Anda di halaman 1dari 16

1

PERENCANAAN ALTERNATIF GEDUNG DEKANAT FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS BRAWIJAYA MENGGUNAKAN BALOK PRATEGANG
PARSIAL
Ahmad Akbar Hasan , Devi Nuralinah2, Ming Narto Wijaya3
1

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya


Jalan Mayjen Haryono 167, Malang 65145, Indonesia
Email :Ahmad.akbar.hasan@gmail.com
ABSTRAK
Kemajuan ilmu dan teknologi berpengaruh besar dalam perkembangan Indonesia di segala
aspek, terutama dalam aspek pembangunan. Pemerintah berperan aktif dalam mewujudkan
pembangunan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup manusia yang beragam. Banyaknya
fasilitas yang dibangun untuk kebutuhan masyarakat menimbulkan permasalahan dalam
memperoleh lahan. Lahan yang tersedia tidak bertambah, sedangkan kebutuhan manusia terus
meningkat. Oleh karena itu dipilih solusi untuk menciptakan bangunan tinggi dalam mengatasi
masalah tersebut. Dalam hal ini dilakukan perencanaan ulang Gedung Dekanat Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya yang terdiri dari delapan lantai. Dalam skripsi ini terdapat modifikasi pada
bagian balok.Tujuan dari perubahan balok beton bertulang biasa menjadi beton prategang parsial
adalah untuk menghilangkan kolom yang berada pada tengah bangunan. Penghilangan kolom
akan memberikan fleksibilitas yang lebih pada bangunan dalam pengaturan ruangan, sehingga
aspek kenyamanan pengguna gedung diutamakan. Dalam analisis perhitungan skripsi ini
digunakan sistem SPRMM (Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah) yang disesuaikan
dengan daerah gempa lokasi gedung. Tujuan dari perencanaan ulang gedung ini adalah untuk
mendapatkan nilai momen, lintang dan aksial pada analisa struktur yang sudah dimodelkan
sebelumnya demi agar mendapat jumlah dan luas tulangan juga dimensi penampang yang akan
digunakan untuk struktur balok dan kolom. Panjang bentang dari beton prategang parsial ini
sebesar 16,2 m dengan dimensi lebar dan tingginya berturut-turut adalah 0,7 m dan 0,85 m.
Menggunakan 40 Tendon Mempunyai tulangan non prategang tarik 22 D-22 dan tekan sebanyak
11 D-22 untuk kondisi tumpuan, dan tulangan non prategang tarik sebanyak 9 D-22 dan tekan
sebanyak 4 D-22 untuk kondisi lapangan. Dimensi dan jumlah tendon dan tulangan non
prategang ini sama untuk setiap lantai. Begitu juga untuk dimensi balok beton bertulang lainnya.
Sedangkan Dimensi kolom dan jumlah tulangan untuk setiap lantai berbeda, yang bertujuan
untuk efisiensi bahan. Lendutan yang dihitung melalu staadpro dan prosedur manual untuk
jangka akhir sebesar 30,87 mm. Lendutan tersebut kurang dari lendutan ijin yang dihitung dari
panjang bentang balok dibagi 480 sebesar 53,75 mm, sehingga balok prategang parsial ini aman
terhadap lendutan. Hasil perhitungan yang didapat digunakan untuk gambar detail penulangan

Kata-Kata kunci : Gedung Dekanat Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, balok


prategang parsial
2

1. PENDAHULUAN diakibatkan oleh beban yang diterima dari


Perkembangan dunia konstruksi sudah lantai 2 sampai lantai 8, yang jika
berkembang cukup pesat. Pertumbuhan dikumulatifkan cukup besar. Tetapi dengan
penduduk adalah salah satu faktor yang besarnya dimensi kolom tersebut tentunya
menyebabkan kebutuhan akan ruang semakin akan mengurangi fleksibilitas dari gedung.
meningkat. Karena jumlah ruang atau lahan Karena dengan terdapatnya kolom besar akan
makin terbatas, khusunya di daerah perkotaan, membatasi pembagian ruangan nantinya,
maka sudah tidak mungkin lagi mendirikan sedangkan jika tidak terdapat kolom besar di
bangunan yang luas. Oleh karena itu, solusi tengah denah akan lebih leluasa dalam
yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut membagi ruangan dengan menyesuaikan
adalah mendirikan bangunan tinggi. antara luas, letak, dan fungsinya. Maka dari
Semakin tinggi suatu bangunan maka itu dengan mengutamakan fleksibilitas
semakin besar efek yang diterima oleh gedung, diperlukan perencanaan ulang pada
struktur. Oleh karena itu faktor keamanan gedung ini. Perencanaan tersebut harus
bangunan harus menjadi pertimbangan para mengutamakan fungsi dari gedung, dan
perencanan untuk menghindari kerusakan dan masing-masing ruangan. Dengan mengurangi
kegagalan bangunan. Selain faktor jumlah kolom, terutama dibagian tengah.
keutamaan, dalam perencanaan gedung juga Struktur dengan balok prategang memiliki
harus mengutamakan dimensi yang efisien beberapa kelebihan, diantaranya adalah
dan ekonomis. mempunyai bentang layan yang lebih besar
Gedung Dekanat Fakultas Teknik dari beton bertulang biasa dan mempunyai
Universitas Brawijaya Malang adalah salah dimensi yang lebih kecil. Sehingga
satu dari sekian banyak bangunan tinggi yang diharapkan apabila diterapkan pada gedung
berada di wilayah Malang. Tujuan didirikanya dekanat fakultas tenik Universitas Brawijaya
gedung ini adalah untuk menggantikan fungsi nantinya, akan dapat mengurangi jumlah
dari gedung dekanat yang lama karena sudah kolom pada bangunan.
tidak bisa memenuhi kinerja yang dari tahun Tetapi dalam perencanaan balok prategang,
ke tahun semakin tinggi. Selain digunakan harus direncanakan sedetail mungkin dari segi
sebagai pusat administrasi fakultas teknik, perencanaan dan pelaksanaannya nanti. Untuk
gedung dekanat juga berfungsi sebagai sarana menghindari hal-hal yang tidak diinginkan
penyelenggaraan acara-acara tertentu yang seperti lendutan yang berlebih, maka dalam
bersifat formal. pelaksanaanya membutuhkan tenaga ahli
Melalui pertimbangan beberapa faktor dan yang berpengalaman. Kebanyakan dari
kesepakatan bersama dari dewan proyek-proyek yang menggunakan beton
kepengurusan universitas dan tenaga ahli, prategang, dalam mengecor dan melakukan
gedung fakultas teknik dirancang dengan penarikan kabel menyewa jasa dari
struktur beton bertulang. perusahaan luar negri, hal itu dikarenakan
Rancangan tersebut mengakibatkan keterbatasan teknologi yang kita miliki.
terdapat banyak kolom besar ditengah denah. Oleh karena itu perlu adanya perencanaan
Kolom dengan dimensi yang besar dengan desain lain di Gedung Dekanat
3

Fakultas Teknik Universitas Brawijaya ekivalen, sesuai dengan persyaratan pada


Malang Dengan Menggunakan Balok Beton SNI-03-2847-2002. Sedangkan untuk
Prategang. Dengan tujuan utama mendapatkan nilai respons spektrum, faktor
memperhatikan fleksibilitas fungsi setiap angka tertentu, dan peta gempa menggunakan
ruangannya. peraturan gempa SNI-1762-2012.
Sebagian besar dalam pemerolehan
2. METODE PENELITIAN
Momen, gaya geser dan gaya dalam
Pengumpulan data yang dilakukan yaitu
komponen struktur baik balok maupun kolom
dengan mengumpulkan gambar kerja dari Tim
menggunakan bantuan aplikasi STAAD Pro
Teknis Proyek. Gambar rencana berguna
2008 V8i. Langkah-langkah yang dilakukan
sebagai acuan untuk merencanakan gedung
dalam penggunaan program sebagian besar
dalam skripsi ini.
adalah sebagai berikut :
Tahap demi tahap yang dilakukan dalam 1. Pemodelan sistem struktur.
langkah-langkah perencanaan dilakukan 2. (Property) Penentuan dimensi
secara sistematis dan teratur, dengan penampang.
menggunakan SNI-03-2847-2002 dan 3. (Support) Penentuan tumpuan masing-
peraturan SNI-1762-2012 sebagai acuan. masing titik.(jepit, sendi, rol)
Pada perencanaan gedung ini beton 4. (Load and definition) Memasukkan
prategang parsial akan digunakan dengan beban yang meliputi beban mati, beban
mutu: hidup, dan beban gempa.
Beton f’c = 40 MPa 5. (Analysis/Print) Mengecek apakah
Tulangan non-prategang fy = 400 MPa pada sistem struktur terjadi eror atau
Tendon diameter ½ inchi fpu = 1862 MPa tidak.
(Mutu 270) 6. (Run Analysis) Melakukan perhitungan
Sedangkan untuk balok dan kolom akan struktur sehingga langsung dapat
menggunakan mutu f’c dan fy yang sama dilihat berapa besar masing-masing
dengan beton prategang. gaya pada setiap komponen struktur.
Beban yang digunakan dalam perencanaan Hasil perhitungan digunakan untuk
sistem struktur gedung ini adalah beban mati, mendapatkan besaran gaya normal, gaya
beban hidup, dan beban gempa. Denah lintang dan momen pada masing-masing
gedung dekanat fakultas teknik sudah elemn struktur.
disederhanakan menjadi bentuk yang lebih Prinsip aksi desain (Ru) harus lebih kecil
sederhana, sehingga memenuhi ketentuan- dari kapasitas bahan dikalikan dengan faktor
ketentuan yang ada pada SNI-03-2847-2002 reduksi kekuatan Φ (Φ Rn) atau Rn < Φ Rn.
tentang persyaratan gedung beraturan. Hasil perhitungan dari desain akan
Sehingga karena bentuknya sudah dikontrol dan desainnya akan digambar,
disederhanakan menjadi gedung beraturan, sesuai dengan dimensi dan jumlah tulangan
analisis pada gedung ini dapat dilakukan yang dibutuhkan.
secara statik ekivalen. Beban gempa ditinjau Berikut merupakan flowchart dari
sebagai pengaruh beban gempa statik perencanaan gedung pada skripsi ini.
4

Mulai 3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Perencanaan struktur gedung yang
aman dan kuat dalam menerima beban
rencana. Dimensi taksiran dan hasil desain
Data Perencanaan
harus tidak jauh berbeda dengan taksiran awal
saat perhitungan statika. Hal ini dilakukan
agar terdapat kesusaian elemen struktur yang
Perencanaan Awal Dimensi direncanakan dan fungsinya. Oleh karena itu
Balok dan Kolom
setiap elemen struktur ditaksir dahulu sama
dengan kebutuhan desain bangunan tersebut.
 Dimensi Balok
Pembebanan Gravitasi
Pembebanan Lateral
Balok B1 =30/50
 Dimensi Balok
Prategang BP1 =70/85
Analisis Statika
BP2 =60/75
menggunakan Staad Pro  Dimensi Kolom
K1 ` =850/100
K2 =700/850
Gaya Dalam, Aksial K3 =40/40
Geser, dan Momen
Perhitungan Massa Bangunan
Perhitungan massa bangunan perlantai
Desain : Balok Induk Balok Prategang
digunakan sebagai beban gempa horizontal
Balok Anak Beton Bertulang per lantai pada bangunan.
Kolom Beton Bertulang
Tabel 1 Rekapitulasi massa bangunan per
lantai
Tingkat Beban Beban Beban Kombinasi
Kontrol Mati (Kg) Hidup (Kg) 1,2 D + 1,6 L (Kg)
Balok beton bertulang: Momen, Geser, Lantai 8 82854,93 113706,75 1105085,731
Tidak
Balok prategang parsial : Momen, Geser, Lendut an
Kolom :Momen, Geser, Aksial Lantai 7 128780,8 113706,75 1105085,731
lendutan Lantai 6 166185,1 113706,75 1080143,275
Lantai 5 208316,5 113706,75 1080143,275
Ya
Lantai 4 253456,1 113706,75 1080143,275
Lantai 3 300498 113706,75 1183476,307
Lantai 2 161733 113706,75 1222671,595
Gambar, Detail Balok,
Kolom Total
Gravitasi 1301825 795947,25 7856749,19
Perhitungan Spektrum Respons Desain
Pada peraturan gempa SNI-1762-2012 yang
Selesai
terbaru, besaran nilainya harus dicari terlebih
dahulu.Tahapan perhitungannya adalah
sebagai berikut:
Gambar 1 Diagram alur perencanaan
5

a. Mencari parameter spektrum respons 0,11 > 0,075, maka Cs maks yang
percepatan pada periode pendek (Sms) dan digunakan : 0,075
periode 1 detik (Sm1), dengan asumsi
nilaai Fs dan Fv diambil dari kelas situs Perhitungan Beban Geser Dasar Seismik
SC. Statik Ekivalen
Sms = Fa . Ss
= 1,1 . 0,75 = 0,825 Geser dasar seismik, V, dalam arah yang
Sms = Fv . S1 ditetapkan harus ditentukan sesuai persamaan
= 1,5 . 0,3 = 0,45 sebagai berikut :
b. Menghitung parameter percepatan V = Cs . Wtot = 0,075.7856749,19
spektrum desain untuk periode pendek, Sds = 453274,0 Kg
dan periode 1 detik (Sd1). Pada SNI – 1762 – 2002 disebutkan bahwa
Sds = 2/3 . Sms = 2/3 . 0,825 = untuk perencanaan beban gempa sembarang,
0,55 pembebanan gempa arah utama harus
Sd1 = 2/3 . Sm1 = 2/3 . 0,4 5 dianggap efektif 100% dan harus dianggap
= 0,3 terjadi bersamaan dengan pengaruh
c. Menghitung koefisien respons seismik (Cs) pembebanan gempa dalam arah tegak lurus
Koefisien respons seismik, Cs harus pada arah utama, dengan efektifitas 30%.
dengan persamaan : V = Vy total = 100% . Vx + 30%
Vy = 1,3 Vx = 1,3 . 453274,0
C = Sds = 0,55 = 0,11 = 589256,2 Kg
s(hitungan)
( R) 5
Ie ( )
1 Distribusi Horizontal Gaya Gempa
Keterangan
Ie : 1 (faktor keutamaan gempa untuk Gaya gempa lateral (Fx) yang
kategori resiko II) timbul di semua tingkat harus ditentukan
R :5 (koefisien modifikasi respons dengan persaaman sebagai berikut :
untuk dinding geser beton wi . hik
bertulang biasa) V
Fi = Cvx =. V = w hk
∑n
i=1 i i
Nilai Cs yang dihitung sesuai dengan Nilai k merupakan eksponen terkait dengan
persamaan diatas tidak boleh melebihi : periode struktur. Nilai periode yang
S1 0,3 didapatkan pada perhitungan yang
Cs(maks) = = = 0,075 sebelumnya T = 0,8. Pada peraturan SNI –
T ( R) 0,8 (15 )
Ie
1726-2012 disebutkan bahwa untuk struktur
Nilai Cs yang dihitung juga tidak yang mempunyai periode 0,5 detik atau
kurang dari : kurang, nilai k = 1.
Cs(min) = 0,044 . Sds. Ie ≥ 0,01 Geser tingkat desain gaya gempa
= 0,044 .0,55 . 1 ≥ 0,01 disemua tingkat (Vs) harus ditentukan dengan
= 0,0242 ≥ 0,01
persamaan berikut :
Jadi, nilai Cs yang diambil adalah nilai n
Cs yang dihitung karena : Vi = ∑ Fi
Cs (hitungan) > Cs(maks) i=1
6

Tabel 2 Perhitungan distribusi gaya geser Fi dan Vi beton merupakan penampang persegi dan
per lantai penampang T, dengan lebar efektif yang dapat
Lt hi Wi Wi hi Cvx Fi Vx dihitung sesuai SNI 03-2847-2002 sebagai
8 33,8 1105085,7 37351897,7 0,24 143479,4 143479,4 lebar Sayap.
7 29 1105085,7 32047486,2 0,21 123103,6 266583,0 Apabila tebal sayap tekan hf lebih kecil
6 24,5 1080143,3 26463510,2 0,17 101653,9 224757,5
5 20 1080143,3 21602865,5 0,14 82982,8 184636,8 dari pada sumbu netral c dan tiinggi blok
4 15,5 1080143,3 16742220,8 0,11 64311,7 147294,5 persegi panjang ekivalen a, maka penampang
3 11 1183476,3 13018239,4 0,08 50006,8 114318,5 dapat dipandang sebagai penampang
2 5,05 1222671,6 6174491,6 0,04 23718,0 73724,8
Total 153400711 1,00
bersayap.
Sehingga rumus momen nominal dari beton
Desain Penulangan Balok dan Kolom prategang parsial dengan penampang
Momen yang terjadi akibat beban luar harus bersayap dan tulangan ganda adalah sebagai
kurang atau sama dengan kapasitas bahan berikut :
dikalikan faktor reduksi kekuatannya (Mu < Φ a
Mn = Aps × fps × (dp − ( )) + As × fy
Mn). Perilaku material diasumsikan linear 2
a a
elastis, yaitu properti penampang tidak × (d − ( )) + As′ × fy × (`( ) − d ) ′ +
mengalami retak. 2 2
a
Gabungan dari seluruh kekuatan geser pada ′
0,85 f c hf (b − bw) × (( ) − hf)
penampang beton prategang ( kekuatan geser 2
nominal atau Vn) dikalikan dengan faktor Perbedaan antara lentur balok beton prategang
reduksi kekuatan untuk geser Ø harus lebih dan beton bertulang biasa adalah pada gaya
besar dari gaya geser terfaktor Vu, atau (Vu < yang dihasilkan dari tendon Aps x fps sebagai
Ø Vn). Dimana Vn adalah gabungan dari Vc, gaya yang menaggulangi gaya tarik dari
Vs, dan Vp. Vc merupakan kuat geser beton, beban yang timbul nanti.
sedangkan Vs merupakan kuat geser Nilai tegangan fps baja prategang pada saat
sengkang (pada beton bertulang). Sehingga gagal tidak tersedia. Sekalipun demikian, nilai
Vn = Vc + Vs. tersebut dapat ditentukan dengan
menggunakan keserasian regangan melalui
Kuat lentur penampang balok prategang berbagai taraf pembebanan hingga
Hal utama dalam desain komponen tercapainya kondisi batas kegagalan. Prosedur
struktur beton prategang adalah perhitungan seperti ini diperlukan jika
tentang kekuatan lentur. Daktilitas dari setiap Batas-batas nilai indeks penulangan juga
penampang juga harus dicek. Kriteria tentang harus menjadi parameter dalam . penentuan
daktilitas juga penting dalam desain metode perhitungan kuat lentur nominal
penampang suatu komponen struktur karena tulangan. Karena persamaan dalam mencari
struktur daktail akan mengalami deformasi perhitungan kuat lentur nominal berbeda
yang panjang sebelum akhirnya mengalami antara beton bertulang yang bertulang lebih
keruntuhan. dan tidak.
Analisa dalam beton prategang parsial ini Dalam menentukan luas minimum baja
menggunakan dua cara yaitu mengasumsikan non-prategang digunakan rumus pendekatan
7

yaitu 0,004 A, dimana A adalah bagian dari 4552


Sehingga Banyak tendon = = 46,
penampang diantara muka tarik lentur dan 98,685
busat berat. diambil 40
Berikut merupakan contoh perhitungan Maka Aps aktual = 40 x 98,68= 3947,4 mm²
desain penampang lentur prategang parsial: Aps 3947,4
ρp = = = 0,0091
b×d p 700 × 617,2
Diketahui : Menghitung tegangan fps untuk
Kondisi Service tendon prategang
Mu.L = 2011902391 Nmm fpu direncanakan sebesar = 1862 MPa
Mu.T = 4668808652 Nmm fpe diasumsikan 70% dari fpu,
𝑀𝑢
Kuat Nominal yang dibutuhkan : = = sehingga fpe = 0,7 fpu
Ø fpe = 0,7 × 1862 MPa = 1303,4 MPa
𝑀𝑛
𝑀𝑢 Diasumsikan sebagai tendon tidak
, sehingga :
0,9 terlekat, berdasarkan persamaan SNI 2002,
Kondisi Service untuk mendapatkan fps dapat digunakan
Mn.L = 2935447101 Nmm rumus pendekatan sebagai berikut:
Mn.T = 5187565169 Nmm
f 𝔀′
Penentuan penampang prarencana fps = fpe + 70 + =
H balok = 0,75 x H / 16 = 0,75 x 100 𝞀p
40
16,2 / 16 = 0,759 1303,4 + 70 + = 1417,180MPa
100 x 0,0091
Diambil h = 850 mm, dan bw = 700
Tegangan fps diatas akan digunakan
mm
dalam mendesain balok lapangan dan
Penentuan lebar efektif (b)
tumpuan.
Sesuai SNI – 03 – 2847 -2002 Pasal 10.10.2
2. Desain Lentur Tumpuan Balok Prategang Parsial
be < bw + (bentang/4)
a) Penambahan tulangan non-prategang untuk
< 700 + (16200/4)
kondisi tumpuan sebesar :
< 4750 mm
Tulangan atas As = 22 D-22 = 22 x (¼ x 3,14
be < bw + ( 8 x hf )
x 22² ) = 8358,68 mm²
< 700 + (8 x 120 )
Tulangan bawah As’ = 11 D-22 = 11 x (¼ x
< 1660 mm
3,14 x 22² ) = 4179,34 mm²
be < bw + ( Bentang/2 )
b) Menghitung kapasitas Momen
< 700 + ( 5400/2 )
Penampang dipandang sebagai persegi
< 3400 mm
panjang, dan diasumsikan kedua tulangan
=prategang
non-prategang dan tulangan prategang sudah
Diambil nilai terkecil sehingga b = 1660 mm
leleh. Sehingga persamaan a sebagai berikut :
Direncanakan balok dengan speseifikasi
Diketahui :
sebagai berikut :
Aps = 3947,4 mm²
Mn 5187565169
Aps = = As = 8358,68 mm² (diasumsikan sudah
0,72 f pu h 0,72 × 1862 × 1200 leleh)
= 4552 mm² As’ = 4179,34 mm² (diasumsikan sudah
Luas satu tendon = 0,153 in² = 98,685 mm²
leleh)
fps = 1417,180MPa
8

fy = 400 MPa 176,739


f’c = 40 MPa = 3947,4 × 1417,180x (617,2 − ( ))
2
176,739
fr = 0,7 . √40 = 4,42MPa +8358,68 × 400 × (765,5 − ( ))
Penampang dipandang sebagai persegi 2
176,739
panjang bersayap +4179,34 × 400 × (( ) − 84,5)
a 2
+ 0,85 × 40 × 120 (1660 − 750)
Aps. fps + As. fy − A′s. fy − 0,85. f ′(b c− bw)hf 176,739
=

= 176,739 mm 0,85. f ′c b × (( ) − 120)


2
β1 = 0,85 − 0,005(40 − 25) = 0,77 = 5832,56 KNm > Mu = 5187,565
a 176,739 KNm OK
c= = = 229,531 mm
β 0,77 r2
a > hf , maka indeks total penulangan adalah Mcr = fr Sb + Pe (e + )
cb

ωpw = Ap fps −0,85 f ′c hf (b − bw) b = 4,42 x 84291666,667 + 5145041,16 x


60208,333
dp f ′c
= 3947,4 × 1417,180 − 0,85 × 40 × 120(1660 − 750)
(192 + )
425
750 × 617,2 × 40 = 2090,327 KNm
= 0,0971 Mn > 1,2 Mcr
As fy 8358,68 × 400 5832,56 KNm > 2508,39 KNm OK
ω= = 750 × 765,5 × 40 Kontrol Tegangan :
bw d f ′c

As fy = 0,156 fs = εs × Es
d−c
ω′ =
= 4179,34 × 400 = 0,003 ( ) 2 × 105

bw d f c 750 × 765,5 × 40 c
= 0,078 765,5 − 229,531
d 229,531
5
= 0,003 ( ) 2 × 10
ωT = ωpw + (ωw − ω′w ) = 1401,036
dp

= 0,097 + 765,5 > 400 MPa (sudah leleh sesuai asumsi)


617,2 (0,156 − 0,078)
= 0,194 < 0, 36 β1 = 0,36 × 0,77 = fs′ = εs x Es
0,277 c − d′ 5

Diketahui : = 0,003 ( ) 2 x 10
c
dp = 617,2 mm a = 176,739 mm 229,531 − 84,5 5
d’ = 84,5 mm = 0,003 ( 229,5318 ) 2 x 10
d = 765,5mm = 440,544
Karena ωT < 0, 36 β1, maka Mn adalah: > 400 MPa (sudah leleh sesuai asumsi)
a a c) Cek penulangan minimum
Mn = Aps × fps × (dp − ( )) + As × fy × (d − ( ))
2 2 As minimum = 0,004 A
a

+A × f × (( ) − d ) ′
Dimana A adalah luas bagian penampang di
s y
2 antara muka tarik dan cgc
a
+0,85 f ′c hf (b − bw) × (( ) − hf) A = (750 x 850)/2 = 12538,02 mm²,
2
As = 8358,68 + 4179,34 = 12538,02 mm²
9

As minimum = 0,004 x 297500 = 1190 mm² < Penampang dipandang sebagai persegi
18237 𝑚m² OK
Dengan demikian, desain : panjang bersayap
Aps . fps + A s. f y − A′ s. f y− 0,85. f ′(cb − b )whf
Aps = 40 Ø ½” (tulangan tendon) a =
0,85. f ′c b
As = 22 D 22 (tulangan baja non-prategang
= 151,196 mm
tarik)
As’ = 11 D 22(tulangan baja non-prategang β1 = 0,85 − 0,005(40 − 25) = 0,77
tekan) a 151,196
Dapat digunakan untuk penampang pada c= = = 196,359 mm
β 0,77
bagian tumpuan balok.
a > hf , maka indeks total penulangan adalah
3. Desain Lentur Lapangan Balok Prategang Parsial
a) Penambahan tulangan non-prategang untuk d
ωT = ωpw + (ωw − ω′w )
dp
kondisi tumpuan sebesar :
Ap fps −0,85 f ′c hf (b − bw) b
Tulangan tarik As = 11 D-22 = 11 x (¼ x 3,14 ωpw =
dp f ′c
x 22² ) = 4179,34 mm² 3947,4 × 1417,180 − 0,85 × 40 × 120(1660 − 750)
= 750 × 617,2 × 40
Tulangan tekan As’ = 4 D-22 = 4 x (¼ x 3,14

x 22² ) = 1519,76 mm² = 0,097


b) Menghitung kapasitas Momen As fy 4179,34 × 400
𝜔= =
bw d f ′c 750 × 765,5 × 40
Penampang dipandang sebagai persegi = 0,078
panjang, dan diasumsikan kedua tulangan As f y 1519,76 × 400
ω′ = =
non-prategang dan tulangan prategang sudah bw d f ′c 750 × 765,5 × 40
leleh. Sehingga persamaan a sebagai berikut : = 0,0284
Diketahui : d
ωT = ωpw + (ωw − ω′w )
Aps = 3947,4 mm² dp
As = 4179,34 mm² (diasumsikan sudah 765,5
= 0,0971 + (0,0780 − 0,0284)
leleh) 617,2
As’ = 1519,76 mm² (diasumsikan sudah = 0,194 < (0, 36 β1 = 0,36 × 0,77 =
leleh) 0,277)
fps = 1417,180MPa Diketahui :
fy = 400MPa dp = 617,2 mm a = 151,196 mm
f’c = 40MPa d’ = 61 mm
d = 765,5 mm
fr = 0,7 . √40 = 4,42MPa
Karena ωT < 0, 36 β1, maka Mn adalah
10

a a c − d′
Mn = Aps × fps × (dp − ( )) + As × fy × (d − ( ))
2 2 = 0,003 ( ) 2 x 105
a a c
+A′s × fy × (( ) − d ) +
′ ′
0,85 f c hf (b − bw) × (( ) − hf)
2 2 196,359 − 61
= 0,003 ( ) 2 x 105
151,196 196,3598
= 3947,4 × 1417,180x (617,2 − ( ))
2 = 413,607

+4179,34 × 400 × (765,5 − ( 151,196 > 400 MPa (sudah leleh sesuai asumsi)
))
2 c) Cek penulangan minimum
+1519,76 × 400 × (( 151,196 )
) − 61
As minimum = 0,004 A
2
151,196
Dimana A adalah luas bagian penampang di
+ 0,85 × 40 × 120 (1660 − 750) × (( ) − 120)
2 antara muka tarik dan cgc
= 4717,419 KNm > Mu = 2935,447 KNm A = (700 x 850)/2 = 297500 mm²,
OK
As = 4179,34 + 1519,76 = 5699,1 𝑚𝑚²
2
r As minimum = 0,004 x 297500 = 1990 mm² <
Mcr = fr Sb + Pe (e + )
cb
5699,1 𝑚𝑚² OK
= 4,42 x 84291666,667
Dengan demikian, desain :
+ 5145041,16 x (192 Aps = 40 Ø ½” (tulangan tendon)
60208,333 As = 11 D 22 (tulangan baja non-
+ ) prategang tarik)
425
= 2090,327 KNm As’ = 4 D 22(tulangan baja non-prategang

Mn > 1,2 Mcr tekan)

2935,447 KNm > 2508,39 KNm Dapat digunakan untuk penampang pada
OK bagian lapangan balok.
Kontrol Tegangan : Kuat geser penampang balok prategang
fs = εs × Es Seperti pada beton bertulanga untuk
d−c menghitung kapasitas geser beton harus
= 0,003 ( ) 2 × 105 terlebih dahulu Vc . Perbedaan antara beton
c
bertulang biasa dan prategang parsial adalah
765,5 − 196,359 5 pada rumus Vc, rumusnya adalah
= 0,003 ( ) 2 × 10 √f′𝔀 V𝖚
196,359 V = ( +5 d) b d
c 20 w
M𝖚
= 1739,078 Dalam rumus tersebut juga terdapat faktor
> 400 MPa (sudah leleh sesuai asumsi) fs′ Momen dan geser. Gaya geser kapasitas
= εs x Es VcGaya geser nominal dikurangi dengan
Gaya geser kapasitas (Vn-Vc), dan
11

selanjutnya dapat dilakukan perhitungan jarak Sesuai dengan SK SNI-1991 pasal 3.4.5 ( 6
antar tulangan geser denga rumus (2)) bila digunakan tulangan geser yang tegak
Av  fy  d lurus terhadap sumbu aksial komponen
S1  Vs struktur maka :
Av.Fy.d
Vs  Av.Fy.d  S
Berikut merupakan perhitungan geser dari Vs

S
balok beton prategang parsial : Dimana Av adalah luas tulangan geser yang
Vu maksimum = 117067,3 kg berada dalam rentang jarak S
= 1148430 N Digunakan sengkang  10 mm  Av = 1,57
Mu maksimum = 5187565169 Nmm cm2(2 kaki).
Pemeriksaan kebutuhan tulangan
Av  fy  1,57  2400  765,5
geser Syarat kebutuhan tulangan geser Sd   1290554  50 mm
1
: Vs
Vn > Vc digunakan tulangan geser  10 – 50
Didapat : Jarak X1 = 550 cm, sengkang yang digunakan
√f′c Vu
adalah Ø10 – 50 ( 2 kaki)
Vc = ( + 5 u d) bw d
20 M Jarak X2 = 260 cm, sengkang yang digunakan
√40 1148430 adalah Ø10 – 100 (2 kaki)
= ( + 5 5187565169 765,5) 750 x 765,5
20 Lendutan komponen prategang
= 623496,18 N Menurut waktu terjadinya lendutan pada
′ 1 ′ balok beton prategang dibagi menjadi dua,
0,4√f c bw d ≥ Vc ≥ ( )d √f c bw
6 yaitu lendutan jangka pendek dan panjang.
0,4√40 750 765,5 ≥ 623496,18 N Lendutan jangka panjang akibat susut dan
1 rangkak dipengaruhi oleh campuran beton,
≥ ( ) √40 750 765,5
6 ukuran dari komponen struktur, kelembaban,
564835,49N > 623496,18 N > suhu sekeliling, besarnya gaya prategang dan
1355605,2N
Sehingga dipakai Vc OK
= 623496,18 N lain-lain.
Saat awal dimana beton prategang ditarik,
Ø = 0,6 ( Faktor reduksi untuk geser ) maka akan menimbulkan lendutan ke atas
1148430  1914050N yang nantinya akan digunakan untuk melawan
 
Vu  0,6 lendutan ke bawah. Lendutan keatas tersebut
Vn 
Vn = 1914050N > Vc = 623496,18 N dipengaruhi gaya aksial tendon, dan
N
Perlu Tulangan Geser eksentrisitas. Lendutan keatas ( Lawan
Vs = Vn – Vc = 1914050 lendut) bisa dihitung melalui pendekatan
– menggunakan persamaan:
623496,18 N
= 1290554 N Pi ec l2 + Pi (ec − ee)l2
X1 1290554 δ ↑= 8EI 24 EI
=
8100 1914050 Sedangkan untuk keadaan akhir dan jangka
X1 = 5,5 mm ≈ 5500 mm panjang, gaya aksial tendon di ganti menjadi
X1 = 8100 – 5500 = 2600 mm Pe ( tegangan efektif) dari tendon sehingga
12

menghasilkan
persamaan :
13

Pe ec l2 + Pe (ec − ee)l2
δ ↑= 8EI 5145041,16 × 192,2 × 162002
24 EI =
Dimana Pi merupakan tegangan awal, Pe 8 × 29725,41 × 35823958333
merupakan tegangan efektif, ecadalah 5145041,16 × (192,2 − (−192,2)) × 162002
+
eksentrisitas pada penampang tumpuan dan e e 24 × 29725,41 × 35823958333
adalah eksentrisitas pada penampang = 50,773 mm ( keatas)
Sehingga lendutan akhir adalah :
lapangan.
δ = −50,773 mm ( keatas) + 30,87 mm
Pendimensian awal penampang = −19,9026 mm (ke atas)
balok dilakukan disamping dari pengalaman, Lendutan ijin = L/480 = 16200/480 = 53,75
refrensi dari komponen beton bertulang dapat mm (SNI-03-2847-2002(Tabel 9))
digunakan SNI 2002 menetapkan tebal Lendutan transfer = -40,741 < 33,75 mm
minimum balok non-prategang bila lendutan OK
tidak dihitung dan tidak menahan atau tidak Lendutan akhir= -19,9026 < 33,75 mm
disatukan dengan partisi atau kontruksi lain OK
yang mungkin akan rusak oleh lendutan yang Sehingga penampang dan tendon yang
besar. digunakan aman untuk lendutan.
 L/16 untuk balok dengan dua tumpuan
sederhana. Selain dari komponen balok prategang parsial
, perencanaan dari semua komponen struktur
 L/18,5 untuk balok dengan satu ujung
komponen non-prategang meliputi desain
menerus.
lentur dan geser baik kolom maupun kolom.
 L/21 untuk balok dengan kedua ujung
Berikut merupakan hasil perencanaan balok
menerus.
dan kolom.
L/8 untuk balok kantileverPerhitungan lawan
lendut di tengah bentang pada saat transfer
2
δ ↑ = Pi ec l Pi (ec − ee)l2
+ 24 EI
8EI
6431301,45 × 192,2 × 162002
=
8 × 29725,41 × 35823958333
6431301,45 (192,2 − (−192,2))162002
+
24 × 29725,41 × 35823958333
= 63,465 mm ( keatas)
Sehingga lendutan transfer adalah :
δ = −63,465 mm ( keatas) + 22,725 mm
= −40,741 mm (keatas)
Perhitungan lawan lendut di tengah bentang
pada saat servis

δ ↑ = Pe e c l2 Pe (ec − ee)l2
+ 24 EI
8EI
14

K3 K3
K3 K3 K3
B1 B1
B1 B1
K3 K3 K3 K3
B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1 K2 K2
K2 K2 K2 K2

B1 BP1 BP1 BP1 BP1 B1

B1 B1 B1 B1 B1
K1 K1

B1 BP1 BP1 BP1 BP1 B1

B1 B1 B1 B1 B1
K1 K1

B1 BP1 BP1 BP1 BP1 B1

B1 B1 B1 B1 B1
K2 K2 K2
B1 B1 B1 B1 K2 K2 K2
B1 B1 K3
K3
B1

Gambar 2 Denah rencana balok K3 K3


Gambar 3 Denah rencana kolom
Tabel 3 Rekapitulasi kebutuhan tulangan lentur tumpuan balok non-prategang
Balok b h d' d Mu As' As Tulangan Tulangan
(mm) (mm) (mm) (mm) (kgm) (cm²) (cm²) Tarik (cm²) Tekan (cm²)
B1 300 500 64,5 408,5 55758,42 9,18 45,89 8 D - 29 51,4 2 D - 29 12,7
B2 300 500 59,5 418,5 9337,90 1,39 6,930274 4 D - 19 11,45 2 D - 19 5,73
Tabel 4 Rekapitulasi kebutuhan tulangan lentur lapangan balok non-prategang
Balok b h d' d Muz As' As Tulangan Tulangan
(mm) (mm) (mm) (mm) (kgm) (cm²) (cm²) Bawah (cm²) Atas (cm²)
B1 300 500 64,5 408,5 36123,78 28,69 12,70 4 D - 29 25,70 2 D - 29 12,70
B2 300 500 59,5 418,5 4691,40 3,46 5,73 4 D - 19 11,45 2 D - 19 5,73
Tabel 5 Rekapitulasi kebutuhan tulangan geser lapangan balok non-prategang
Balok b h d' d Vu X1 X2
(mm) (mm) (mm) (mm) (kg)
B1 300 500 64,5 408,5 30748,23 Ø 10 - 50 Ø 10 - 100
B2 300 500 59,5 418,5 13795,9 Ø 8 - 150 Ø 8 - 200
Tabel 6 Rekapitulasi tulangan tumpuan Balok Prategang Parsial

Balok Dimensi Luas Tulangan Tulangan


d' d Mu
Prategang b h As' As Aps Tekan Tarik Tendon
Parsial (mm) (mm) (mm) (mm) kgm (cm²) (cm²) (cm²) (mm) (mm) (mm)
Lantai 2- 7 700 850 61 765,5 528803,8 41,8 83,6 39,5 11 D - 22 22 D - 22 40 Ø - 12,7
Atap (Ring) 600 750 61 689 220701,3 15,2 34,2 7,9 4 D - 22 9 D - 22 8 Ø - 12,7
15

Tabel 7 Rekapitulasi tulangan tumpuan Balok Prategang Parsial


Balok Dimensi Luas Tulangan Tulangan
d' d Mu
Prategang b h As' As Aps Tekan Tarik Tendon
Parsial (mm) (mm) (mm) (mm) kgm (cm²) (cm²) (cm²) (mm) (mm) (mm)
Lantai 2- 7 700 850 61 765,5 227874,3 15,2 41,8 39,5 4 D - 22 11 D - 22 40 Ø - 12,7
Atap (Ring) 600 750 61 689 122744,0 7,6 15,2 7,9 2 D - 22 4 D - 22 8 Ø - 12,7
Tabel 8 Rekapitulasi tulangan geser Balok Prategang parsial
Balok Dimensi
d' d Vu Jarak Tulangan Geser
Prategang b h
Parsial (mm) (mm) (mm) (mm) kg X1 X2
Lantai 2- 7 700 850 61 765,5 117067,3 Ø 10 - 50 Ø 10 - 100
Atap (Ring) 600 750 61 689 62778,67 Ø 10 - 50 Ø 10 - 100
Tabel 9 Rekapitulasi tulangan vertikal dan geser kolom (K1)
Muz Pu Vu Dimensi Tulangan longitudinal Tulangan
Lantai kgm kg kg b (mm) h(mm) As As' Geser Ln (mm)
1 408298,7 274914,59 43244,4 850 1000 10 - D32 10 - D32 Ø-10 200 4550
2 247286,8 235596,67 39790,6 850 1000 10 - D32 10 - D32 Ø-10 200 5450
3 96318,59 192867,52 32552,6 850 1000 10 - D32 10 - D32 Ø-10 200 4000
4 87219,02 154779,49 28129,4 850 1000 10 - D32 10 - D32 Ø-10 200 4000
5 102242,5 116561,67 22239,8 850 1000 10 - D32 10 - D32 Ø-10 200 4000
6 96138,23 78289,061 15496,6 850 1000 10 - D32 10 - D32 Ø-10 200 4000
7 56359,99 40219,682 5270,1 850 1000 10 - D32 10 - D32 Ø-10 200 4340
Tabel 10 Rekapitulasi tulangan vertikal & geser kolom (K2)
Muz Pu Vu Dimensi Tulangan longitudinal Tulangan
Lantai kgm kg kg b (mm) h(mm) As As' Geser Ln (mm)
1 280504,7 856217,8 88690,1 700 850 10 - D32 10 - D32 Ø-10 200 4200
2 302130,1 739445,0 96588,2 700 850 10 - D32 10 - D32 Ø-10 200 5100
3 254606,3 622652,2 108573,3 700 850 10 - D32 10 - D32 Ø-10 200 3650
4 244720,3 510873,9 104377,1 700 850 10 - D32 10 - D32 Ø-10 200 3650
5 234375,8 400076,1 98997,9 700 850 10 - D32 10 - D32 Ø-10 200 3650
6 222099,9 290406,5 92374,8 700 850 10 - D32 10 - D32 Ø-10 200 3650
7 201588,4 182081,0 77453,7 700 850 10 - D32 10 - D32 Ø-10 200 3990
8 198428,6 71211,9 78312,8 700 850 10 - D32 10 - D32 Ø-10 200 3650

Tabel 11 Rekapitulasi tulangan vertikal & geser kolom (K3)


Muz Pu Vu Dimensi Tulangan longitudinal Tulangan
Lantai kgm kg kg b (mm) h(mm) As As' Geser Ln (mm)
1 13360,1 181827,8 4716,8 400 400 4 - D29 4 - D29 Ø-10 200 4550
2 17256,5 155936,3 5726,0 400 400 4 - D29 4 - D29 Ø-10 200 5450
3 17728,3 124988,9 7840,9 400 400 4 - D29 4 - D29 Ø-10 200 4000
4 16422,8 95618,2 7159,6 400 400 4 - D29 4 - D29 Ø-10 200 4000
5 15331,7 67828,4 6664,5 400 400 4 - D29 4 - D29 Ø-10 200 4000
6 13480,2 41923,0 5863,1 400 400 4 - D29 4 - D29 Ø-10 200 4000
7 14311,0 35697,6 5405,5 400 400 4 - D29 4 - D29 Ø-10 200 4340
8 9432,9 18122,9 4034,5 400 400 4 - D29 4 - D29 Ø-10 200 4000
16

4. KESIMPULAN & SARAN Nawy, Edward G. 2000. Beton Prategang


Dari hasil perhitungan dan pembahasan,
Suatu Pendekatan Mendasar Jilid II.
didapatkan kesimpulan bahwa pemilihan
metode Struktur Rangka Pemikul Momen Jakarta : Erlangga
Menengah berdasarkan pada wilayah gempa Badan Standardisasi Nasional. 2002. Standar
yang terdapat di lokasi gedung eksisting.
Perencanaan Ketahanan Gempa
Perencanaan gedung bertingkat tinggi yang
menggunakan balok beton prategang parsial untuk Bangunan Gedung, SNI 03-
pada struktur didesain untuk menerima beban 1726-2002. Jakarta: Departemen
akibat gaya lateral, dan akibat beban layan. Pekerjaan Umum.
Badan Standardisasi Nasional. 2012. Tata
Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa untuk Struktur Bangunan
Gedung dan Non Gedung, SNI 1726-
Untuk melengkapi perencanaanulang ini
diharapkan adanya peninjauan terhadap 2012. Jakarta: Kementrian Pekerjaan
kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam Umum.
skripsi ini. Perlunya perbandingan desain
Badan Standarisasi Nasional. 2013.
alternatif pada gedung ini yang menggunakan
balok prategang parsial agar didapat hasil Persyaratan Beton Struktural untuk
yang berbeda. Bangunan Gedung, SNI 2847-2013.
Semoga dengan adanya kajian penggunaan Jakarta: Departemen Pekerjaan
balok prategang parsial pada gedung tersebut
dapat menjadi solusi dalam pemilihan metode Umum.
desain gedung bertingkat tinggi tahan gempa Tular, R. B. 1984. Perencanaan Bangunan
dan menambah wawasan bagi para akademisi Tahan Gempa. Bandung: Yayasan
untuk menggali lebih dalam tentang balok
Lembaga Pendidikan Masalah
prategang parsial.
Bangunan.
DAFTAR PUSTAKA
Budiadi, Andri. 2012. Desain Praktis Beton
Prategang. Jakarta : Andi Offset
Nawy, Edward G. 2000. Beton Prategang
Suatu Pendekatan Mendasar Jilid 1.
Jakarta : Erlangga

Anda mungkin juga menyukai