PENDAHULUAN
ditandai dengan hadirnya berbagai jenis material dan peralatan yang modern. Hal
ini bertujuan untuk mempermudah dan meningkatkan kualitas kerja, salah satu
aplikasi teknologi pada proses konstruksi adalah teknologi cetakan beton atau
dengan aman beban yang ditimbulkan oleh spesi beton dan bekisting harus dapat
dibongkar pasang dengan cara yang sederhana. Proporsi biaya pekerjaan bekisting
beton cukup besar dibandingkan dengan biaya seluruh pekerjaan beton bertulang,
sehingga pekerjaan bekisting sangat berpengaruh dalam efisiensi biaya dan waktu
pekerjaan beton yang merupakan salah satu item pekerjaan dalam sebuah proyek.
stabilitas. Syarat ini harus dipenuhi mengingat bekisting adalah pekerjaan yang
berkisar antara 40%-60% dari biaya pekerjaan beton atau sekitar 10% dari biaya
Pekerjaan bekisting juga memberikan pengaruh besar dalam hal durasi waktu
1
2
sudah digunakan untuk proyek pembangunan diIndonesia antara lain PCH, KHK,
menjadi sistem Fabrikasi. Untuk gedung High Rise Building yang tipikal bentuk
pengecoran akan besar. Untuk gedung Low Rise Building yang volume
dalam pelaksanaanya tidak menimbulkan banyak sisa material terbuang atau waste
bangunan satu dengan bangunan lainnya. Oleh karena itu metode perencanaan
bekisting harus dievaluasi melalui perhitungan dan analisis yang benar, untuk
meliputi acuan atau mal beton menggunakan kayu dan multiplex, pemikul
atau bisa juga dengan menggunakan scaffolding, dan untuk penggunaan bekisting
Peri meliputi acuan atau mal beton menggunakan plywood dan girder GT.24,
bekisting baik moulding untuk column, beam maupun slab. Aluma System disebut
sebagai table form, sistem ini mempercepat pekerjaan kolom, balok dan pelat lantai
sehingga saat ini aluma menjadi salah satu plateform yang sangat revolusioner dan
menjadikan segalanya mudah dari pada cara tradisional atau konvensioanal dan
Berdasarkan uraian latar belakang pada sub bab sebelumnya, maka rumusan
A. Berapa banyak jumlah material, biaya dan pekerja yang dibutuhkan untuk
B. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk pengerjaan plat lantai dan balok
Berdasarkan kebutuhan bekisting pada pekerjaan pelat lantai dan balok maka
System.
Agar penelitian dapat lebih terfokus dan terarah, maka batasan masalah yang
A. Bekisting yang digunakan untuk metode pekerjaan pelat lantai dan balok
B. Bagian pekerjaan bekisting yang ditinjau adalah pekerjaan pelat lantai dan
balok.
dan Aluma System dalam pengerjaan struktur gedung agar dapat mengambil
pengerjaan pelat lantai dan balok dari setiap masing-masing metode bekisting
Bab I PENDAHULUAN
Pada bagian bab ini membahas tentang latar belakang, rumusan masalah,
Pada bagian bab ini membahas tentang uraian umum sistem kerja proyek,
serta unsur-unsur yang terlibat dalam sistem pekerjaan pelat lantai pada
Pada bab ini membahas teknis terkait pengambilan data-data serta analisa
dan aluma sistem pada lokasi penelitian yang mana menjadi pendukung
rusunawa penggilingan.
6
diambil selama penelitian dan penulisan serta saran untuk hal yang
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan
atau di dalam tanah atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan
kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan
structure) yang dimaksud adalah pondasi dan struktur bangunan yang berada di
bawah permukaan tanah, sedangkan yang dimaksud dengan struktur atas (upper
structure) adalah struktur bangunan yang berada di atas permukaan tanah seperti
kolom, balok, plat, tangga juga atap. Setiap komponen tersebut memiliki fungsi
rawan terhadap keruntuhan jika tidak direncanakan dengan baik. Oleh karena itu,
diperlukan suatu perencanaan struktur yang tepat dan teliti agar dapat memenuhi
Beban-beban yang bekerja pada struktur seperti beban mati (dead load),
beban hidup (live load), beban gempa (earthquake), dan beban angin (wind load)
besar dan arah gaya-gaya yang bekerja pada setiap komponen struktur, kemudian
8
dan tulangan yang dibutuhkan oleh masing-masing struktur (Gideon dan Takim,
1993).
yaitu Standar Tata Cara Penghitungan Struktur Beton nomor: SK SNI T-15-1991-
Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung tahun 1983, dan lain-lain (Istimawan,
1999).
Struktur atas suatu gedung adalah seluruh bagian struktur gedung yang berada
di atas muka tanah (SNI 2002). Struktur atas ini terdiri atas kolom, pelat,
sangat penting.
A. Kolom ( Column )
Kolom adalah batang tekan vertical dari rangka struktur yang memikul beban
dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan
penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan
bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmako,
utamanya menyangga beban aksian tekan vertical dengan bagian tinggi yang tidak
B. Balok ( Beam )
merupakan bagian struktur yang digunakan sebagai dudukan lantai dan pengikat
kolom lantai atas. Fungsinya adalah sebagai rangka penguat horizontal bangunan
akan beban-beban.
( Sumber : https://civilengginering.wordpress.com/2016/03/28/struktur-atas-
upper-structure )
menyalurkan beban mati maupun beban hidup menuju rangka pendukung vertical
dari suatu sistem struktur. Elemen-elemen horizontal tersebut dapat dibuat bekerja
dalam satu arah ataupun bekerja dua arah yang saling tegak lurus (biaksial)..
Dinding geser (shear wall) adalah suatu struktur balok kantilever tipis yang
langsing vertical, untuk digunakan menahan gaya lateral. Biasanya dinding geser
11
berbentuk persegi panjang. Dengan adanya dinding geser yang kaku pada
bangunan, sebagian besar beban gempa akan terserap oleh dinding geser tersebut.
E. Atap
Atap adalah bagian paling atas dari suatu bangunan, yang melindungi gedung
tergantung pada luasnya ruang yang harus dilindungi, bentuk dan konstruksi
A. Pondasi
12
terhubung langsung dengan tanah, atau bagian bangunan yang terletak di bawah
permukaan tanah yang berfungsi memikul beban bangunan yang ada diatas nya.
beban bangunan itu sendiri, beban-beban bangunan, gaya-gaya luar seperti tekanan
angin gempa bumi, dan lain-lain. Di samping itu, tidak boleh adanya penurunan
B. Tanah
dalam, lebar, dan sesuai dengan peil-peil yang tercantum pada gambar.
13
Semua bekas-bekas pondasi lama, dan akar pohom yang terdapat pada bagian
C. Struktur Basement
2.2 Bekisting
menahan beban selama beton dituang dan dibentuk sesuai dengan bentuk yang
dilepas atau dibongkar apabila beton yang dituang telah mencapai kekuatan yang
cukup.
bertingkat yang tipikal. Biaya bekisting berkisar 40 – 60 % dari total biaya beton
dan untuk perkiraan 10% dari total biaya konstruksi, gambar 2.5 untuk lantai.
Proporsi biaya yang besar dari bekisting konvensional relative terhadap biaya upah
(a)
30.00%
11.00% 52.00%
70.00%
upah.
( Sumber : https://anzdoc.com/bab-ii-landasan-
teori9a88c6c90de312e012a48aa3a1faace331320.html )
tanggung jawab dari pihak pemborong kerja. Sehingga segala resiko dalam
pekerjaan tersebut sudah pasti menjadi hal yang harus ditekan serendah mungkin.
Tentunya hal ini dapat dilakukan dengan perencanaan yang sematang mungkin
dengan memperhatikan segala faktor yang menjadi pendukung atau yang malah
B. Bekisting ahrus dapat menyerap dengan aman beban yang ditimbulkan oleh
spesi beton dan berbagai beban luar serta getaran. Dalam hal ini perubahan
dipindahkan.
Dalam menentukan sistem serta mode kerja yang akan dipakai, dari beberapa
alternatif yang ada pasti terlebih dahulu dilihat kelemahan dan keunggulan dari
B. Keamanan, bekisting harus stabil pada posisinya dan faktor keamanan yang
dan mati tanpa mengalami keruntuhan atau berbahaya bagi pekerja dan
konstruksi beton.
ulang. Oleh karena itu, luas bangunan ini menjadi salah satu pertimbangan
16
utama untuk penetuan siklus pemakaian material bekisting. Hal ini juga akan
untuk memperoleh material atau alat bantu dari sistem bekisting yang akan
diterapkan.
dibutuhkan.
Fungsi dari siklus pekerjaan bekisting untuk menyediakan kebutuhan struktur untuk
bentuk dan ukuran yang berbeda. Sedangkan fungsi dari siklus pekerjaan beton
17
permukaan.
struktur yang berbeda. Itu juga termaksud pemilihan aksesori, bracing dan
sistem yang dipakai dalam konstruksi struktur beton bertulang. Sebagai contoh,
konvensional atau buatan tangan dan sistem yang dikerjakan dengan bantuan alat
angkut atau crane. Sistem konvensional masih merupakan sistem yang biasa
digunakan pekerjaan konstruksi. Karena sistem ini dapat disesuaikan dengan segala
bentuk dan ukuran struktur. Walaupun sistem konvensional ini menghasilkan biaya
Langkah kedua dari siklus bekisting adalah fabrikasi bekisting. Kegiatan ini
menurut tipe dan ukuran, pemasangan bagian-bagian sesuai bentuk dan ukuran
yang diminta, penempatan bekisting dekat dengan alat angkat. Pihak kontraktor
pelaksana juga harus memilih area fabrikasi pada lokasi kerja guna dapat memenuhi
kebutuhan akan mobilisasi alat dan material bekisting pada pelaksanaan pekerjaan.
Metode dan urutan kerja dari pekerjaan bekisting sangat di pengaruhi oleh
secara manual dengan derek atau small crane. Pemasangan bekisting termaksud
akibat berat sendiri serta akibat beban tambahan lainnya. Selama pengerjaan
bekisting beton hanya boleh dilakukan apabila beton telah mencapai 70% kekuatan
rencananya.
19
A. Kuat, dalam hal ini mampu menopang dan mendukung beban-beban yang
B. Stabil (kokoh), adalah tidak terjadi goyangan dan geseran yang mampu
sendiri (ambruk).
struktur beton.
akan digunakan untuk membuat cetakan dan ukuran dari beton segar hingga dapat
1. Kekuatan.
Bekisting harus dapat menahan tekanan beton dan berat dari pekerja dan
2. Kekakuan.
Lendutan yang terjadi tidak boleh melebihi 0,3% dari dimensi permukaan
3. Ekonomis.
Metode dan cara bongkar serta pemindahan bekisting harus dicermati dan
yang dapat digunakan. Untuk tugas akhir ini akan membahas beberapa metode,
diantaranya yaitu:
Bekisting tradisional adalah bekisting yang setiap kali, setelah dipakai dan
menggunakan bahan dari kayu olahan. Depresiasi bekisting sistem ini sangat
tinggi karena banyak volume bahan terbuang pada proses pembuatan serta
Penggabungan jenis bahan akan dapat mengurangi jumlah tenaga kerja serta
penting tahun demi tahun. Di weissenhorn, Peri menutupi suatu area sekitar
lebih dari 90% dari seluruh material sistem Peri untuk didistribusikan
keseluruh dunia. Setiap tahunnya 40,000 𝑚2 kayu, 50,000 ton baja dan 3,000
elemen dari sistem ini dibuat dipabrik dan diaplikasikan pada bangunan yang
pun menjadi cukup ringan, akan tetapi pembelian elemen-elemen dari sistem
suatu hal yang baru, berbeda dengan sistem konvensional. Baru setelah
melalui beberapa kali uji pakai pada beberapa proyek, ada sebafian kontraktor
2. Memiliki kapasitas untuk menahan beban yang lebih berat atau tinggi.
5. Hasil akhir beton yang diperoleh lebih presisidan akurat dari segi bentuk
dan dimensi.
6. Dapat diaplikasikan pada berbagai bentuk dan jenis struktur, baik vertical,
7. Peralatan dan aksesoris dapat digunakan untuk waktu yang lebih lama
(tahan lama).
yang ditopang oleh balok sekunder serta balok primer yang digelar diatas
24
Sistem kerja aluma sistem atau table form yaitu dengan menurunkan
oleh tower crane kelantai berikutnya ( Ahadi 2011 ) keunggulan dari bekisting
table form sendiri dapat mempercepat pekerjaan lebih efisien terhadap biaya
dan waktu. Selain itu lebih efisien, bekisting table form mudah dalam
berikut :
25
2.7.1. Kayu
Tidak ada material yang lebih luas penggunaanya dibandingkan dengan kayu
dalam pembuatan bekisting dan perkuatannya. Kayu memiliki sifat tidak mahal,
Tegangan lentur
1 150 100 75 50 -
sejajar serat (σlt//)
Tegangan tekan =
(σlt// = σlt//)
Tegangan geser
4 20 12 8 5 -
sejajar serat (ɽ//)
2.7.2. Multiplek
Triplek terdiri sejumlah lapisan kayu finer yang direkatkan bersilang satu
diatas yang lain. Pada umumnya lapisa-lapisan finer dikupas dari sebatang kayu
dipermukaannya.
27
Ketebalan satu lapisam finer berkisar antara 1,5 – 2,5 hingga 3 mm. setiap
lapis finer dari satu plat tidak harus sama tebal dan jenis kayu yang sama.
sebagai berikut :
Dalam pembuatan dan pemasangan bekisting hal yang paling utama agar
bekisting dapat digunakan berulang kali yaitu pada saat pembongkaran, oleh karena
itu diperlukan model bekisting yang mudah dilakukan pada saat pembongkaran,
Biaya yang diperlukan untuk suatu proyek dapat mencapai jumlah yang
sangat besar dan tertanam dalam kurun waktu yang cukup lama. Oleh karena itu
perlu dilakukan identifikasi biaya proyek dengan tahapan perencanaan biaya proyek
sebagai berikut :
D. Tahapan pelaksanaan, biaya proyek pada tahapan ini dihitung lebih detail
Untuk menentukan biaya suatu unit pekerjaan sebagai bagian dari kegiatan proyek,
berdasarkan analisis dari berbagai aspek untuk mencapai sasaran dan tujuan tertentu
A. Tahapan studi.
B. Tahapan perencanaan.
C. Tahapan pelaksanaan.
untuk membangun proyek karena memiliki fungsi dengan spektrum yang amat luas
beda. Bagi pemilik, angka yang menunjukkan jumlah perkiraan biaya akan menjadi
dengan harga terlalu rendah akan mengalami kesulitan di belakang hari. Untuk
konsultan, angka tersebut diajukan kepada pemilik sebagai usulan jumlah biaya
terbaik untuk berbagai kegunaan sesuai perkembangan proyek dan sampai derajat
Perkiraan biaya atau estimasi biaya adalah seni memperkirakan (the art of
yang didasarkan atas informasi yang tersedia pada waktu itu (Soeharto, 1997).
dari tingkat estimasi konseptual sampai pada estimasi detail untuk memperoleh
hingga estimasi akhir pada saat penyelesaian proyek. Hal ini bisa diprediksi dari
relatif luas terhadap nilai kontrak proyek konstruksi, karena tidak semua gambaran
biaya detail. Estimasi biaya konseptual adalah estimasi biaya berdasarkan konsep
bangunan yang akan dibangun. Estimasi biaya konseptual ini bisa disebut juga
dalam tahap ini semua aspek yang berkaitan dengan rencana investasi
30
dikembangkan, dikaji dan disaring untuk sampai pada suatu laporan yang dapat
1997). Tuntutan yang harus dipenuhi untuk bisa berlanjutnya rencana investasi
adalah kualitas perkiraan biaya yang berkaitan dengan akurasi estimasi biaya
tersebut. Kualitas suatu estimasi biaya yang berkaitan dengan akurasi dan
kualitas perkiraan biaya yang dihasilkan. Hal ini juga memerlukan kecakapan,
pengalaman serta judgement dari estimator dan tergantung pula dengan metode
Analisa harga satuan pekerjaan adalah suatu cara perhitungan harga satuan
upah kerja, dan peralatan dengan harga bahan bangunan, standart pengupahan
pekerja dan harga sewa atau beli peralatan untuk menyelesaikan per satuan
pekerjaan konstruksi.
Analisa harga satuan pekerjaan ini dipengaruhi oleh angka koefisien yang
menunjukkan nilai satuan bahan atau material, nilai satuan alat, dan nilai satuan
upah tenaga kerja ataupun satuan pekerjaan yang dapat digunakan sebagai
31
didalam suatu daftar yang dinamakan harga satuan bahan/material, sedangkan upah
tenaga kerja didapatkan di lokasi setempat yang kemudian dikumpulkan dan didata
dalam suatu daftar yang dinamakan daftar harga satuan upah tenaga kerja. Harga
bahan/material, upah tenaga kerja dan peralatan dapat dirangkum sebagai berikut :
Harga Satuan
UPAH /
Upah
TENAGA/
Analisa Upah Satuan Pekerja
Harga Satuan HARGA
BAHAN /
Bahan MATERIAL/ SATUAN
Analisa Satuan Pekerja PEKERJA
Bahan
Harga Satuan
Alat PERALATAN /
Analisa Alat Satuan Pekerja
pekerjaan maka harga satuan bahan, harga satuan tenaga, dan harga satuan alat
harus diketahui terlebih dahulu yang kemudian dikalikan dengan koefisien yang
bahan, harga satuan upah dan harga satuan alat dimana harga satuan bahan
tergantung pada ketelitian dalam perhitungan kebutuhan bahan untuk setiap jenis
pekerjaan. Penentuan harga satuan upah tergantung pada tingkat produktivitas dari
pekerja dalam menyelesaikan pekerjaan. Harga satuan alat baik sewa ataupun
investasi tergantung dari kondisi lapangan, kondisi alat atau efisiensi, metode
Yang dimaksud dengan analisa bahan suatu pekerjaan, ialah yang menghitung
sedangkan Yang diamksud dengan analisa upah suatu pekerjaan ialah, menghitung
banyaknya tenaga yang diperlukan, serta besarnya biaya yang dibutuhkan untuk
Sebagai contoh daftar analisa upah dan bahan (SNI) . SNI merupakan
pembaharuan dari analisa BOW (Burgeslijke Openbare Werken) 1921, dengan kata
lain bahwa analisa SNI merupakan analisa BOW yang diperbaharui. Analisa SNI
penyusunan biaya dengan menggunakan analisa SNI ini hampir sama dengan
pada metode SNI adalah, daftar koefisien bahan, upah dan alat sudah ditetapkan
untuk menganalisa harga atau biaya yang diperlukan dalam membuat harga satu
material, upah tenaga dan peralatan pada satu pekerjaan sudah ditetapkan, yang
selanjutnya dikalikan dengan harga material, upah dan peralatan yang berlaku
dipasaran.
pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan dan perumahan adalah revisi o1RSNI
T-13-2002, tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton, dengan perubahan
Standar ini disusun oleh panitia teknis bahan konstruksi bangunan dan
rekayasa sipil melalui gugus kerja struktur dan konstruksi bangunan pada
1
(BSN) Badan Standardisasi Nasional, SNI-7394:2008)
34
Mandor 0,033 OH
Material
Paku
0,400 kg
5 cm – 12 cm
Keterangan :
Kolom 3 : Menandakan indeks atau koeffisien yang berupa sebuah angka ketetapan
dari SNI, baik untuk bahan, upah tenaga dan Koefisien / indeks mendeskripsikan
seberapa besar alat dan tenaga yang digunakan didalam mengerjakan pekerjaan
harga satuan.
akan dilaksanakan saat ini. Selain itu sangat membantu dalam memberikan
BAB III
menentukan keberhasilan suatu proyek konstruksi, sehingga aspek teknis dan non
metode pelaksanaan, tenaga kerja, upah, serta material konstruksi dan alat
mendapatkan data. Data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh
Untuk mendapatkan hasil yang optimal dari penelitian akhir ini, maka
A. Lokasi Proyek.
secara sistematis dan logis sesuai dasar teori permasalahan sehingga didapat
analisis yang akurat untuk mencapai tujuan penuloisan. Adapun tahap dan prosedur
A. Tahap Persiapan
referensi, buku-buku tugas akhir, dan jurnal yang berhubungan dengan pembuatan
laporan penelitian.
Mengumpulkan data proyek yang dijadikan objek penelitian, berupa data sekunder
dari kjontraktor pelaksana dan pengawas yang bertanggung jawab atas pelaksanaan
2. Metode kerja dan daftar harga material, spesifikasi bekisting yang digunakan,
1. Menghitung waktu dan biaya kebutuhan material dan tenaga kerja yang
Mulai
Tahap I
Persiapan :
Menentukan masalah
Menentukan tujuan
penelitian Tahap II
Tahap III
Analisa Perbandingan
Tahap IV
Pembahasan
Tahap V
kesimpulan
Selesai
BAB IV
Tujuan akhir dari penelitian ini dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
besarnya biaya pembuatan bekisting pekerjaan pelat lantai dan balok dengan
Jakarta
Jangka waktu pelaksanaan selama 470 (Empat Ratus Tujuh Puluh) Hari
Kalender Kerja, pemeliharaan 365 (Tiga Ratus Enam Puluh Lima) hari.
42
Konvensional.
Pekerjaan balok dan pelat lantai dirancang sebagai satu kesatuan yang
pelat lantainya.
berdiri.
dengan beton. Material yang digunakan adalah material pelat yang memiliki
44
sifat tahan air dan tahan aus. Fungsinya sebagai pemberi bentukan pada balok
dan juga menerima langsung beban yang bekerja dari beton. Ketebalan dari
Rangka ini berfungsi sebagai penerima beban yang disalurkan dari bekisting
Material yang digunakan biasanya adalah kayu ukuran 2/3, 4/6, 5/7, 5/10 atau
juga dari material yang lebih kuat seperti besi hollow atau plat siku.
C. Balok suri
Balok suri berfungsi menyebarkan beban yang diperoleh dari rangka alas balok
kepada gelagar memanjang yang ada dibawahnya. Balok suri dipasang arah
Balok engkel pada pada konstruksi balok dimensi kecil jarang dipakai.
E. Stempel (penopang)
Stampel adalah bagian yang menahan beban dari beban diatasnya dan
menyalurkan pada tanah atau lantai yang ada dibawah. Kekuatan dari pada
horizontal yang diterima pipi balok kepada balok suri atau kayu memanjang
bekisting lantai harus dapat menahan beban-beban yang bekerja diatasnya agar
memenuhi syarat sebagai bekisting dan tidak melebihi lendutan yang diijinkan.
Bagian-bagian pada bekisting lantai yang menerima beban terdiri dari balok
kayu yang dihubungkan satu dengan lainnya dengan dibantu oleh papan pengokoh
dan selur-selur yang terdiri dari kayu papan agar konstruksi lebih stablil.
A. Bekisting kontak
Sama halnya seperti pada bekisting balok fungsinya menyalurkan beban dari
beton ke anak balok yang di bawahnya.
B. Anak balok (rangka pelat)
Menjadi tulangan dari bekisting pelat. Jarak praktis pemasangan anak balok ini
antara 25 sampai 50 cm tergantung dari pembebanan dan juga jenis dan tebal
material pelat yang dipakai sebagai bekisting kontak.
C. Balok penyangga
Berfungsi seperti balok engkel pada bekisting balok. Beban yang diterima dari
anak balok diteruskan kepada stampel yang ada dibawahnya.
D. Stampel (penopang)
46
Adalah bagian yang menahan beban dari beban diatasnya dan menyalurkannya
pada tanah atau lantai yang ada dibawah. Kekuatan dari pada stampel ini yang
menentukan kestabilan dari keseluruhan bekisting.
Konvensional
Biaya tenaga kerja dan peralatan bagi konstruksi bekisting dan penggunaanya
memiliki porsi terbesar dari total keseluruhan biaya. Dalam berbagai estimasi, biaya
produktivitas pekerja. Semua pengeluaran untuk tenaga kerja dan peralatan kerja
dengan kolom lainnya untuk menopang lantai dan beban-beban yang ada diatasnya.
Berikut langkah kerja pelaksanaan bekisting balok, dengan bentuk bekisting balok
persegi panjang :
A. Pembuatan (build)
1. Persiapan material kontak bekisting balok berupa multiplek atau papan yang
2. Pembuatan panel pipi balok dan alas (bodeman) dengan pemotongan rangka
panel sesuai dengan ukuran dan jarak pemasangan yang telah direncanakan.
B. Pemasangan (erect)
menarik dari dua buah titik yang sudah diukur dengan waterpass sebagai
dasar bekisting.
3. Memasang perancah atau stampel kaso atau balok dengan jarak antar tiang
diperlukan.
panel pipih balok. Diusahakan agar posisi pipi balok tegak lurus alas balok
C. Pembongkaran (strip)
2. Pembongkaran pipi-pipi balok dengan metode kerja yang efisien agar tidak
Tebal lantai beton yang dipakai untuk struktur umumnya nilainya berkisar
antara 12 – 15 cm, sedangkan untuk atap beton tebalnya antara 8 – 12 cm. berikut
ini adalah langkah kerja pelaksanaan pekerjaan bekisting pelat lantai (Suripto,
2000) :
A. Pembuatan (build)
Persiapan material kontak bekisting balok berupa multiplex atau papan yang
dipotong sesuai dengan ukuran balok yang akan dikerjakan. Perlu diperhatikan
B. Pemasangan (erect)
kemudian menarik dari dua buah titik yang sudah diukur dengan waterpass
3. Memasang perancah atau stampel kaso atau balok dengan jarak antar tiang
diperlukan
5. Pemasangan anak balok atau rangka pelat dengan jarak pemasangan sesuai
C. Pembongkaran (strip)
lantai.
Sistem Peri.
Penempatan material bekisting harus pada tempat yang terlindung terhadap cuaca,
memiliki sirkulasi udara yang baik, serta diletakkan di atas balok penumpu.
Penempatan bahan material di lokasi proyek harus berada dekat dengan tempat
yang akan dilakukan pekerjaan bekisting. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan
material tidak diperbolehkan secara sembarangan dan asal tumpuk saja, material
harus disusun secara rapi dan sesuai dengan kebutuhan material yang akan dipasang
dan diletakkan di satu tempat yang sama sehingga tidak kelihatan semrawut dan
ELEMEN VERTIKAL
Berfungsi untuk menahan beban diatasnya. Bahan
dari hot dip galvanis, diameter 48.3 mm, tebal 3.25
mm, panjang 1 m, sampai 2 m.
ELEMEN HORIZONTAL
Berfungsi untuk merangkai dan menyatukan
batang vertical sehingga didapat satu kesatuan
yang kokoh. Bahan dari hotdip galvanis, diameter
48.3 mm, tebal 3.25 mm, panjang 0,5 m.
JACK BASE
Berfungsi sebagai tumpuan capslock pada lantai.
Bahannya galvanis, panjang 75cm, dimensi 15cm
x 15cm.
U- HEAD
Berfungsi sebagai tumpuan balok girder H20.
Bahan galvanis, panjang 75 cm, dimensi 24 cm x
15 cm x 20 cm.
BEAM CLAM
Berfungsi sebagai pengunci dinding balok agar
sesuai dengan bentuk yang diinginkan dan
menahan beban dari samping balok. Bahan baja
siku, dimensi 5 cm x 5 cm x 5 mm, panjang
tergantung dengan dimensi balok
TRIPOD TELESCOPIC
Berfungsi sebagai tumpuan dan menjaga support
agar tetap dalam posisi vertical, tidak goyah dan
kuat. Bahan hot dip galvanis, tinggi 75 cm.
PAPAN PHENOLIC
Berfungsi meratakan permukaan balok dan slab.
Bahan plywood yang dilapisi film, tebal 12 mm,
panjang 2.44 m, lebar 1.24 m.
Sumber : https://www.peri.com/en/products/formwork/
53
4.3.1. Metode Pelaksanaan Bekisting Balok dan Pelat Lantai Multiflex Girder
Slab Formwork
Girders. Sebagai balok utama dan silang, posisi dan jarak serta formlining dapat
digunakan, bentang besar untuk tiang utama dan palang dapat direalisasikan. Oleh
karena itu, MULTIFLEX merupakan solusi ideal untuk perencanaan tanah yang
rumit, lembaran dengan offset atau balok downstand terintegrasi, serta operasi
kombinasi GT 24 dan VT 20K Formwork Girder serta pengaturan girder yang dapat
dipilih secara bebas untuk semua rencana dasar melalui pemosisian variabel dari
girder juga secara poligon atau tumpang tindih untuk semua persyaratan permukaan
dengan formasi yang dapat dipilih secara bebas untuk kualitas yang ditentukan dan
Sebagai pengaku scaffolding digunakan cross brace. Pembuatan acuan harus sesuai
gambar rencana. Acuan diperkuat dengan skur-skur untuk menahan gaya yang
Jack base
C. Memasang U-Head Jack. Tinggi U-Head Jack ini disesuaikan dengan elevasi
D. Memasang balok girder GT-24 arah memanjang dan balok engkel 6/12 – 2m
E. Memasang panel bagian bawah (bottom form) dan kedua panel bagian samping
(side form). Panel bagian samping diperkuat dengan skur-skur dari kaso 5/7
Panel terbuat dari plywood yang diperkuat dengan kaso. Ukuran lebar dan
panjang panel sesuai ukuran gambar rencana. Kemudian memasang beam clamp
Side form
beam clamp
stronger beam
bottom form
Scaffolding
System.
Alumalite® Table Form adalah hasil dari Aluma Sistem sistem truss yang tak
dipatenkan desain yang memungkinkan staf ekstensi dan jack untuk digunakan di
bagian atas dan bawah meja, sistem ini dapat beradaptasi dengan sebagian besar
kecepatan tinggi saat ini. Dengan berongga ganda yang dipatenkan revolusioner
kaki diekstrusi, bentuk tabel Alumalite® membuat konstruksi balok dan lempengan
jauh lebih mudah dan lebih cepat untuk menangani dari bentuk tabel sebelumnya
59
atau metode tradisional. 30% lebih ringan dari pendahulunya dan bias diterbangkan
dengan mudah oleh tradisional kapasitas crane, sistem Alumalite® adalah sistem
ideal untuk industri perumahan dan pasar slab and beam shoring.
sebagai berikut :
C. Pemasangan spandrels atau truss arah memanjang table form. Pemasangan ini
crossbrace connectors.
dengan aluma joist (bagian dari bekisting pelat lantai) kearah memanjang table
form.
G. Pemasangan bekisting pelat lantai yang telah terangkai plywood dengan aluma
1. Theodolite.
2. Waterpass.
3. Bor listrik.
4. Benang.
5. Kunci inggris.
6. Unting-unting.
7. Palu.
8. Meteran.
9. Gergaji.
61
Bentuk dan ukuran balok dan pelat lantai pada proyek ini adalah tipikal
(sama) dari lantai kelantai. Sehingga digunakan bekisting dengan sistem flying table
form (bekisting berbentuk meja yang dapat dengan mudah dipindah-pindah seperti
form dan pembuatan bekisting balok dan pelat lantai di los kerja kayu telah
A. Pembuatan bekisting balok dan pelat lantai dikerjakan di los kerja kayu, yaitu
pemotongan plywood sesuai dengan luas sisi balok dan pelat lantai.
C. Setelah table aluma selesai disusun kemudian sebagian bekisting untuk pelat
D. Table aluma yang sudah siap dipasang kemudian diikat bagian tepi untuk
E. Saat flying kaki dari table atau screwjack harus dalam posisi dipendekan, untuk
F. Jika sudah diatas atau berada pada posisi yang diinginkan maka dilanjutkan
G. Untuk perkuatan arah memanjang pada sisi balok, dipasang kayu atau kaso 5/7
Sedangkan bagian atas dan bawah balok dipasang kayu kaso 5/7 dengan arah
horizontal.
memastikan bahwa sudah tidak ada pelat yang miring, bekistingnya sudah
Vertical
1 Grid 12 / DC 0.3 0.6 0.48 0.12 4.05 5.589
2 / CB 0.3 0.6 0.48 0.12 1.2 1.656
3 Grid 11 / CB 0.3 0.6 0.48 0.12 1.8 2.484
4 / BA 0.3 0.6 0.48 0.12 4.25 5.865
5 Grid 10 / CB 0.3 0.6 0.48 0.12 1.8 2.484
6 / BA 0.3 0.6 0.48 0.12 4.05 5.589
7 Grid 9 / DC 0.3 0.6 0.48 0.12 4.05 5.589
8 / CB 0.3 0.6 0.48 0.12 1.8 2.484
9 / BA 0.3 0.6 0.48 0.12 4.05 5.589
10 Grid 8 / DC 0.3 0.6 0.48 0.12 4.05 5.589
11 / CB 0.3 0.6 0.48 0.12 1.8 2.484
12 / BA 0.3 0.6 0.48 0.12 4.05 5.589
13 Grid 7 / DC 0.3 0.6 0.48 0.12 4.05 5.589
14 / CB 0.3 0.6 0.48 0.12 1.8 2.484
15 / BA 0.3 0.6 0.48 0.12 4.05 5.589
16 Grid 6 / CB 0.3 0.6 0.48 0.12 1.8 2.484
17 / BA 0.3 0.6 0.48 0.12 4.05 5.589
18 Grid 5 / DC 0.3 0.6 0.48 0.12 4.05 5.589
19 / CB 0.3 0.6 0.48 0.12 1.8 2.484
20 / BA 0.3 0.6 0.48 0.12 4.05 5.589
21 Grid 4 / DC 0.3 0.6 0.48 0.12 4.05 5.589
22 / CB 0.3 0.6 0.48 0.12 1.8 2.484
23 / BA 0.3 0.6 0.48 0.12 4.05 5.589
24 Grid 3 / DC 0.3 0.6 0.48 0.12 4.05 5.589
25 / CB 0.3 0.6 0.48 0.12 1.8 2.484
26 / BA 0.3 0.6 0.48 0.12 4.05 5.589
27 Grid 2 / DC 0.3 0.6 0.48 0.12 0.713 0.98394
28 / CB 0.3 0.6 0.48 0.12 1.8 2.484
29 Grid 1 / DC 0.3 0.6 0.48 0.12 0.713 0.98394
30 / CB 0.3 0.6 0.48 0.12 1.8 2.484
31 Grid 0 / CB 0.3 0.6 0.48 0.12 1.2 1.656
32 / BA 0.3 0.6 0.48 0.12 4.05 5.589
127.893
Sumber : Analisa Penulis
64
digunakan dengan tepat. Dari jumlah kebutuhan material yang dihasilkan, dapat
Kebutuhan Kebutuhan
Uraian Harga Beli Koefisien Satuan Harga Satuan Jumlah Harga
Alat Alat
Peralatan
Tower Crane 100,000.00 Buah
838,664.58 1,346,075,728.32
UPAH
1. Tukang Aluma bekisting 125,000.00
struktur 19,478.13 416,500,000.00
B
2. Kepala Tukang bekisting135,000.00
struktur 9,015.59 192,780,000.00
3. Mandor 150,000.00 8,347.77 178,500,000.00
36,841.48 787,780,000.00
875,506.06 2,133,855,728.32
PERALATAN
Tower Crane 100,000.00 1.00
1,071,194.44 1,649,427,278.59
B UPAH
1. Tukang Aluma bekisting struktur125,000.00 9,937.82 212,500,000.00
2. Kepala Tukang bekisting struktur
135,000.00 4,293.14 91,800,000.00
1,090,195.55 2,055,727,278.59
Kebutuhan
Uraian Harga Beli Kebutuhan Alat Harga Satuan Jumlah Harga
Jumlah Alat
1,112,980,166.32
1,207,700,701.86
B UPAH
1. Tukang Aluma bekisting 125,000.00
struktur 7,352.94 104,125,000.00
2. Kepala Tukang bekisting135,000.00
struktur 3,403.36 48,195,000.00
3. Mandor 150,000.00 2,521.01 35,700,000.00
13,277.31 188,020,000.00
700,078.13 1,395,720,701.86
BAB IV
Tujuan akhir dari penelitian ini dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
besarnya biaya pembuatan bekisting pekerjaan pelat lantai dan balok dengan
Jakarta
Jangka waktu pelaksanaan selama 470 (Empat Ratus Tujuh Puluh) Hari
Kalender Kerja, pemeliharaan 365 (Tiga Ratus Enam Puluh Lima) hari.
70
Konvensional.
Pekerjaan balok dan pelat lantai dirancang sebagai satu kesatuan yang
pelat lantainya.
berdiri.
dengan beton. Material yang digunakan adalah material pelat yang memiliki
72
sifat tahan air dan tahan aus. Fungsinya sebagai pemberi bentukan pada balok
dan juga menerima langsung beban yang bekerja dari beton. Ketebalan dari
Rangka ini berfungsi sebagai penerima beban yang disalurkan dari bekisting
Material yang digunakan biasanya adalah kayu ukuran 2/3, 4/6, 5/7, 5/10 atau
juga dari material yang lebih kuat seperti besi hollow atau plat siku.
I. Balok suri
Balok suri berfungsi menyebarkan beban yang diperoleh dari rangka alas balok
kepada gelagar memanjang yang ada dibawahnya. Balok suri dipasang arah
Balok engkel pada pada konstruksi balok dimensi kecil jarang dipakai.
K. Stempel (penopang)
Stampel adalah bagian yang menahan beban dari beban diatasnya dan
menyalurkan pada tanah atau lantai yang ada dibawah. Kekuatan dari pada
horizontal yang diterima pipi balok kepada balok suri atau kayu memanjang
bekisting lantai harus dapat menahan beban-beban yang bekerja diatasnya agar
memenuhi syarat sebagai bekisting dan tidak melebihi lendutan yang diijinkan.
Bagian-bagian pada bekisting lantai yang menerima beban terdiri dari balok
kayu yang dihubungkan satu dengan lainnya dengan dibantu oleh papan pengokoh
dan selur-selur yang terdiri dari kayu papan agar konstruksi lebih stablil.
E. Bekisting kontak
Sama halnya seperti pada bekisting balok fungsinya menyalurkan beban dari
beton ke anak balok yang di bawahnya.
F. Anak balok (rangka pelat)
Menjadi tulangan dari bekisting pelat. Jarak praktis pemasangan anak balok ini
antara 25 sampai 50 cm tergantung dari pembebanan dan juga jenis dan tebal
material pelat yang dipakai sebagai bekisting kontak.
G. Balok penyangga
Berfungsi seperti balok engkel pada bekisting balok. Beban yang diterima dari
anak balok diteruskan kepada stampel yang ada dibawahnya.
H. Stampel (penopang)
74
Adalah bagian yang menahan beban dari beban diatasnya dan menyalurkannya
pada tanah atau lantai yang ada dibawah. Kekuatan dari pada stampel ini yang
menentukan kestabilan dari keseluruhan bekisting.
Konvensional
Biaya tenaga kerja dan peralatan bagi konstruksi bekisting dan penggunaanya
memiliki porsi terbesar dari total keseluruhan biaya. Dalam berbagai estimasi, biaya
produktivitas pekerja. Semua pengeluaran untuk tenaga kerja dan peralatan kerja
dengan kolom lainnya untuk menopang lantai dan beban-beban yang ada diatasnya.
Berikut langkah kerja pelaksanaan bekisting balok, dengan bentuk bekisting balok
persegi panjang :
D. Pembuatan (build)
3. Persiapan material kontak bekisting balok berupa multiplek atau papan yang
4. Pembuatan panel pipi balok dan alas (bodeman) dengan pemotongan rangka
panel sesuai dengan ukuran dan jarak pemasangan yang telah direncanakan.
E. Pemasangan (erect)
menarik dari dua buah titik yang sudah diukur dengan waterpass sebagai
dasar bekisting.
11. Memasang perancah atau stampel kaso atau balok dengan jarak antar tiang
diperlukan.
12. Memasang gelagar memanjang (balok engkel) dengan posisi gelagar bagian
13. Memasang balok suri diatas gelagar memanjang dengan jarak pemasangan
14. Pemasangan rangka alas balok (bodeman) dengan mengacu pada titik as
15. Setelah alas balok terpasang dengan benar, maka dilakukan perangkaian
panel pipih balok. Diusahakan agar posisi pipi balok tegak lurus alas balok
F. Pembongkaran (strip)
6. Pembongkaran pipi-pipi balok dengan metode kerja yang efisien agar tidak
Tebal lantai beton yang dipakai untuk struktur umumnya nilainya berkisar
antara 12 – 15 cm, sedangkan untuk atap beton tebalnya antara 8 – 12 cm. berikut
ini adalah langkah kerja pelaksanaan pekerjaan bekisting pelat lantai (Suripto,
2000) :
D. Pembuatan (build)
Persiapan material kontak bekisting balok berupa multiplex atau papan yang
dipotong sesuai dengan ukuran balok yang akan dikerjakan. Perlu diperhatikan
E. Pemasangan (erect)
kemudian menarik dari dua buah titik yang sudah diukur dengan waterpass
10. Memasang perancah atau stampel kaso atau balok dengan jarak antar tiang
diperlukan
11. Memasang gelagar memanjang (balok engkel) dengan posisi gelagar bagian
12. Pemasangan anak balok atau rangka pelat dengan jarak pemasangan sesuai
lantai.
F. Pembongkaran (strip)
lantai.
Sistem Peri.
Penempatan material bekisting harus pada tempat yang terlindung terhadap cuaca,
memiliki sirkulasi udara yang baik, serta diletakkan di atas balok penumpu.
Penempatan bahan material di lokasi proyek harus berada dekat dengan tempat
yang akan dilakukan pekerjaan bekisting. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan
material tidak diperbolehkan secara sembarangan dan asal tumpuk saja, material
harus disusun secara rapi dan sesuai dengan kebutuhan material yang akan dipasang
dan diletakkan di satu tempat yang sama sehingga tidak kelihatan semrawut dan
ELEMEN VERTIKAL
Berfungsi untuk menahan beban diatasnya. Bahan
dari hot dip galvanis, diameter 48.3 mm, tebal 3.25
mm, panjang 1 m, sampai 2 m.
ELEMEN HORIZONTAL
Berfungsi untuk merangkai dan menyatukan
batang vertical sehingga didapat satu kesatuan
yang kokoh. Bahan dari hotdip galvanis, diameter
48.3 mm, tebal 3.25 mm, panjang 0,5 m.
JACK BASE
Berfungsi sebagai tumpuan capslock pada lantai.
Bahannya galvanis, panjang 75cm, dimensi 15cm
x 15cm.
U- HEAD
Berfungsi sebagai tumpuan balok girder H20.
Bahan galvanis, panjang 75 cm, dimensi 24 cm x
15 cm x 20 cm.
BEAM CLAM
Berfungsi sebagai pengunci dinding balok agar
sesuai dengan bentuk yang diinginkan dan
menahan beban dari samping balok. Bahan baja
siku, dimensi 5 cm x 5 cm x 5 mm, panjang
tergantung dengan dimensi balok
TRIPOD TELESCOPIC
Berfungsi sebagai tumpuan dan menjaga support
agar tetap dalam posisi vertical, tidak goyah dan
kuat. Bahan hot dip galvanis, tinggi 75 cm.
PAPAN PHENOLIC
Berfungsi meratakan permukaan balok dan slab.
Bahan plywood yang dilapisi film, tebal 12 mm,
panjang 2.44 m, lebar 1.24 m.
Sumber : https://www.peri.com/en/products/formwork/
81
4.3.1. Metode Pelaksanaan Bekisting Balok dan Pelat Lantai Multiflex Girder
Slab Formwork
Girders. Sebagai balok utama dan silang, posisi dan jarak serta formlining dapat
digunakan, bentang besar untuk tiang utama dan palang dapat direalisasikan. Oleh
karena itu, MULTIFLEX merupakan solusi ideal untuk perencanaan tanah yang
rumit, lembaran dengan offset atau balok downstand terintegrasi, serta operasi
kombinasi GT 24 dan VT 20K Formwork Girder serta pengaturan girder yang dapat
dipilih secara bebas untuk semua rencana dasar melalui pemosisian variabel dari
girder juga secara poligon atau tumpang tindih untuk semua persyaratan permukaan
dengan formasi yang dapat dipilih secara bebas untuk kualitas yang ditentukan dan
Sebagai pengaku scaffolding digunakan cross brace. Pembuatan acuan harus sesuai
gambar rencana. Acuan diperkuat dengan skur-skur untuk menahan gaya yang
Jack base
I. Memasang U-Head Jack. Tinggi U-Head Jack ini disesuaikan dengan elevasi
J. Memasang balok girder GT-24 arah memanjang dan balok engkel 6/12 – 2m
K. Memasang panel bagian bawah (bottom form) dan kedua panel bagian samping
(side form). Panel bagian samping diperkuat dengan skur-skur dari kaso 5/7
Panel terbuat dari plywood yang diperkuat dengan kaso. Ukuran lebar dan
panjang panel sesuai ukuran gambar rencana. Kemudian memasang beam clamp
Side form
beam clamp
stronger beam
bottom form
Scaffolding
System.
Alumalite® Table Form adalah hasil dari Aluma Sistem sistem truss yang tak
dipatenkan desain yang memungkinkan staf ekstensi dan jack untuk digunakan di
bagian atas dan bawah meja, sistem ini dapat beradaptasi dengan sebagian besar
kecepatan tinggi saat ini. Dengan berongga ganda yang dipatenkan revolusioner
kaki diekstrusi, bentuk tabel Alumalite® membuat konstruksi balok dan lempengan
jauh lebih mudah dan lebih cepat untuk menangani dari bentuk tabel sebelumnya
87
atau metode tradisional. 30% lebih ringan dari pendahulunya dan bias diterbangkan
dengan mudah oleh tradisional kapasitas crane, sistem Alumalite® adalah sistem
ideal untuk industri perumahan dan pasar slab and beam shoring.
sebagai berikut :
J. Pemasangan spandrels atau truss arah memanjang table form. Pemasangan ini
crossbrace connectors.
dengan aluma joist (bagian dari bekisting pelat lantai) kearah memanjang table
form.
N. Pemasangan bekisting pelat lantai yang telah terangkai plywood dengan aluma
10. Theodolite.
11. Waterpass.
13. Benang.
15. Unting-unting.
16. Palu.
17. Meteran.
18. Gergaji.
89
Bentuk dan ukuran balok dan pelat lantai pada proyek ini adalah tipikal
(sama) dari lantai kelantai. Sehingga digunakan bekisting dengan sistem flying table
form (bekisting berbentuk meja yang dapat dengan mudah dipindah-pindah seperti
form dan pembuatan bekisting balok dan pelat lantai di los kerja kayu telah
I. Pembuatan bekisting balok dan pelat lantai dikerjakan di los kerja kayu, yaitu
pemotongan plywood sesuai dengan luas sisi balok dan pelat lantai.
K. Setelah table aluma selesai disusun kemudian sebagian bekisting untuk pelat
L. Table aluma yang sudah siap dipasang kemudian diikat bagian tepi untuk
M. Saat flying kaki dari table atau screwjack harus dalam posisi dipendekan, untuk
N. Jika sudah diatas atau berada pada posisi yang diinginkan maka dilanjutkan
O. Untuk perkuatan arah memanjang pada sisi balok, dipasang kayu atau kaso 5/7
Sedangkan bagian atas dan bawah balok dipasang kayu kaso 5/7 dengan arah
horizontal.
memastikan bahwa sudah tidak ada pelat yang miring, bekistingnya sudah
Vertical
1 Grid 12 / DC 0.3 0.6 0.48 0.12 4.05 5.589
2 / CB 0.3 0.6 0.48 0.12 1.2 1.656
3 Grid 11 / CB 0.3 0.6 0.48 0.12 1.8 2.484
4 / BA 0.3 0.6 0.48 0.12 4.25 5.865
5 Grid 10 / CB 0.3 0.6 0.48 0.12 1.8 2.484
6 / BA 0.3 0.6 0.48 0.12 4.05 5.589
7 Grid 9 / DC 0.3 0.6 0.48 0.12 4.05 5.589
8 / CB 0.3 0.6 0.48 0.12 1.8 2.484
9 / BA 0.3 0.6 0.48 0.12 4.05 5.589
10 Grid 8 / DC 0.3 0.6 0.48 0.12 4.05 5.589
11 / CB 0.3 0.6 0.48 0.12 1.8 2.484
12 / BA 0.3 0.6 0.48 0.12 4.05 5.589
13 Grid 7 / DC 0.3 0.6 0.48 0.12 4.05 5.589
14 / CB 0.3 0.6 0.48 0.12 1.8 2.484
15 / BA 0.3 0.6 0.48 0.12 4.05 5.589
16 Grid 6 / CB 0.3 0.6 0.48 0.12 1.8 2.484
17 / BA 0.3 0.6 0.48 0.12 4.05 5.589
18 Grid 5 / DC 0.3 0.6 0.48 0.12 4.05 5.589
19 / CB 0.3 0.6 0.48 0.12 1.8 2.484
20 / BA 0.3 0.6 0.48 0.12 4.05 5.589
21 Grid 4 / DC 0.3 0.6 0.48 0.12 4.05 5.589
22 / CB 0.3 0.6 0.48 0.12 1.8 2.484
23 / BA 0.3 0.6 0.48 0.12 4.05 5.589
24 Grid 3 / DC 0.3 0.6 0.48 0.12 4.05 5.589
25 / CB 0.3 0.6 0.48 0.12 1.8 2.484
26 / BA 0.3 0.6 0.48 0.12 4.05 5.589
27 Grid 2 / DC 0.3 0.6 0.48 0.12 0.713 0.98394
28 / CB 0.3 0.6 0.48 0.12 1.8 2.484
29 Grid 1 / DC 0.3 0.6 0.48 0.12 0.713 0.98394
30 / CB 0.3 0.6 0.48 0.12 1.8 2.484
31 Grid 0 / CB 0.3 0.6 0.48 0.12 1.2 1.656
32 / BA 0.3 0.6 0.48 0.12 4.05 5.589
127.893
Sumber : Analisa Penulis
92
digunakan dengan tepat. Dari jumlah kebutuhan material yang dihasilkan, dapat
Kebutuhan Kebutuhan
Uraian Harga Beli Koefisien Satuan Harga Satuan Jumlah Harga
Alat Alat
Peralatan
Tower Crane 100,000.00 Buah
838,664.58 1,346,075,728.32
UPAH
1. Tukang Aluma bekisting 125,000.00
struktur 19,478.13 416,500,000.00
B
2. Kepala Tukang bekisting135,000.00
struktur 9,015.59 192,780,000.00
3. Mandor 150,000.00 8,347.77 178,500,000.00
36,841.48 787,780,000.00
875,506.06 2,133,855,728.32
PERALATAN
Tower Crane 100,000.00 1.00
1,071,194.44 1,649,427,278.59
B UPAH
1. Tukang Aluma bekisting struktur125,000.00 9,937.82 212,500,000.00
2. Kepala Tukang bekisting struktur
135,000.00 4,293.14 91,800,000.00
1,090,195.55 2,055,727,278.59
Kebutuhan
Uraian Harga Beli Kebutuhan Alat Harga Satuan Jumlah Harga
Jumlah Alat
1,112,980,166.32
1,207,700,701.86
B UPAH
1. Tukang Aluma bekisting 125,000.00
struktur 7,352.94 104,125,000.00
2. Kepala Tukang bekisting135,000.00
struktur 3,403.36 48,195,000.00
3. Mandor 150,000.00 2,521.01 35,700,000.00
13,277.31 188,020,000.00
700,078.13 1,395,720,701.86