) :
Cost of Capital (Biaya Modal)
Cost of Opportunity Loss (Biaya Hilangnya Kesempatan)
Risk Investment
Jenis Organisasi dan Usaha
PWB
Cb FBP
t 0
t t
Jika analisis terhadap present : BCR atau n
Cc FBP
PWC
t t
t 0
EUAB
Cb FBA
t 0
t t
Jika analisis terhadap annual : BCR atau n
Cc FBA
EUAC
t t
t 0
Dimana :
EUAB = Equivalent Uniform Annual of Benefit
EUAC = Equivalent Uniform Annual of Cost
PWB = Present Worth of Benefit
21
PWC = Present Worth of Cost
FBP = Faktor bunga present
FBA = Faktor bunga annual
Cb = cash flow benefit
Cc = cash flow cost
Kriteria keputusan dalam menentukan kelayakan dari metode benefit cost ratio ini
adalah:
BCR ≥ 1 artinya investasi layak (feasible)
BCR < 1 artinya investasi tidak layak (unfeasible)
Dimana :
k = periode pengembalian
CFt = cash flow period ke t
Apabila nilai cash flow benefit dan cost-nya bersifat annual, maka
persamaannya menjadi:
Investasi
k PBP periodewaktu
Annual Benefit (2.12)
Kriteria penilaian dalam menentukan kelayakan dari metode payback period ini
adalah:
k ≤ n artinya layak (feasible)
k > n artinya tidak layak (unfeasible)
k = jumlah periode pengembalian
n = umur investasi
22
2.7.6 Analisis Sensitivitas
Apabila akan merencanakan suatu proyek, semua biaya akan dikeluarkan
dan benefit yang diperoleh tiap tahun semuanya diperhatikan berdasarkan data yang
diperoleh dari proyek yang sudah ada atau dari teori yang berhubungan dengan
proyek yang direncanakan.
Dengan demikian mungkin saja terjadi kekeliruan atau ketidaktepatan
perkiraan biaya dan benefit yang telah disusun, untuk itu perlu adanya analisa
sensitivitas. Dengan mengambil perkiraan bahwa bagaimana sebenarnya jika hal-
hal sebagai berikut:
a. Jika biaya (cost) bertambah 10% dan pendapatan (benefit) tetap
b. Jika biaya (cost) tetap dan pendapatan (benefit) berkurang 10%
c. Jika biaya (cost) bertambah 10% dan pendapatan (benefit) berkurang
10%
Analisa ini akan memberikan gambaran sejauh mana suatu keputusan akan
cukup kuat berhadapan dengan perubahan faktor-faktor atau parameter-parameter
yang mempengaruhinya (Pujawan,1995).
23
Dengan demikian, uang saat ini Rp 1.000.000,00 adalah sama dengan uang
Rp 1.200.000,00 pada waktu satu tahun mendatang (dengan perhitungan rate
sebesar 20% per tahun).
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat dibuat rumus untuk menghitung
present value dan future value. Bila saat ini uang sejumlah P (present value)
diinvestasikan dengan rate (bunga) i % per tahun, untuk selama beberapa tahun,
maka bila bunganya tidak diambil, uang tersebut akan memperoleh bunga
berbunga, dan uang tersebut pada beberapa tahun mendatang nilainya (future value)
dapat dihitung sebagai berikut:
Akhir tahun ke-n
Fn = P ( 1 + i )n
Dimana :
Fn = Future value pada tahun ke-n
i = Bunga/rate per tahun
P = Present value
Dengan demikian ( 1 + i )n adalah faktor pengali, yang disebut compounded
factor, yaitu faktor yang dipergunakan untuk menghitung future value ( F ) dan
present value ( P ). Sebaliknya, dari rumus diatas dapat diperoleh hubungan sebagai
berikut : Dalam hal ini ( 1 + i )n adalah faktor pembagi yang disebut discounted
factor, yaitu faktor yang digunakan untuk menghitung present value ( P ) dari future
value.
Pada rumus diatas, bunga (rate of return) dianggap sama atau tetap tiap
tahunnya. Namun pada kenyataan yang ada, bunga tidaklah sama atau tetap tiap
tahunnya, tetapi berubah – ubah sesuai keadaan ekonomi pada saat bersangkutan.
Untuk suatu negara yang ekonominya stabil, perubahan rate relatif kecil,
tetapi untuk negara yang ekonominya tidak stabil, perubahan ratenya sangat
tidakmenentu.Bila rate untuk rate tiap tahunnya tidak sama, maka penentuan
compounded factor dan discounted factor tidak dapat menggunakan rumus di atas,
tetapi harus dihitung sesuai rate tiap tahunnya. Untuk rate yang tidak tetap, seperti
misal i, untuk tahun ke-1, i2 untuk rate tahun ke-2 dan seterusnya in untuk rate tahun
ke-n, maka cara menghitung faktor adalah sebagai berikut :
Untuk compounded factor :
24
Untuk tahun ke-1 : ( 1 + i1 )
Untuk tahun ke-2 : ( 1 + i1 ) ( 1 + i2 )
Untuk tahun ke-n : ( 1 + i1 ) ( 1 + i2 ) .......................... ( 1 + in )
Sedang untuk discounted factor :
Untuk tahun ke-1 : 1 / ( 1 + i1 )
Untuk tahun ke-2 : 1 / ( 1 + i1 ) ( 1 + i2 )
Untuk tahun ke-n : 1 / ( 1 + i1 ) ( 1 + i2 ) .......................... 1 / ( 1 + in )
Penerapan konsep time value of money pada cost estimate, dilakukan dalam
dua kasus, yaitu sebagai berikut :
Yang pertama, untuk perhitungan estimasi biaya pada tahap perencanaan.
Pada tahap ini gambar belum tersedia. Oleh karena itu, untuk menghitung
estimasi biaya didasarkan atas data nilai proyek sejenis dari beberapa tahun
yang lalu, kalau dimungkinkan di tempat yang sama, untuk keperluan
keakuratan. Namun demikian bila data setempat tidak ada, dapat
menggunakan data di tempat lain dengan memberikan faktor daerah
bersangkutan.
Yang kedua, untuk perhitungan estimasi biaya proyek dengan cara
pembayaran lebih dari satu tahun, atau setelah proyek selesai ( Turn Key
Project ).
25
BAB III
METODE PENELITIAN
Mulai
Identifikasi Masalah
Pengumpulan Data
26
3.2 Identifikasi Masalah
Masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah mengenai
kelayakan investasi dari Proyek Pembangunan Perumahan Taman Nuansa
Tjampuhan di Blahbatuh Gianyar apabila ditinjau dari tiga aspek yaitu aspek teknis,
aspek pasar dan aspek finansial. Oleh karena itu identifikasi dari permasalahan
dalam perumahan perlu dilakukan.
27
3.5.1 Data Aspek Teknis
Analisis aspek teknis dilakukan dengan mengumpulkan data-data dan
informasi. Setelah seluruh data terkumpul selanjutnya dilakukan analisis data.
Untuk menganalisis aspek teknis diperlukan data-data antara lain:
1. Lokasi proyek pembangunan Perumahan Taman Nuansa Tjampuhan
2. Luas lahan
3. Luas banguna rumah per type
4. Pengadaan sarana air dan listrik
5. Pengadaan fasilitas umum seperti taman, pengaspalan jalan lingkungan, dan
pengadaan saluran/got
Penilaian aspek teknis ini menggunakan Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Provinsi Bali Tahun 2009 – 2029. Analisis aspek teknis dilakukan sebagai
masukan dalam menghitung biaya investasi yang selanjutnya digunakan sebagai
data dalam analisa aspek finansial.
28
Biaya Perijinan dan Biaya Tak Terduga
Biaya perijinan yaitu biaya-biaya yang diperlukan seperti biaya
membuat sertifikat, dan biaya ijin mendirikan bangunan. Sedangkan
biaya tak terduga seperti biaya sumbangan kepada lingkungan sekitar
atau biaya donasi yang tak terduga.
2. Komponen Penjualan Perumahan
Setelah diperoleh nilai total biaya (cost) dari hasil analisa biaya,
selanjutnya dilakukan analisis komponen penjualan. Komponen penjualan
rumah berupa hasil penjualan rumah dan penyerahan fasilitas umum,
sehingga dari data tersebut diperoleh nilai total penjualan (benefit). Analisis
finansial ini berpatokan dari total biaya dan manfaat.
29
IRR > tingkat pengembalian (i) yang diinginkan, proyek diterima.
IRR < tingkat pengembalian (i) yang diinginkan, proyek ditolak.
3. Benefi Cost Ratio (BCR)
Indikasi dari hasil Benefit Cost Ratio (BCR) adalah :
BCR > 1 usulan proyek diterima.
BCR < 1 usulan proyek ditolak.
BCR = 1 netral.
4. Payback Period (PBP)
Indikasi dari hasil Payback Period (PBP) adalah bahwa semakin kecil
hasilnya makin baik sampai batas pengembalian yaitu umur ekonomis
proyek Pembangunan Perumahan Taman Nuansa Tjampuhan.
5. Analisis Sensitivitas
Analisis Sensitivitas dapat ditinjau atas dua hal, sebagai berikut :
a. Sensitivitas terhadap dirinya sendiri, yaitu sensitivitas pada kondisi
break even point (titik pulang pokok).
b. Sensitivitas terhadap alternatif lain, biasanya ditemukan jika terdapat n
alternatif yang harus dipilih salah satunya untuk dilaksanakan.
30
DAFTAR PUSTAKA
31