PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada zaman sekarang ilmu pengetahuan dan teknologi telah mempengaruhi berbagai
macam aspek kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah ilmu pengetahuan mengenai
penerapan teknologi struktur . Hal ini dapat dilihat dari pekerjaan struktur yang makin lama
semakin canggih dengan bantuan teknologi yang selalu berkembang. Dimana salah satu
perkembangan teknologi yang paling berkembang adalah teknologi beton precast. Hal ini
berbanding lurus dengan adanya peningkatan yang pesat dalam penggunaan teknologi
precast. Akan tetapi, penggunaan teknologi precast tersebut harus didukung dengan
perencanaan yang matang untuk menghasilkan produk yang optimal dan tepat guna sehingga
tidak terjadi pelanggaran dalan aturan struktur gedung bertingkat sesuai Standart Nasional
Diperlukan Perencanaan dan penanganan secara serius untuk kendala dan resiko
kegagalan produk precast. Untuk menangani masalah tersebut maka dalam perencanaan harus
didukung dengan data-data yang spesifik dan pedoman pelaksanaan pekerjaan beton bertulang
Proyek pembangunan Gedung Kantor Landmark Pluit ini merupakan salah satu
gedung bertingkat dengan konsep super blok dengan waktu pelaksanaan yang relatif
singkat dengan tingkat kesulitan yang tinggi, salah satunya adalah cuaca dan kondisi
maka dalam proyek ini direncanakan untuk menggunakan bekisting precast untuk
1
B. Tujuan
Mengetahui Efektivitas penerapan Metode Analisis Pertukaran Waktu dan Biaya (Time Cost
Trade Off Analysis) dapat digunakan untuk penyelesaian masalah keterlambatan di suatu
proyek konstruksi
C. Metodologi
1. Studi Pustaka
dengan jalan membaca buku, jurnal, atau referensi lainnya yang berhubungan dengan
2. Wawancara
(seorang ahli atau yang berwenang dalam suatu masalah)(4). Sedangkan menurut sifat
pengumpulan data dalam penulisan Tugas Akhir ini termasuk data sekunder. Data
pengumpulannya oleh peneliti. Data ekunder berasal dari tangan kedua, ketiga dan
seterusnya, artinya melewati satu atau lebih pihak yang bukan peneliti sendiri.(7)
Mengingat banyaknya masalah pondasi yang timbul dalam proyek penyusunan Tugas
Akhir ini serta keterbatasan data-data maupun ilmu yang dikuasai, maka perlu dipakai batasan
2
2. Pengolahan data dilapangan dan data laboratorium tidak dibahas
Bab I Pendahuluan, membahas tentang latar belakang, tujuan, serta ruang lingkup
yang membatasi hal-hal yang akan dikaji dan dilakukan dalam penelitian. Kemudian Bab II
Tinjauan Pustaka, yang berisikan tentang dasar-dasar yang berkaitan dengan penelitian
yang akan dilakukan. Studi literatur terdiri dari data teknis, perhitungan struktur serta
metode yang akan digunakan. Dilanjutkan ke Bab III Landasan Teori, membahas tentang
penjelasan pengerjaan penelitian ini dari awal hingga akhir yang akan dilakukan secara
sistematis atau berurutan. Metodologi mencakup hal-hal yang akan digunakan dalam
penelitian. Serta Bab IV Pembahasan Precast Bekisting Pilecap dan Tie Beam, bagian ini
precast bekisting pilecap dan tie beam. Dilanjutkan ke Bab V Penutup,yang berisikan
kesimpulan hasil penelitian dan sara-saran untuk perbaikan pada penelitian selanjutnya.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Beton adalah material konstruksi yang banyak dipakai di Indonesia, jika dibandingkan
dengan material lain seperti kayu dan baja. Hal ini bisa dimaklumi, karena bahan-bahan
pembentukannya mudah terdapat di Indonesia, cukup awet, mudah dibentuk dan harganya
relative terjangkau. Ada beberapa aspek yang dapat menjadi perhatian dalam sistem beton
konvensional, antara lain waktu pelaksanaan yang lama dan kurang bersih, control kualitas yang
sulit ditingkatkan serta bahan-bahan dasar cetakan dari kayu dan triplek yang semakin lama
Sistem beton Precast adalah metode konstruksi yang mampu menjawab kebutuhan di era
ini. Pada dasarnya system ini melakukan pengecoran komponen di tempat khusus di permukaan
tanah (fabrikasi), lalu dibawa ke lokasi (transportasi ) untuk disusun menjadi suatu struktur utuh
(ereksi). Keunggulan system ini, antara lain mutu yang terjamin, produksi dan pembangunan
yang cepat, ramah lingkungan dan rapi dengan kualitas produk yang baik.
Sistem Precast telah banyak diaplikasikan di Indonesia, baik yang sistem dikembangkan
di dalam negeri maupun yang didatangkan dari luar negeri. Sistem Precast yang berbentuk
Sistem Precast berkembang mula-mula di negara Eropa. Struktur Precast pertama kali
digunakan adalah sebagai balok beton PRECAST untuk Casino di Biarritz, yang dibangun oleh
kontraktor Coignet, Paris 1891. Pondasi beton bertulang diperkenalkan oleh sebuah perusahaan
Jerman, Wayss & Freytag di Hamburg dan mulai digunakan tahun 1906. Tahun 1912 beberapa
4
bangunan bertingkat menggunakan system Precast berbentuk komponen-komponen, seperti
Struktur komponen Precast beton bertulang juga diperkenalkan di Jerman oleh Philip
Holzmann AG, Dyckerhoff & Widmann G Wayss & Freytag KG, Prteussag, Loser dll. Sstem
Precast taha gempa dipelopori pengembangannya di Selandia Baru. Amerika dan Jepang yang-
dikenal sebagai negara maju di dunia, ternyata baru melakukan penelitian intensif tentang
system Precast tahan gempa pada tahun 1991. Dengan membuat program penelitian bersama
Indonesia telah mengenal system Precast yang berbentuk komponen, seperti tiang
pancang, balok jembatan, kolom dan plat lantai sejak tahun 1970an. Sistem Precast semakin
berkembang dengan ditandai munculnya berbagai inovasi seperti Sistem Column Slab (1996),
Sistem L-Shape Wall (1996), Sistem All Load Bearing Wall (1997), Sistem Beam Column Slab
(1998), Sistem Jasubakim (1999), Sistem Bresphaka (1999) dan sistem T-Cap (2000).
Precast Concrete Beton Precast adalah suatu metode percetakan komponen secara
mekanisasi dalam pabrik atau workshop dengan memberi waktu pengerasan dan mendapatkan
Precast Concrete atau Beton pra-cetak menunjukkan bahwa komponen struktur beton
tersebut : tidak dicetak atau dicor ditempat komponen tersebut akan dipasang. Biasanya
ditempat lain, dimana proses pengecoran dan curing-nya dapat dilakukan dengan baik dan
mudah. Jadi komponen beton pra-cetak dipasang sebagai komponen jadi, tinggal disambung
5
Karena proses pengecorannya di tempat khusus (bengkel frabrikasi), maka mutunya
dapat terjaga dengan baik. Tetapi agar dapat menghasilkan keuntungan, maka beton pra-cetak
hanya akan diproduksi jika jumlah bentuk typical-nya mencapai angka minimum tertentu,
1. Kerjasama dengan perencana di bidang lain yang terkait, terutama dengan pihak arsitektur
dan mekanikal/elektrikal/plumbing.
3. Kurang tersosialisasikan jenisnya, produk dan kemampuan system Precast yang telah ada.
4. Keandalan sambungan antarkomponen untuk system Precast terhadap beban gempa yang
5. Belum adanya pedoman perencanaan khusus mengenai tata cara analisis, perencanaan serta
tingkat kendala khusus untuk system Precast yang dapat dijadikan pedoman bagi pelaku
konstruksi
Pada pembangunan struktur dengan bahan beton dikenal 3 (tiga) metode pembangunan
yang umum dilakukan, yaitu system konvensional, system formwork dan system Precast.
Sistem konversional adalah metode yang menggunakan bahan tradisional kayu dan
triplek sebagai formwork dan perancah, serta pengecoran beton di tempat. Sistem formwork
6
sudah melangkah lebih maju dari system konversional dengan digunakannya system formwork
dan perancah dari bahan metal. Sistem formwork yang telah masuk di Indonesia, antara lain
System Outinord dan Mivan. Sistem Outinord menggunakan bahan baja sedangkan Sistem
Pada system Precast, seluruh komponen bangunan dapat difabrikasi lalu dipasang di
lapangan. Proses pembuatan komponen dapat dilakukan dengan kontol kualitas yang baik.
1. SAMBUNGAN
a. Sambungan yang pada pemasangan harus langsung menerima beban ( biasanya beban
b. Sambungan yang pada keadaan akhir akan harus menerima beban-beban yang selama
c. Sambungan pada mana tidak ada persyaratan ilmu gaya tapi harus memenuhi persyaratan lain
2. IKATAN
7
A. Ikatan Cor ( In Situ Concrete Joint )
mengeras
B. Ikatan Terapan
Cara menghubungkan komponen satu dengan yang lain secara lego (permainan balok
Saling Menggigit .
C. Ikatan Baja
Bahan pengikat yang dipakai : Plat baja dan Angkur. Sistem ikatan ini dapat dibedakan
sebagai berikut :
Catatan :
c. Harus dilindungi dari : korosi, api dan bahan kimia. Dengan Mortar / In Situ concrete Joint
8
D. Ikatan Tegangan
Merupakan perkembangan lebih jauh dari ikatan baja dengan memasukan unsure Post
3. SIMPUL
a. Merupakan kunci dalam struktur yang memakai komponen pra cetak dan merupakan
I. Simpul Primer
Pertemuan yang menghubungkan kolom dengan balok dan juga terhadap plat lantai. Disisni
Untuk menyalurkan beban horizontal dalam bentuk tegangan tekan tarik dan geser
Yang secara statis bisa membentuk komponen pendukung tapi oleh alasan tertentu.
9
II.8 PEMBUATAN BETON PRECAST
Proses produksi/pabrikasi beton Precast dapat dibagi menjadi tiga tahapan berurutan
yaitu :
Tahap Design
Proses perencanaan suatu produk secara umum merupakan kombinasi dari ketajaman
melihat peluang, kemampuan teknis, kemampuan pemasaran. Persyaratan utama adalah struktur
harus memenuhi syarat kekuatan, kekakuan dan kestabilan pada masa layannya.
Tahap Produksi
f. Ukuran produk
g. Posisi pemasangan
h. Perawatan beton
10
Tahap produksi terdiri dari :
a. Persiapan
f. Pemadatan beton
h. Curing beton
Tahap Pascaproduksi
Route transport : jarak, lebar jalan, kepadatan lalu lintas, ruang bebas bawah jembatan,
dibangun.
11
Dicor di pabrik
2. pembuatan cetakan
4. Pengecoran beton
5. Perawatan ( curing)
6. Penyempurnaan akhir
7. Penyimpanan
Ronte transport
Perijinan
12
Alat angkat yaitu memindahkan elemen dari tempat penumpukan ke posisi
penyambungan ( perakitan ).
berikut :
a. Crane mobile
b. Crane teleskopis
c. Crane menara
d. Crane portal
hidrolis.
a. Lantai menggunakan plat-plat beton bertulang yang dicor pada lantai bawah
b. Kolom merupakan penyalur beban vertical dapat sebagai elemen Precast atau
cor di tempat.
c. Setelah lantai cukup kuat dapat diangkat satu persatu dengan dongkrak hidrolis.
d) Pada system ini beton dituangkan diatas cetakan baja yang dapat bergerak
bersangkutan.
13
f) Pada system ini lantai teratas atap di cor terlebih dalu kemudian diangkat ke
vertical.
g) Box System
3. Sistem sambungan harus sederhana dan sama satu dengan yang lain, sehingga
6. Komponen komponen harus mempunyai berat yang sama sehingga mereka bias
luas
14
II.11 KLASIFIKASI SISTEM PRECAST COCRETE
Ada beberapa bentuk dari tiang pancang. Bentuk yang paling umum adalah persegi
massif, karena paling mudah dibuat. Varian lain adalah bentuk bulat berongga
Pada tahun 1984, komponen Precast lantai mulai dikenal di Indonesia pada
pembangunan menara BDNI. Bentuk yang umum digunakan adalah pelat prategang
Komponen ini sangat popular karena jelas lebih mudah bibandingkan struktur baja.
Varian pertama berbentuk void slab, dengan system prategang pratarik, varian berbentu I ,
dengan system prategang pascatarik, varian berbentuk Y, varian berbentuk box dengan
Turap
Bantalan Rel
Sejak jaman Belanda bahan kayu popular digunakan unytuk bantalan rel.
Sistem ini termasuk katagori system dinding pemikul dengan komponen Precast
berupa panel lantai dan panel dinding beton bertulang yang disambung dengan baut baja.
15
Sistem Column-Slab (1996)
Keunggulan system ini terletak pada perencanaan struktur elemen dan kepraktisan
pemasangannya. Pemasangan ini sangat cepat yaitu dua hari perlantai bangunan.
Komponen utamanya adalah dinding Precast beton bertulang L, yang berfungsi juga
Komponen Precastnya adalah komponen dinding dan lantai beton bertulang massif
Sistem ini termasuk kategori system Precast komposit hybrid berbentuk langka.
Precast ini selain bersifat struktur juga berfungsi sebagai formwork dan perancah untuk
Sistem Bresphaka(1999)
Ciri khas system ini adalah menggunakan bahan beton ringan untuk komponen
kolom dan balok.Bahan beton ringan utamanya adalah agregat kasar yang terbuat dari
bahan abu terang. Ciri khas yang lain adalah kolom berbentuk T serta komponen lainnya
Solusinya dengan menggunakan system cerucuk matras beton yang dapat dipasang
16
II.12 KOMPONEN STRUKTUR YANG SERING DIGUNAKAN
Ada beberapa tipe Precast Concrete yang sering digunakan saat ini,yaitu sebagai
berikut :
Penggunaan produk precast concrete sebagai pelat lantai, relatif sudah banyak dijumpai
disini. Dengan digunakan precast maka pemakaian bekisting dan perancah akan berkurang
drastis sehingga dapat menghemat waktu pelaksanaan. Salah satu produk precast untuk
Sistem precast hollow core slab menggunakan sistem pre-tensioning dimana kabel
prategang ditarik terlebih dahulu pada suatu dudukan khusus yang telah disiapkan dan
kemudian dilakukan pengecoran. Oleh karena itu pembuatan produk precast ini harus
ditempat fabrikasi khusus yang menyediakan dudukan yang dimaksud. Adanya lobang
dibagian tengah pelat secara efektif mengurangi berat sendirinya tanpa mengurangi
kapasitas lenturnya. Jadi precast ini relatif ringan dibanding solid slab bahkan karena
Keberadaan lobang pada slab tersebut sangat berguna jika diaplikasikan pada
bangunan tinggi karena mengurangi bobotnya lantai. Bayangkan saja, untuk solid slab,
tebal 120 mm saja maka beratnya adalah sekitar 288 kg/m2 hampir sama dengan berat
beban hidup rencana untuk kantor yaitu 300 kg/m2. Padahal kontribusi kekuatan pelat
hanya untuk mendukung pembebanan tetap saja (DL + LL). Bahkan karena beratnya
tersebut akan menjadi penyumbang utama besarnya gaya gempa. Jadi jika berat lantai
berkurang maka beban gempa rencananya juga kurang. Dengan demikian penggunaan
17
B. Dinding Luar ( Skin-wall )
Industri konstruksi semakin bergairah dengan adanya produk precast concrete yang
dapat dipasang cepat dan kualitasnya sangat baik. Tidak hanya dari sisi struktur, yaitu
kekuatan dan kekakuannya saja, tetapi juga dari sisi arsitekturalnya yaitu penampakan luar
(keindahan). Oleh karena itu, arsitek yang berorientasi maju pasti akan memikirkan
seharusnya dikerjakan di atas bangunan sehingga susah dijangkau arsitek untuk diawasi
maka dapat dilakukan di bawah sehingga si arsitek dengan leluasa mengawasi kualitas
produk yang akan dipasangnya. Kecuali itu, umumnya produk precast adalah untuk
pada umumnya, dibuat satu dulu sebagai contoh, jika memuaskan akan dikerjakan lainnya
Untuk produk precast, yang sangat berperan adalah teknology yang digunakannya.
Siapa yang membuatnya. Tidak hanya perencanaannya saja yang harus bagus tetapi juga
perlu pelaksanaan yang baik. Precast for finishing, yang diperuntukkan untuk keindahan,
yang terlihat dari luar untuk ditampilkan, jelas lebih sulit dibanding produk precast yang
sekedar untuk komponen struktur saja. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan, misalnya :
ketahanan terhadap cuaca (tidak retak, keramik lepas atau berubah warna), kebocoran
terhadap air hujan (teknologi karet sealant, seperti yang terpasang pada pintu mobil),
presisi yang tinggi, juga detail yang benar dari takikan-takikan yang dibuat agar air yang
menimpanya selama bertahun-tahun tidak meninggalkan jejak yang terlihat dari luar, juga
bangunan yang timbul ketika ada gempa dll-nya tanpa mengalami degradasi kinerja dan
lainnya.
18
C. Komponen Tangga ( Precast Stair )
Transportasi jalan raya sangat cocok untuk skala pembangunan dengan site yang luas
Desain yang dibuat harus mempertimbangkan keadaan ini. Apabila komponen tidak
Panjang maximum unit precast yang diisyaratkan dalam satu angkutan tidak melebihi
30 m
Transportasi angkutan yang rendah ( biasanya untuk panel dinding dan lantai memiliki
Untuk objek angkut panel dinding dan lantai sangat cocok menggunakan kendaraan
yanmg dilengkapi dengan kerangka khusus yang dapat mendukung dan melindungi
objek angkut.
Untuk objek yang panjang dan beban yang lebih besar dapat menggunakan dua
Prinsip dari sistem Precast ini adalah dicetak atau dicor terlebih dahulu sebelum di
install. Berbicara tentang sistem precast maka hal pertama untuk dijadikan pertimbangan
memakai sistem ini adalah bentuk yang tipikal dan jumlah yang banyak. Contoh pekerjaan
yang sering dibuat menggunakan sistem precast antara lain, saluran air, balok, anak tangga
19
Keuntungan menggunakan sistem Precast antara lain waktu yang lebih efisien,
memang sangat efisien jika jenis pekerjaannya tipikal. Sementara pekerjaan precast
disiapkan kita bisa bekerja untuk bagian yang lain. Selain memiliki kelebihan sistem ini
juga memiliki kekurangan, antara lain system precast memerlukan analisa yang lebih rumit
sambungan, pertemuan tulangan apakah sudah memenuhi panjang penyaluran atau belum
serta saat perencanaan sudah harus memikirkan lokasi pembuatan sistem pengangkutan dan
sistem istallasi.
Pengendalian mutu teknis dapat dicapai, karena proses produksi dikerjakan di pabrik
b. Kendala Precast
Bentuk dan jenis sambungan merupakan bagian penting pada konstruksi beton
precast. Pada sambungan basah, penyambungan dilakukan dengan cara grouting atau
balok-balok beton Precast dengan pembebanan statis dan kemampuan struktur yang
20
disambung untuk meredam gaya luar yang bekerja dari pengujian dinamis. Metode
penyambungan elemen beton Precast menggunakan bahan beton polimer dengan kecepatan
pengeringan 15 menit. Dengan metode ini kecepatan kostruksi struktur Precast akan lebih
cepat dibanding dengan cor di tempat. Selain itu mutu material elemen struktur
Untuk mendapatkan struktur beton Precast yang mempunyai redaman yang besar,
maka sambungan elemen beton Precast mempunyai konfigurasi tulangan pada sambungan
yang tidak kaku. Pada sambungan tipe-A, tulangan tengah tidak disambung tetapi ditekuk
45 ke arah pusat sambungan. Tipe ini mempunyai daya redam yang besar daripada
sambungan tipe-B yang seluruh tulangan utamanya diteruskan. Metode ini dapat diperluas
Perlu landasan yang cukup kuat, Mobil crave bias bergerak memenuhi jarak jangkau
Lengan momem untuk crane tidak terlalu besar sehingga berat komponen lebih leluasa
21
Karena besarnya momen crane, berat komponen terbatas terutama palt lantai
Lantai teratas disiapkan diatas permukaan tanah Hidraulis Jack dipasang di bawah
permukaan tanah
Demikian seterusnya
Penggunaan cara pemasangan dengan berbagai cara ini cara yang paling lazim
22
BAB III
LANDASAN TEORI
Indonesia Untuk Gedung (PPIUG) 1983 dan SNI 03-1726-2002. Pembebanan tersebut
antara lain :
Beban mati ialah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap
peralatan tetap yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung itu. Yang
23
b. Beban Hidup (PPIUG 1983 Bab 1 pasal 1. 2)
Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan
suatu gedung, dan ke dalamnya termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari
barang -barang yang dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang tidak merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari
gedung itu, sehingga mengakibatkan perubahan dalam pembebanan lantai dan atap
tersebut.
- Beban hidup pada lantai mesin elevator diambil sebesar 400 kg/m2
Beban angin ialah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung
Beban angin ditentukan dengan menganggap adanya tekanan positif dan tekanan
negatif (isapan), yang bekerja tegak lurus pada bidang-bidang yang ditinjau. Besarnya
tekanan positif dan tekanan negatif ini dinyatakan dalam kg/m2, ditentukan dengan
mengalikan tekanan tiup yang ditentukan dalam pasal 4.2 (PPIUG 1983) dengan
24
d. Beban Gempa (PPIUG 1983 Bab 1 pasal 1.4)
Beban gempa adalah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada gedung atau
bagian gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa itu. Dalam
hal pengaruh gempa pada struktur gedung ditentukan berdasarkan suatu analisa
dinamik, maka yang diartikan dengan beban gempa disini adalah gaya-gaya di dalam
struktur tersebut yang terjadi oleh gerakan tanah akibat gempa itu.
C1 I
V Wt ;
R
T1 = Cc (hn)3/4
dimana :
25
Pembatasan waktu getar alami fundamental (Pasal 5.6 SNI 03 1726 2002): T1 < n
n = Jumlah tingkatnya
Kombinasi Pembebanan
Kombinasi Pembebanan sesuai dengan LRFD tersebut di atas dengan kombinasi sebagai
- 1,4 D
- 1.2 D + 1,0 E + L L
Untuk mengetahui gaya dalam yang timbul pada elemen struktur akibat beban yang
bekerja maka dilakukan analisa struktur dengan menggunakan program bantu dari
komputer.
Setelah melakukan analisa struktur bangunan, tahap selanjunya kita kontrol desain
meliputi kontrol terhadap kolom, balok, dan juga perhitungan sambungan dimana dari
kontrol tersebut dapat mengetahui apakah desain yang kita rencanakan telah sesuai
dengan syarat-syarat perencanaan, dan peraturan angka keamanan, serta efisiensi. Bila
26
telah memenuhi maka dapat diteruskan ke tahap pendetailan. Bila tidak memenuhi maka
dilakukan re-design.
Setelah perencanaan bangunan atas selesai, tahap selanjutnya yaitu kita mendesain
pondasi bangunan.
Penggambaran hasil Perencanaan dan perhitungan dalam gambar teknik ini dengan
Standar ini memuat indeks bahan bangunan dan indeks tenaga kerja yang dibutuhkan
untuk tiap satuan pekerjaan sesuai dengan spesifikasi teknis pekerjaan dengan jenis pekerjaan
SNI 7394:2008, Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton untuk
27
III.6.3 Istilah dan definisi
dahulu di pabrik atau di lapangan, lalu disusun di lapangan untuk membentuk satu kesatuan
bangunan gedung.
Suatu lahan dengan luasan tertentu yang dipersiapkan untuk tempat produksi
komponen Precast, yang dapat dibuat di lokasi atau di tempat pabrikasi khusus di luar lokasi
bangunan
adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat
kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air,
yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau
tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun
kegiatan khusus
Harga yang harus dibayar untuk membeli per-satuan jenis bahan bangunan
c. indeks
faktor pengali/koefisien sebagai dasar perhitungan biaya bahan dan upah kerja
d. indeks bahan
28
e. indeks tenaga kerja
g. satuan pekerjaan
h. Persyaratan
Persyaratan umum
berdasarkan harga bahan dan upah kerja sesuai dengan kondisi setempat;
Persyaratan teknis
29
- Bekisting menggunakan kayu dan phenol film;
- Untuk analisa biaya beton yang tidak tercantum di dalam SNI 7394:2008,
lisensi Precast;
30
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1 Devinisi
Bekisting Konvensonal :
Pembuatan bekisting pile cap dan tie beam yang dilaksanakan langsung dilokasi
setempat sesuai dengan gambar, yang pada umumnya material dari batako.
Pembuatan struktur bekisting beton pile cap dan tie beam dimana pada
pelaksanaannya material sudah dibuat per panel sesuai modul, kemudian dipasang pada
Latar belakang penggunaan precast bekisting pilecap dan tie beam adalah :
4. Efisiensi biaya
31
IV.3 Design Precast Bekisting Pilecap dan Tie Beam
Spesifikasi beban dan bahan yang dipergunakan pada perhitungan struktur Gedung
c. Beton : 24 kN/m
c. Es = 200000 Mpa
2. Baja Tulangan :
b. Mutu Tulangan : U39 untuk tulangan Ulir : U24 untuk tulangan polos
d. Es = 200000 Mpa
32
IV. 3.2 PERHITUNGAN PELAT PRECAST
Perhitungan elemen pelat Precast dianalisis terhadap dua kondisi, yaitu pada saat
proses ereksi yang meliputi pengangkatan dan pemasangan atau penuangan beton baru di atas
elemen Precast. Pembuatan elemen Precast adalah di lokasi proyek yang masih terjangkau
oleh alat angkut tower crane, sehingga tidak perlu alat transport mobil selain tower crane
Ukuran Standart =
Tebal Precast = 40 mm, Panjang = 1,2 m, Lebar = 0,9 m, maka berat per unit precast adalah
Kapasitas angkut pada ujung tower crane adalah 2 ton dengan demikian masih aman
untuk diangkut menggunakan tower crane karena dibawah batas angkut maksimal alat.
Perhitungan Momen / m
Q PLAT = t *
= 0,04*2400
= 96 kg/m
= 659 kg/m
= 79 kgm
= 790.000 Nmm
33
Perhitungan Momen / m (dengan PC WIRE M4-200)
b = 1200 mm
d = 40 mm
fc = 30 MPa (K450)
n =7
dia. = 5 mm
As = 22/7 * (2,5) * 7
= 137,5 mm
a = 0,8
137,5 1326
= 0,8301200
= 6,33 mm
Q PLAT = t *
= 0,04*2400
= 96 kg/m
= 659 kg/m
34
MULT = 1/12 QULT (L)
= 44,45 kgm
= 444.500 Nmm
b = 900 mm
d = 40 mm
fc = 30 MPa (K450)
n =7
dia. = 5 mm
As = 22/7 * (2,5) * 7
= 137,5 mm
a = 0,8
137,5 1326
= 0,830900
= 8,44 mm
35
IV.2.3 Cek Stage Handling (pada saat Handling)
Perhitungan Momen / m
Q PLAT = t *
= 0,04*2400
= 96 kg/m
= 153,6 kg/m
= 27,7 kgm
= 277.000 Nmm
b = 1200 mm
d = 40 mm
fc = 30 MPa (K450)
n =7
dia. = 5 mm
As = 22/7 * (2,5) * 7
= 137,5 mm
a = 0,8
137,5 1326
= 0,8301200
= 6,33 mm
36
MULT = 0,8 * As * fy (d a/2 )
Direncanakan angkur dengan Baja Polos U24 (240 Mpa),. Untuk angkur digunakan
tulangan baja polos yang dibengkokkan bagian ujungnya seperti yang terlihat pada sketsa
H Precast = 40 mm
Berat Precast
= 0,104 ton
37
Berat precast terfaktor = (1,2) : wd
= 1,2 x 0,104
= 0,125 ton
Nn = 0,125 / 2
= 0,063 ton
= 624 N
futa = 1,9 x ya
= 1,9 x 240
Nsa = Nn
d2 = (624 x 2) / ( x 456)
d = 0,872
d = 0,934 mm
Berdasarkan analisa kekuatan pecah beton dari angkur terhadap gaya tarik.
Nb = Nn = 624 N ,
= 3 11,39 2
38
IV.4 Proses Pelaksanaan Precast Bekisting Pilecap dan Tiebeam
Gambar pelaksanaan dibuat sesuai dengan hasil desain perhitungan dan digunakan
sebagai acuan dalam pelaksanaan dilapangan, dibuat dengan detail untuk menghindari
39
Gambar IV. 4 Gambar Detail Precast Pilecap dan Tie Beam
Gambar IV. 5 Gambar Detail Bekisting Precast Pilecap dan Tie Beam
40
Gambar IV. 6 Gambar Detail Pemasangan Precast Pilecap dan Tie Beam
Adapun urutan pelaksanaan pekerjaan precast yang harus dilaksanakan dan memerlukan
ketelitian dan pengecekan berkala dalam setiap tahapannya untuk menjamin kualitas
yangbaik dan mengurangi rework karena kegagalan pekerjaan antara lain sebagai berikut :
1. Pembuatan casting area sebagai tempat untuk pembuatan precast dengan kondisi
level dan rata agar menghasilkan precast yang presisi dan baik.
3. Pemasangan besi hollow sebagai batas acuan untuk ukuran precast yang akan
dicetak
41
5. Pemasangan besi tulangan / wiremesh
6. Pengecoran
11. Pengelasan sambungan precast, pemasangan pasak bawah untuk penahan dan
42
Gambar IV. 8 Mock Up Bekisting Pile Cap
43
Gambar IV. 10 Mock Up Sambungan Precast Bekisting
44
Gambar IV. 12 Pemasangan plywood dan hollow
45
Gambar IV. 14 Pemasangan pengecoran dan curring
46
Gambar IV. 16 Mobilisasi precast
47
Gambar IV. 18 Pemasangan precast
48
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari hasil studi kasus diatas maka dapat disimpulkan bahwa beton precast untuk
c. Ketebalan precast : 4 cm
V.2 Saran
Dari semua proses tahapan pelaksanaan sudah baik namun ada beberapa catatan
yang perlu untuk ditambahkan sebagai saran untuk lebih baik lagi yaitu:
pembebanan yang bekerja dan jenis beban yang bekerja pada precast
b. Dimensi yang dipakai adalah dipilih yang paling efisien dan mudah dalam
c. Tulangan yang dipakai adalah yang aman menahan gaya yang bekerja pada
precast.
49
DAFTAR PUSTAKA
1. ACI Committee 318. Building Code Requirements for Structural Concrete. American
2. Bandar Standarisasi Nasional Metode Uji dan Kriteria Penerimaan Sistem Rangka
Pemikul Momen Beton Bertulang Precast untuk Bangunan Gedung (RSNI XXXX).
3. Englekirk, Robert E, Seismic Design of Reinforced and Precast Concrete Building, John
5. Park, R., Paulay, T, Reinfoced Concrete Structure, J,Wiley and Sons, Singapore, 1975.
Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002 & S-2002), itspress,
8. Standar Nasional Indonesia ( RSNI 2), Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan
9. Task Group 7.4, Seismic Design of Precast Concrete Building Structures, International
50
LAMPIRAN
51