Kontak Person:
Didik Dri Prasetya
Jln.Wisma Permai II/39 Surabaya
E-mail: Projogatotkoco@gmail.com
Abstrak
Kegiatan Pembangunan Gedung Pemerintahan sekarang banyak yang menggunakan metode pelaksanaan beton Precast
maupun konvensional.Dari kedua metode pelaksanaan pekerjaan beton ini menarik untuk di analisis.Data Primer analisis
diambil dari analisa beton kolom lantai dasar ukuran 50x50cm pada pekerjaan Gedung Sekretariat Probolinggo dan data
Sekunder dari data analisa Pekerjaan Rehabilitasi Gedung Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur masing-masing dengan
ketinggian gedung berlantai 4.Setelah dilakukan analisis perbandingan analisa harga dari masing- masing metode untuk data
analisa Precast nilai harga tiap kolom Rp 6.672.634.375,-(Enam Juta Enam Ratus Tujuh Puluh Dua Ribu Enam Ratus Tiga
Puluh Empat Tiga Ratus Tujuh Puluh Lima Rupiah)sedangkan dari hasil analisis metode konvensional diperoleh nilai konversi
harga yaitu Rp7.058.430,00,-(Tujuh Juta Lima Puluh Delapan ribu Empat Ratus Tiga Puluh Rupiah),-,terdapat selisih sekitar
Rp385.796,00,-(Tiga Ratus Delapan Puluh Lima Ribu Tujuh Ratus Sembilan Puluh Enam Rupiah.,sekitar(5,46 %.).Maka dapat
disimpulkan bahwa biaya yang dibutuhkan beton kolom precast lebih kecil atau hemat 5,46% daripada biaya kolom beton
konvensional.Selain harga yang lebih murah juga waktu pelaksanaan lebih cepat,jumlah tenaga lebih sedikit, reduksi biaya
karena pemakaian bekisting,reduksi jumlah pekerja,reduksi overhead karena kecepatan pelaksanaan relatif terkendali.
1. Pendahuluan
Penggunaan beton masih menjadi salah satu bahan bangunan yang paling banyak digunakan
dalam konstruksi saat ini. Hal ini dikarenakan beton merupakan salah satu material yang lebih
terjangkau dengan kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan material lain seperti baja dan kayu.
Penggunaan beton pracetak merupakan salah satu contoh inovasi yang banyak digunakan dalam proses
pembangunan konstruksi saat ini. Bagian beton pracetak dapat mempercepat proses kerja dan
meminimalkan jumlah bekisting dan perancah (limbah). Dalam dunia konstruksi, keberadaan
pemborosan (waste) pada bahan bangunan perlu diminimalkan. Sedangkan penggunaan metode
konvensional proses pekerjaan beton konstruksi lebih membutuhkan waktu yang lama dan
membutuhkan banyak tenaga maupun bahan material seperti perancah bekisting.
Pada pemiihan beton konvensional dan beton precast pada proyek konstruksi kita perlu
mempunyai satu penilaian. Ada beberapa keunggulan landasan dasar penilaian-penilaian yang
menyebabkan system precast lebih teknis lebih efisien dari pada system konvensional diantaranya
efisiensi sistem struktur, efisien bekisting, efisiensi dari kontrol kwalitas dan efisiensi dari jadwal
pelaksanaan[1]. Dengan menerapkan teknologi prefabrikasi precast, penggunaan pekerja di lokasi
konstruksi proyek secara otomatis berkurang[1] yang tentunya berdampak pada pengurangan biaya
produksi. Selain menghemat biaya produksi, penggunaan elemen beton pracetak ditandai dengan
kualitas pekerjaan berat yang lebih baik dan seragam. Perhatikan juga bahwa teknik beton pracetak
memiliki keunggulan signifikan dibandingkan metode tradisional. Pekerjaan pembuatan bagian pracetak
dapat dilakukan dan disesuaikan secara paralel dengan pekerjaan substruktur, dan persyaratan material
seperti bekisting dan perancah adalah sebagai berikut: Ini akan berkurang secara optimal. Sederhananya,
beton dibuat dengan mengeraskan campuran semen, air, agregat halus (pasir) dan agregat kasar (batu
pecah atau kerikil). Campuran bahan lain dapat ditambahkan untuk meningkatkan kualitas beton.
Beberapa prinsip lanjutan dari teknologi beton pracetak ini antara lain yang berkaitan dengan waktu,
biaya, kualitas, prediktabilitas, keandalan, produktivitas, kesehatan, keselamatan, lingkungan,
penyesuaian, inovasi, reusability dan duplikasi yang diyakini membawa manfaat (Gibb, 1999 M .Abduh
E - 55
Seminar Keinsinyuran 2022
ISSN (Cetak) 2798-0405
eISSN (Online) 2797-1775
2007). Mengerjakan suatu proyek konstruksi erat kaitannya dengan proses manajemen di dalamnya.
Menganalisis biaya proyek menggunakan anggaran (RAB) merupakan bagian penting dari
penganggaran proyek. Rencana anggaran (RAB) ini menentukan jumlah biaya yang diperlukan untuk
mengerjakan suatu proyek dan membantu dalam pelaksanaan dan perencanaan sumber daya, Bahan,
tenaga kerja, layanan, waktu, dll. Menurut Ervianto (2006), sebelum dilakukan pekerjaan plat lantai dan
balok terlebih dahulu dilakukan pekerjaan kolom. Pada dasarnya sistem struktur dibedakan menjadi tiga
jenis yaitu: Struktur rangka kolom menerus dengan sambungan kaku, Struktur rangka kolom kaku
dengan pin joint sebagai alat sambungan pada balok, Struktur rangka dengan pin joint sebagai alat
sambung kolom dan unit lantai[1].
Dalam analisis ini dijabarkan perbandingan kegiatan pelaksanaan proyek antara lain contoh
penggunaan kolom beton dengan metode precast dan konvensional, Kegiatan Pembangunan Gedung
Sekretariat Probolinggo dana APBN/APBD Tahun 2014-2016 dan Pekerjaan Rehabilitasi Gedung Dinas
Peternakan Provinsi Jawa Timur tahun 2021. Pada dasarnya masing-masing metode memiliki
keunggulan dan kelemahan. Akan tetapi dalam kajian analisis ini akan membandingkan analisa metode
precast dan konvensional dengan mutu beton yang sama dengan analisa pekerjaan proyek. Adapun
tujuan dari analisis ini diantaranya yaitu untuk mengetahui keunggulan metode pekerjaan beton precast
dan konvensional pada pelaksanaan proyek konstruksi, mengusulkan alternatif pemilihan metode
pelaksanaan pekerjaan beton yang praktis dan lebih cepat, membandingkan kedua metode precast dan
konvensional dari segi penggunaan alat, bahan, harga dan waktu penyelesaian pekerjaan.
Untuk membandingkan metode pelaksanaan beton secara konvensional dan metode peaksanaan
precast dapat diihat dari proses dimulainya persiapan jumlah tenaga, persiapan lahan, persiapan bahan,
persiapan alat pembuatan perakitan pembesian sampai dengan proses pembuatan bekisting, pemesanan
beton,pengecoran dan proses pembongkaran bekissting. Dari sini bisa dikorelasikan kedalam waktu,
efisiensi tenaga dan biaya yang akan dikeluarkan. Pengambilan data proyek pelaksanaan pekerjaan akan
dijadikan analisis pembanding pada metode yang dipakai dalam masing-masing proyek. Pelaksanaan
Beton Pracetak Menurut Ervianto (2006), proses pelaksanaan pracetak disiapkan oleh berbagai
pemangku kepentingan untuk memfasilitasi pembangunan agar tidak terjadi keterlambatan proyek dan
tidak berdampak pada kenaikan biaya. Tahapan pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
1. Produksi Karena tahap produksi dilakukan oleh pabrikan pracetak atau pabrikan suku cadang
prefabrikasi, hambatan teknis dapat dihilangkan dengan menyerahkan pekerjaan kepada pabrikan
terkecuali adanya perubahan dimensi dan spesifikasi yang dipesan.
2. Tahap transportasi merupakan tanggung jawab pihak produsen, sehingga alat transportasi di
sesuaikan dengan berat dan dimensi elemen pracetak. Proses erection yaitu pemasangan
pengabungan bahan yang berupa beton pracetak ke tempat bangunan yang sudah di produksi
dan layak untuk disatukan menjadi bagian bangunan. Pada proses ini akan diperhitungkan
kemampuan mesin crane disesuaikan berat beton yang akan diangkat,jarak, dan jumlah tenaga
kerja yang akan diperlukan.[2].
Perbedaan Beton Konvensional Dan Beton Pracetak (Precast) Menurut Ervianto (2006), Beton
konvensional adalah komponen struktur yang paling utama dalam sebuah bangunan. Struktur kolom
dirancang untuk bisa menahan beban aksial tekan. Beton konvensional dalam pembuatannya
direncanakan terlebih dahulu, semua pekerjaan pembetonan dilakukan secara manual dengan merangkai
tulangan pada bangunan yang dibuat. Pembetonan konvensional memerlukan biaya bekisting, biaya
upah kerja yang cukup banyak. Sedangkan beton pracetak adalah kompoonen atau elemen struktur yang
tidak dicetak ditempat dimana elemen tersebut dipasang, melainkan dicetak ditempat lain dimana proses
pengecoran dan perawatan dilakukan dengan baik sesuai metode yang ada. Setelah elemen itu jadi, lalu
dibawa ke lokasi untuk disusun menjadi suatu struktur yang utuh sesuai fungsinya. Pada dasarnya beton
pracetak itu tidak dibuat pada tempat pelakasanaan proyek, melainkan pabrik pracetak[2].
E - 56
Seminar Keinsinyuran 2022
ISSN (Cetak) 2798-0405
eISSN (Online) 2797-1775
2. Metode Penelitian
Permasalahan
Metode Penelitian
Pengumpulan Data
Kesimpulan
Selesai
Dari gambar flowchart rancangan penelitian diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Komunitas Analisa
Komunitas analisa ini adalah perbandingan beton precast dengan beton konvensional Kegiatan
Pembangunan Gedung Sekretariat Probolinggo dana APBN/APBD Tahun 2014-2016 dan Pekerjaan
Rehabilitasi Gedung Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur Tahun 2021.
2. Contoh Analisa
Contoh Analisa ini Kegiatan Pembangunan Gedung Sekretariat Probolinggo dana APBN/APBD
Tahun 2014-2016 dan Pekerjaan Rehabilitasi Gedung Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur Tahun
2021.
3. Lokasi Analisa
Lokasi Analisa ini adalah Kegiatan Pembangunan Gedung Sekretariat Probolinggo dana
APBN/APBD Tahun 2014-2016 dan Pekerjaan Rehabilitasi Gedung Dinas Peternakan Provinsi Jawa
Timur Tahun 2021.
E - 57
Seminar Keinsinyuran 2022
ISSN (Cetak) 2798-0405
eISSN (Online) 2797-1775
E - 58
Seminar Keinsinyuran 2022
ISSN (Cetak) 2798-0405
eISSN (Online) 2797-1775
3. Untuk turap pada pelat lantai pracetak, balok beton pracetak, dan beton balok pratekan pracetak.
4. Panel dinding sebagai sistem struktural.
Teknologi sistem pracetak berkembang sangat pesat, dengan berbagai sistem struktur
diklasifikasikan menjadi 36 sistem pracetak. Di bawah ini adalah urutan 29-36 sistem pracetak di
Indonesia oleh IAPPI :
E - 59
Seminar Keinsinyuran 2022
ISSN (Cetak) 2798-0405
eISSN (Online) 2797-1775
Secara umum pelaksanaan pekerjaan konstruksi beton dalam diagram di atas dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Untuk tahapan pertama dilakukan persiapan pembersihan lahan, bahan material yang dibutuhkan
untuk ditempatkan dilokasi untuk pekerjaan fabrikasi besi tulangan dan bekisting konstruksi beton
dilapangan.
2. Selanjutnya dilakukan pekerjaan bekisting beton yang dilanjutkan dengan pekerjaan pembesian
tulangan beton dengan dimensi, diameter besi, serta jarak besi tulangan sesuai dengan gambar
perencanaan struktur.
3. Setelah selesai, dilakukan pemeriksaan untuk memastikan apakah dimensi bekisting serta diameter
dan jarak besi tulangan sudah sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam gambar rencana struktur.
E - 60
Seminar Keinsinyuran 2022
ISSN (Cetak) 2798-0405
eISSN (Online) 2797-1775
Jika sudah benar dan sesuai dengan yang dipersyaratkan maka dapat dilanjutkan ke tahap
selanjutnya, jika tidak maka harus dilakukan perbaikan untuk memperbaikinya.
4. Selanjutnya dilakukan pemesanan beton readymix kepenyedia sesuai mutu yang dipersyaratkan.
Beton readymix akan diproduksi di batching plant dan didatangkan ke lapangan menggunakan truk
mixer.
5. Setelah beton sampai ke lapangan dilakukan check slump dan diambil sampel untuk benda uji tekan
kubus/ silinder beton dan dibawa di laboratorium untuk mengetahui hasil uji tekan beton.
6. Jika memenuhi yang disyaratkan test slump beton maka selanjutnya dilakukan pelaksanaan beton
cor yang dilanjutkan dengan perawatan dan curring beton dilapangan.
7. Setelah beton cukup umur maka bekisting dapat dibongkar.
8. Dari hasil cek uji tekan beton di laboratorium, jika mutu beton memenuhi syarat maka pekerjaan
konstruksi sudah oke, tetapi jika ternyata mutu beton tidak masuk atau di bawah yang dipersyaratkan
maka selanjutnya dilakukan check hammer test dan corendill secara acak.
Jumlah 6.672.634,375
Membuat 1 m2 begesting untuk kolom beton pra cetak (10 sampai dengan 12 kali pakai)
Kebutuhan Indeks Satuan Harga Satuan Jumlah Harga
Bahan : - Kayu kaso 5/7 0,004 m3 4.800.000,00 19.200,00
- Penol film 12mm 0,048 Lbr 110.000,00 5.280,00
- Paku (5 s.d 7) cm 0,046 kg 16.500,00 759,00
- Dynabolt Ø 12 (10 s.d 15)cm 0,693 bh 2.300,00 1.593,90
- Minyak bekisting 2,500 ltr 6.900,00 17.250,00
Tenaga : - Pekerja 0,004 OH 45.000,00 180,00
- Tukang kayu 0,038 OH 55.000,00 2.090,00
- Kepala tukang 0,004 OH 60.000,00 240,00
- Mandor 0,001 OH 70.000,00 70,00
Jumlah 46.662,90
E - 61
Seminar Keinsinyuran 2022
ISSN (Cetak) 2798-0405
eISSN (Online) 2797-1775
Data dari tabel 2 diatas menunjukan analisa Precast pada beton kolom tiap satu kolom ukuran 50
x 50 cm dengan tinggi 4,5 meter. Dari data tabel tersebut akan dibuat analisis konversi harga satuan
pekerjaan beton yang menggunakan sistim konvensional.
E - 62
Seminar Keinsinyuran 2022
ISSN (Cetak) 2798-0405
eISSN (Online) 2797-1775
Beton kolom K1A 50X50 cm f'c 30 mpa (Harga Beton,besi&bekisting konversi analisa beton konvensional proyek
Gedung Sekkretariat Probolinggo 2014 - 2016 )
Harga satuan
No Uraian Kode Satuan Koefisien Jumlah Harga(RP)
(RP)
1 m2 - Bekisting Beton Kolom + Perancah Bekisting konvensional( 2x Pakai ) (Sumber Proyek probolinggo 2014)
Harga satuan Jumlah
Uraian Bahan Koefisien Sat
(RP) Harga(RP)
a.Bahan :- Kayu hutan balok 0,08 m3 2.600.000 208.000
- Plywood 0,2 lbr 150.000 30.000
- Paku 0,25 kg 16.500 4.125
- Minyak bekisting 0,2 ltr 6.900 1.380
Tabel 3 analisa beton konvensional menunjukan bahwa kebutuhan bekisting pada pekerjaan beton
konvensional lebih banyak serta membutuhkan tenaga lebih sehingga proses pelaksanaanya lebih lama.
Penggunaan bekisting juga maksimal 2 kali pemakaian, sehingga untuk pekerjaan kolom berikutnya
harus menggunakan bahan bekisting baru.
• Perbandingan Biaya Analisa pada Metode Precast dan Konvensional sesuai tabel 2 & 3
Dari segi perhitungan biaya untuk analisa beton precast dan analisa beton konvensional, kita ambil
contoh beton Precast dari pekerjaan Kolom K1 (50x50cm) dengan ketinggian kolom 4,5 meter Mutu
beton K-350, pada proyek Kegiatan Pembangunan Gedung Sekretariat Probolinggo dana APBN/APBD
Tahun 2014-2016.Biaya untuk pemasangan kolom precast tiap satu titik kolom yaitu Rp 6.672.634.375,-
. Biaya meliputi biaya tenaga, bahan besi tulangan, beton K-350, langsir beton,erection, grouting pasang
bekisting Moulding dan bongkar moulding. Untuk penggunaan bekisting Precast menurut analisa yaitu
10 sampai 12 kali pemakaian, sehingga bisa digunakan secara bersamaan dan berkali – kali.
Untuk Metode konvensional Pelaksanaan Pekerjaan Rehabilitasi Gedung Dinas Peternakan
Provinsi Jawa Timur dari contoh tabel pekerjaan beton kolom K1A 60 x 60 cm tinggi 4 meter. Biaya
pembuatan kolom K1A 60 x 60 cm tinggi 4 meter sesuai RAB Proyek dinas Peternakan yaitu
Rp7.437.630,00,-. Setelah dikonversi harga satuan analisa beton, besi beton, bekisting dengan
menggunakan harga satuan beton Precast tanpa merubah koofesien (dimensi beton menjadi 50 x 50 cm
tinggi 4 meter),didapatkan harga biaya untuk tiap satu titik beton kolom konvensional yaitu
Rp7.058.430,00,-. Biaya meliputi tenaga,bahan bekisting, besi tulangan, beton K-350, proses
pengecoran menggunakan Conkrect Pump, pasang bekisting dan bongkar bekisting. Untuk penggunaan
bekisting konvensional menurut analisa yaitu 2 x pemakaian, jadi diperlukan banyak bekisting untuk
pekerjaan kolom berikutnya.
E - 63
Seminar Keinsinyuran 2022
ISSN (Cetak) 2798-0405
eISSN (Online) 2797-1775
4. Kesimpulan
Dari hasil perbandingan analisis contoh analisa pekerjaan beton Metode Precast Pembangunan
Gedung Sekretariat Probolinggo dengan Metode Konvensional Pekerjaan Rehabilitasi Gedung Dinas
Peternakan Provinsi Jawa Timur terlihat beberapa perbedaan nilai harga. Dapat disimpulkan dari segi
analisa kebutuhan biaya Metode pekerjaan Precast lebih kecil daripada pekerjaan beton metode
konvensional. Dengan perbandingan selisih sekitar 5,46 %. Dari nilai analisa harga beton kolom Precast
per titik Rp 6.672.634.375,-. Sedangkan pada analisa pekerjaan metode konvensional setelah dikonversi
harga beton kolom Precast per titik menjadi sebesar Rp7.058.430,00,-(Tujuh Juta Lima Puluh Delapan
ribu Empat Ratus Tiga Puluh Rupiah)terdapat selisih sekitar Rp385.796,00,-. Dari selisih harga metode
konvensional tersebut banyak terdapat pada jumlah tenaga yang dibutuhkan, waktu pekerjaan yang lebih
lama, material bekisting yang lebih banyak, serta pembuatan bekisting maximal hanya 2 x pakai dan
semua dikerjakan secara manual.
Saran
a. Dalam menentukan Metode pelaksanaan pekerjaan konstruksi terutama pekerjaan Struktur pada
proyek yang akan dikerjakan hendaknya diperhatikan faktor –faktor lainya yang berperan dalam
pelaksanaan struktur beton seperti kondisi lingkungan.Selain itu juga diperhatikan estimasi biaya
kebutuhan jumlah tenaga,kebutuhan bahan dan pelaksanaan pekerjaan yang praktis,serta reduksi
biaya karena pemakaian bekisting,reduksi jumlah pekerja,reduksi overhead karena kecepatan
pelaksanaan.
b. Jika menggunakan Metode konvensional dan menganti Metode beton Precast hendaknya
memperhatikan dan memperhitungkan keseluruhan struktur pada bangunan tersebut.
Referensi
Jurnal:
[1] Tinjauan Pustaka (PCI Design Handbook – Precast and Prestressed Concrete, 4th
edition(Olegsby, Parker &Howell, 1989 dan Warszawski, 1990)
[2] Malik IlmuBaroq(ANALYSIS OF COST AND TIME COMPARISON OF COLUMNWORK
IMPLEMENTATION BY CONVENTIONAL CONCRETAND PRECAST METHODS):
[3] www.rumahmaterial.com, 2014
[4] Anomius. 2011. SNI Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Beton Pracetak untuk
Konstruksi Bangunan Gedung.
[5] SNI Analisa Harga Satuan nomer 7394 tahun 2008
[6] I Kadek Mega Putra (2010) dengan judul Perbandingan Metode Pabrikasi Dengan Beton Metode
Konvensional (Tinjauan Aspek Biaya) dan Jika referensi mengacu pada spesifik halaman pada
buku
[7] Daniel Binsar Siahaan dan Ika Putri B.R. Bangun (2014) dengan judul Perbandingan Jumlah
Tenaga Kerja, Waktu dan Biaya Pelat Lantai dan Balok Ruko R8 Dengan Metode Precast dan
Konvensional.
[8] SNI Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan gedung nomer 2847 tahun 2013.
[9] SKSNI T-15-1991-03 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan
[10] Pedoman Analisis Harga Satuan Pekerjaan BidangPekerjaan Umum (Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No. 11/PRT/M/2013).
E - 64