Anda di halaman 1dari 6

Bab VIII Tinjauan khusus

BAB VIII

EFISIENSI WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN ATAS

MENGGUNAKAN BEKISTING ALUMINIUM (ALFORM)

BERDASARKAN SISTEM ROTASI BEKISTING

8.1. Pendahuluan

Perkembangan teknologi dalam dunia konstruksi di Indonesia ditandai

dengan semakin banyaknya inovasi yang digunakan dalam proses konstruksi.

Peranan teknologi bertambah semakin besar terutama untuk mempermudah proses

yang terjadi pada suatu proyek konstruksi. Salah satu contoh aplikasi teknologi

pada proses konstruksi adalah teknologi cetakan beton atau bekisting (Baharudin

dan Dodi, 2012).

Menurut Trijeti (2011) bahan bekisting dapat dikatakan baik apabila

memenuhi beberapa persyaratan, antara lain tidak bocor dan tidak menghisap air

dalam campuran beton, harus mempunyai tekstur seperti yang ingin dihasilkan,

kekuatan bekisting harus diperhatikan, dimensi sesusai dengan perencanaan.

8.1.1. Fungsi bekisting

Bekisting dan alat penopangnya merupakan sebuah konstruksi yang

bersifat sementara dengan beberapa fungsi utama, yaitu :

1. Sebagai cetakan/bentuk konstruksi beton.

2. Untuk memikul beton, hingga konstruksinya cukup keras atau

mencapai umur beton untuk kemudian dilakukan pembongkaran

bekisting

VIII - 1
Bab VIII Tinjauan khusus

8.1.2. Syarat bekisting

Dalam buku Formwork for Concrete menurut American Concrete Institute

(ACI) menyebutkan untuk memenuhi fungsinya bekisting harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut :

1. Stabil (kokoh), artinya dapat menahan beban sehingga goyangan

dan geseran yang terjadi tidak sampai membuat bentuk struktur

berubah ataupun menggagalkan sistem bekisting itu sendiri.

2. Kaku, artinya dapat menahan beban sehingga keropos pada

struktur beton dapat dicegah sebelum pengecoran dilaksanakan.

3. Kuat, artinya dapat memikul dan menahan beban-beban yang

terjadi baik sebelum pengecoran, selama pengecoran maupun

setelah masa pengecoran.

8.2. Penggunaan alform (aluminium formwork)

Dalam proyek high rise building, pekerjaan bekisting adalah salah satu hal

yang perlu diperhatikan karena memakan waktu yang cukup lama dengan segala

permasalahannya. Padahal pembangunan gedung tinggi memerlukan efisiensi

waktu untuk menunjang keberhasilan proyek. Seiring dengan perkembangan

teknologi khususnya pada dunia konstruksi, proyek tempat penulis melaksanakan

kerja praktik, menggunakan jenis bekisting yang saat ini masih berkembang, yaitu

alform (aluminium formwork).

Alform adalah bekisting yang material utamanya menggunakan aluminium

dalam bentuk puzzle yang disusun membentuk satu kesatuan struktur bekisting.

Bekisting jenis ini memiliki kelebihan salah satunya adalah ringan dan cocok

untuk bangunan yang memiliki struktur tipikal. Selain itu, setelah proses

VIII - 2
Bab VIII Tinjauan khusus

pembongkaran, bekisting ini masih dapat digunakan hingga 150-200 kali

pemakaian (Pandu Hutagalung, 2018).

Bekisting ini memiliki beberapa panel standar yang biasanya digunakan dalam

pelaksanaan konstruksi gedung, diantaranya :

1. Panel standar

Panel standar ini biasanya dikhususkan untuk wall panel yang berarti

panel-panel vertikal seperti dinding, kolom, atau facade dengan lebar

panel standar maksimum 600 mm dengan tinggi 2.300 mm. Untuk

daerah horizontal dibuatkan standar di bagian slab panel (pelat dan

tembereng) dan beam bottom slab panel (bodeman) yang memiliki

ketinggian maksimum 1.200 mm dengan lebar panel standard

maksimum 600mm.

Gambar 8. 1 Wall panel Gambar 8. 2 Slab panel


Sumber : proyek, 2021 Sumber : proyek, 2021

VIII - 3
Bab VIII Tinjauan khusus

Gambar 8. 3 Beam bottom slab panel


Sumber : proyek, 2021

Selain panel utama, terdapat beberapa panel lain yang merupakan bagian

pendukung untuk membentuk satu kesatuan alform, antara lain :

1. Slab corner, merupakan bagian pertemuan antara panel horizontal dan

panel vertikal dengan ukuran 150 mm.

Gambar 8. 4 Slab corner


Sumber : proyek, 2021

2. Slab incorner dan outcorner, bagian pertemuan antara pelat dan

dinding di bagian dalam dan luar yang ukurannya variatif berdasarkan

desain proyek.

VIII - 4
Bab VIII Tinjauan khusus

Gambar 8. 5 Slab incorner dan slab outcorner


Sumber : Pandu Hutagalung, 2018

3. Prop head (PH), daerah kepala shoring dari bekisting dengan pipe

support yang memiliki tinggi maksimum 4.000 mm, sedangkan prop

head sendiri memiliki ukuran 150 x 300 mm.

Gambar 8. 6 Prop head


Sumber : proyek, 2021

4. Special prop head, prop head yang digunakan untuk area bodeman.

Gambar 8. 7 Special prop head


Sumber : proyek, 2021
5. Middle beam (MB), merupakan sambungan antara prop head yang

digunakan sebagai tumpuan pelat dengan lebar maksimum sama

dengan prop head yaitu 150 mm.

VIII - 5
Bab VIII Tinjauan khusus

Gambar 8. 8 Middle beam


Sumber : proyek, 2021

6. Wedge and round pin, aksesoris sambungan antara dua panel dinding

atau pelat.

Gambar 8. 9 Wedge and round pin


Sumber : proyek, 2021

8.3. Diagram alir analisis perbandingan

Dalam analisa perbandingan yang akan dilakukan, terdapat proses-proses

analisa yang harus diselesaikan secara sistematis. Hal ini dimaksud agar

parameter-parameter yang diperlukan pada suatu analisa serta lingkup data yang

dibutuhkan dapat terlebih dahulu dapat disiapkan.

Untuk membantu proses analisa tersebut, maka penulis menggunakan diagram

alir untuk menggambarkan urutan atau tahapan yang akan dilakukan.

Mulai

VIII - 6
Pengumpulan data
1. Data teknis
2. Data sekunder

Anda mungkin juga menyukai