Dibuat :
RINA PUSPITASARI
NIM. H1A105054
Pembimbing :
Co Pembimbing :
RINGKASAN
Kecenderungan perubahan dinamika di tahun 2000-an menunjukkan
sektor industri teknik sipil lebih dominan. Akibatnya, pembangunan infrastruktur
merupakan salah satu hal yang paling penting pada tahun-tahun mendatang,
seperti konstruksi gedung bertingkat banyak. Tujuan dari tugas akhir ini adalah
mampu merancang struktur gedung bertingkat berupa gedung ruang kelas diklat
dan ruang diskisi badan pendidikan dan pelatihan daerah provinsi Kalimantan
Selatan.
Bangunan ini berupa struktur baja pada lantai 1 dan struktur beton
bertulang pada lantai 2, 3 dan 4. Perancangan meliputi struktur bangunan atas dan
struktur bangunan bawah. Struktur bangunan atas meliputi preliminary design,
pembebanan, analisis struktur, desain pelat, desain balok, desain kolom dan desain
baja-beton komposit. Dalam menganalisa portal bangunan dilakukan dengan
metode portal ekivalen dan untuk mendapatkan gaya-gaya dalam digunakan
program StaadPro. Struktur bangunan bawah meliputi desain pondasi. Dalam
perhitungan kapasitas daya dukung pondasi menggunakan analisis Meyerhof.
Penurunan pada tanah yang terjadi akibat berat bangunan juga dihitung yaitu
penurunan seketika. Peraturan yang digunakan berdasarkan SNI 03-2847-2002,
SNI-03-1729-2002 dan Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan
Gedung 1987.
Hasil perhitungan dan analisis, diperoleh untuk struktur bangunan atas
lantai 1 dimensi balok induk INP-34, balok anak INP-28, dan kolom WF
300x300. Untuk lantai 2 dan 3 dimensi balok lantai 30/50, balok anak 25/50 dan
kolom 40/40. Untuk lantai 4 dimensi balok induk 20/30, balok anak 15/25 dan
kolom 40/40. Untuk tebal pelat lantai 12 cm dan pelat dak 10 cm. Untuk struktur
bangunan bawah, pondasi telapak dengan ukuuran 1,9 m x 1,9 m, penurunan
seketika sebesar 11,479 cm. Untuk penulangan pada plat pondasi dipakai ukuran
919 mm dengan tebal plat pondasi 0,5 m.
2. 1 Data Tanah
Data tanah yang tersedia merupakan data hasil uji sondir di kota
Banjarbaru. (Terlampir)
Pada suatu bangunan struktur gedung bertingkat terdapat dua bagian yaitu
struktur atas dan struktur bawah, struktur atas seperti plat lantai, balok, kolom,
dinding, pintu dan jendela, langit-langit serta rangka kuda-kuda. Sedangkan
struktur bagian bawah yaitu semua yang berhubungan dengan pondasi.
b. Kolom
Rumus Empiris : Ix = (20 s/d 30).L4
Dimana : Lebar Jalur Ix
4m 20
8m 30
f
l n 0,8 y
1500
h ≥
36 5 β α m 0 , 2
Panjang bentang menerus Eb . Ib
β= α = Rata-rata
keliling panel Es . Is
- Untuk αm > 2,0 ……..…... tp min = 9 cm
f
l n 0,8 y
1500
h ≥
36 9 β
c1
Lebar Jalur
c2 Balok
Gambar 3.1 Jalur Pembebanan Portal Ekivalen Untuk Portal Tengah
c1
Lebar Jalur
c2
yt 1 tp
yb 2 hw = h - tp
bw
Gambar 3.3 Penampang Balok T Portal Ekivalen
1 tp
yt
h
yb 2
bw b = Lp - bw
be
be
y1 y2 y2
x1 1 2 x2 2 y2
3 y3 1 y1
x1
x3
disebut Kt’.
1 Ip 1
………………………………………………………..….… (3.15)
K t ' I b p K t
dimana :
Ip = Momen Inersia plat selebar jalur
1
Ip L p tp 3 …….....……………………………………………….….… (3.16)
12
Ib+p = Momen Inersia balok ekivalen yaitu balok pemikul beserta platnya.
Sehingga rumus Kke berubah menjadi :
1 1 1
…………………………….………………………..… (3.17)
K ke K k K t,
Momen Design
- momen tumpuan: Md = Mt – 1/3. Q.a …….……………………..……. (3.18)
- momen lapangan: Md = Ml - 1/6. Q.a …………………...…………… (3.19)
Momen teoritis
Momen sebenarnya
Pergeseran = (1/6).Q.a
Mt Md
Gambar 3.6 Momen Desain Tumpuan
Dari analisa struktur akan diperoleh momen pada as kolom, maka hasil
momen tersebut harus diubah menjadi momen design pada tepi kolom, momen
tersebut bekerja pada seluruh lebar jalur pembebanan yang nantinya akan dibagi-
bagi menjadi jalur kolom dan jalur tengah dengan perbandingan tertentu. Dalam
penulisan skripsi ini untuk perhitungan gaya-gaya dalam akan didapat dari
program StaadPro.
Momen Balok
Pemikul
Momen Jalur
Kolom
Momen Plat
Pada Jalur Kolom
Momen
Design
Momen Plat Pada
Jalur Tengah Kiri
Momen Jalur
Tengah
Gambar 3.7 Skema Pembagian Momen Ke Jalur-Jalur Portal Ekivalen
Dimana :
l1 = Panjang bentang dalam arah momen yang dihitung, yang diukur dari pusat
ke pusat tumpuan.
l2 = Panjang bentang dalam arah tranversal terhadap l1, yang diukur dari pusat ke
pusat tumpuan atau sama dengan lebar jalur pembebanan.
l2
Jika 1 1,0 maka Mbalok = 85% x Mjalur kolom
l1
Mplat jalur kolom = 15 % × Mjalur kolom
l2
Untuk nilai 0 1 1,0 maka momen yang harus dipikul oleh balok didapat
l1
dari interpolasi linier antara 85% dan 0%.
Jika bj 1500 – 2000 kgf/m3 maka dikalikan faktor sebesar (1,65-0,005 bj beton).
Komponen
3. Menentukan Pembebanan
4. Menentukan Momen dan penulangan
Menghitung nilai d, untuk arah x berlaku :
dx = h – s – ½ Ø ……………..…………………………………….….… (3.20)
untuk arah y berlaku :
dy = h – s – ½ Ø ……………………..…………………………….….… (3.21)
5. Menentukan tumpuan plat, lalu menghitung momen dengan menggunakan
tabel 2.4 dan 2.5.
6. Hitung nilai koefisien tahanan k
Mu
k ………………………………………….……………….….… (3.22)
bd 2
7. Menghitung nilai ratio tulangan ρ :
( fy ) 2
fy 0,59 k …………….…………………………….….… (3.23)
fc
cek nilai ρ :
0,85 fc' 1 600
b ………………………. …………….….… (3.24)
fy (600 fy )
maks 0,75 b ………………….………………………………….….… (3.25)
1.4
min ………………………………………………………….….… (3.26)
fy
tentukan letak nilai ρ terhadap nilai ρmin dan nilai ρmaks :
o bila nilai ρ < ρmin, maka ρ harus dikali faktor 1,33 apabila masih < ρmin
maka gunakan nilai ρmin
o bila ρmin < ρ < ρmax gunakan nilai ρ
8. Menentukan luas tulangan (As) yang diperlukan :
As b d ………………………….…………………………….….… (3.27)
9. Memilih diameter tulangan ( ) yang akan digunakan dengan penampang
dihitung dengan persamaan:
1
As tulangan 2 ……………………….………………………..….… (3.28)
4
10. Menghitung jarak antar tulangan x :
1000 As
……….…………………………………………..….… (3.29)
x Astulangan
tulangan tarik satu lapis d = h - ds s 1 t .....………….…... (3.31)
2
4. Menentukan lebar flens efektif be menggunakan ketentuan SK SNI 03 –
2847 – 2002 Pasal 10.10.2
be ≤ 16hf + bw
be ≤ ln + bw
be ≤ 1 L
4
5. Menghitung momen tahan Mf,
6. Mf = 0,85 f c' . h f be bw . d 1 h f ......……………………...….... (3.32)
2
digunakan faktor reduksi = 0,8
7. Apabila Mf ≤ Mn balok akan berperilaku sebagai balok T persegi dengan
lebar be, dan apabila Mf < Mn balok berperilaku sebagai balok T murni.
Apabila dihitung sebagai balok T persegi langkah selanjutnya adalah
sebagai berikut:
8. Menghitung kmaks,
600
9. kmaks = 0,75kb = 0,75 β 1 ………………………..…..… (3.33)
600 f
y
10. Menghitung kapasitas momen nominal maksimum Mn1 yang dapat
ditahan oleh tulangan tunggal.
11. Mn1 = 0,85. f c' . b . d 2 . k maks . 1 1 k maks ……..…………………..… (3.34)
2
12. Menghitung tulangan luas tulangan tunggal As1,
M n1
13. As1 = …..……………………………….….… (3.35)
k
f y . d .1 maks
2
17. d’ = ds + s 1 t ………………………...…………….….….…
2
(3.37)
18. Menghitung luas tulangan tekan As2,
M n1
19. As2 = …..……………………….……………...………. (3.38)
f y .d d'
As' Ast
maka tulangan tekan leleh. ρ' dan ρ
b.d b.d
28. Membuat sketsa penulangan balok
Apabila dihitung sebagai balok T murni langkah selanjutnya adalah sebagai
berikut:
1. Menghitung momen pada web,
Mw = M n M f …………………………………………………… (3.42)
2. Menentukan nilai k yang diperlukan,
2 Mw
3. k 1 1 ..............……............…………….….… (3.43)
0,85. f c' . bw . d 2
START
DATA PERENCANAAN:
KEKUATAN TEKAN BETON (fc’)
TEGANGAN LELEH BAJA ( fy)
FAKTOR REDUKSI KEKUATAN
SELIMUT BETON (ds)
TULANGAN SENGKANG (s)
TULANGAN UTAMA (t)
LEBAR BALOK (b)
TINGGI BALOK (h)
TEBAL PLAT (hf)
PANJANG BENTANG (L)
MOMEN DESAIN TUMPUAN (Mdtump)
MOMEN DESAIN LAPANGAN (Mdlap)
YES
B
TULANGAN
TUNGGAL
END
M n2
As'
(d - d' ). f y
As 2 As'
HITUNG LUAS TOTAL TULANGAN TARIK:
M n1
As 1
K maks
f y . d . 1 -
2
As t As1 As 2
As'
'
b.d
As
b.d
NO
TULANGAN TEKAN
BELUM LELEH
JIKA:
YES
TULANGAN TEKAN LELEH
END
2
'.cu. Es- . fy '.cu. Es- . fy '.cu. Es. 1. d'/d
k -
1,7. fc' 1,7. fc' 0,85. fc'
d'
k - 1 .
s ' cu . d
k
fs'
maks 0,75 . b '
fy
fs' s' . Es
E
2
4. Bila Vu ≤ Vc fc ' bw d , tulangan geser harus diberikan.
3
Av fy d
Dimana: S = untuk sengkang vertical
Vs
Av fy d
S = sin cos untuk sengkang miring
Vs
Vs Vu Vc
1
Vs fc ' bw d S < d/2 S < 0,75 h atau S < 600
3
1
Vs fc ' bw d S < d/4 S < 0,375 h atau S < 300
3
2
6. Bila Vu Vc fc ' bw d , maka dimensi penampang balok
3
harus diperbesar.
Zonasi Penulangan Geser
Karena keruntuhan geser pada balok tanpa tulangan geser biasanya bersifat tiba-tiba dan getas, maka SNI 1991 mensyaratkan
adanya tulangan geser minimum pada balok yang dikenai gaya geser Vu yang besarnya melebihi 0,5 Vc dan memerlukan tulangan
geser jika Vu ≥ Vc
Tabel 3.2 Zona penulangan geser
Zona V Luas penampang terlalu kecil
2
Vu Vc fc ' bw d Av fy d Av fy sin cos d
3 Zona IV Jarak tulangan sengkang lebih S atau S
Vs Vs
rapat
S ≤ 0,25d atau S ≤ 300 mm
1 Av fy d Av fy sin cos d
Vu Vc fc ' bw d S atau S
3 Zona III Jarak tulangan sengkang Vs Vs
S ≤ 0,50d atau S ≤ 600 mm
Vu Vc
3 Av fy
Zona II S
Tulangan sengkang minimum bw
S ≤ 0,50d atau S ≤ 600 mm
Vu 0,5 Vc
Zona I Tidak perlu tulangan sengkang
Dimana:
Vs Vu Vc
START
DATA PERENCANAAN:
• GAYA GESER TUMPUAN KIRI (Vi)
• GAYA GESER TUMPUAN KANAN(Vj)
• LEBAR KOLOM (a)
• PANJANG BENTANG BALOK (L)
• TINGGI BALOK (h)
• TINGGI BALOK EFEKTIF (d)
• KUAT TEKAN BETON (fc’)
• TEGANGAN LELEH BAJA (fy)
• FAKTOR REDUKSI KEKUATAN
• LEBAR BALOK (bw)
• TINGGI BALOK ( h)
• PANJANG BENTANG (L)
• LEBAR KOLOM (a)
• PANJANG BENTANG BERSIH (½ Ln)
• LUAS PENAMPANG BALOK Ag = h x bw
• GAYA GESER PADA AS KOLOM (Ru)
• GAYA GESER PADA JARAK D DARI MUKA
TUMPUAN
• GAYA NORMAL PADA BALOK
TEKAN
TARIK JENIS GAYA
GAYA
A
A
Vc 0,6 . Vc
1 / 2 Vc
Vs Vn - Vc
TENTUKAN
ZONASI PENULANGAN GESER
x1 = Ru' Vc x (½ Ln)
Ru'
x2 = Ru' ½ Vc x (½ Ln)
Ru'
DAERAH PERLU TULANGAN SENGKANG : X1
DAERAH TULANGAN SENGKANG MINIMUM : X2-X1
DAERAH TIDAK PERLU TULANGAN SENGKANG : 0,5 Ln-X2
END
As
.......................................................................................(3.60)
bd
fy
m ................................................................................(3.61)
0,85 fc'
Jika nilai Pn kurang dari Pu perbesar dimensi kolom atau perbesar
luas tulangan.
Jika nilai Pn kurang dari 0,1fc’Ag, faktor reduksi dapat ditingkatkan
secara linier sampai 0,8.
0,80
untuk sengkang = ..................................................(3.62)
1,5 Pn
1 '
f c Ag
0,80
untuk spiral = ........................................................(3.63)
1,0 Pn
1 '
f c Ag
cek tegangan pada tulangan tekan,
Pn
a ..................................................................................(3.64)
0,85 f c' b
a
c ...........................................................................................(3.65)
β1
c d'
f s' 600 .............................................................................(3.66)
c
9. Menentukan diameter dan jumlah tulangan sengkang yang dipakai.
Spasi tulangan sengkang diambil nilai terkecil dari:
- 16 kali diameter tulangan pokok
- 48 kali tulangan sengkang
- dimensi terkecil dari kolom
b. Keruntuhan Balanced
Pn = Pnb ..........................................................................................(3.67)
Jika nilai Pn kurang dari Pu perbesar dimensi kolom atau perbesar lua
tulangan.
c. Keruntuhan Tekan
As' f y bhf c'
Pn ..................................................(3.68)
e 3 he
0,50 1,18
d d' d2
Jika nilai Pn kurang dari Pu perbesar dimensi kolom atau perbesar
luas tulangan.
START
DATA PERENCANAAN :
• KUAT TEKAN BETON (fc’)
• BERAT VOLUME BETON ( γ )
• TEGANGAN LELEH BAJA (fy)
• RASIO TULANGAN ( ρ)
• FAKTOR REDUKSI KEKUATAN ( )
• TEBAL SELIMUT BETON (ds) C
• DIAMETER TULANGAN SENGKANG ( Øs)
• PANJANG KOLOM (h)
• MOMEN KOLOM (Mu)
• GAYA AKSIAL NOMINAL (Pu)
HITUNG:
Pu
Pn =
Mu
Mn =
Menghitung d’ dan d
d’ = ds – Øs – ½ D
d = h – d’
A
Perkiraan luas tulangan
sebesar ρ = 1-8 %
ρ = ρ ’= As
b .h
As = ρ . b. H
n = 800
1 / 4 . . 16 2
YES NO
JENIS KERUNTUHAN JIKA:
e < eb
TARIK TEKAN
As b.h.fc' As'.fy
Pn = 3h.e e
b.h
2 1,18 0,5
fy d d d'
m
0,85 .fc' h 2e d'
2
h 2e
2 .m. α 1 Pr = φ.Pn
Pn = 0,85 . fc’ . b .d . 2d 2d d
Pr = φ .Pn
B
C
B
Jika nilai
Pn > 0,10 . Ag . fc’
END
Ycu
Ycl = Ysu
PNA Komposit
ds
h PNA Baja
Ycl
a. Cek Tegangan
1. Terhadap tegangan lentur baja (komposit)
1. < 75
2. > 1,25.(bf/tf)
C1 =
C2 =
GA = …………..……………………….……………...….…… (3.78)
GB = 1 (Jepit)
Diperoleh, k dari table monogram (monogram dilampirkan)
1. Lk = L.K
2. τx = ………………………………………………………….. (3.79)
4. τs = ……………………………...………….…………………. (3.81)
jika
0,183 < τs < 1,0 maka
w=
6. β = 0,6 + 0,4.
7. σ = + ……………………..………….……..………… (3.83)
σ < σ’
2. τy = ……………………..…………....….…………………… (3.84)
4. τs = …..………….…….……………………………………... (3.86)
6. Wz = ……………………………………………...…..…. (3.93)
N= )……………………………………………………….………. (3.98)
s
Gambar 3.12 Penahan geser pada penampang baja komposit
keterangan:
L = panjang bentang balok baja komposit
s = jarak antar penahan geser
b = lebar profil baja
1. Analisis Meyerhof
Analisis kapasitas dukung Meyerhof (1955) mempunyai nilai faktor-faktor
kapsitas dukung Meyerhof lebih rendah daripada yang disarankan Terzaghi.
Namun, karena Meyerhof mempertimbangkan faktor pengaruh kedalaman
pondasi, kapasitas daya dukungnya menjadi lebih besar.
Meyerhof (1963) menyarankan persaman kapasitas dukung dengan
mempertimbangkan bentuk pondasi, kemiringan beban dan kuat geser tanah di
atas pondasinya, sebagai berikut:
qu = c. Nc [Fcs . Fcd . Fci] + q . Nq [Fqs . Fqd . Fqi] + 0,5[Fs . Fd . Fi]
Dengan:
qu = kapasitas dukung ultimit (kN/m2)
c = kohesi tanah (kN/m2)
Df = kedalaman pondasi (m)
γ = berat volume tanah (kN/m3)
q = . Df = tekanan overburden pada dasar pondasi (kN/m2)
B = lebar pondasi efektif (m)
Nc, Nq, Nγ = faktor kapasitas dukung
Fcs, Fqs, Fγs = faktor bentuk pondasi
Fcd, Fqd, Fγd = faktor kedalaman pondasi
Fci, Fqi, Fγi = faktor kemiringan pondasi
Faktor-faktor kapasitas dukung yang diusulkan oleh Meyerhof (1963), adalah:
Nc = (Nq -1) ctg
Nq = tg2 (450 + /2) e(π tg )
Nγ = (Nq -1) tg (1,4 )
cu1 = ………………………………………………………….……(3.97)
cu =
Df
Gambar 4.12 gaya yang bekerja pada pondasi
qizin = ……………………………………………………………..….(3.102)
bo = 2 . (hc + d) + 2 . (bc + d)
1 s .d
Vc = 2 fc' bo .d
12 bo
αs = 40 untuk kolom interior
αs = 30 untuk kolom eksterior/tepi
αs = 20 untuk kolom sudut
c. Persamaan 3
Vc = 0,33 . fc' bo d
kolom
d/2 d/2
(c+d)
penampang kritis
(c+d)
B
(c+d)
1 2mn m 2 n 2 1 m 2 n 2 2 2
1 2 mn m n 1
2
I= 2 2 2 2
. 2 2
tan
4 m n m .n 1 m n 1 m 2 n 2 m 2 .n 2 1
Apabila I (faktor pengaruh) yang dihasilkan adalah negatif (-), maka menurut
Newmark (..), rumus mencari nilai I diatas dapat ditambah dengan nilai ().
2. Penurunan Konsolidasi.
Penurunan yang tergantung waktu dan berlangsung dalam beberapa bulan
sampai bertahun-tahun.
Persamaan yang digunakan adalah:
∆ z = I.q
a b
Harga I diperoleh dari monogram hubungan , dan I
z z
Penurunan konsolidasi adalah perpindahan vertikal permukaan tanah sehubungan
dengan perubahan volume pada suatu tingkat dalam proses konsolidasi.
Rumus penurunan konsolidasi adalah:
Cc P P
∆H = H log 0
1 e0 P0
Dimana:
ΔH = penurunan konsolidasi
Cc = indeks kompresi
e0 = angka pori
H = kedalaman
P0 = tegangan akibat beban sendiri, (P0 = .H)
∆p = tambahan tegangan pada tengah-tengah lapisan yang
akanberkonsolidasi.
Mulai
Data Perancangan
Prelliminary Design
Pembebanan Ekivalen
Desain Pondasi
Perhitungan
Daya Dukung
Pondasi
Perencanaan
Pondasi
Telapak
Penurunan
Pondasi
Telapak
Analisa
SELESAI
Perkiraan lama pelaksanaan dari perencanaan ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Bulan
Kegiatan 1 2 3 4 5 6
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Tahap Persiapan
a. Pembuatan Data Perancangan
b. Pembuatan Proposal Tugas Akhir
Tahap Pelaksanaan
a. Prelliminary Desain
b. Perhitungan Pembebanan
c. Analisa Struktur
d. Perhitungan Penulangan
e. Desain Pondasi
f. Perhitungan penurunan
Pembuatan Laporan
a. Pembuatan Draft Laporan
dan Konsultasi
b. Sidang Tugas Akhir
c. Perbaikan Draft Tugas Akhir
d. Penggandaan Tugas Akhir
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional. 2002. Tata cara perhitungan struktur beton untuk
Bowles, J. 1993. Analisis dan Desain Pondasi, Edisi Keempat Jilid 2. Alih bahasa
Bangunan. Bandung.
Banjarbaru.
(Studi Kasus Pada Bangunan Ruko Di Jl. Ahmad Yani Km 1,5 Banjarmasin).
Pradoto Suhardjito, Dr. Ir 1989. Teknik Fundasi. Laboratorim Geoteknik Pusat Antar
Tjitradi, Darmansyah. 2005. Diktat Kuliah – Struktur Beton Bertulang II. Universitas