Anda di halaman 1dari 12

Perencanaan Beton Pracetak

BAB 3 PERENCANAAN BETON PRACETAK

TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan aspek-aspek terkait perencanaan dan aplikasi dari
teknologi pracetak.

PENGANTAR
Proses aplikasi teknologi pracetak diawali dengan perencanaan. Hal ini
tidak berbeda dengan perencanaan beton konvensional, termasuk
perhitungan beban dan faktor-faktor koefisiennya. Perbedaan dalam
mendesain beton pracetak dengan beton konvensional hanya pada
aspek dimana desain pracetak memperhitungkan kondisi
pengangkatan beton saat umur beton belum mencapai 24 jam. Selain
itu dalam mendesain pracetak memperhitungkan metode
pengangkatan, penyimpanan beton pracetak di stock yard, pengiriman
beton pracetak, dan pemasangan beton pracetak di proyek, karena
sebagian besar beton pracetak dibuat di pabrik (Wahyudi, H. dan
Hanggoro, D., 2010). Untuk itu efektifitas aplikasi teknologi beton
pracetak masih perlu dikaji dengan seksama. Kajian tersebut perlu
dilakukan untuk mengetahui dengan benar terkait manfaat dan
keuntungan dari aplikasi beton pracetak bagi industri konstruksi di
Indonesia. Berbagai faktor harus ditinjau dengan cermat agar dapat
diyakinkan keuntungan yang akan diperoleh, yang antara lain adalah
dari aspek perencanaannya. Teknologi beton pracetak layak digunakan
jika permasalahan yang ditimbulkan dari semua faktor tersebut dapat

23
Perencanaan Beton Pracetak

diatasi (Ervianto, W. I., 2006). Bab ini menguraikan aspek-aspek yang


terkait dengan perencanaan dan penerapan/aplikasi teknologi beton
pracetak.

3.1. FAKTOR PERENCANAAN


Perencanaan struktur dengan teknologi beton pracetak dilaksanakan
dalam tiga tahap, yaitu (Ervianto, W. I., 2006) :

1. Perencanaan yang dilaksanakan oleh arsitek.

2. Perencanaan yang dilakukan oleh konstruktor/ahli struktur.

3. Perencanaan dilakukan oleh produsen/instalator, yang di


tekankan pada kemudahan pelaksanaan di lapangan.

Struktur organisasi proyek sangat menentukan keberhasilan


pengaplikasian teknologi beton pracetak. Koordinasi dari pemilik
proyek (owner), arsitek, ahli struktur dan instalator, merupakan hal
yang penting sehingga dibutuhkan keseimbangan informasi pada
setiap tahap pelaksanaan.

Teknologi pracetak adalah metode pelaksanaan pembangunan dengan


memanfaatkan material atau komponen pabrikasi yang di buat di luar
lokasi proyek namun perlu disatukan lebih dahulu antar komponenya
(erection) pada tempat yang seharusnya/posisi dari komponen tersebut.
Beberapa pengertian system ini dapat di definisikan berdasarkan
tingkatan metode pelaksanaan pembangunan teknologi pracetak, yaitu
:

24
Perencanaan Beton Pracetak

▪ Prefabrication, yaitu proses pabrikasi yang dilaksanakan


menggunakan alat-alat khusus dimana berbagai jenis material
disatukan sehingga membentuk bagian dari sebuah bangunan.

▪ Preassembly, yaitu proses penyatuan komponen prafabrikasi di


tempat yang tidak pada posisi komponen tersebut berada.

▪ Module, yaitu hasil dari proses penyatuan komponen


prafabrikasi, biasanya membutuhkan mode transportasi yang
cukup besar untuk memindahkannya ke posisi yang
seharusnya.

Perencanaan/desain dan analisis beton pracetak harus sesuai dengan


tata cara normatip yang berlaku yaitu Standar Nasional Indonesia
yang relevan, yaitu:

▪ SNI 03-2847-2002 tentang Tata Cara Perhitungan Struktur


Beton untuk Bangunan Gedung.

▪ SNI 7833:2012 tentang Tata Cara Perancangan Beton Pracetak


dan Beton Prategang untuk Bangunan Gedung.

▪ SNI 7832:2012 tentang Tata Cara Perhitungan Harga Satuan


Pekerjaan Beton Pracetak untuk Konstruksi Bangunan
Gedung.

3.2. PROSES PENERAPAN TEKNOLOGI PRACETAK


Kegiatan pelaksanaan pembangunan proyek konstruksi yang
menerapkan teknologi pracetak akan mengikuti tahapan sebagai
berikut: (1) planning; (2) design and engineering; (3) procurement; (4)
fabrication; (5) transportation, handling and erection. Dari kelima kegiatan

25
Perencanaan Beton Pracetak

tersebut planning adalah proses yang perlu mendapatkan perhatian


yang lebih banyak dan lebih kompleks bila dibandingkan dengan
metode konvensional. Dibandingkan dengan metode konvensional,
penerapan teknologi pracetak membutuhkan interaksi positif antar
kegiatan. Teknologi pracetak akan mengubah hubungan antar kegiatan
yang semula tidak saling bergantung (metode konvensional) menjadi
saling bergantung. Seperti pada pelaksanaan komponen struktural
bangunan gedung yang biasanya dilaksanakan secara berurutan sangat
memungkinkan dapat dilaksanankan secara paralel (fabrikasi,
pelaksanaan di lokasi). Rencana dari beberapa kegiatan dapat
dilaksanakan lebih awal, misalnya: mengurus ijin untuk keperluan
transportasi, handling, dan erection (Ervianto, W. I., 2006).

3.3. PLANNING
Tahap perencanaan dalam penerapan teknologi pracetak merupakan
kegiatan kritis, dimana harus mempertimbangkan, memperkirakan,
dan mengendalikan berbagai proses kegiatan. Perencanaan ini diawali
dengan tahap konseptual sampai dengan selesainya pelaksanaan
pekerjaan. Perencanaan merupakan tahap kegiatan kritis yang lebih
disebabkan karena teknologi pracetak ini tidak mudah disesuaikan
dengan perubahan yang terjadi sewaktu–waktu. Hal ini bukan berarti
bahwa penerapan teknologi pracetak ini tidak dimungkinkan untuk
diubah, hanya saja tingkat fleksibilitas terhadap perubahan tidak
seleluasa jika menggunakan sistem konvensional. Tahap planning
dapat dibedakan menjadi beberapa sub kegiatan, yaitu: pengendalian;
perencanaan modul; pengadaan; perencanaan transportasi, dan
perencanaan lokasi proyek.
26
Perencanaan Beton Pracetak

3.3.1 PENGENDALIAN PROYEK


Proses pengendalian sudah seharusnya dilakukan secara kontinu
sepanjang proses pelaksanaan berlangsung. Hal-hal yang tercakup
dalam proses ini dimulai dari perencanaan anggaran biaya awal
sampai dengan pembiayaan proyek secara keseluruhan. Dalam
teknologi pracetak, perencanaan yang kurang sempurna dapat menjadi
penyebab hilangnya kesempatan untuk memanfaatkan aspek
keunggulannya. Teknologi pracetak membutuhkan biaya awal yang
lebih besar bila dibandingkan dengan sistem konvensional, sehingga
resiko yang harus ditanggung oleh owner dan kontraktor juga menjadi
lebih besar. Dua hal penting dalam proses pengendalian proyek adalah
pengendalian biaya dan waktu.

1. Pengendalian Biaya

Manajemen proyek adalah pihak yang mengendalikan semua


aspek pembiayaan dalam proyek konstruksi. Biaya pembuatan
module dalam teknologi pracetak kadang–kadang lebih besar
dibandingkan dengan sistem konvensional, namun secara
keseluruhan pembiayaan proyek (total cost) mampu direduksi.
Biaya pembuatan komponen beton pracetak yang berupa
module melalui proses fabrikasi seperti tampak dalam Tabel 1
di bawah ini.

2. Pengendalian waktu

Pengendalian jadwal kegiatan dalam proyek konstruksi


merupakan salah satu aspek untuk mencapai keberhasilan
sesuai dengan tujuan proyek. Pada kondisi tertentu, hubungan
antara waktu dan biaya pelaksanaan kegiatan adalah bahwa
bila pelaksanaan kegiatan dapat dipercepat maka sangat
27
Perencanaan Beton Pracetak

dimungkinkan untuk mengurangi biaya pelaksanaan. Namun


bila waktunya semakin singkat melebihi batas optimum maka
biaya yang diperlukan menjadi semakin besar. Jadwal kegiatan
dalam proyek yang menerapkan teknologi pracetak berbeda
dengan sistem konvensional. Hal ini karena adanya perbedaan
model ketergantungan antar pihak pabrikan, kepala proyek,
arsitek, konstruktor, instalator, kontraktor, dan konsultan.

3.3.2 PERENCANAAN MODUL


Pada tahap konseptual/perencanaan modul perlu dilakukan kajian
tentang pemilihan ukuran, material, dan berat setiap modul. Ervianto
(2006) menyatakan bahwa tahap penentuan ukuran/dimensi dan berat
maksimum setiap modul yang masih memungkinkan untuk
dipindahkan dari lokasi pembuatan ke lokasi proyek atau
menempatkan modul pada posisinya, berdasarkan pertimbangan
praktis dan ekonomis. Tahap konseptual/perencanaan modul sedikit
banyak tergantung pada jenis dan kapasitas peralatan yang akan
digunakan di lapangan. Misalnya, tahap konseptual/perencanaan
modul berkaitan erat dengan kegiatan trasnsportasi. Artinya bahwa
pada saat proses penentuan modul harus sudah mempertimbangkan
ketersediaan jenis dan kapasitas peralatan yang akan digunakan untuk
membawa modul ke lokasi proyek dan juga untuk proses erection.
Meskipun dimensi setiap modul dan cara mentransportasikannya
bervariasi disetiap proyek, untuk pencapaian efisiensi biaya juga harus
mempertimbangkan keduanya agar keunggulan sistem ini dapat
dimanfaatkan secara maksimal. Berat setiap modul dan peralatan yang
tersedia juga berhubungan erat, artinya bahwa perencanaan modul

28
Perencanaan Beton Pracetak

yang mempunyai berat berlebih dibandingkan kemampuan alat yang


tersedia akan menyebabkan terjadinya kesulitan dalam
pelaksanaannya.

Tabel 1. Pembiayaan pembuatan metode pracetak dibandingkan


dengan metode konvensional
(Sumber: Ervianto, W. I., 2006)

MANAJEMEN
▪ Manajemen proyek Biaya meningkat untuk pracetak
▪ Jaminan kualitas Biaya tereduksi untuk pracetak
▪ Proses pengadaan Biaya sama untuk kedua metode
PERENCANAAN
▪ Proyek Biaya meningkat untuk pracetak
▪ Proses Biaya sama untuk kedua metode
▪ Piping dan Layout Biaya meningkat untuk pracetak
▪ Peralatan dan Elektrikal Biaya sama untuk kedua metode
▪ Sipil Biaya cukup tereduksi untuk pracetak
▪ Struktur dan Pemodelan Biaya meningkat untuk pracetak
BIAYA TAK LANGSUNG
▪ Expenses Biaya sama untuk kedua metode
▪ Asuransi Biaya sama untuk kedua metode
▪ Pajak Biaya sama untuk kedua metode
BETON
▪ Beton struktur bawah Biaya sama untuk kedua metode
▪ Beton struktur atas Biaya tereduksi untuk pracetak
▪ Fondasi untuk alat Biaya turun signifikan untuk pracetak
BANGUNAN, STRUKTUR DAN ARISTEKTURAL
▪ Struktur baja Biaya meningkat untuk pracetak
▪ Pekerjaan baja lainnya Biaya turun signifikan untuk pracetak
TRANSPORTASI, HANDLING DAN ARSITEKTURAL
▪ Perencanaan Biaya meningkat untuk pracetak
PEKERJAAN TANAH
▪ Pekerjaan tanah Biaya sama untuk kedua metode

29
Perencanaan Beton Pracetak

Faktor-faktor yang umumnya dipertimbangkan pada tahap


konseptual/perencanaan adalah:

1. Faktor Transportasi: transportasi, pengikatan komponen


pracetak, ketepatan dimensi komponen pracetak, ukuran dan
berat komponen pracetak, perlindungan dan pengangkutan,
titik berat komponen pracetak.

2. Faktor lain: perlindungan terhadap karat, konsep rangka yang


akan digunakan, persyaratan perencanaan (misalnya gempa,
pengangkutan), penyimpanan komponen pracetak, dan
persyaratan pabrikasi.

3.3.3 PENGADAAN
Penerapan teknologi pracetak dalam proyek konstruksi khususnya
dalam hal pengadaan material dan jasa mencakup hal–hal sebagai
berikut: (1) design engineering; (2) pabrikasi; (3) transportasi, handling
dan erection.

1. Pengadaan Design Engineering

Jenis kegiatan yang termasuk dalam tahap ini adalah


melakukan identifikasi jenis pelayanan jasa yang dibutuhkan
dan persyaratan yang harus dipenuhi dalam melakukan
pemilihan konsultan perencana. Kegiatan ini terjadi diawal
proyek. Kemampuan dan pelayanan konsultan yang diberikan
juga berbeda antara teknologi pracetak dengan sistem
konvensional. Konsultan dalam teknologi pracetak
mempunyai cakupan pemikiran lebih kompleks dalam
kemampuannya. Hal ini disebabkan oleh pertimbangan dan
30
Perencanaan Beton Pracetak

pemikiran yang harus terintegrasi dalam proses secara


keseluruhan, yaitu: perencanaan, pabrikasi, transportasi,
koneksi, ketersediaan peralatan, dan faktor lainnya. Secara
umum konsultan harus mempunyai kemampuan lebih dan
pengalamnan dalam bidang teknologi pracetak. Pemahaman
jenis, urutan kegiatan, dan keterkaitan antar kegiatan juga
merupakan aspek yang patut dipertimbangkan apabila akan
menerapkan teknologi pracetak.

2. Pengadaan Produsen

Kegiatan ini dilakukan diawal proyek yang mencakup: (1)


prakualifikasi kontraktor dan penyedia peralatan, (2) jumlah
kontraktor dan produsen yang mempunyai kemampuan dalam
teknologi pracetak, (3) pemilihan kontraktor dan produsen.
Untuk mendapatkan jasa layanan yang memadai perlu
dilakukan perkualifikasi kontraktor guna melaksanakan
pembangunan berbasis teknologi pracetak penting dilakukan.
Jumlah kontraktor dan produsen merupakan faktor kritis
dalam menerapkan sistem ini. Semakin banyak pihak yang
terlibat didalamnya maka dibutuhkan koordinasi yang
semakin banyak pihak yang telibat didalamnya maka
dibutuhkan koordinasi yang semakin baik. Dibanding dengan
metode konvensional, memilih kontraktor dan produsen
menjadi hal yang penting demi kelancaran pekerjaan guna
mencapai tujuan pengadaan proyek.

3. Pengadaan Sarana Transportasi, Handling dan Erection

Pengadaan sarana transportasi, handling dan erection pada


teknologi pracetak sudah seharusnya dilakukan diawal proyek.
31
Perencanaan Beton Pracetak

Hal ini berkaitan dengan dimensi berat dari masing–masing


modul yang telah direncanakan. Sebaiknya pengadaan sarana
transportasi, handling dan erection dilakukan oleh kontraktor
atau pabrikator dengan maksud pengendalian jadwal dan
tanggung jawab yang lebih jelas.

3.3.4 TRANSPORTASI
Pemindahan modul–modul pracetak merupakan kegiatan yang
membutuhkan peralatan yang spesifik dan memadai. Tahap
perencanaan transportasi harus mempertimbangkan jalur transportasi
yang akan dilewati, metode pemindahan, dan peralatan yang
dibutuhkan.

3.3.5 PERENCANAAN LOKASI PROYEK


Perencanaan kegiatan di lokasi proyek harus disesuaikan dengan akses
jalan masuk dan fasilitas yang tersedia. Pelaksanaan fondasi dan jalan
masuk ke lokasi proyek sebaiknya dilakukan diawal pelaksanaan
proyek untuk menghindari kemungkinan terjadinya keterlambatan.

32
Perencanaan Beton Pracetak

RINGKASAN
Rangkuman dari Bab III adalah:

▪ Kegiatan pelaksanaan pembangunan proyek konstruksi yang


menerapkan teknologi pracetak mengikuti tahapan sebagai
berikut: (1) planning; (2) design and engineering; (3) procurement;
(4) fabrication; (5) transportation, handling and erection. Dari
kelima kegiatan tersebut planning adalah proses yang perlu
mendapatkan perhatian yang lebih banyak dan lebih kompleks
bila dibandingkan dengan metode konvensional.

▪ Tahap planning terdiri dari pengendalian, perencanaan,


pengadaan, transportasi, dan perencanaan lokasi proyek.

LATIHAN SOAL
1. Jelaskan aspek-aspek yang yang perlu dipertimbangkan dalam
perencanaan struktur dengan teknologi beton pracetak!

2. Jelaskan perbedaan dari segi perencanaan struktur dengan


menggunakan metode beton pracetak dan metode
konvensional!

TES FORMATIF
1. Pertimbangan apa yang harus diambil oleh seorang perencana
untuk membuat struktur beton pracetak?

2. Bagaimana proses penerapan teknologi pracetak yang efektif


dan efisien?

33
Perencanaan Beton Pracetak

REFERENSI
1. Wahyudi, H. dan Hanggoro, D., Perencanaan Struktur
Gedung BPS Provinsi Jawa Tengah Menggunakan Beton
Pracetak, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,
Semarang, 2010.

2. Ervianto, W. I., Eksplorasi Teknologi dalam Proyek


Konstruksi (Beton Pracetak dan Bekisting), Penerbit Andi,
Yogyakarta, 2006.

34

Anda mungkin juga menyukai