Anda di halaman 1dari 12

JURNAL TEKNIK SIPIL

KAJIAN PENGGUNAAN BETON PRACETAK PADA PROYEK


PEMBANGUNAN RUSUNAWA
(Studi Kasus Pembangunan Rusunawa POLDA JATIM-Surabaya)
Sugiharti
Dosen Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Malang
E-mail: sugisas@yahoo.com

Abstract
The use of precast concrete is planned on work structure tie beam, columns, beams, and slab for
precast systems have the advantage in terms time and cost efficiency compared to conventional systems
(cast in place) to reach the targets that have been planned by the government.
The purpose is to find out the cost efficiency and time usage precast. The cost analysis was obtained
from the multiplication of bill of quantity and the work volume. To find a network using the Precedence
Diagram Method (PDM) which was processed through Microsoft Project 2007 software then arranged in
Bar Chart. The Bar Chart was arranged in the S-Curve with Microsoft Excel 2007 software. From the
calculations, total project cost is IDR 13,300,074,303.07 with the cost efficiency IDR 604,137,428.00 or
4.34% less than the conventional method and the duration is 214 days with the time efficiensy 86
workdays or 28.67% quicker than the conventional method.
Key words: pre-cast concrete, cost, time, efficiency

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Alternatif konstruksi yang saat ini berkembang adalah menerapkan suatu sistem pracetak penuh
atau sebagian pada bangunan rusunawa, baik pada komponen struktural (rangka struktur) maupun
komponen nonstruktural (dinding). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2004-2009,
target yang ditetapkan adalah 60.000 rumah susun sewa (rusunawa) dan 25.000 rumah susun milik
(rusunami). Sejak tahun 2003 sampai dengan tahun 2006, rumah susun 4-6 lantai telah terbangun 50
blok/tahun. Dengan adanya program percepatan pembangunan rusunawa sejak tahun 2006, maka jumlah
rusunawa berupa bangunan bertingkat sedang (4-6 lantai) adalah sekitar 150 blok/tahun dan rusunami
berupa bangunan bertingkat tinggi (10-20 lantai) sebanyak 300 blok/tahun sampai dengan tahun 2011.
Dalam tiga tahun terakhir telah terlaksana pembanguan 9.048 unit rumah susun, atau berarti 3.000 unit
rusunawa tiap tahunnya (97% dari seluruh rusun selama 3 tahun terakhir) terutama dengan adanya
program pembangunan sejuta rumah yang dicanangkan oleh pemerintah dan sebagian besar mengadopsi
teknologi dan sistem beton precast (Sijabat & Nurjaman, 2007). Berdasarkan data-data tersebut
menunjukkan bahwa konstruksi beton precast banyak dipakai dalam konstruksi bangunan rusunawa salah
satunya adalah Rusunawa Polda Jatim, karena sistem pracetak mempunyai keunggulan dalam segi
efisiensi waktu dan biaya dibandingkan dengan sistem konvensional (cast in place) untuk mencapai target
yang telah direncanakan oleh pemerintah.
Oleh karena itu, penyusun tertarik membahas tentang efisiensi dan efektifitas penggunaan beton
pracetak terhadap waktu dan biaya pelaksanaan pada proyek pembangunan rusunawa pada penelitian
yang berjudul Kajian Penggunaan Beton Pracetak pada Proyek Pembangunan Rusunawa Polda Jatim Kota
Surabaya.

1.2. Rumusan Masalah


Pada penelitian ini, rumusan masalah yang dapat diambil antara Iain sebagai berikut:
1. Berapa jenis dan jumlah komponen tie beam, kolom, balok dan plat untuk yang akan diproduksi?
2. Berapa jumlah cetakan yang harus disediakan untuk memproduksi beton pracetak?
3. Berapa biaya yang dibutuhkan dengan metode beton pracetak pada pekerjaan struktur tie beam,
kolom, balok dan plat?

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 65


JURNAL TEKNIK SIPIL

4. Berapa waktu yang dibutuhkan dengan menggunakan beton pracetak pada pekerjaan struktur tie beam,
kolom, balok dan plat?
5. Berapa besar prosentase efisiensi biaya dan waktu penggunaan beton pracetak?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini, antara lain sebagai berikut:
1. Mengetahui jenis dan jumlah komponen tie beam, kolom, balok dan plat yang akan diproduksi.
2. Mengetahui jumlah cetakan yang harus disediakan untuk memproduksi beton pracetak tiap harinya.
3. Mengetahui biaya yang dibutuhkan dengan metode beton pracetak pada pekerjaan struktur tie beam,
kolom, balok dan plat.
4. Mengetahui waktu yang dibutuhkan dengan menggunakan beton pracetak pada pekerjaan struktur tie
beam, kolom, balok dan plat.
5. Mengetahui besar prosentase efisiensi biaya dan waktu penggunaan beton pracetak.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Beton Pracetak


Beton pracetak tidak berbeda dengan beton biasa. Namun yang menjadikan berbeda adalah metoda
pabrikasinya. Pracetak dapat diartikan sebagai suatu proses produksi elemen struktur ataupun arsitektural
bangunan pada suatu tempat/lokasi yang berbeda dengan tempat/lokasi dimana elemen struktur ataupun
arsitektural tersebut akan digunakan.
Penggunaan beton pracetak dianggap lebih ekonomis dibandingkan dengan pengecoran ditempat
dengan alasan mengurangi biaya pemakaian bekisting, mereduksi biaya upah pekerja karena jumlah
pekerja relatif lebih sedikit, mereduksi durasi pelaksanaan proyek sehingga overhead yang dikeluarkan
menjadi lebih kecil (The Theory and Practice of Reinforced Concrete, Dunham, 1984).
Untuk mencapai etlsiensi dalam penggunaan sistem pracetak ini tentunya jumlah varian dan
komponen pracetak tidak terlalu banyak ragamnya, karena menyangkut masalah cetakan, yang biaya
pembuatannyajuga tidak murah. Oleh karena itu, untuk dapat menggunakan metode pracetak ini volume
pekerjaan menjadi salah satu pertimbangan utama, agar sistem dapat dilakukan secara optimal.

2.2. Keunggulan dan Kelemahan Beton Pracetak


Sistem beton pracetak mempunyai beberapa keunggulan-keunggulan sebagai berikut (Eksplorasi
Teknologi dalam Proyek Konstruksi Beton Pracetak & Bekisting, Ervianto, 2006):
1. Durasi proyek menjadi lebih singkat
2. Mereduksi biaya konstruksi
3. Kontinuitas proses konstruksi dapat terjaga
4. Produksi massal
5. Mengurangi biaya pengawasan
6. Mengurangi kebisingan
7. Dihasilkan kualitas beton yang baik
8. Pelaksanaan konstruksi hampir tidak terpengaruh oleh cuaca
Adapun kelemahan-kelemahan dari penggunaan beton pracetak sebagai berikut (Eksplorasi
Teknologi dalam Proyek Konstruksi Beton Pracetak & Bekisting, Ervianto, 2006):
1. Tambahan biaya pada proses transportasi komponen pracetak dari pabrik ke lokasi proyek.
2. Pelaksanaan pemasangan (erection) memerlukan alat bantu berupa alat-alat berat.
3. Harus menentukan sambungan yang mampu mengantisipasi semua gaya yang terjadi sehingga
perilaku struktur dapat menyerupai struktur beton bertulang.

2.3. Cetakan (Bekisting/ Moulding)


Menurut Wulfram I Ervianto (Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi Beton Pracetak &
Bekisting, Ervianto, 69, 2006), cetakan merupakan unsur yang sangat penting dalam mekanisme proses

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 66


JURNAL TEKNIK SIPIL

produksi beton pracetak. Biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan cetakan menyerap porsi yang cukup
lebih besar dari total biaya yang diperlukan. Persyaratan yang harus dipenuhi sebagai suatu cetakan beton
pracetak adalah:
1. Mempunyai volume yang stabil, sehingga dapat menghasilkan dimensi beton pracetak yang akurat.
2. Dapat digunakan berulang kali tanpa mengeluarkan biaya perawatan yang besar.
3. Mudah dipindahkan dan rapat air sehingga tidak memungkinkan air agregat keluar dari cetakan.
4. Mempunyai daya lekat yang rendah dengan beton dan mudah proses pembersihannya.
5. Dapat digunakan untuk memproduksi berbagai bentuk komponen beton pracetak (fleksibel).

2.4. Pekerjaan Pembesian


Pekerjaan pembesian meliputi perencanaan dan proses fabrikasi. Perencanaan merupakan
perhitungan dalam menentukan kebutuhan tulangan. Sedangkan fabrikasi merupakan perangkaian
tulangan itu sendiri. Pengontrolan tulangan diperlukan untuk menjaga mutu dan kualitas akhir agar sesuai
dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Langkah-langkah dalam perangkaian tulangan pada pracetak
antara lain:
1. Pekerjaan pemotongan
2. Pekerjaan pembengkokan
3. Pekerjaan perangkaian

2.5. Pekerjaan Pengecoran Beton Pracetak


Pekerjaan pengecoran untuk komponen beton pracetak dilakukan di tempat fabrikasi dengan
pengawasan ketat agar di dapat hasil akhir yang sesuai dengan keinginan. Jika tempat fabrikasi berada di
lokasi proyek, maka untuk pengecoran perlu diperhatikan hal-hal berikut:
1. Pengangkutan
2. Penuangan/ Pengecoran
3. Pemadatan

2.6. Pekerjaan Perawatan (Curing)


Pekerjaan perawatan (curing) dilaksanakan ketika beton mulai dituangkan ke dalam cetakan sampai
beton dinyatakan dalam keadaan keras dan kuat. Pekerjaan ini bertujuan agar permukaan beton selalu
basah. Selama proses pengerasan, beton akan mengalami reaksi kirnia yakni proses hidrasi, yaitu
kehilangan air karena penguapan, sehingga beton membutuhkan air dalam jumlah yang cukup. Di samping
menimbulkan hidrasi penguapan juga menimbulkan penyusutan kering secara cepat yang mengakibatkan
beton menjadi retak-retak.
Pelaksanaan perawatan beton dimulai 24 jam setelah selesai dipasang di dalam acuan, beton harus
diselimuti denga penutup guna mengantisipasi adanya hujan lebat, sinar matahari, getaran, dan air
mengalir. Untuk menjaga agar beton tetap lembap 2 minggu setelah berada dalam cetakan, beton dibasahi
agar proses hidrasi. Apabila diberi zat aditif seperti sodium karbonat dan potasium karbonat yang berfungsi
untuk mempercepat pengerasan beton, perawatan dilakukan ± 4 jam setelah pengecoran. Masa-masa yang
terpenting adalah 5 sampai 7 hari setelah dicor, harus diadakan pencegahan pengeringan beton agar
diperoleh ketahanan maksimal terhadap kemungkinan pecah karena pembekuan.

2.7. Metode Pemasangan (Erection)


Ervianto (Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi Beton Pracetak & Bekisting, Ervianto,
79, 2006) menjelaskan bahwa proses penyatuan komponen bangunan yang berupa beton pracetak yang
telah diproduksi dan layak (cukup umur) untuk disatukan menjadi bagian dari bangunan disebut proses
pemasangan (erection). Metode yang dapat digunakan dalam proses penyatuan komponen dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Metode Vertikal
Kegiatan penyatuan komponen beton pracetak yang dilaksanakan pada arah vertikal struktur bangunan
yang mempunyai kolom menerus dari lantai dasar hingga lantai paling atas, yang dengan cara

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 67


JURNAL TEKNIK SIPIL

demikian maka sambungan-sambungan pada lantai di atasnya harus dapat segera bekerja secara
efisien.
2. Metode Horizontal
Penyatuan komponen beton pracetak yang pelaksanaannya tiap satu lantai (arah horizontal bangunan).
Metode ini digunakan untuk struktur bangunan yang terdiri dari komponen kolom pracetak dengan
sambungan pada tempat-tempat tertentu. Sambungan pada metode ini tidak harus segera dapat
berfungsi sehingga tersedia waktu yang cukup untuk pengerasan beton.

3. METODE PENELITIAN

3.1. Obyek dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada Proyek Pembangunan Rusunawa Polda Jatim,Kota Surabaya yang
berlokasi di Jalan Bangkingan Kecamatan Lakarsantri Kota Surabaya. Waktu melakukan penelitian
kajian penggunaan beton pracetak pada pekerjaan struktur pada proyek pembagunan Rusunawa Polda
Jatim adalah bulan April 2012 hingga bulan Juli 2012.

3.2. Data Penelitian


Bahan yang digunakan dalam kajian penggunaan beton pracetak pada proyek pembangunan
rusunawa berupa data-data teknis dalam proyek. Data tersebut antara lain adalah:
1. Gambar Bestek
Gambar bestek adalah gambar yang berisi desain rencana pembangunan Rusunawa Polda Jatim.
Gambar Bestek dalam penelitian ini berfungsi sebagai gambar rencana awal yang digunakan untuk
menghitung jenis dan jumlah komponen struktur kolom,balok, dan plat yang harus di produksi.
Sehingga dapat menentukan besar masing-masing volume pekerjaan.
2. Daftar Harga Satuan
Isi dari Daftar harga satuan adalah harga bahan/material, upah pekerja, dan analisa pekerjaan. Daftar
harga material dan upah pekerja juga dapat diperoleh dengan memakai harga langsung dari produsen
maupun supplier yang ada di kota Surabaya.
3. RAB
RAB singkatan dari Rencana Anggaran Biaya, yang didapat dari proyek pembangunan Rusunawa
Polda Jatim berisi uraian pekerjaan, volume pekerjaan, satuan pekerjaan, harga satuan pekerjaan,
jumlah harga pekerjaan yang pada pekerjaan strukturnya menggunakan metode konvensional.
4. Kurva"S"
Kurva "S" yang didapat dari Proyek Pembangunan Rusunawa Polda Jatim Kota Surabaya berisi
tentang penjadwalan masing-masing pekerjaan yang dalam pekerjaan struktur kolom,balok dan plat
mengunakan metode konvensional.

3.3. Metode Pelaksanaan Bl-Plate


Metode pelaksanaan yang akan digunakan dalam pembangunan rusunawa Polda Jatim direncanakan
menggunakan system Bl-Plate. Berdasarkan dari data pelaksanaan PT. Widya Satria pada saat proses
pembangunan rusunawa Gunungsari, Surabaya dapat diketahui metode pelaksanaan sistem BI - Plate di
lapangan, yaitu:
1. Persiapan Lahan
Mempersiapkan lahan kerja yang dapat menampung dari rencana produksi pracetak dan tempat
penyimpanan (stocking) sementara. Kemudian disiapkan lahan kerja yang harus rata dan datar untuk
pembuatan komponen kolom, balok, dan plat pracetak. Lapisan tanah diratakan diberi pasir, kemudian
dicor dengan ketebalan 8 - 1 0 cm. Jika lahan kerja tidak rata, hasil produksi komponen pracetak
beton kurang bagus.

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 68


JURNAL TEKNIK SIPIL

2. Produksi
a. Bekisting
Bekisting harus dipasang lurus, rata dan datar. Bekisting dapat dibuat permanen dengan
menggunakan besi plat atau triplek phenofilm. Penggunaan triplek phenofilm atau besi plat,
pengerjaan dapat berulang dan hasil kerja lebih cepat dan maksimal.
b. Pembesian
Pada tahap pembesian, tulangan yang sudah disiapkan terlebih dahulu diberi beton decking (beton
tahu) sebagai lapisan pembatas / selimut beton antara tulangan dengan bekisting. Setelah selesai
letakkan tulangan pembesian pada bekisting.
c. Pengecoran Komponen Pracetak
Pengadaan mortar untuk pengecoran komponen dengan readymix dan penuangannya dapat
dilakukan dengan bantuan concrete pump. Dalam pelekasanaan pengecoran sesekali harus
dilakukan perataan beton dengan sendok/sekop sehingga dapat segera diratakan dengan cara
digetarkan.
Setelah digetarkan, proses finishing dapat dilakukan pada bagian permukaan sesuai dengan rencana
dan spesiflkasi. Untuk balok, proses finishing dilakukan pada permukaan tepi balok agar saat
pemasangan (erection) plat dapat duduk dengan rata. Perhatian khusus juga harus diberikan ketika
mengerjakan bagian sudut balok/kolom, sehingga dihasilkan sudut yang rapih dan membentuk
siku.
3. Penyimpanan (Stocking)
Hasil produksi pracetak ditaruh di tempat yang datar dan kokoh untuk mencegah terjadinya lendutan.
Jika balok, kolom dan plat lantai pracetak disimpan dengan benar, dengan balok/kaso yang segaris,
dapat ditumpuk sampai 5 - 8 panel atau dengan tinggi susunan maximum adalah 1,50 m dari dasar
susunan.
4. Pemasangan (Erection) Balok, Kolom, dan Plat Pracetak
a. Pemasangan (Erection) Kolom
Kolom pracetak dipasang pada titik-titik modul yang sudah ditentukan berdasarkan gambar rencana.
Pada posisi lantai dasar, dipasang stek besi minimal 90 cm. Dan untuk kolom lantai selanjutnya,
besi tulangan masuk ke kolom atasnya sepanjang minimal 40D. Menegakkan kolom menggunakan
alat level, periksa kemiringan pada sisi kolom.
b. Pemasangan (Erection) Balok
Balok pracetak dipasang setelah kolom sudah di pasang dan kedudukan kolom sudah dinyatakan
benar. Balok menumpu di kolom kurang lebih 3 - 5 cm. Bila kedudukan balok sudah diatur dengan
baik, kemudian dipersiapan sambungan. Selipkan besi tulangan atas balok pada saat pemasangan
(erection) balok agar memudahkan saat pembesian dengan plat lantai.
c. Sementasi (Grouting)
Ada dua macam sementasi (grouting), yaitu :
1. Sementasi (grouting) sambungan balok-kolom
Langkah awal dengan memasang bekisting, ukuran menyesuaikan dimensi penampang kolom.
Bahan sementasi sambungan balok-kolom berbeda dengan bahan yang biasa dipakai yaitu
campuran semen grouting dan air sedangkan untuk sementasi (grouting) sambungan
balokkolom mengggunakan bahan semen grouting dicampur dengan split 1/1 dengan
perbandingan (1:1). Kemudian bahan dituang dan digetarkan.
2. Sementasi (grouting) kolom
Bahan diisikan pada lubang kolom dengan menggunakan peralatan sementasi (grouting) sampai
terisi penuh dan padat dengan indikasi bahan sampai keluar diujung lubang. Bahan yang
digunakan merupakan campuran semen grouting murni dengan air (perbandingan disesuaikan
dengan spesifikasi bahan grouting).
d. Pemasangan (Erection) Plat
Pemasangan plat pracetak menumpu pada balok - balok pracetak. Sambungan antar plat diberi
tulangan kemudian di cor yang mutunya sesuai dengan rencana.

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 69


JURNAL TEKNIK SIPIL

3.4. Metode Pelaksanaan Penelitian


Metodologi yang digunakan dan pembahasan permasalahan ini adalah:
1. Studi Literatur
Penggunaan literatur-literatur yang menunjang tentang efisiensi biaya, waktu, dan prosedur pelaksanaan
antara lain:
a. Dasar teori pelaksanaan kontruksi precast
b. Analisaanggaran biaya
c. Schedule Pelaksanaan
d. Gambar-gambar proyek
2. Pengumpulan data-data proyek
a. Gambar proyek
b. Daftar harga satuan bahan dan upah sesuai kontrak
c. Analisa biaya pada pembangunan system konvensional
d. Time schedule atau Kurva S pembangunan sistem konvensional
3. Menganalisa data
Menganalisa tahap-tahap pekerjaan yang digunakan dalam pekerjaan struktur menggunakan beton
pracetak berdasarkan pertimbangan dari segi biaya dan waktu pekerjaan. Analisa yang digunakan
adalah:
a. Mengiventaris lingkup pekerjaan yang meliputi metode pelaksanaan sistem pracetak,
jumlah dan jenis komponen pracetak yang harus diproduksi dengan cara membuat
tabulasi komponen struktur kolom, balok dan plat pracetak.
b. Merancang jumlah cetakan yang harus disiapkan untuk memproduksi komponen
pracetak.
c. Menghitung Rencana Anggaran Biaya (RAB) harus mempersiapkan Harga Satuan
Bahan, Alat dan Upah. Dari hasil tabulasi komponen pracetak, akan didapatkan volume
masing-masing komponen pracetak. Kemudian membuat Analisa Harga Komponen
Pracetak dengan cara mengalikan volume masing-masing pekerjaan dengan harga satuan dap
pekerjaan. Hasil analisa harga komponen pracetak dikalikan dengan jumlah komponen yang
diproduksi untuk menentukan total biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan struktur menggunakan
beton pracetak dengan bantuan software Microsoft Excel 2007.
d. Sedangkan, untuk membuat jadwal pelaksanaan peneliti menggunakan software bantu
Microsoft Excel 2007 untuk menghitung durasi masing-masing pekerjaan dan Microsoft
Project 2007 untuk mengetahui lintasan kritis pada jaringan kerja. Kemudian dari hasil
tersebut kerja bisa diplotkan dalam barchart dengan bantuan Microsoft excel 2007
untuk mengetahui waktu total yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek tersebut.
e. Menghitung selisih biaya dan waktu antara pelaksanaan proyek dengan metode
konvensional dan sistem pracetak, untuk menghitung prosentase efisiensi biaya dan
waktu penggunaan beton pracetak untuk pekerjaan struktur rusunawa.
4. Pembahasan dan Kesimpulan
Pada tahap ini, peneliti telah melakukan beberapa analisa data mulai dari jenis dan jumlah komponen
struktur, jumlah cetakan untuk memproduksi komponen pracetak, Rencana Anggaran Biaya (RAB)
dan Jadwal Pelaksanaan dan kurva "S" kemudian dari hasil analisa tersebut akan didapatkan besar
efisiensi biaya dan waktu penggunaaan beton pracetak.

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 70


JURNAL TEKNIK SIPIL

Tahap pelaksanaan penelitian ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Bagan Alir Metodologi Penelitian

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Jenis dan Jumlah Komponen Pracetak


Perencanaan sistem pracetak meliputi penentuan ukuran dan jumlah komponen yang harus di
produksi untuk memenuhi kebutuhan komponen struktur untuk pembangunan rusunawa. Hasil tabulasi
komponen pracetak pada pembangunan Rusunawa Polda Jatim Kota Surabaya yang didapatkan
berdasarkan shop drawing struktur proyek dapat dilihat pada Tabel 1, Tabel 2, Tabel 3 dan Tabel 4.

Tabel 1. Tabulasi Komponen Tie Beam


NO Tipe Dimensi (m) Total
A Tie Beam t l p Komponen
1 TB-1 0,250 0,400 3,450 16
2 TB-2 0,250 0,400 3,150 34
3 TB-3 0,250 0,400 4,958 2
4 TB-4 0,250 0,400 4,442 2
5 TB-5 0,250 0,400 4,796 8
6 TB-6 0,250 0,400 4,750 14
7 TB-7 0,250 0,400 3,300 2
8 TB-8 0,250 0,400 1,042 2
9 TB-9 0,250 0,400 1,100 2
10 TB-10 0,250 0,400 0,834 11
11 TB-11 0,250 0,400 3,583 3
12 TB-12 0,250 0,400 3,700 2
TOTAL 98

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 71


JURNAL TEKNIK SIPIL

Tabel 2. Tabulasi Komponen Kolom


No. Tipe Dimensi (m) Total
B Kolom t 1 P Komponen
1 Kl 0,300 0,500 3,400 24
2 K2 0,300 0,500 3,400 96
3 K2A 0,300 0,500 3,000 3
4 K3 0,300 0,500 3,000 144
5 K4 0,300 0,500 3,000 42
6 K5 0,300 0,350 1,200 54
TOTAL 363

Tabel 3. Tabulasi Komponen Balok


No. Tipe Dimensi (m) Total
C Balok t 1 P Komponen
1 Bl 0,300 0,450 4,250 178
2 B2 0,300 0,450 4,250 43
3 B3 0,300 0,450 1,850 60
4 B4 0,300 0,450 5,550 96
5 B5 0,300 0,450 1,850 5
6 B5A 0,300 0,450 0,720 3
7 B6 0,300 0,450 4,250 4
8 BA 0,250 0,450 5,700 8
9 BA1 0,250 0,450 5,750 16
10 BA2 0,250 0,450 4,200 4
11 BA3 0,250 0,450 1,850 8
12 BA4 0,250 0,450 4,250 2
13 BSl 0,300 0,450 4,250 16
14 BS2 0,300 0,450 5,550 16
15 CG 0,300 0,450 1,175 64
16 CGI 0,300 0,450 1,200 38
17 RBI 0,250 0,450 4,250 56
18 RB2 0,250 0,450 5,550 30
19 RB3 0,250 0,450 1,850 15
20 RB4 0,150 0,450 4,250 30
21 RB5 0,150 0,450 5.500 56
22 RB6 0,150 0,450 1,850 15
TOTAL 763

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 72


JURNAL TEKNIK SIPIL

Tabel 4. Tabulasi Komponen Plat


No. Tipe Dimensi (m) Total
D Plat t 1 P Komponen
1 SI 0,120 1,430 4,260 69
2 S2 0,120 1,440 4,260 138
3 S3 0,120 1,440 4,260 69
4 S4 0,120 0,985 2,860 64
5 S5 0,120 0,985 2,660 64
6 S6 0,120 1,465 2,365 8
7 S7 0,120 1,465 2,365 8
8 S8 0,120 2,100 2,260 44
9 S9 0,120 2,100 2,260 64
10 S10 0,120 1,217 2,605 8
11 S11 0,120 2,100 2,260 4
12 S12 0,120 2,010 2,145 8
13 S13 0,120 0,640 1,910 32
14 S14 0,120 1,365 4,310 2
15 S15 0,120 1,395 4,310 2
16 S16 0,120 1,240 4,310 2
17 S17 0,120 1,080 4,310 28
18 S18 0,120 1,100 1,235 4
19 S19 0,120 1,180 5,810 4
20 S20 0,120 1,235 2,360 2
21 S21 0,120 2,010 2,145 2
22 S22 0,120 2,005 2,363 4
23 S23 0,120 0,750 4,310 2
TOTAL 632

4.2. Cetakan
Jenis dan jumlah cetakan yang harus disediakan didapatkan dari hasil pengelompokan dari berbagai
tipe komponen. Untuk pengelompokkan tipe pada komponen tie beam, kolom, dan balok dilakukan
dengan cara mengelompokan tipe komponen yang memiliki ukuran penampang yang sama ke dalam satu
jenis cetakan. Kemudian untuk menentukan panjang cetakan dalam satu kelompok atau jenis cetakan,
dilakukan dengan cara memilih dimensi panjang komponen yang terpanjang dalam satu kelompok.
Komponen yang memiliki dimensi panjang kurang dari panjang cetakan yang disediakan, sebelum
pengecoran dapat dipasangi dengan stop cor pada ukuran yang diinginkan. Hasil analisajenis dan jumlah
cetakan yang harus disediakan untuk komponen tie beam, kolom, dan balok dapat dilihat pada Tabel 5,
Tabel 6, dan Tabel 7. Sedangkan untuk penentuan jenis dan jumlah cetakan pada komponen plat pracetak
dilakukan dengan cara mengelompokkan tipe komponen plat yang memiliki ukuran panjang dan lebar
yang mendekati untuk dijadikan dalam satu jenis cetakan. Hasil analisajenis dan jumlah cetakan yang
harus disediakan untuk komponen plat dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 5. Jumlah Cetakan untuk Produksi Komponen Tie Beam


Dimesi Cetakan (m) Jumlah Jumlah
Jenis Cetakan
t 1 P Komponen Bekisting
1 0,250 0,400 4,958 26 4
2 0,250 0,400 1,042 15 2
3 0,250 0,400 3,700 57 8

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 73


JURNAL TEKNIK SIPIL

Tabel 6. Jumlah Cetakan untuk Produksi Komponen Kolom


Jenis Cetakan Dimensi Cetakan (m) Jumlah Jumlah
t 1 P Komponen Bekisting
1 0,300 0,500 3,400 309 12
2 0,300 0,350 1,200 54 10

Tabel 7. Jumlah Cetakan untuk Produksi Komponen Balok


Dimensi Cetakan (m) Jumlah Jumlah
Jenis Cetakan
t 1 P Komponen Bekisting
1 0,300 0,450 1,850 170 4
2 0,300 0,450 5.550 353 9
3 0,250 0,450 5,750 116 10
4 0,250 0,450 1,850 23 3
5 0,150 0,450 5,500 101 10

Tabel 8. Jumlah Cetakan untuk Produksi Komponen Plat


Dimensi Cetakan (m) Jumlah Jumlah
Jenis Cetakan
t 1 P Komponen Bekisting
1 0,120 1,465 2,365 292 5
2 0,120 1,080 4,310 190 3
3 0,120 2,100 2,260 112 2
4 0,120 1,240 5,810 20 1
5 0,120 2,010 2,363 12 1
6 0,120 1,395 4,310 6 1

4.3. Rencana Anggaran Biaya


Rencana anggaran biaya proyek pembangunan Rusunawa Polda Jatim dengan sistem pracetak pada
pekerjaan struktur tie beam, kolom, balok, dan plat merupakan hasil harga satuan pekerjaan dikali dengan
volume masing-masing pekerjaan. Hasil rekapitulasi perhitungan rencana anggaran biaya yang
dibutuhkan pada proyek pembangunan rusunawa Polda Jatim dapat dilihat pada Tabel 9. Setelah
diketahui nilai total rencana anggaran biaya dari masing-masing metode, maka dapat dihitung besar
efisiensi biaya. Hasil perhitungan efisiensi biaya pembangunan rusunawa dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 9. Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya


Sistem Pracetak Konvensional
No Jenis Pekerjaan
Harga Jumlah Harga
I Pekerjaan Persiapan Rp 124.462.692,15 Rp 124.462.692,15
II Pekerjaan Struktur Rp 6.618.031.394,06 Rp 7.222.168.822,06
a. Persiapan Produksi Precast Rp 22.490.376,86
b. Pekerjaan Lantai Dasar Rp 2.778.840.560,31 Rp 2.915.604.178,40
c. Pekerjaan Struktur Lantai 2 RP 630.244.768,52 Rp 751.944.566,83
d. Pekerjaan Struktur Lantai 3 Rp 609.894.700,34 Rp 745.025.915,27
e. Pekerjaan Struktur Lantai 4 Rp 609.894.700,34 Rp 745.025.915,27
f. Pekerjaan Struktur Lantai 5 Rp 609.894.700,34 Rp 745.025.915,27
g. Pekerjaan Struktur Lantai Atap Rp 334.067.446,96 Rp 297.288.390,73
h. Pekerjaan Struktur Lantai Ring Balk Rp 135.118.206,24 Rp 127.374.116,50
i. Pekerjaan Struktur Lantai Roof Tank Rp 24.900.397,56 Rp 35.149.950,32
j. Pekerjaan Atap Baja Ringan Rp 206.737.936,30 Rp 206.737.936,30
k. Pekerjaan Ground Tank dan Rumah Pompa Rp 408.787.386,08 Rp 405.831.722,94
l. Pekerjaan Septic Tank Rp 247.160.214,23 Rp 247.160.214,23
III Pekerjaan Arsitektur Rp 4.406.189.593,10 Rp 4.406.189.593,10
IV Pekerjaan Mekanikai dan Elektrikal Rp 2.151.390.623,75 RP 2.151.390.623,75
TOTAL Rp 13.300.074.303,07 Rp 13.904.211.731,06

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 74


JURNAL TEKNIK SIPIL

Tabel 10. Efisiensi Biaya Pembangunan Rusunawa


No Uraian Konvensional (Rp) Pracetak (Rp) Selisih (Rp) Efisiensi (%)
1 Biaya 13.904.211.731,06 13.300.074.303,07 604.137.428,00 4,34

4.4. Penjadwalan
Dari analisa tersebut maka dapat diketahui durasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek
pembangunan Rusunawa Polda Jatim apabila pada pekerjaan struktur tie beam kolom, balok dan plat
menggunakan beton pracetak adalah 214 hari. Sedangkan untuk durasi pembangunan rusunawa dengan
metode konvensional adalah 300 hari yang didapatkan dari data proyek. Berikut merupakan hasil
perhitungan efisiensi waktu pembangunan rusunawa dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Efisiensi Waktu Pembangunan Rusunawa


No Uraian Konvensional (hari) Pracetak (hari) Selisih (hari) Efisiensi (%)
1 Durasi 300 214 86 28,67

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa penggunaan beton pracetak pada proyek pembangunan Rusunawa
Polda Jatim maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil tabulasi komponen maka dapat diketahui jumlah komponen struktur
yang harus diproduksi untuk menyelesaikan pekerjaan struktur 5 lantai Rusunawa Polda
Jatim adalah 1856 komponen yang meliputi:
Tie Beam : 98 komponen yang terbagi menjadi 19 tipe
:
Kolom 363 komponen yang terbagi menadi 6 tipe
:
Balok 763 komponen yang terbagi menjadi 22 tipe
Plat : 632 komponen yang terbagi menjadi 23 tipe
2. Berdasarkan jumlah komponen yang harus diproduksi maka diketahui jumlah cetakan yang harus
disediakan untuk memproduksi komponen pracetak tiap harinya adalah:
Tie Beam : 7 cetakan dengan 3 macam ukuran
Kolom : 22 cetakan dengan 2 macam ukuran
Balok : 36 cetakan dengan 5 macam ukuran
Plat : 13 cetakan dengan 6 macam ukuran
3. Berdasarkan hasil perhitungan biaya didapatkan total biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
proyek Rusunawa Polda Jatim dengan memanfaatkan teknologi beton pracetak pada pekerjaan
struktur tie beam, kolom, balok dan plat adalah sebesar Rp. 13.300.074.303,07.
4. Berdasarkan hasil penjadwalan didapatkan total durasi pelaksanaan proyek Rusunawa Polda Jatim
dengan memanfaatkan teknologi beton pracetak pada pekerjaan struktur tie beam, kolom, balok, dan
plat adalah 214 hari.
5. Berdasarkan dari hasil analisa biaya dan waktu pelaksanaan proyek Rusunawa Polda Jatim dengan
beton pracetak pada pekerjaan strukturnya, maka didapatkan efisiensi biaya sebesar Rp.
604.137.428,00 lebih murah bila dibandingkan dengan menggunakan metode konvensional atau
sebesar 4,34% dan efisiensi waktu sebesar 86 hari lebih cepat pelaksaaannya atau sebesar 28,67%
dibandingkan dengan pekerjaan struktur dengan metode konvensional. Hal tersebut menunjukkan
bahwa penggunaan beton pracetak pada pembangunan Rusunawa Polda Jatim sangat efisien apabila
ditinjau dari biaya dan waktu yang dibutuhkan.

5.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan sebagai bahan pertimbangan dan masukkan di masa yang akan
datang, antara lain:
1. Dalam perencanaan pelaksanaan konstruksi beton pracetak sebaiknya mempertimbangkan jarak tempuh
pengadaan material untuk menjaga kestabilan waktu produksi komponen pracetak.

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 75


JURNAL TEKNIK SIPIL

2. Pemanfaatan beton pracetak sebaiknya dilakukan pada gedung yang tipikal, agar tidak telalu banyak
jenis dan ukuran komponen pracetak yang diproduksi.

6. DAFTAR PUSTAKA
Dipohusodo, Istimawan. 1995. Manajemen Proyek & Konstruksi Jilid 2. Penerbit Kanisisus : Yogyakarta.
Dunham, C.W. 1984. The Theory and Practice of Reinforced Concrete. Mc Graw-Hill Book Company :
New York.
Ervianto, Wulfram I. 2006. Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi Beton Pracetak & Bekisting.
Penerbit Andi : Yogyakarta.
Kerjasama Ikatan Ahli Pracetak & Prategang Indonesia (IAPPI) Dengan Balai Peningkatan Keahlian
Teknik Konstruksi Keciptakaryaan PUSBIKTEK - Badan Pembinaan Konstruksi Kementrian
Pekerjaan Umum. 2011. Materi Pelatihan Pengawas Konstruksi Beton Pracetak Bangunan
Gedung 2011. Kementerian Pekerjaan Umum & IAPPI : Jakarta.
Kole, P., Kusuma, Gideon H. & Sagel, R. 1997. Pedoman Pengerjaan Beton Berdasarkan SKSNI T-15-
1991-03. Penerbit Erlangga : Jakarta.
Murdock, L.J. 1991. Bahan dan Praktek Beton. Penerbit Erlangga : Jakarta.
PBI 1971. Peraturan Beton Bertulang Indonesia. Bandung. Departemen Pekerjaan Umum & Tenaga
Listrik, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan.
PT. Widya Satria, Metode Pelaksanaan Struktur Bangunan Pracetak dengan Sistem BI - PLATE.
Surabaya
Prabowo, Rudy Ir., Penggunaan Sistem Pracetak Pada Bangunan Bertingkat. Surabaya.
Soeharto, Iman. 1995. Manajemen Proyek : Dari Konseptual Sampai Operasional. Jilid 1-2. Penerbit
Erlangga : Jakarta.
Trihendradi, Christian. 2011. Microsoft Project 2010 : Pendekatan Siklus Proyek. ANDI OFFSET:
Yogyakarta.
Wigbout, F. 1997. Bekisting (kotak cetak). Penerbit Erlangga : Jakarta.
Wuryanti, Wahyu. 2005. Kajian Indeks Biaya Konstruksi Pekerjaan Beton Bertulang & Baja Untuk
Konstruksi Bangunan Gedung. Handout Presentasi. Pusat Penelitian Dan Pengembangan
Pemukiman - Badan Penelitian dan pengembangan Departemen Pekerjaan Umum : Bandung.

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 76

Anda mungkin juga menyukai