Pemasangan soil nailing harus di lakakukan secara berkelanjutan dan
sesuai ketentuan yang berlaku, metode pemasangan adalah sebagai berikut: 1. Grouted nail: Baja di masukkan ke dalam lubang berikutnya ujungnya ditutup dengan semen. 2. Driven nail: Baja di masukkan ketanah langsung meskipun proses penggalian masih di laksanakan biasa dilaksanakan untuk perkuatan sementara. 3. Self-drilling soil nail: proses pemboran lubang serta memasukkan batang baja dan proses grouting dilaksanakan secara simultan selama proses memasukkan batang baja, merupakan metode tercepat untuk menghindari korosi. 4. Jet-grouted soil nail: dilakukan jika tanah mudah longsor, saat penggalian dan membuat lubang kemudian di injeksi beton untuk menghindarkorosi.Lounching soil nail: Batang baja di masukkan dengan tekananudara tinggi, metode ini sangat cepat, kesulitan hanya mengontrol kedalaman masuknya batang baja.
Tahapan umum Pelaksanaan Pekerjaan adalah sebagai berikut:
1. Galian tanah dilakukan secara bertahap dengan kedalaman galian
tertentu (umumnya 1-2 m), hingga mencapai rencana kedalaman galian.Kedalaman galian tiap tahap harus disesuaikan dengan kemampuan tanah, sehingga muka galian dapat berdiri tanpa perkuatan,dalam periode waktu yang singkat (umumnya 24-48 jam).Dalam kasus tertentu, pada tanah yang tidak dapat berdiri tanpa perkuatan selama galian, dapat diberikan timbunan menerus (continuous berm) atau timbunan segmental dengan jarak tertentu.Timbunan tersebut hanya bersifat sementara, dan dapat dipindahkan setelah nail bars terpasang dan beton cor cukup keras. 2. Pengeboran Lubang Nail Dalam pekerjaan soil nailing, metode pengeboran auger dengan lubangterbuka (tanpa casing/selubung) paling banyak digunakan karena pekerjaannya relatif lebih cepat dan biaya yang relatif lebih rendah. Namun, untuk tanah yang kurang stabil, pengeboran berdiameter besar harus dihindari, dan pengeboran dengan drill casing/selubung bor sangat dianjurkan untuk menghindari keruntuhan tanah dalam lubang bor. 3. Pemasangan Nail Bar Batangan baja yang sudah terpasang dengan centralizers, dimasukkan ke dalam lubang bor, dan kemudian dicor dengan beton. Secara umum, pengecoran dengan menuangkan adukan beton, menghasilkan ikatan yang cukup baik antara tanah dengan hasil pengecoran. Namun, untuk kasus tertentu pada tanah yang lemah memerlukan daya ikatan yang lebih tinggi, ini dapat dihasilkan dengan melakukan pengecoran dengan tekanan tinggi (jet grouting). Adanya tekanan juga dapat menghasilkan beton yang lebih padat, dan diameter efektif pengecoran mengembung menjadi lebih besar, dengan demikian kemampuan menahan gaya cabut juga menjadi lebih baik.
4. Pemasangan Sistem Drainase
Aliran air ke dalam dinding galian harus dicegah. Oleh karena itu, metode konvensional dalam pengendalian air permukaan dan drainase, diperlukan selama masa konstruksi.Penambahan lembaran geokomposit vertikal dapat membantu mencegah peningkatan tekanan
air tanah pada muka lereng.
Gambar sistem drainase pada dinding soil nailing
5. Pembuatan Muka Sementara (Temporary Wall Facing)
Muka sementara dari sebuah dinding soil nailing umumnya terbuat dari shotcrete, dengan ketebalan antara 75 sampai 100 mm. Lapisan shotcrete akan menjadi perkuatan sementara, dan melindungi permukaan galian dari erosi, serta sebagai pengisi rongga-rongga yang terbentuk akibat keretakan tanah.
Metode yang umum dilakukan dalam pembuatan muka permanen adalah dengan shotcrete, dan beton pracetak. Di samping dua metode ini, masih banyak metode yang dapat dilakukan, dan masih terus dikembangkan.Pembuatan muka permanen dari shotcrete sama dengan yang dilakukan dalam pembuatan muka sementara. Ketebalan muka permanen dari shotcrete umumnya berkisar antara 150, dan 300 mm, belum termasuk ketebalan dari dinding sementara. Pengecoran dilakukan secara berlapis dengan ketebalan tiap lapisan antara 50 hingga 100 mm.Muka permanen dengan beton pracetak digunakan untuk menyesuaikan keindahan yang diinginkan, atau durabilitas yang diinginkan. Gambar pembuatan Permanent Wall Facing
Mendesign Soil Nailing
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menjadikan suatu
tebing lebih stabil terhadap tekanan tanah adalah dengan pemasangan soil nailing. Soil nailing termasuk kategori perkuatan kaku (rigid) yang dapat memikul gaya normal, gaya lintang dan gaya momen. Mendesign soil nailing perlu di lakukan analisis :
1. Internal Stability Analisis
Soil naililing harus mampu memikul beban yang bekerja, sehingga sebuah reinforcement ini dapat menahan gaya Tarik dan gaya geser yang akan bekerja. Jika reinforcement soil nailing ini gagal hanya terjadi pada kegagalan local dan men-trigger progressive failure. Untuk menambah kuat Tarik soil reinforcement ini dapat dengan memperpanjang atau memperbesar diameter. 2. External Stability Analisis Stabilitas external di lakukan untuk memastikan bahwa panjang soil nailing yang di butuhkan mampu menahan stabilitas global.
Gambar 4.Ilustrasi Pemasangan Soil Nailing
Hal terpenting dalam pemasangan soil nailing, terhadap keberhasilan
pekerjaan dan bekerjanya paku (nail) untuk menjaga kestabilan lereng adalah melakukan monitoring terhadap lereng tersebut, adapun pengamatan yang dilakukan terhadap lereng yg telah terpasang soil nailing adalah sebagai berikut: 1. Gerakan horizontal dan vertical dari lereng, permukaan struktur secara keseluruhan. 2. Pengamatan terhadap struktur lainnya yang ikut memperkuat tanah. 3. Kondisi drainase tanah 4. Kerusakan tendon dengan soil nailing elemen. Jenis Tanah Secara umum tanah yang dianggap baik untuk soil nailing adalah tanah yang mampu berdiri tanpa perkuatan selama kira-kira 1 sampai 2 hari,dengan kedalaman galian 1 sampai 2 meter dan sudut lereng vertikal atau mendekati vertikal.Disamping itu,muka air tanah juga harus terletak di bawah semua batangan besi.Berikut adalah beberapa jenis tanah yang di anggap cocok untuk di aplikasikan soil nailing : 1. Tanah keras sampai sangat keras dan berbutir halus (stiff hard to fine grainde soils).Tanah berbutir halus (kohesif) keras sampai sangat keras mencakup lempung (clays),lanau berlempung (clayey silts),lempung berlanau (silty clays),lempung berpasir (Sandy clays),dan kombinasi dari jenis-jenis tanah tersebut.Dari jenis-jenis tanah tersebut,sebaiknya disertai dengan plastisitas rendah,untuk meminimalkan kemungkinan pergerakan lateral dinding soil nailing dalam jangka panjang. 2. Tanah granular padat hingga sangat padat dengan sedikit kohesi (dense to very dense granular soils with some apparent cohesion).Tanah ini mencakup tanah pasir,dan kerikil (gravel) dengan nilai N-SPT lebih dari 30 dan dengan sedikit agregat halus (kurang dari 10 – 15%). Sebaliknya beberapa contoh jenis tanah dan kondisi yang menguntungkan untuk menerapkan soil nailing : 1. Tanah tidak berkohesi , bergradasi buruk dan kering.Tanah tanpa kohesi dengan gradasi buruk,dan dalam kondisi kering, sulit mencapai kemiringan lereng vertikal atau hampir vertikal yang dibutuhkan dalam soil nailing. 2. Tanah dengan muka air tanah tinggi.Kondisi muka air tanah yang tinggi memerlukan sistem drainase yang signifikan,agar massa tanah dapat berdiri stabil.Selain itu,tingginya muka air tanah akan menyulitkan proses pengeboran karena tanah dalam lubang bor akan mudah runtuh,akibatnya kondisi ini memerlukan biaya yang besar untuk pemasangan soil naling.Kondisi air tanah yang merembes keluar dari muka lereng juga akan menambah kesulitan konstruksi ketika pelaksanaan pekerjaan shotcrete. Menurut saya Soil nailing merupakan solusi potensial dari masalah longsor karena ekonomis dan juga berlaku di zona seismik ( kawasan aktif secara tektonik namun jarang terjadi gempa dalam jangka waktu yang lama).Hal ini dapat memecahkan masalah daerah yang sebagian besar perumahan, karena pemasangan tidak membutuhkan lahan yang luas serta dapat digunakan untuk berbagai jenis tanah (dengan kondisi tertentu).