Abstract
The use of precast concrete is planned on work structure tie beam, columns, beams, and slab for
precast systems have the advantage in terms time and cost efficiency compared to conventional systems
(cast in place) to reach the targets that have been planned by the government.
The purpose is to find out the cost efficiency and time usage precast. The cost analysis was obtained
from the multiplication of bill of quantity and the work volume. To find a network using the Precedence
Diagram Method (PDM) which was processed through Microsoft Project 2007 software then arranged in
Bar Chart. The Bar Chart was arranged in the S-Curve with Microsoft Excel 2007 software. From the
calculations, total project cost is IDR 13,300,074,303.07 with the cost efficiency IDR 604,137,428.00 or
4.34% less than the conventional method and the duration is 214 days with the time efficiensy 86
workdays or 28.67% quicker than the conventional method.
Key words: pre-cast concrete, cost, time, efficiency
1. PENDAHULUAN
4. Berapa waktu yang dibutuhkan dengan menggunakan beton pracetak pada pekerjaan struktur tie beam,
kolom, balok dan plat?
5. Berapa besar prosentase efisiensi biaya dan waktu penggunaan beton pracetak?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini, antara lain sebagai berikut:
1. Mengetahui jenis dan jumlah komponen tie beam, kolom, balok dan plat yang akan diproduksi.
2. Mengetahui jumlah cetakan yang harus disediakan untuk memproduksi beton pracetak tiap harinya.
3. Mengetahui biaya yang dibutuhkan dengan metode beton pracetak pada pekerjaan struktur tie beam,
kolom, balok dan plat.
4. Mengetahui waktu yang dibutuhkan dengan menggunakan beton pracetak pada pekerjaan struktur tie
beam, kolom, balok dan plat.
5. Mengetahui besar prosentase efisiensi biaya dan waktu penggunaan beton pracetak.
2. TINJAUAN PUSTAKA
produksi beton pracetak. Biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan cetakan menyerap porsi yang cukup
lebih besar dari total biaya yang diperlukan. Persyaratan yang harus dipenuhi sebagai suatu cetakan beton
pracetak adalah:
1. Mempunyai volume yang stabil, sehingga dapat menghasilkan dimensi beton pracetak yang akurat.
2. Dapat digunakan berulang kali tanpa mengeluarkan biaya perawatan yang besar.
3. Mudah dipindahkan dan rapat air sehingga tidak memungkinkan air agregat keluar dari cetakan.
4. Mempunyai daya lekat yang rendah dengan beton dan mudah proses pembersihannya.
5. Dapat digunakan untuk memproduksi berbagai bentuk komponen beton pracetak (fleksibel).
demikian maka sambungan-sambungan pada lantai di atasnya harus dapat segera bekerja secara
efisien.
2. Metode Horizontal
Penyatuan komponen beton pracetak yang pelaksanaannya tiap satu lantai (arah horizontal bangunan).
Metode ini digunakan untuk struktur bangunan yang terdiri dari komponen kolom pracetak dengan
sambungan pada tempat-tempat tertentu. Sambungan pada metode ini tidak harus segera dapat
berfungsi sehingga tersedia waktu yang cukup untuk pengerasan beton.
3. METODE PENELITIAN
2. Produksi
a. Bekisting
Bekisting harus dipasang lurus, rata dan datar. Bekisting dapat dibuat permanen dengan
menggunakan besi plat atau triplek phenofilm. Penggunaan triplek phenofilm atau besi plat,
pengerjaan dapat berulang dan hasil kerja lebih cepat dan maksimal.
b. Pembesian
Pada tahap pembesian, tulangan yang sudah disiapkan terlebih dahulu diberi beton decking (beton
tahu) sebagai lapisan pembatas / selimut beton antara tulangan dengan bekisting. Setelah selesai
letakkan tulangan pembesian pada bekisting.
c. Pengecoran Komponen Pracetak
Pengadaan mortar untuk pengecoran komponen dengan readymix dan penuangannya dapat
dilakukan dengan bantuan concrete pump. Dalam pelekasanaan pengecoran sesekali harus
dilakukan perataan beton dengan sendok/sekop sehingga dapat segera diratakan dengan cara
digetarkan.
Setelah digetarkan, proses finishing dapat dilakukan pada bagian permukaan sesuai dengan rencana
dan spesiflkasi. Untuk balok, proses finishing dilakukan pada permukaan tepi balok agar saat
pemasangan (erection) plat dapat duduk dengan rata. Perhatian khusus juga harus diberikan ketika
mengerjakan bagian sudut balok/kolom, sehingga dihasilkan sudut yang rapih dan membentuk
siku.
3. Penyimpanan (Stocking)
Hasil produksi pracetak ditaruh di tempat yang datar dan kokoh untuk mencegah terjadinya lendutan.
Jika balok, kolom dan plat lantai pracetak disimpan dengan benar, dengan balok/kaso yang segaris,
dapat ditumpuk sampai 5 - 8 panel atau dengan tinggi susunan maximum adalah 1,50 m dari dasar
susunan.
4. Pemasangan (Erection) Balok, Kolom, dan Plat Pracetak
a. Pemasangan (Erection) Kolom
Kolom pracetak dipasang pada titik-titik modul yang sudah ditentukan berdasarkan gambar rencana.
Pada posisi lantai dasar, dipasang stek besi minimal 90 cm. Dan untuk kolom lantai selanjutnya,
besi tulangan masuk ke kolom atasnya sepanjang minimal 40D. Menegakkan kolom menggunakan
alat level, periksa kemiringan pada sisi kolom.
b. Pemasangan (Erection) Balok
Balok pracetak dipasang setelah kolom sudah di pasang dan kedudukan kolom sudah dinyatakan
benar. Balok menumpu di kolom kurang lebih 3 - 5 cm. Bila kedudukan balok sudah diatur dengan
baik, kemudian dipersiapan sambungan. Selipkan besi tulangan atas balok pada saat pemasangan
(erection) balok agar memudahkan saat pembesian dengan plat lantai.
c. Sementasi (Grouting)
Ada dua macam sementasi (grouting), yaitu :
1. Sementasi (grouting) sambungan balok-kolom
Langkah awal dengan memasang bekisting, ukuran menyesuaikan dimensi penampang kolom.
Bahan sementasi sambungan balok-kolom berbeda dengan bahan yang biasa dipakai yaitu
campuran semen grouting dan air sedangkan untuk sementasi (grouting) sambungan
balokkolom mengggunakan bahan semen grouting dicampur dengan split 1/1 dengan
perbandingan (1:1). Kemudian bahan dituang dan digetarkan.
2. Sementasi (grouting) kolom
Bahan diisikan pada lubang kolom dengan menggunakan peralatan sementasi (grouting) sampai
terisi penuh dan padat dengan indikasi bahan sampai keluar diujung lubang. Bahan yang
digunakan merupakan campuran semen grouting murni dengan air (perbandingan disesuaikan
dengan spesifikasi bahan grouting).
d. Pemasangan (Erection) Plat
Pemasangan plat pracetak menumpu pada balok - balok pracetak. Sambungan antar plat diberi
tulangan kemudian di cor yang mutunya sesuai dengan rencana.
4.2. Cetakan
Jenis dan jumlah cetakan yang harus disediakan didapatkan dari hasil pengelompokan dari berbagai
tipe komponen. Untuk pengelompokkan tipe pada komponen tie beam, kolom, dan balok dilakukan
dengan cara mengelompokan tipe komponen yang memiliki ukuran penampang yang sama ke dalam satu
jenis cetakan. Kemudian untuk menentukan panjang cetakan dalam satu kelompok atau jenis cetakan,
dilakukan dengan cara memilih dimensi panjang komponen yang terpanjang dalam satu kelompok.
Komponen yang memiliki dimensi panjang kurang dari panjang cetakan yang disediakan, sebelum
pengecoran dapat dipasangi dengan stop cor pada ukuran yang diinginkan. Hasil analisajenis dan jumlah
cetakan yang harus disediakan untuk komponen tie beam, kolom, dan balok dapat dilihat pada Tabel 5,
Tabel 6, dan Tabel 7. Sedangkan untuk penentuan jenis dan jumlah cetakan pada komponen plat pracetak
dilakukan dengan cara mengelompokkan tipe komponen plat yang memiliki ukuran panjang dan lebar
yang mendekati untuk dijadikan dalam satu jenis cetakan. Hasil analisajenis dan jumlah cetakan yang
harus disediakan untuk komponen plat dapat dilihat pada Tabel 8.
4.4. Penjadwalan
Dari analisa tersebut maka dapat diketahui durasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek
pembangunan Rusunawa Polda Jatim apabila pada pekerjaan struktur tie beam kolom, balok dan plat
menggunakan beton pracetak adalah 214 hari. Sedangkan untuk durasi pembangunan rusunawa dengan
metode konvensional adalah 300 hari yang didapatkan dari data proyek. Berikut merupakan hasil
perhitungan efisiensi waktu pembangunan rusunawa dapat dilihat pada Tabel 11.
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa penggunaan beton pracetak pada proyek pembangunan Rusunawa
Polda Jatim maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil tabulasi komponen maka dapat diketahui jumlah komponen struktur
yang harus diproduksi untuk menyelesaikan pekerjaan struktur 5 lantai Rusunawa Polda
Jatim adalah 1856 komponen yang meliputi:
Tie Beam : 98 komponen yang terbagi menjadi 19 tipe
:
Kolom 363 komponen yang terbagi menadi 6 tipe
:
Balok 763 komponen yang terbagi menjadi 22 tipe
Plat : 632 komponen yang terbagi menjadi 23 tipe
2. Berdasarkan jumlah komponen yang harus diproduksi maka diketahui jumlah cetakan yang harus
disediakan untuk memproduksi komponen pracetak tiap harinya adalah:
Tie Beam : 7 cetakan dengan 3 macam ukuran
Kolom : 22 cetakan dengan 2 macam ukuran
Balok : 36 cetakan dengan 5 macam ukuran
Plat : 13 cetakan dengan 6 macam ukuran
3. Berdasarkan hasil perhitungan biaya didapatkan total biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
proyek Rusunawa Polda Jatim dengan memanfaatkan teknologi beton pracetak pada pekerjaan
struktur tie beam, kolom, balok dan plat adalah sebesar Rp. 13.300.074.303,07.
4. Berdasarkan hasil penjadwalan didapatkan total durasi pelaksanaan proyek Rusunawa Polda Jatim
dengan memanfaatkan teknologi beton pracetak pada pekerjaan struktur tie beam, kolom, balok, dan
plat adalah 214 hari.
5. Berdasarkan dari hasil analisa biaya dan waktu pelaksanaan proyek Rusunawa Polda Jatim dengan
beton pracetak pada pekerjaan strukturnya, maka didapatkan efisiensi biaya sebesar Rp.
604.137.428,00 lebih murah bila dibandingkan dengan menggunakan metode konvensional atau
sebesar 4,34% dan efisiensi waktu sebesar 86 hari lebih cepat pelaksaaannya atau sebesar 28,67%
dibandingkan dengan pekerjaan struktur dengan metode konvensional. Hal tersebut menunjukkan
bahwa penggunaan beton pracetak pada pembangunan Rusunawa Polda Jatim sangat efisien apabila
ditinjau dari biaya dan waktu yang dibutuhkan.
5.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan sebagai bahan pertimbangan dan masukkan di masa yang akan
datang, antara lain:
1. Dalam perencanaan pelaksanaan konstruksi beton pracetak sebaiknya mempertimbangkan jarak tempuh
pengadaan material untuk menjaga kestabilan waktu produksi komponen pracetak.
2. Pemanfaatan beton pracetak sebaiknya dilakukan pada gedung yang tipikal, agar tidak telalu banyak
jenis dan ukuran komponen pracetak yang diproduksi.
6. DAFTAR PUSTAKA
Dipohusodo, Istimawan. 1995. Manajemen Proyek & Konstruksi Jilid 2. Penerbit Kanisisus : Yogyakarta.
Dunham, C.W. 1984. The Theory and Practice of Reinforced Concrete. Mc Graw-Hill Book Company :
New York.
Ervianto, Wulfram I. 2006. Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi Beton Pracetak & Bekisting.
Penerbit Andi : Yogyakarta.
Kerjasama Ikatan Ahli Pracetak & Prategang Indonesia (IAPPI) Dengan Balai Peningkatan Keahlian
Teknik Konstruksi Keciptakaryaan PUSBIKTEK - Badan Pembinaan Konstruksi Kementrian
Pekerjaan Umum. 2011. Materi Pelatihan Pengawas Konstruksi Beton Pracetak Bangunan
Gedung 2011. Kementerian Pekerjaan Umum & IAPPI : Jakarta.
Kole, P., Kusuma, Gideon H. & Sagel, R. 1997. Pedoman Pengerjaan Beton Berdasarkan SKSNI T-15-
1991-03. Penerbit Erlangga : Jakarta.
Murdock, L.J. 1991. Bahan dan Praktek Beton. Penerbit Erlangga : Jakarta.
PBI 1971. Peraturan Beton Bertulang Indonesia. Bandung. Departemen Pekerjaan Umum & Tenaga
Listrik, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan.
PT. Widya Satria, Metode Pelaksanaan Struktur Bangunan Pracetak dengan Sistem BI - PLATE.
Surabaya
Prabowo, Rudy Ir., Penggunaan Sistem Pracetak Pada Bangunan Bertingkat. Surabaya.
Soeharto, Iman. 1995. Manajemen Proyek : Dari Konseptual Sampai Operasional. Jilid 1-2. Penerbit
Erlangga : Jakarta.
Trihendradi, Christian. 2011. Microsoft Project 2010 : Pendekatan Siklus Proyek. ANDI OFFSET:
Yogyakarta.
Wigbout, F. 1997. Bekisting (kotak cetak). Penerbit Erlangga : Jakarta.
Wuryanti, Wahyu. 2005. Kajian Indeks Biaya Konstruksi Pekerjaan Beton Bertulang & Baja Untuk
Konstruksi Bangunan Gedung. Handout Presentasi. Pusat Penelitian Dan Pengembangan
Pemukiman - Badan Penelitian dan pengembangan Departemen Pekerjaan Umum : Bandung.