Anda di halaman 1dari 9

DESAIN ALTRNATIF STRUKTUR GEDUNG, STUDI KOMPARASI STRUKTUR PRECAST DAN

KONVENSIONAL

Ari Kurniawan1

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Mercu buana


Jl. Raya Meruya Selatan, No. 1 Kembangan, Jakarta Barat 11650, Indonesia
E-mail : ak.deisyna@gmail.com, arie051095@gmail.com.

ABSTRAK ABSTRACT

Teknologi yang berkembang di semua bidang, tidak In Technology that develops in all fields is inseparable
terlepas dunia konstruksi yang semakin maju dan from the increasingly advanced and developing world of
berkembang di dunia, termasuk Indonesia, menuntut construction, including Indonesia, demanding that all
semua pihak untuk terus belajar dan mengikuti parties continue to learn and keep abreast of
perkembangan agar tidak tergerus dan bisa bersaing. developments so that they cannot be eroded and can
Inovasi modern dalam pembangunan seperti Beton compete. Modern innovations in development such as
pracetak saat ini sudah banyak digunakan. Pembangunan precast concrete are now widely used. Construction. The
konstruksi. Metode pracetak mampu mereduksi waktu precast method can reduce time by up to 50% and the
hingga 50 % dan anggaran biaya kurang lebih sampai cost budget is approximately 10% compared to the
10% di bandingkan metode terdahulu (Konvensional). previous method (Conventional). Development in high
Pembangunan pada daerah gempa tinggi menggunakan earthquake areas using concrete structures requires a
struktur beton memerlukan analisa detailing yang baik good and correct detailing analysis so that concrete
dan benar agar struktur beton dapat berprilaku daktail structures can behave ductile and are able to withstand
dan mampu menahan beban gempa (Struktur tahan earthquake loads (Earthquake Resistant Structure
Gempa). Pada saat menggunakan metode pracetak System). When using the precast method planning
perencanaan detailing terhadap area sambungan harus detailing on the connection area must be done well and
dilakukan dengan baik dan di design lebih kuat karena designed stronger because the area is a weak point in the
area tersebut merupakan titik lemah pada metode precast method. the regulations used include SNI 1726:
pracetak. peraturan yang digunakan diantaranya adalah 2012, SNI 2847: 2013, SNI 2847: 2002, Precast and
SNI 1726:2012, SNI 2847:2013, SNI 2847:2002, Precast Prestressed Concrete Institute 7Th Edition and ASCE 7-
and Prestressed Concrete Institute 7Th Edition dan juga 10. In the planning begins with the preliminary design to
ASCE 7-10. Dalam perencanaannya diawali dengan get alternative dimensions to become the basis of
tahapan preliminari desain struktur untuk mendapatkan analysis and modeled using the Etabs V9.2.0 program.
dimensi alternatif dan menjadi dasar analisa dan Structural planning is carried out on 9-storey buildings
dimodelkan menggunakan program bantu Etabs V9.2.0. with concrete materials using fc 35 for plates and fc 40
Perencanaan struktur dilakukan pada bangunan 9 lantai for column and beam structures, while steel quality uses
dengan material beton menggunakan fc 35 untuk pelat 400 Mpa fy. The dimensions obtained for the floor plate
dan fc 40 untuk struktur kolom dan balok, sedangkan use a thickness of 120 mm; main beam crossing
mutu baja menggunkan fy 400 Mpa. Adapun hasil dimensions; B1 400 x 800, B2 350 x 800, B3 350 x 700
dimensi yang di dapat untuk pelat lantai menggunkan and for column cross section dimensions; K1 1000 x
ketebalan 120 mm; dimensi penampang balok utama; B1 1000; K2 800 x 800; K3 650 x 650 and K5 500 x 500, the
400 x 800, B2 350 x 800, B3 350 x 700 dan untuk joint area uses grouting with a length of distribution of
dimensi penampang kolom; K1 1000 x 1000; K2 800 x 750 mm threaded reinforcement rods.
800; K3 650 x 650 dan K5 500 x 500, area sambungan Keyword : Precast Concrete, Conventional and Precast
menggunakan grouting dengan panjang penyaluran Comparations, ETABS 9.2.
batang tulangan ulir sepanjang 750 mm.

Kata kunci : Beton Pracetak, Komparasi Konvensional


dan Pracetak, ETABS 9.2.
inovasi-inovasi baru yang lebih modern, mulai dari
Bentuk, Jenis Material, Metode Kerja dan banyak
1. PENDAHULUAN hal lainnya. di Indonesia sendiri saat ini banyak
pekerjaan proyek yang berjalan dan sudah
dikerjakan, baik itu pekerjaan proyek konstruksi
D alam sejarah dunia konstruksi dari waktu ke
waktu selalu mengalami perkembangan
,perbaikan dan pembaharuan, banyak di lakukan
bagian dari program pemerintah (infrasturktur,
pembanguangunan Negara), maupun proyek-proyek
evaluasi di berbagai aspek, sehingga muncul swasta yang menjadikan property sebagai media
investasi, diamana dalam pelaksanaanya sudah

1
banyak penyedia jasa yang menerapkan sistem 2. TINJAUAN PUSTAKA
code, aturan , metode dan berbagai inovasi baru.
Tujuannya adalah untuk mereduksi Waktu, Biaya 2.1 Struktur Beton
dan mencapai target mutu, kualitas yang maksimal
(2018). Beton merupakan campuran antara semen Portland atau
semen hidrolis yang lain, agregat halus, agregat kasar
Waktu, mutu dan biaya adalah faktor yang menjadi dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan (admixture)
Parameter suksesnya suatu proyek. Saat ini waktu yang membentuk masa padat (SNI 2847:2013). Beton
dan mutu bukanlah faktor yang sulit untuk dicapai yang baik harus memperhatikan jenis da kualitas material
apaila penyedia jasa memiliki pertimbangan yang yang baik sesuai dengan SNI 2847-2013 hal 24&25
matang dalam perencanaan dan pelaksanaan, biaya 2.1.1 Struktur Beton Konvensiona (cast in situ
menjadai dasar pertimbangan penyedia jasa dalam reinforced concrete structure)
menentukan metode yang akan digunakan.
Kecenderungan gagalnya sebuah pekerjaan Sistem konvensional (cast in situ) adalah metode
konstruksi dikarenakan pemilihan metode yang konstruksi dimana pengecoran dilakukakan secara
salah dan keliru, hal ini berpengaruh terhadapa langsung pada area pengerjaan, artinya pemindahan
waktu pengerjaan, biaya yang di keluarkan juga campuran beton segar ketempat dimana beton akan dicor
kualitas mutu yang di hasilkan. yaitu bekisting atau acuan pada elemen struktur yang
akan dikerjakan, langsung di lakukan saat itu juga.
Dalam pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi
sendiri metode yang sering digunakan adalah 2.1.2 Struktur Beton Pracetak (precast concrete
metode konvensional dan precast. Metode structure)
konvensional sendiri adalah metode kerja yang Sistem pracetak merupakan salah satu metode
proses pengerjaannya langsung di terapkan pada konstruksi dimana beton dibuat dan dikerjakan
lokasi pekerjaan yang telah di rencanakan (cast in tidak pada lokasi yang direncanakan, melainkan
situ). Sedangkan precast atau beton pracetak adalah di tempat lain yang khusus dirancang untuk
metode yang proses pengerjaannya dikerjakan produksi elemen struktur pracetak (pre-
melalui tahap pabrikasi, dimana semua prosesnya fabricated) dan dipasang di lokasi yang
mulai dari tahap pengecoran hingga perawatan direncanakan (installation) pada waktu yang telah
dikerjakan di tempat yang berbeda dengan lokasi ditentukan. Adapun pemanfaatan lokasi produksi
pekerjaan yang telah di rencanakan (off site elemen pracetak tersebut dapat dikerjakan di
fabrication). lokasi proyek atau dapat juga di luar lokasi
Menurut Afandi (2004) terdapat beberapa proyek tergantung seberapa besar kawasan proyek
perbedaan antara sistem konvensional dengan tersebut.
pracetak. Kekurangan dalam konvensional
diantaranya membutuhkan waktu pelaksanaan 2.2 Syarat Desain Struktur Bangunan
konstruksi lebih lama, karena masing-masing 2.2.1 Kekuatan
elemen struktur yang saling ketergantungan harus Struktur harus kuat menahan gaya-gaya atau
dikerjakan secara berurutan, mutu kurang terjamin, beban-beban yang bekerja padanya. Syarat
terutama permukaan betonnya tidak sehalus beton kekuatan ini mencakup seluruh elemen struktur,
precast, membutuhkan banyak bekisting dan baik kolom, balok dan pelat. Cara memeriksanya
pekerja, tergantung cuaca, sangat tergantung sesuai dengan perilaku elemen-elemen tersebut.
keahlian pelaksana. Kelebihan sistem pracetak Sebagai contoh kolom, mencari terlebih dahulu
dibanding sistem konvensional yaitu memiliki diagram interaksi dan menetukan dimana titik Pu,
keunggulan lebih ekonomis dalam penggunaan Mu maksimum pada diagram interaksi. Jika titik
bekisting, mutu lebih terjamin karena dikerjakan di berada di luar dan di bawah keadaan balance
pabrik dengan pengawasan yang baik, tidak terlalu maka terjadi kegagalan tarik. Jika berada di luar
terpengaruh kondisi cuaca, produktivitas lebih sebelah atas keadaan balanced maka terjadi
tinggi. kegagalan tekan. Jadi diagram interaksi ini dapat
Berdasarkan uraian di atas, dalam studi ini dibagi menjadi dua daerah, yaitu daerah
penulis akan melakukan komparasi desain struktur beton keruntuhan tekan dan daerah keruntuhan tarik,
konvensional dan precast terhadap element struktur dengan pembatasnya adalah titik seimbang
kolom, balok, dan pelat lantai. Dalam pembahasannya (balanced).
penulis mengesampingkan faktor biaya dan waktu,
penulis lebih fokus kepada bagaimana hasil akhir desain 2.2.2 Kekakuan
dimensi kekuatan, kekakuan struktur menggunakan Dalam perencanaan suatu gedung perlu
metode konvensional cast in situ dan beton precast pada diperhitungkan kekakuannya agar didapat
bangunan 9 lantai gedung kantor Acc Office Building. struktur yang kaku dan tidak mengalami
kerusakan struktural saat terjadi gempa. Suatu
struktur harus memiliki kekakuan yang cukup
sehingga pergerakanya dapat dibatasi. Kekakuan

2
struktur dapat diukur dari besarnya simpangan 2. SNI 1727 : 2013 Beban Minimum untuk
antar lantai (drift) bangunan, semakin bangunan perancangan bangunan gedung dan struktur
kaku maka simpangan struktur semakin kecil. lain
3. SNI 2847 : 2013 Persyaratan beton
2.2.3 Stabilitas struktural untuk bangunan gedung
Dalam mendesain struktur perlu juga 4. ASCE 7-10 Minimum Design Load for
diperhatikan kestabilannya terhadap momen- Building and Other Structure
momen yang bekerja padanya seperti momen 5. Buku Desain Rekayasa Gempa Berbasis
guling, momen geser dan gaya uplift. Konsep dari Kinerja (Performance Based Design) oleh
kestabilan adalah jika benda itu bergerak dan Tavio & Usman 2018
dapat kembali lagi seperti semula. 6. Buku Perencanaan Lanjut Struktur Beton
Bertulang oleh Iswandi Imran & Fajar
3. METODOLOGI PENELITIAN Hendrik 2014
7. Buku Struktur Beton Bertulang Tahan
3.1 Data Bangunan Gedung Gempa Sesuai SNI 03-1726-2012, SNI
Data mengenai bangunan gedung yang akan di 1727-2013 dan SNI 03-2847-2013 oleh
jadikan subject stui komparasi adalah sebagai Anugerah Pamungkas & Erny Harianti
berikut : 2018
a. Nama Gedung : Acc
Office Building 3.3 Data Gambar
b. Struktur bangunan : Beton
bertulang (Konvensional)
c. Lokasi bangunan : Kota
Surabaya, Jawa Timur
d. Fungsi Gedung :
Perkantoran
e. Jumlah Lantai : 9 Lantai
f. Tinggi antar tingkat : Gambar 3.3 Denah Lantai Gambar 3.7 Gambar Tampak dan
o Lt. Semi Basemen : 3,2
meter Potongan.
o Lt. 1 : 4,0 3.4 Diagram Alir
meter
o Lt. 2-5 : 3,8
meter
o Lt. 6-Atap : 3,2
meter
g. Tinggi total bangunan : 32
meter
h. Faktor keutamaan gedung : II
(Kantor)
i. Jenis Portal : Open
Frame
j. Spesiikasi Material :
o Mutu Beton (fc’) :
: Pelat
Lantai = 35 Mpa
: Kolom
dan Balok = 40 Mpa
o Mutu Baja
Tulangan Polos : 240
Mpa (BJTP 24)
Tulangan Ulir : 400
Mpa (BJTD 40)
3.2 Konsep Desain
3.2.1 Standar Peraturan yang di Gunakan
1. SNI 1726 : 2012 Tata cara perencanaan
ketahaan gempa untuk struktur bangunan
gedung dan non gedung

3
4. ANALISIS DAN HASIL
4.1 Studi Literatur
 Peninjauan Wilayah Gempa

2. Beban Hidup ( Live Load )


Beban yang terjadi akibat pemakaian dan
penghunian suatu gedung, termasuk beban-beban
pada lantai yang berasal dari barang-barang yang
Berdasarkan hasil perhitungan yang di peroleh dari
dapat berpindah dan/atau beban akibat air hujan pada
software online
atap.Mengacu kepada SNI 1727 : 2013 Tentang
(http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesi
Beban Minimum untuk perancangan bangunan
a_2011/) untuk wilayah Surabaya didapatkan nilai
gedung dan struktur lain. Beban hidup yang di
parameter sebagai berikut :
perhitungkan pada struktur ditentukan sebagaia
berikut :
a. LL Pelat Atap = 100 kg/m2  LL = 0.96 kN/m2
b. LL Ruang Kantor = 230 kg/m2  LL = 2.3 kN/m2
c. LL Parkiran/Garasi = 40 kg/m2 LL = 0.4 kN/m2

4.2 Preliminari Desain


Untuk mempermudah dalam tahapan analisis diperlukan
perhitungan dan pendekatan untuk mengetahui deimensi
awal elemen Struktur. Penentuan ukuran elemen ini
harus memperhatikan syarat-syarat minimum dari
elemen struktur yang berlaku.

Tabel 4.1 Tinggi maksimum Kolom

 Pembebanan Struktur
Perhitungan Pembebanan Struktur mengacu pada SNI
1727 : 2013 Tentang Beban Minimum untuk
perancangan bangunan gedung dan struktur lain.
1. Beban Mati ( Dead Load )
Berat semua bagian dari suatu gedung yang bersifat Tabel 4.2 Tinggi maksimum Balok
tetap, termasuk segala beban tambahan, finishing,
mesin-mesin serta peralatan yang merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari gedung tersebut.

 Preliminari Balok, Pelat dan Kolom

1. Menentukan tinggi(h) minimum balok tanpa


pengecekan defleksi dengan menggunakan tabel
9.5(a) SNI 2847:2013 pasal 9.5.2.

4
Tabel 4.3 Tinggi maksimum balok

Tabel 4.5 Preliminari Tipe Kolom Tengah

Tabel 4.4 Preliminari Tipe Balok Tabel 4.5 Preliminari Tipe Kolom Samping

4.3 Permodelan Strktur

Tabel 4.5 Preliminari Tipe Pelat

4.4 Perhitungan Beban Gempa


Perhitungan beban gempa mengacu pada SNI 1726
– 2012 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non
Gedung, Parameter-parameter yang diperlukan
dalam perhitungan dijelaskan pada sub bab
sebelumnya (Bab II dan Bab IV, Point 4.1).

5
Tabel 4.6 Berat Bangunan output Etabs Versi 9.2 Cs = = 0.0588
( ) ( )

Cs min = 0,044.SDS.Ie 0.01


= 0,044 (0.607) (1) = 0.0267 0.01 ( Memenuhi )
Karena Cs < Cs maks maka nilai Cs yang digunakan
adalah Cs = 0.076 atau digunakan
( )

Cs-x = = = 0.0647
( ) ( )

Cs-y = = = 0.0425
( ) ( )

Berdasarkan SNI 1726:2012 pasal 7.8.1 geser dasar


seismik, V dalam arah yang ditetapkan harus ditentukan
sesuai dengan persamaan :

 Periode Fundamental Struktur (T) V = Cs . W


Vx = Csx . W
Tabel 4.7 Periode Getar Gedung output Etabs Versi 9.2 = 0.0647 x 54141.206 = 3502.936 KN
Vy = Csy . W
= 0.0425 x 54141.206 = 2301.001 KN

 Distribusi Geser Dasar Seismik

Tabel 4.8 Distribusi Gaya Gempa Lateral arah x dan y

Struktur yang di rancang untuk kategori desain seismik


D,E atau F harus memenuhi persayaratan pasal 7.5.3 (a)
SNI 1726 : 2012, Prosedur kombinasi ortogonal didesain
untuk memkul kombinasi beban dengan 100 % gaya
untuk satu arah ditambah 30% gaya utuk arah tegak
Tabel 4.43 di atas adalah hasil output program Etabs V lurus. Berikut ini adalah hasil perhitungan gaya gempa
9.2, dari tabel dapat di lihat nilai dari periode arah X dan arah Y dengan ditambahan 30% gaya :
fundamental struktur arah Y (mode 1) sebesar 1.457
detik dan arah X (mode 2) sebesar 1.278 detik. Tabel 4.9 Perhitungan Gaya Lateral Arah X dan Y

= 0.0466 x 320.9
= 1.054 detik
Tmax
= 1.4 x 1.054
= 1.476 detik
Kontrol periode fundamental pendekatan (T) terhadap
Tmax :
Berdasarkan SNI 1726:2012 pasal 11.1.4 tentang
T1 arah Y < Tmax = 1.457 detik < 1.476 detik ( Memenuhi ) parameter respons, parameter respons gaya harus
dikalikan dengan Ie/R. Koefisien/parameter respons
T2 arah X < Tmax = 1.278 detik < 1.476 detik ( Memenuhi )
tersebut akan di input kedalam program etabs sebagai
 Gaya Geser Dasar Seismik (V) gaya Geser Gempa.
1. Gempa Statik Y (mode 1)
SNI 1726:2012 pasal 7.8.1.1 menerangkan bahwasannya
koefisien respons seismik, Cs dihitung dengan T1= 1.457 detik  C1 = = = 0.34
menggunakan persamaan :
2. Gempa Statik X (mode 2)
Cs maks = = 0.076
( ) ( )
T2= 1.278 detik  C2 = = = 0.39

6
Besarnya koefisien gaya geser gempa untuk arah X dan Tabel 4.11 Tabel Simpangan antar lantai arah X
Y dapat dihitung sebagai berikut :
a. Arah Y  C1 x Ie/R = 0.34 x 1/8 = 0.0425

b. Arah X  C2 x Ie/R = 0.39 x 1/8 = 0.0488

Tabel 4.12 Tabel Simpangan antar lantai arah Y

Input CX dan K pada Etabs

4.5 Perhitungan Beban Gempa


Input CY dan K pada Etabs  Desain Pelat Lantai

 Simpangan antar Lantai (Drit)


Penentuan simpangan antar lantai dijelaskan dalam Tabel 4.13 Tabel Tipe dan Penulangan Pelat
SNI 1726 – 2012 pasal 7.9.3 yang dapat dilihat pada
Gambar 4.13 berikut :

Tabel 4.10 Tabel Displacement arah X dan Y (Output Etabs)

Penulangan Pelat Satu Arah

Penulangan Pelat dua arah

7
 Desain Struktur Balok  Desain Struktur Kolom

Tabel 4.14 Tabel Tipe dan Penulangan Pelat Tabel 4.16 Tabel Gaya Dalam K1 (1000/1000)

Detail Balok B1

Detail Balok B2

Detail Balok B3 Diagram Interaksi Kolom (K1) HBK Arah x-x & y-y

Tabel 4.17 Tabulasi Penulangan Kolom


Tabel 4.15 Tabel Tulangan Angkat Balok

Detail Tulangan Angkat

Detail Prinsip Penulangan Balok dan Kolom (HBK)

8
Precast/Prestressed Concrete Institue. 2010. PCI
5. KESIMPULAN Design Hanbook Precast and Prestressed Concrete
Institue 7th Edition
Dimensi-dimensi Alternatif lebih besar di banding
dimensi Existing khususnya elemen struktur kolom, hal Badan Standar Nasional Indonesia. 2012. SNI 1726 :
ini terjadi karena setelah mencoba menganalisa dimensi 2012. Tata Cara perencanaan Ketahan Gempa
Exixting, Periode fundamental pendekatan (arah x dan y) untuk Ketahanan Bangunan Gedung.
struktur lebih besar di banding Periode maksimal
(Tmax), sehingga perlu dilakukan perbesaran dimensi Departemen Pekerjaan Umum. 1987. PPURG 1987.
guna menambah kekakuan struktur.. Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah
dan Gedung.
6. SARAN
Badan Standar Nasional Indonesia. 2013. SNI
Adapun saran mengenai pembahasan tugas akhir ini
1727:2013. Beban minimum untuk perancangan
adalah sebagai berikut :
bangunan gedung
1. Dalam mendesain gunakan Standar yang jelas dan
terbaru, contoh untuk menghhiutng Beban statik
ASCE 7-10 ISBN 978-0-7844-1085-1 : 2010.
maupun dinamik saat ini harus menggunakan SNI
Minimum Design Load for Building and Other
1726 : 2012, dikarenakan pada SNI 1726 : 2002
Structure. American Society of Civilengineers.
sudah tidak relevan lagi untuk digunakan karena
adanya perubahan – perubahan parameter spektra di
beberapa wilayah di Indonesia. Tavio, Usman Wijaya, 2018. Desain Rekayasa
2. Dalam analis perencanaan terdapat perbedaan hasil Gempa Berbasis Kinerja. Surabaya : penerbit ANDI
dikarenakan penulis menggunakan aturan-aturan Yogyakata
standar yang berlaku sehingga untuk hasil yang lebih
akurat terhadap desain existing diperlukan data dan Agus Setiawan, 2016. Perancangan Struktur Beton
acuan yang sama dengan perencana struktur Bertulang Berdasarkan SNI 2847:2013, Penerbit :
terdahulu. Erlangga.
3. Standarisasi beton pracetak di Indonesi harus di Trie Sony Kusumowibowo dan Endah Wahyuni.
tingkatkan dan lebih dikembangakan karena dalam 2017. Modifikasi Perencanaan Gedung Rumah Sakit
SNI masih terbatas, untuk saat ini acuan dasar masih Umum Daerah (RSUD) Koja Jakarta Dengan
mengacu pada peraturan PCI (Precast Concrete Metode Pracetak, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Institute) yang mana mesti adanya penyesuaian Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi
4. seperti SNI-SNI yang sudah berlaku saat ini agar Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya.
lebih mudah dalam pembelajaran dan penerapan di
Indonesia. Kusuma Indra Klana, Mudji Irmawan dan Endah
Wahyuni. 2017. Modifikasi Perencanaan Struktur
Hasil Dimensi yang di dapat pada Tugas Akhir ini masih Gedung Ibis Styles Hotel Tanah Abang Jakarta
bisa di optimalkan kembali hingga mendapat dimensi Pusat dengan Metode Beton Pracetak, Fakultas
struktur yang lebih efisien.. Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya.
7. DAFTAR PUSTAKA
Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman,
Badan Standar Nasional Indonesia. 2013. SNI
2011. Desain Spektra Indonesia.
2847:2002. Persyaratan beton srtuktural untuk
http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indo
Bamgunan gedung.
nesia_2011/
Badan Standar Nasional Indonesia. 2013. SNI
2847:2013. Persyaratan beton srtuktural untuk
Bamgunan gedung.

Anda mungkin juga menyukai