Anda di halaman 1dari 13

TUGAS PROPOSAL

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

ANALISIS PERENCANAAN STRUKTUR BETON YANG EFISIEN


DALAM PEMBANGUNAN SEBUAH GEDUNG DI IBU KOTA BARU

Dibuat oleh:

Mohammad Irham L.

A0122062

Teknik Sipil/B

UNIVERSITAS TUNAS PEMBANGUNAN

SURAKARTA, JAWA TENGAH 2023


KATA PENGANTANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya


sehingga makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan


dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Surakarta
Januari,2023
M.Irham lukman
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pulau Kalimantan adalah pulau yang rumornya akan di jadikan tempat


untuk ibu kota baru negara Indonesia. Seiring dengan pemenuhan kebutuhan
sehari–hari masyarakat di sana yang semakin meningkat, para investor
tertarik untuk menanamkan modal dalam hal pembangunan gedung dan
prasarana lainnya yang dapat menunjang pengembangan usaha.
Pembangunan Gedung dan Sarana Serta Prasarana dengan menggunakan
bahan material konstruksi yang sangat efisien dalam pengerjaannya yaitu,
dengan menggunakan balok precast (balok pracetak) secara konvensional.
Pada sistem pracetak, seluruh komponen bangunan dapat difabrikasi lalu
dipasang di lapangan.

Proses pembuatan komponen dapat dilakukan dengan kontrol kualitas


yang baik. Perkembangan konstruksi beton pracetak bisa lebih dikembangkan
sebagai alternatif pengganti sistem beton bertulang konvensional dengan
mengaplikasikannya ke berbagai macam bangunan sesuai fungsinya.
Peningkatan kinerja struktur balok pracetak dengan inovasi teknologi terkini
sangat diharapkan, serta pengontrolan kualitas pembangunan harus terjaga
agar sistem struktur bisa bekerja sesuai dengan desain dan mampu menahan
beban yang ada sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Untuk itu perlu
pemahaman sistem pelaksanaan balok pracetak yang memenuhi syarat,
sehingga mampu memikul beban yang bekerja
1.2.Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas dalam artikel ini dan merupakan


masalah dalam perencanaan dan pelaksanaan struktur gedung dari beton bertulang
dengan menggunakan balok prakcetak di antaranya:

1. Bagaimana cara sistem perencanaan dan pelaksanaan balok pracetak supaya


dapat memenuhi persyaratan SNI,

2. Mengungkap kelebihan balok pracetak dengan balok konvensional (beton


bertulang cor di tempat)

1.3. Tujuan

penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui sistem pelaksanaan


pembangunan gedung dengan menggunakan balok pracetak yang memenuhi
persyaratan yang diharapkan. Selain itu juga dapat mengetahui keuntungan dan
kelebihan penggunaan balok pracetak dibandingkan dengan balok konvensional
(beton bertulang cor di tempat).

1.4 Manfaat

Manfaat dari penugasan ini tidal lain untuk memperoleh pengalaman,


pengetahuan dan wawasan perancangan struktur bangunan gedung, disamping itu
juga sebagai usaha untuk merealisasikan semua ilmu yang berkaitan dengan teori
dan perancangan struktur yang diperoleh selama di bangku kuliah dengan data
gedung yang nyata.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Beton Pracetak

Beton pracetak adalah teknologi konstruksi struktur beton dengan


komponen-komponen penyusun yang dicetak terlebih dahulu pada suatu
tempat khusus (off site fabrication), terkadang komponen-komponen tersebut
disusun dan disatukan terlebih dahulu (pre-assembly), dan selanjutnya
dipasang di lokasi (installation), dengan demikian sistem pracetak ini akan
berbeda dengan konstruksi monolit terutama pada aspek perencanaan yang
tergantung atau ditentukan pula oleh metode pelaksanaan dari pabrikasi,
penyatuan dan pemasangannya, serta ditentukan pula olch teknis perilaku
sistem pracetak dalam hal cara penyabungan antar komponen join (Abduh,
2007)

Pada beberapa kasus desain propertis dengan metoda beton pracetak


terjadi kenaikan biaya material beton disebabkan analisa propertis material
tersebut harus didesain juga terhadap aspek instalasi, pengangkatan, dan aspek
transportasi sehingga pemilihan dimensi dan kekuatan yang diperlukan
menjadi lebih besar daripada desain propertis dengan metode cor ditempat.

Pembebanan Komponen Struktur Dalam perencanaan suatu struktur


bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku untuk mendapatkan
suatu struktur bangunan yang aman secara kontruksi. Struktur bangunan yang
direncanakan harus mampu menahan beban mati, beban hidup dan beban gempa
yang bekerja pada struktur bangunan tersebut. Menurut PBI 1983, pengertian dari
beban-beban tersebut adalah:
1. Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat
tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaianpenyelesaian (finishing),
mesin-mesin, serta peralatan tetap yang merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari gedung.

2. Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau
penggunaan suatu gedung, dan termasuk beban-beban pada lantai yang berasal
dari barang-barang yang berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang tidak
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama
masa hidup dari gedung itu, sehingga mengakibatkan perubahan dalam
pembebanan atap dan lantai tersebut.

3. Beban gempa adalah semua beban statik ekuivalen yang bekerja dalam gedung
atau bagian gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa
itu, maka yang diartikan dengan gempa di sini 6 ialah gaya-gaya didalam struktur
tersebut yang terjadi oleh gerakan tanah akibat gempa.

4. Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian
gedung yang disebabkan oleh selisih tekanan udara.

2.2 Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Beton Pracetak

Struktur elemem pracetak memiliki beberapa keuntungan dibandingkan


dengan strukctur konvensional, antara lain:

1. Penyederhanaan pelaksanaan konstruksi.

2. Waktu pelaksanaan yang cepat.

3. Waktu pelaksanaan struktur merupakan pertimbangan utama dalam


pembanguman suatu proyek karena sangat erat kaitannya dengan biaya
proyek. Struktur elemen pracetak dapat dilaksanakan di pabrik
bersamaan dengan pelaksanaan pondasi di lapangan.
4. Penggunaan material yang optimum serta mutu bahan yang baik.
5. Lebih ekonomis dari segi penggunaan cetakan yang dapat digunakan
berulang kali.
6. Penyelesaian finishing mudah.

7. Variasi untuk permukaan finishing pada struktur elemen pracetak dapat


dibentuk sesuai dengan rancangan.
8. Tidak dibutuhkan lahan proyek yang luas, mengurangi kebisingan,
lebih bersih dan ramah lingkungan.
9. Elemen pracetak yang dihasilkan selalu melalui pengujian laboratorium
di pabrik untuk mendapatkan struktur yang memenuhi persyaratan,
baik dari segi kakuatan maupun dari segi efisiensi.
10. Secara garis besar mengurangi biaya karena pengurangan pemakaian
alatalat penunjang, seperti : scaffolding dan lain-lain serta kebutuhan
jumlah tenaga kerja dapat disesuaikan dengan kebutuhan produksi

2.3 Jenis Sambungan Antara Komponen Beton Pracetak

Jenis sambungan antara komponen beton pracetak yang biasa


dipergunakan dapat dikategorikan menjadi 2 kelompok sebagai berikut :

1.Sambungan kering (dry connection)


Sambungan kering menggunakan bantuan pelat besi sebagai
penghubung antar komponen beton pracetak dan hubungan antara pelat besi
dilakukan dengan baut atau dilas. Penggunaan metode sambungan ini perlu
perhatian khusus dalam analisa dan pemodelan komputer karena antar elemen
struktur bangunan dapat berperilaku tidak monolit.
2.Sambungan Basah (wet connection)
Sambungan basah terdiri dari keluarnya besi tulangan dari bagian ujung
komponen beton pracetak yang mana antar tulangan tersebut dihubungkan dengan
dilakukan pengecoran beton atau grouting. Jenis sambungan ini dapat berfungsi
baik untuk mengurangi penambahan tegangan yang terjadi akibat rangkak, susut
dan perubahan temperature. Sambungan basah ini sangat dianjurkan untuk
bangunan di daerah rawan gempa karena dapat menjadikan masing-masing
komponen beton pracetak menjadi monolit

2.4 Balok

Balok adalah komponen struktur yang bertugas meneruskan beban yang


disangga sendiri maupun dari plat kepada kolom penyangga. Balok menahan
gaya-gaya yang bekerja dalam arah transversal terhadap sumbunya yang
mengakibatkan terjadinya lenturan (Dipohusodo, 1994).

2.5 Kolom

Kolom adalah komponen struktur bangunan yang tugas utamanya adalah


menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang
paling tidak tiga kali dimensi lateral kecil. Apabila terjadi kegagalan pada kolom
maka dapat berakibat keruntuhan komponen struktur yang lain yang berhubungan
dengannya atau bahkan terjadi keruntuhan total pada keseluruhan struktur
bangunan (Dipohusodo, 1994).

2.6 Pelat Lantai

Pelat lantai adalah elemen horisontal utama yang menyalurkan beban


hidup maupun beban mati ke kerangka pendukung vertikal dari suatu sistem
struktur. Elemen-elemen tersebut dapat dibuat sehingga bekerja dalam satu arah
atau bekerja dalam dua arah (Nawy, 1990)

2.7 Dinding Penahan Tanah

Dinding penahan tanah adalah bangunan yang menyediakan dukungan


lateral terhadap suatu massa tanah dan memperoleh kestabilannya terutama dari
berat sendiri dan juga berat tanah yang terletak langsung di atasnya. Dinding
penahan tanah digunakan untuk mencegah material agar tidak longsor menurut
kemiringan alamnya. Tipe dinding penahan tanah yang umum dipakai adalah tipe
gravitasi, semi gravitasi, kantilever, dinding counterfort dan dinding krib. (Ralph,
Walter dan Thomas,1973).

2.8 Pondasi

Pondasi adalah komponen struktur pendukung bangunan yang terbawah,


dan telapak Pondasi berfungsi sebagai elemen terakhir yang meneruskan beban ke
tanah. Telapak fondasi harus memenuhi persyaratan untuk mampu dengan aman
menebar beban yang diteruskan sedemikian rupa sehingga kapasitas atau daya
dukung tanah tidak dilampaui. Dasar fondasi harus diletakkan di atas tanah kuat
pada kedalaman cukup tertentu, bebas dari lumpur, humus, dan pengaruh
perubahan cuaca (Dipohusodo, 1994).
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tinjauan Umum

Penelitian dilakukan sesuai dengan langkah-langkah yang sistematis untuk


menyelesaikan masalah yang dibahas dengan menggunakan data yang diperoleh
dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan (observasi) atau wawancara
(interview) maupun menggunakan literatur sehingga dapat sesuai dengan prosedur
penelitian. Sebelumnya telah dijelaskan pada bab 1 bahwa penelitian ini akan
membahas tentang analisis biaya pada pelaksanaan pekerjaan struktur kolom dan
balok beton dengan metode pracetak, dimana akan dicari harga satuan pekerjaan
untuk kolom dan balok pracetak kemudian menghitung biaya anggaran sebuah
proyek bangunan, setelah didapat harga satuan pekerjaan kolom dan balok
pracetak maka penulis dapat merencanakan anggaran biaya proyek lainnya dengan
menggunakan HSP yang sudah diteliti.

3.2 Metode Pengambilan Data

Data adalah kumpulan informasi yang diperoleh dari suatu pengamatan,


dapat berupa angka, lambang atau sifat. Menurut Webster New World Dictionary,
pengertian data adalah things known or assumed, yang berarti bahwa data itu
sesuatu yang diketahui atau dianggap. Diketahui artinya yang sudah terjadi
merupakan fakta (bukti). Data dapat memberikan gambarang tentang suatu
keadaan atau persoalan. Data bisa juga didefinisikan sebagai sekumpulan

informasi atau nilai yang diperoleh dari pengamatan (observasi) suatu objek.
Data yang baik adalah data yang bisa dipercaya kebenarannya, tepat waktu dan
mencakup ruang lingkup yang luas atau bisa memberikan gambaran tentang suatu
masalah secara menyeluruh merupakan data relevan.

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, pengambilan


data dibedakan menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data primer

Data primer merupakan data asli yang ada di lapangan dan hanya peneliti
yang memilikinya, data primer diperoleh dengan cara pengamatan langsung di
lapangan (observasi), meminta langsung kepada pihak terkait atau bisa dengan
cara wawancara (interview).

2. Data sekunder

Data sekunder merupakan data pendukung dalam penelitian ini. Data


sekunder diperoleh dari buku-buku literatur, laporan, dokumentasi proyek,
perpustakaan, atau dari laporan penelitian terdahulu.

3.3. Bahan Penulisan

makalah ini menggunakan bahan dari pengamatan pelaksanaan balok


pracetak pada jurnal proyek pembangunan gedung. Berdasarkan data-data ini
dilakukan analisis tentang penggunaan balok pracetak dan kelebihannya dengan
jenis balok yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Niken, C., (2008), Perilaku Lentur Sambungan Model Takik pada Balok Aplikasi
untuk Beton Pracetak, Jurnal Dinamika Teknik Sipil, Volume 8, Nomor 2, Juli :
149 – 161.

Nurjannah, S.A., (2011), Perkembangan Sistem Struktur Beton Pracetak Sebagai


Alternatif pada Teknologi Konstruksi Indonesia yang Mendukung Efisiensi
Energi serta Ramah Lingkungan, Prosiding Seminar Nasional AVoER ke-3,
Palembang, 26-27 Oktober 2011.

Syarif, M., (2011), Kajian Eksperimental Balok-Kolom Eksterior Menggunakan


Balok Beton Pracetak dan Kolom Komposite (concrete-filled steel column),
Majalah Ilmiah Al-Jibra, Vol. 12, No.41.

Tjahjono, E., dan Purnomo, H., (2004), Pengaruh Penempatan Penyambungan


pada Perilaku Rangkaian Balok-Kolom Beton Pracetak Bagian Sisi Luar, Makara,
Teknologi, Vol. 8, NO. 3, : 90-97.

Wedyantadji, B., et.al., (2008), Studi Perencanaan Struktur Portal Tahan Gempa
dengan Menggunakan Sistem Pracetak pada Plat dan Balok, Jurnal Sondir, Nomor
3 Volume II : 52-67.

Anda mungkin juga menyukai