Anda di halaman 1dari 28

Metode Pelaksanaan Gedung

Secara Konvensional dan


Precast
I Gde Agung Deva Adhi Krishna Bagiarta
(1905511148)

Gede Iwan Adeya Prayogi


1905511151

I Nyoman Gunandika Wijaya Mataram


1905511160

Gede Aryananda Pratama Yudistira


1905511168
DEFINISI GEDUNG
• Menurut UU Republik Indonesia No 28 Tahun 2002, Bangunan
gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang
menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau
seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air,
yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya,
baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan,
kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan
khusus. Penyelenggaraan bangunan gedung adalah kegiatan
pembangunan yang meliputi proses perencanaan teknis dan
pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan,
pelestarian, dan pembongkaran.
JENIS – JENIS MATERIAL STRUKTUR
BANGUNAN
• Di era pembangunan modern, terdapat 3 jenis material struktur
penyusun bangunan yakni beton, baja dan kayu.
KAYU
• Kayu merupakan bahan produk alam, hutan. Kayu merupakan
bahan bangunan yang banyak disukai orang atas pertimbangan
tampilan maupun kekuatan. Dari aspek kekuatan, kayu cukup
kuat dan kaku walaupun bahan kayu tidak sepadat bahan baja
atau beton. Kayu mudah dikerjakan – disambung dengan alat
relatif sederhana. Bahan kayu merupakan bahan yang dapat
didaur ulang. Karena dari bahan alami, kayu merupakan bahan
bangunan ramah lingkungan. Sebagai bahan konstruksi
bangunan, kayu sudah dikenal dan banyak dipakai sebelum
orang mengenal beton dan baja
BAJA
• Baja adalah logam paduan dengan besi (Fe) sebagai unsur
dasar dan karbon (C) sebagai unsur paduan utamanya. Material
baja unggul jika ditinjau dari segi kekuatan, kekakuan dan
daktilitasnya. Jadi tidak mengherankan jika di setiap proyek-
proyek konstruksi bangunan (jembatan atau gedung) maka baja
selalu ditemukan, meskipun tentu saja volumenya tidak harus
mendominasi.
BETON
• Beton merupakan suatu bahan komposit (campuran) dan
beberapa material yang bahan utamanya terdiri dari campuran
antara agregat halus, agregat kasar, air dan atau tanpa bahan
tambah lain dengan perbandingan tertentu. Karena beton
merupakan komposit, maka daktilitas beton sangat tergantung
dari kualitas masing – masing pembentuk. Dalam penggunaan
material beton, terdapat 2 jenis metode pelaksanaan yakni
metode konvensional dan metode precast (pracetak). Dalam
pemaparan kali in ikita akan membahas lebih rinci perbandingan
antara beton metode konvensional dan pracetak dalam
pelaksanaan gedung.
Beton Konvensional
Pengertian Beton Konvensional
• Beton konvensional adalah suatu komponen struktur yang
paling utama dalam sebuah bangunan (Ervianto, 2006). Suatu
struktur kolom dirancang untuk bisa menahan beban aksial
tekan. Beton konvensional dalam pembuatannya direncanakan
terlebih dahulu, semua pekerjaan pembetonan dilakukan secara
manual dengan merangkai tulangan pada bangunan yang dibuat.
Pembetonan konvensional memerlukan biaya bekisting, biaya
upah pekerja yang cukup banyak.
Proses Pengerjaan Beton Konvensional

REINFORCIN DISMANTLIN
G G

FORMWOR CONCRETIN
K G
Keunggulan Beton Konvensional
1. Mudah dan umum dalam pengerjaan di lapangan
2. Mudah dibentuk dalam berbagai penampang
3. Perhitungan relatif mudah dan umum
4. Sambungan balok, kolom dan plat lantai bersifat monolit
(terikat penuh).
Kelemahan Beton Konvensional
1. Diperlukan tenaga buruh lebih banyak, relatif lebih mahal.
2. Pemakaian bekisting relatif lebih banyak
3. Pekerjaan dalam pembangunan agak lama karena
pengerjaannya
4. Berurutan saling tergantung dengan pekerjaan lainya.
5. Terpengaruh oleh cuaca, apa bila hujan pengerjaan
pengecoran tidak dapat dilakukan.
Beton Precast
Pengertian Beton Precast
• Beton pabrikasi atau precast tidak berbeda dengan beton biasa.
Beton precast dapat diartikan sebagai suatu proses produksi
elemen struktur bangunan pada suatu tempat atau lokasi yang
berbeda dengan lokasi dimana elemen struktur tersebut akan
digunakan.
Proses Pengerjaan Beton Precast
MOULDIN HANDLIN
G G

REINFORCI CURIN
NG G

CONCRETIN COMPACTIO
G N
Kelebihan Beton Precast
1. Kecepatan dalam pelaksanaan pembangunannya.
2. Dicapainya tingkatan fleksibelitas dalam proses
perancangannya.
3. Pekerjaan di lokasi proyek menjadi lebih sederhana.
4. Mampu mereduksi biaya konstruksi.
Kekurangan Beton Precast
1. Kerusakan yang mungkin timbul selama proses transportasi
2. Dibutuhkan peralatan lapangan dengan kapasitas angkat yang cukup
untuk mengangkat komponen 7 konstruksi dan menempatkannya pada
posisi tertetu.
3. Munculnya permasalaan teknis dan biaya yang dibutuhkan untuk
menyatukan komponenkomponen beton pabrikasi.
4. Diperlukan gudang yang luas dan fasilitas curing.
5. Diperlukan perencanaan yang detail pada bagian sambungan.
6. Diperlukan lapangan yang luas untuk produksi dalam jumlah yang besar.
• Dengan kondisi yang demikian maka tidak mudah untuk
menentukan mana yang lebih ekonomis, menggunakan proses
beton konvensional atau menggunakan beton pabrikasi.
Berdasarkan alokasi biaya dapat ditunjukkan bahwa distribusi
pemakaian biaya yang terbesar adalah anggaran untuk
konstruksi bangunan. Menurut (Elly dan Supartono, 2000),
struktur elemen pracetak memiliki beberapa keuntungan
dibandingkan dengan struktur konvensional, antara lain :
• 1. Waktu pelaksanaan struktur merupakan pertimbangan utama dalam
pembangunan suatu proyek karena sangat erat kaitannya dengan biaya
proyek. Struktur elemen pracetak dapat dilaksanakan di pabrik bersamaan
dengan pelaksanaan pondasi di lapangan.
• 2. Pengunaan material yang optimum serta mutu bahan yang baik
merupakan Salah satu alasan mengapa struktur elemen pracetak sangat
ekonomis dibandingkan dengan struktur yang dilaksanakan ditempat (cast-
in-situ) adalah penggunaan cetakan beton yang tidak banyak variasi dan
biasa digunakan berulang-ulang, mutu material yang dihasilkan pada
umumnya sangat baik karena dilaksanakan dengan standar-standar 8 yang
baku, pengawasan dengan sistem komputer yang teliti dan ketat.
• 3. Variasi untuk permukaan finishing pada struktur elemen
pracetak dapat dengan mudah dilaksanakan bersamaan dengan
pembuatan elemen tersebut dipabrik, seperti : warna dan model
permukaan yang dapat dibentuk sesuai dengan rancangan.
• 4. Dengan sistem elemen pracetak, selain cepat dalam segi
pelaksanaan, juga tidak membutuhkan lahan proyek yang terlalu
luas serta lahan proyek lebih bersih karena pelaksanaan elemen
pracetaknya dapat dilakukan dipabrik.
Menurut (Elly dan Supartono, 2000), struktur elemen pracetak
memiliki beberapa kerugian dengan struktur konvensional, antara
lain :
• Tidak ekonomis bagi produksi tipe elemen yang jumlahnya sedikit.
• Perlu ketelitian yang tinggi agar tidak terjadi deviasi yang besar
antara elemen yang satu dengan elemen yang lain, sehingga tidak
menyulitkan dalam pemasangan di lapangan.
• Panjang dan bentuk elemen pracetak yang terbatas, sesuai
dengan kapasitas alat angkat dan alat angkut.
• Jarak maksimum transportasi yang ekonomis dengan
menggunakan truk adalah antara 150 sampai 350 km, tetapi ini
juga tergantung dari tipe produknya. Sedangkan untuk angkutan
laut, jarak maksimum transportasi dapat sampai di atas 1000
km.
• Hanya dapat dilaksanakan didaerah yang sudah tersedia
peralatan untuk handling dan erection.
• Di Indonesia yang kondisi alamnya sering timbul gempa dengan
kekuatan besar, konstruksi beton pracetak cukup berbahaya
terutama pada daerah sambungannya, sehingga masalah
sambungan 9 merupakan persoalan yang utama yang dihadapi
pada perencanaan beton pracetak.
• Diperlukan ruang yang cukup untuk pekerja dalam mengerjakan
sambungan pada beton pracetak.
• Memerlukan lahan yang besar untuk pabrikasi dan penimbunan
(stock yard)
• Berikut merupakan salah satu contoh analisa perbandingan
antara metode pelaksanaan gedung menggunakan beton
konvensional dan beton precast dari penelitian yang
dilaksanakan oleh Universitas Teknologi Sepuluh November
Sesuai dengan tabel 6.1 diatas terjadi perbandingan antara biaya
dan waktu. Pada tabel dapat dilihat pracetak lebih unggul dalam
waktu pelaksanaan yang lebih singkat walaupun biaya yang
dihasilkan lebih tinggi, begitu juga sebaliknya dengan metode cor
ditempat. Hasil perubahan biaya dan waktu dengan
menggunakan metode pracetak merupakan bentuk trade off
dengan cara mengubah metode pelaksanaan. Dari kedua hasil
perbandingan diatas dapat dihitung besarnya efisiensi waktu dan
kenaikan biaya dalam persenan.
Kesimpulan
1. Metode pracetak lebih cepat dalam waktu pelaksanaan
dikarenakan pengurangan waktu pemasangan tulangan,
bekisting, dan perancah (scafolding) yang perlu dilakukan
pada metode cor ditempat.
2. Dari hasil analisa, bila menggunakan metode pracetak biaya
yang dihasilkan mengalami kenaikan sebesar 3,1 % dari biaya
cor ditempat dengan pengurangan waktu sebesar 40 %.
SESI DISKUSI

Anda mungkin juga menyukai