1.1. Pendahuluan
terjadi pada suatu proyek konstruksi. Salah satu contoh aplikasi teknologi pada
proses konstruksi adalah teknologi cetakan beton atau bekisting (Baharudin dan
Dodi, 2012).
memenuhi beberapa persyaratan, antara lain tidak bocor dan tidak menghisap air
dalam campuran beton, harus mempunyai tekstur seperti yang ingin dihasilkan,
bekisting
VIII - 1
MANAJEMEN KONSTRUKSI
Kecuali ditentukan lain pada gambar atau seperti terperinci disini, Cetakan
dan Perancah untuk pekerjaan beton harus memenuhi persyaratan dalam PBI-
1971 NI-2, ACI 347, ACI 301, ACI 318. Kontraktor harus terlebih dahulu
syarat-syarat berikut:
1. Kualitas
Hasil akhir permukaan beton harus baik, tidak ada acuan yang bocor.
2. Keamanan
Kokoh yang berarti acuan dan perancah harus kuat menahan beban yang
bekerja
Acuan dan perancah harus kaku tidak bergerak dan bergeser dari
posisinya.
3. Ekonomis
VIII - 2
MANAJEMEN KONSTRUKSI
Acuan dan perancah harus mudah dibongkar dengan tidak merusak beton.
rasionalisasi pembuatan beton pun turut meningkat pula. Hal ini terjadi pada
1. Bekisting Tradisional.
Adalah suatu bekisting yang terdiri dari papan dan kayu balok, dikerjakan
ditempat oleh orang-orang yang ahli. Bekisting tradisional masih banyak dijumpai
pada proyek-proyek yang relatif kecil dan penggunaannya hanya terbatas pada
beberapa kali pakai saja. Untuk bentuk-bentuk yang rumit, akan membutuhkan
Bekisting tradisional adalah bekisting yang setiap kali setelah dilepas dan
bentuk lain. Selain itu bekisting cara tradisional adalah bekisting yang bahan
dasarnya dapat digunakan kembali dalam bentuk lain. Pada umumnya bekisting
kontak terdiri dari kayu papan atau material plat, sedangkan konstruksi penopang
disusun dari kayu balok dan (pada lantai) dari stempel-stempel baja. Bekisting
kerja beton.
VIII - 3
MANAJEMEN KONSTRUKSI
Semi Sistem terdiri dari elemen-elemen yang lebih besar dan dibuat oleh pihak
lebih besar, yang dibuat dan direncanakan untuk sebuah obyek tertentu. Untuk itu
pada prinsipnya bekisting ini digunakan untuk berulang kali dalam bentuk tidak
banyak apabila konstruksi beton itu sendiri tidak terjadi perubahan bentuk
dengan bentuk beton yang bersangkutan, maka potongan material bekisting dapat
dihindari.
disusun kembali menjadi sebuah bekisting setengah sistem untuk sebuah obyek
yang lain.
khususnya bidang bekisting baik moulding untuk kolom, balok maupun untuk plat
VIII - 4
MANAJEMEN KONSTRUKSI
lantai. Aluma System kita sebut sebagai table form, system ini mempercepat
pekerjaan kolom, balok dan plat lantai sehingga saat ini Aluma System menjadi
salah satu plateform yang sangat revolusioner dan menjadikan segalanya mudah
Rotasi bekisting ialah suatu sistem perputaran letak / bongkar pasang dari
material bekisting terhadap suatu gedung. Rotasi bekisting dapat diterapkan pada
kriteria gedung yang memiliki jumlah lantai lebih dari 1. Hal ini merupakan salah
satu upaya untuk menekan biaya konstruksi. Penurunan biaya dapat diperoleh
1. Biaya proyek
2. Bentuk struktur
3. Metode pekerjaan
4. Schedule Pelaksanaan
lantai, rotasi bekisting 1,5 lantai, rotasi bekisting 2 lantai, rotasi bekisting 2,5
lantai. Pada konstruksi bangunan yang besar, pada umumnya area pekerjaan
transportasi alat serta material.Pelaksanaan dari rotasi bekisting ini juga akan
VIII - 5
MANAJEMEN KONSTRUKSI
VIII - 6
MANAJEMEN KONSTRUKSI
BAB II
PEMBAHASAN
jenis bekisting sistem yaitu metode flying table atau aluma yang merupakan
membutuhkan banyak tenaga kerja. Pada tahun 1972, aluma flying table sudah
diakui dan diterima diseluruh dunia. Aluma merupakan hasil rekayasa engineering
bidang konstruksi, khususnya bidang bekisting baik modular untuk kolom, balok
Bekisting flying table ini suatu bentuk bekisting siap cor yang merupakan
suatu rangkaian dari shoring yang mempunyai bentuk seperti meja yang dapat
dipindah pindah secara melayang dengan menggunakan tower crane dan dapat
dengan cepat, murah, mudah aman dan menghemat biaya dibandingkan dengan
Bekisting flying table terbuat dari bahan alumunium mutu tinggi sehingga
alat ini tergolong ringan tetapi tetap kuat menahan beban yang cukup besar.
VIII - 7
MANAJEMEN KONSTRUKSI
Pemilik produk aluma ini dengan sistem flying table di Indonesia satu-satunya
1. Trooly
yang berbeda. Fungsinya sebagai alat bantu untuk mengangkut flying table
dari lantai bawah ke lantai di atasnya dimana posisi goose nack / lifting
3. Tower Crane
VIII - 8
MANAJEMEN KONSTRUKSI
tempat yang telah ditentukan sesuai dengan jenis flying table itu untuk plat
atau balok. Setelah posisinya tepat, flying table diturunkan oleh coose
nack.
dilakukan pembesian setelah itu lantai dan balok benar-benar siap dicor.
bahan yang digunakan adalah baja yang dicampur dengan serbuk besi.
1. Lokasinya luas
Dalam pabrikasi flying tabel hal yang harus diperhatikan selain lahan dan
material adalah peralatan. Baik peralatan utama maupun peralatan bantu. Jenis
VIII - 9
MANAJEMEN KONSTRUKSI
Pensil
Penggaris siku
Waterpass
F.clamp
Circular Saw
Screw Driver
Palu (Hammer) 1 kg
Meteran
Unting-unting
Long Socket
Gergaji Manual
VIII - 10
MANAJEMEN KONSTRUKSI
2. Table aluma yang sudah siap dipasang kemudian di ikat bagia tepi untuk
3. Saat flying kaki dari table atau screw jack harus dalam posisi
dipendekkan, untuk menjaga jika base plat jatuh pada waktu flying.
4. Jika sudah di atas atau berada pada posisi yang diinginkan maka
memastikan bahwa sudah tidak ada plat yang miring, bekistingnya sudah
aluma table, kemudian tower crane mengangkat aluma table ke tempat plat denah
denah tower yang telah ditentukan table diturunkan Kurang lebih 1 meter dari
denah tower sampai terjangkau oleh pekerja, kemudian aluma table disetting
VIII - 11
MANAJEMEN KONSTRUKSI
dilakukan flying atau pengangkatan table kemudian setelah table diangkat, table
Teknologi flying table dapat mengurangi siklus kerja proyek dari sepuluh
hari mejadi siklus tiga hari. Peningkatan kinerja yang ditawarkan oleh aluma
memiliki dampak yang signifikan dan langsung mengurangi biaya proyek, waktu,
peralatan dan tenaga kerja. Sehingga teknologi aluma ini menjadi keuntungan
yang menarik untuk kontraktor yang bekerja pada jadwal yang ketat atau
anggaran.
fabrikasi di proyek, bahan yang digunakan adalah baja yang dicampur dengan
serbuk besi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih lokasi fabrikasi
a. Lokasinya luas
Langkah kerja fabrikasi bekisting balok dan pelat lantai sebagai berikut:
a. Pembuatan bekisting balok dan pelat lantai dikerjakan di los kerja kayu,
yaitu pemotongan plywood sesuai dengan luas sisi balok dan pelat lantai.
VIII - 12
MANAJEMEN KONSTRUKSI
b. Untuk perkuatan arah memanjang pada sisi balok, dipasang kayu kaso5/7
Sedangkan bagian atas dan bawah balok dipasang kayu kaso 5/7 arah
horisontal.
crossbrace connector.
dengan aluma joist (bagian dari bekisting pelat lantai) ke arah memanjang
table form.
VIII - 13
MANAJEMEN KONSTRUKSI
jenis bekisting yang sama, yaitu bekisting semi sistem sesuai dengan kondisi di
dengan rotasi bekisting 1,5 lantai, metode II dengan rotasi bekisting 2 lantai, serta
metode III dengan rotasi bekisting 2,5 lantai. Karena adanya perbedaan luasan
antara lantai basement - Lt.1 dengan lantai 2- atap, sehingga akan dibedakan 2
tipe zona seperti pembagian zona yang terlihat pada gambar 3.2 dan gambar 3.3.
sebagai berikut :
Pada rotasi bekisting 1,5 lantai perlu dipersiapkan bekisting 1,5 lantai
penuh. Dalam satu gedung akan dibagi 2 zona per lantai. Pertama - tama
VIII - 14
MANAJEMEN KONSTRUKSI
pemasangan bekisting akan dilakukan untuk 1 lantai penuh (zona 1 dan zona 2).
bekisting untuk zona 1 dan zona 2 pada lantai 1 akan dilaksanakan secara
perlu menunggu pembongkaran bekisting pada lantai 1. Bila beton pada lantai 1
sudah cukup mengeras, wilayah untuk zona 1 pada lantai 2 tersebut sudah dapat
berikutnya yaitu zona 2 pada lantai 2, dengan menggunakan material yang telah
pengecoran dan pembongkaran akan berlanjut seperti ini hingga lantai akhir.
Seperti terlihat pada gambar 3.4. Material bekisting bisa dibongkar dan digunakan
untuk lantai – lantai selanjutnya bila beton sudah mencapai umur kurang lebih 5
hari.
VIII - 15
MANAJEMEN KONSTRUKSI
Dalam satu gedung akan dibagi 2 zona per lantai. Pada rotasi bekisting 2
lantai perlu dipersiapkan bekisting 2 lantai penuh sehingga tidak perlu menunggu
maka dapat memasang bekisting pada lantai 2 setelah beton pada lantai 1 cukup
mengeras. Bila beton sudah mencapai umur kurang lebih 5 hari setelah
VIII - 16
MANAJEMEN KONSTRUKSI
pada lantai 3.
berlanjut seperti ini hingga lantai akhir. Seperti terlihat pada gambar 3.5.
VIII - 17
MANAJEMEN KONSTRUKSI
Pada rotasi bekisting 2.5 lantai perlu disiapkan bekisting 2.5 lantai penuh.
Dalam satu gedung akan dibagi 2 zona per lantai. Pertama - tama pemasangan
bekisting akan dilakukan untuk 1 lantai penuh,. Pada pemasangan bekisting untuk
lantai 2 tidak perlu menunggu pembongkaran bekisting lantai 1. Bila beton pada
lantai 1 sudah cukup mengeras, selanjutnya akan dipasang bekisting pada lantai 2
dipasang bekisting baru ½ lantai pada lantai 3. Karena material bekisting hanya
zona 2 pada lantai 3, yaitu dengan menggunakan material yang telah digunakan
pembongkaran akan berlanjut seperti ini hingga lantai akhir. Material bekisting
bisa dibongkar dan digunakan untuk lantai – lantai selanjutnya bila beton sudah
VIII - 18
MANAJEMEN KONSTRUKSI
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
proses yang terjadi pada suatu proyek konstruksi. Salah satu contoh aplikasi
teknologi pada proses konstruksi adalah teknologi cetakan beton atau bekisting.
antara lain tidak bocor dan tidak menghisap air dalam campuran beton, harus
Dari grafik pareto optima, didapatkan hasil yang paling optimal dari segi
waktu dan biaya yaitu metode rotasi 2 lantai yang memiliki durasi pelaksanaan
107 hari dan biaya Rp 1,992,516,097.00, dengan waste material sebesar 2,5%.
semi sistem 1,5 lantai dan 2,5 lantai yang telah dilakukan ialah sebagai berikut :
3.2 Saran
VIII - 19
MANAJEMEN KONSTRUKSI
kemudian hari. Berikut ini adalah saran-saran yang didasarkan dari proses analisa
yang dilakukan :
VIII - 20
MANAJEMEN KONSTRUKSI
DAFTAR PUSTAKA
Muis, A., & Trijeti, T. (2013). Analisis Bekisting Metode Semi Sistem dan
Sari, N., Mardiana, R., & Ahmad, M. M. (2019). Penggunaan Aluma System Pada
Bandung: Nova.
Wigbout, F. Ing. 1992. Buku Pedoman tentang Bekisting (Kotak Cetak). Jakarta:
Erlangga.
Zainullah, A., Suharyanto, A., & Budio, S. P. (2012). Pengaruh upah, kemampuan
VIII - 21