Anda di halaman 1dari 27

BAB I

1
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang

Tujuan.
Tujuan dari pekerjaan ini adalah untuk merencanakan tata letak dan perencanaan Pemeliharaan
Lapang Basket agar sesuai dengan kebutuhan dan fungsi lapangan.
Sasaran.
Target yang ingin dicapai yaitu tersedianya dokumen Perencanaan Pemeliharaan Lapang Basket
agar sesuai dengan kebutuhan dan fungsi.
Adapun sasaran yang ingin dicapai yaitu tersedianya dokumen analisis (perhitungan, kajian, dll),
gambar, Rencana Anggaran Biaya (engineering estimate), spesifikasi teknis atau rencana kerja
dan syarat, Bill of Quantity dan dokumentasi baik berupa hardcopy maupun softcopy sebagai
pedoman pelaksanaan Perencanaan Pemeliharaan Lapang Basket:
Meningkatkan SMK NEGERI 10 KOTA BANDUNG

I.2 RUANG LINGKUP, LOKASI PEKERJAAN DAN FASILITAS PENUNJANG


Lingkup tugas yang harus dilaksanakan oleh Konsultan Perencana adalah berpedoman pada
ketentuan yang berlaku, khususnya Pedoman Pembangunan Bangunan Gedung Negara,
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 22 Tahun 2018, yang dapat
meliputi tugas-tugas perencanaan lingkungan, site/ tapak bangunan dan perencanaan fisik
bangunan gedung Negara, yang secara garis besar terdiri dari:
Dari hasil peninjauan lapangan yang dilakukan pada saat survey lapangan dan dari survey data
pendukung di lokasi pekerjaan yang akan direncanakan, maka didapatkan data sebagai berikut :
Proyek : Perencanaan Pemeliharaan Lapang Basket
Lokasi Pekerjaan : SMK NEGERI 10 KOTA BANDUNG.
Waktu Pelaksanaan : 15 (lima belas) Hari Kalender
Tahun Anggaran : 2021

Sebelum memulai pekerjaan perencanaan, maka langkah yang paling pertama adalah
pengukuran dan euzet terhadap lahan existing, dalam hal ini pemotretan visual sangat diperlukan
sebagai data awal atau kondisi 0%, dan merupakan acuan kerja selanjutnya.

Dalam melaksanakan pekerjaan ini diperlukan kesiapan dan penguasaan materi serta pendukung
teknologi yang tepat, guna tercapainya kualitas dan kuantitas yang diinginkan sesuai dengan
spesifikasi yang dapat dijabarkan pada Metode Perencanaan dan rencana pelaksanaan Pekerjaan,
secara menyeluruh Mulai dari Manajemen waktu, Manajemen Mutu, Manajemen Teknik dan
Manajemen Biaya.
LINGKUP KEGIATAN

i
Ruang lingkup dari Belanja Jasa Konsultansi Perencanaan Pemeliharaan Lapamh Nasket ini
meliputi perencanaan pekerjaan arsitektural dan finishing. Lingkup tugas Perencanaan
Pemeliharaan Lapamh Nasket tahap ini mencakup:
1. Perencanaan pekerjaan arsitektural dan finishing pada rencana lahan yang tersedia;
2. Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang diperlukan dalam Perencanaan Pemeliharaan Lapamh
Nasket;
3. Perencanaan pekerjaan lain yang dianggap perlu. PEKERJAAN PERSIAPAN

Sebagai dasar untuk mendukung rencana Project Perencanaan di atas, diperlukan suatu acuan
sebagai berikut :
1. Standar Nasional Indonesia tentang Bangunan Gedung.
2. Standar Industri Indonesia ( SII )
3. Standar Kontruksi Bangunan Indonesia ( SKBI )
4. Peraturan Internasional lain yuang relevan, digunakan umum dan di akui di indonesia

5. Peraturan Perburuhan di Indonesia dan Peraturan Umum tentang Tenaga Kerja yang
dikeluarkan oleh Dinas Tenaga Kerja Republik Indonesia
6. Peraturan - Peraturan Daerah setempat yang berlaku.

2 ii
BAB II
INTERPRETASI PELAKSANAAN
Teknologi dalam industri konstruksi pada dasarnya berkaitan erat dengan terpadunya
ketrampilan manusia dan kapasitas peralatan serta permesinan. Perkembangan dari waktu ke
waktu cenderung menunjukan perubahan mengikuti garis orientasi permesinan, seiring dengan
inovasi dan penemuan baru di bidang itu. Keberhasilannya memang mengagumkan, akan tetapi
sekaligus mengungkapkan fakta bahwa tradisi mengandalkan kemangkusan tenaga manusia
pada industri sepertinya semakin ditinggalkan. Kenyataan bahwa upah tenaga telah lari jauh
meninggalkan produktifitas berdampak meningkatnya pembiayaan melampui ambang
kemampuan konsumen (owner) untuk membayarnya.

Metode Pelaksanaan pada hakekatnya merupakan penjabaran tata cara dan teknik-teknik
pelaksanaan pekerjaan, merupakan inti dari seluruh kegiatan dalam sistem manajemen
konstruksi. Metode pelaksanaan merupakan kunci untuk mewujudkan seluruh perencanaan
menjadi bentuk fisik. Pada dasarnya metode konstruksi merupakan penerapan konsep rekayasa
berpijak pada keterkaitan antara persyaratan dalam dokumen pelelangan, keadaan teknis
ekonomis yang ada di lapangan dan seluruh sumber daya termasuk pengalaman kontraktor.
Kombinasi dan keterkaitan ketiga elemen secara interaktif membentuk kerangka gagasan dan
konsep metode optimal yang diterapkan dalam pelaksanaan konstruksi. Dalam bentuk bagan
diberikan pada gambar Konsep Metode pelaksanaan mencakup pemilihan dan penetapan yang
berkaitan dengan keseluruhan segi pekerjaan termasuk kebutuhan sarana dan prasarana yang
bersifat sementara sekalipun.

KONTRAK
Dokumen Kontrak

Gambar Daftar Volume Jadwal Waktu Keadaan Teknis


Rencana dan Pekerjaan (BQ) Induk dan Ekonomis
Spesifikasi Lapangan

METODE Sumber Daya


PELAKSANAAN Kontraktor

Kemampuan Kontraktor

Interaksi antar elemen dalam metode pelaksanaan

iii
Keterkaitan Biaya, Waktu, dan Kualitas

Pada kondisi optimal, faktor-faktor biaya, waktu dan kualitas, membentuk tata hubungan yang
saling bergantung serta berpengaruh amat kuat dengan kepekaan tinggi. Jika salah satu darinya
berubah atau digeser sedikit saja akan langsung berdampak pada faktor lainnya, dan pada
umumnya merupakan hal yang sulit bahkan mustahil untuk dapat mencegah pengaruhnya.
Hubungan ketergantungan yang amat peka antar tiga faktor tersebut juga merupakan perbedaan
mencolok bila dibandingkan dengan proses produksi pada industri manufaktur. Pada industri
pabrik, walaupun pada waktu peninjauan kelayakan di awal proyek telah dilakukan perhitungan
mengenai biaya produksinya, akan tetapi harga jual produk masih tetap saja dapat ditetapkan
pada akhir proses dengan peluang cukup luas untuk memperhitungkan kondisi dan hukum pasar
pada saat itu. Jikalau tidak dapat meraih margin pasar secukupnya, produsen masih
berkesempatan cukup longgar untuk menyesuaikan operasinya baik dalam hal proses produksi
maupun penetapan harga jual dikaitkan dengan strategi pemasaran. Disamping itu, titik impas
biaya produksi pada industri pabrik biasanya ditetapkan dalam kondisi yang tidak harus terlalu
ketat tergantung pada waktu. Apabila dalam proses produksi mengalami kegagalan untuk
mencapai kualitas tertentu, sebelum diputuskan untuk mengapkir hasil produksi pada umumnya
masih tersedia jalan keluar untuk menyelamatkan industri. Jalan keluar dapat berupa upaya
mendaur ulang material atau melepaskan hasil produksi apa adanya ke pasar dengan
mengelompokkannya menjadi kualitas lebih rendah. Sudah tentu dengan tetap memperhitungkan
situasi dan permintan pasarnya. Upaya-upaya penyelamatan dengan cara demikian tidaklah
tergantung secara ketat pada faktor-faktor biaya dan waktu. Bukankah merupakan merupakan
hal yang lazim dan sering dijumpai beredarnya berbagai kelas mutu dari suatu hasil industri di
pasar meskipun dari satu merek yang sama? Produk jadi material keramik misalnya, di pasar
dapat ditemui berbagai kelas kualitas, dari kelas 1 sampai 3.

Sedangkan pada industri konstruksi, sebagaimana layaknya pelayanan jasa, ketentuan mengenai
biaya, kualitas, dan waktu penyelesaian konstruksi sudah diikat di dalam kontrak dan ditetapkan
sebelum pelaksanaan konstruksi dimulai. Apabila muncul hal-hal yang tidak diperhitungkan
selama proses produksi, tidaklah mudah untuk mengubah ketentuan-ketentuan yang sudah
merupakan bentuk kesepakatan tersebut. Apabila di dalam proses konstruksi terjadi
penyimpangan kualitas hasil pekerjaan, baik hal tersebut merupakan akibat perbuatan yang
disengaja maupun tidak, resiko yang harus ditanggung tidaklah kecil. Cara memperbaiki bagian
dari bangunan yang tidak sesuai dengan spesifikasi haruslah dibongkar kemudian dikonstruksi
ulang ditempat yang sama sesuai seperti apa yang dikehendaki di dalam perencanaan. Upaya
untuk menukar dengan bangunan di tempat lain yang nilainya setara atau bahkan lebih mahal
sekalipun tidak dapat diterima. Sedang dilain pihak, upaya untuk memperbaiki penyimpangan
bagaimanapun tak akan dapat tak akan dapat mengubah kesepakatan pembiayaan dan jangka
waktu pelaksanaan konstruksi. Bahkan segala macam bentuk penyimpangan terhadap

iv
kesepakatan tentang kualitas dan waktu penyelesaian pekerjaan biasanya mengandung resiko
sanksi denda, yang pada ujungnya berdampak pada pudarnya reputasi para pelaksana
seluruhnya. Dengan demikian jelas kiranya bahwa faktor-faktor biaya, waktu, dan kualitas dalam
proses konstruksi merupakan ketentuan kesepakatan mutlak yang tidak bisa ditawar-tawar lagi
dan ketiganya saling tergantung dan berpengaruh secara ketat.

Dalam penyelenggaraan konstruksi, faktor biaya merupakan bahan pertimbangan utama karena
biasanya menyangkut jumlah investasi besar yang harus ditanamkan Pemberi tugas yang rentan
terhadap resiko kegagalan. Fluktuasi pembiayaan suatu konstruksi bangunan juga tidak terlepas
dari pengaruh situasi okonomi umum yang mungkin dapat berupa kenaikan harga material,
peralatan dan upah tenaga kerja karena inflasi, kanaikan biaya sebagai akibat dari
pengembangan bunga bank, kesempitan modal kerja, atau penundaan waktu pelaksanaan
kegiatan karena sesuatu keterlambatan. Disamping itu, masih ada pengaruh yang datang dari
masalah produktivitas, kemudian ketersediaan sarana dan prasarana awal di lokasi proyek, atau
kejadian khusus seperti sengketa hukum dan sebagainya. Sedangkan masalah-masalah yang
berpengaruh terhadap waktu pelaksanaan konstruksi lebih banyak disebabkan oleh mekanisme
penyelenggaraan, seperti keterlambatan pengadaan peralatan dan material, keterlambatan
jadwal perencanaan, perubahan-perubahan pekerjaan selama berlangsungnya konstruksi,
kelayakan jadwal konstruksi, masalah-masalah produktivitas, peraturan-peraturan dari
pemerintah mengenai keamanan perencanaan dan metode konstruksi, dampak lingkungan,
kebijakan di bidang ketenagakerjaan dan sebagainya. Kemudian masalah-masalah yang
mempengaruhi kualitas hasil pekerjaan lebih banyak berawal dan didominasi oleh kualitas
sumber daya manusia yang berkaitan dengan kemampuan dan ketrampilan teknis. Seperti
misalnya dalam penyusunan kriteria perencanaan dan spesifikasi, pengelolaan segi finansial
sebagai penunjang, tata cara penyediaan material dan peralatan, pengerahan tenaga terampil,
dan kelemahan di bidang pemeriksaan dan pengawasan selama konstruksi berlangsung.
Selanjutnya masih terdapat masalah-masalah tambahan yang cukup penting yang berpengaruh
secara sekaligus terhadap ketiga-tiga faktor, yaitu upaya analisis rekayasa nilai, pembiayaan tak
terduga yang mengakibatkan ekonomi biaya tinggi, dan program-program pelatihan bagi pekerja.
Ringkasan uraian hal-hal tersebut di atas diberikan dalam bentuk bagan pada gambar di bawah.
Penund
Modal
Bunga

waktu

Penund
Inflasi
Kerja
Modal
Bunga
bank

waktu

Inflasi
aan
Kerja
bank

aan

PEMBIAYAAN
PEMBIAYAAN

Lokasi proyek
produktivitas
jadwal konstruksi
Peruba

v
pemeri

Jadwal
waktu
peratu
bahan

Penga
&&alat

pekerj

Peruba

wasan
pemeri

Jadwal

iksaan
pemer
waktu

bahan
spesifi

penga
peratu

canaa

teram
teknis
bahan
daan
Penga

peren
pekerj

nndan

kualit
ntah

wasan

iksaan
pemer

bahan
spesifi

penga
canaa

teram
teknis
daan

aan

han

peren

kualit
ntah

ran

kasi

alat
dan

dan
aan

han

pil
ran

kasi

alat
dan

dan

as

ekonomi biaya
pil
alat

aa
as
dan

tinggi rekayasa
nilai pelatihan
pekerja
Ketergantungan Biaya, waktu dan Kualitas
II.1. PERENCANAAN LAPANGAN ( SITE PLANNING )

Proyek ini merupakan proyek Pekerjaan Konstruksi Fisik Penyiapan dan Pematangan Lahan
Sekolah Lapangan. dengan tingkat kompleksitas yang tinggi pekerjaan ini dilaksanakan, dengan
waktu kerja yang sangat singkat dan padat (15 hari). Dengan keadaan seperti ini sangatlah
diperlukan pemahaman lapangan serta teknik pelaksanaan yang tepat.
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan serta dievaluasi sedini mungkin untuk
mendapatkan suatu rencana yang matang dalam pekerjaan sehingga akan mendapatkan hasil
yang optimal, antara lain :

RENCANA SITE MANAGEMENT


Pemahaman kondisi lapangan sangat berguna untuk merencanakan lapangan kerja (Site
Planning) untuk mengatur penempatan peralatan dan sarana penunjang lainnya yang akan
digunakan dalam pelaksanaan pembangunan proyek, misal : Direksi keet, gudang, los kerja dan
lain-lain. Dalam menempatkan barang dan material kebutuhan pelaksanaan, baik di gudang
maupun di halaman terbuka akan diatur sedemikian rupa sehingga :
 Tidak mengganggu Ketertiban umum.
 Memudahkan pemeriksaaan dan penelitian bahan-bahan oleh konsultan pengawas,
 Tidak menimbulkan polusi suara dan polusi udara yang menggangu kenyamanan lingkungan
sekitar.
 Keamanan terjamin
 Memudahkan pelaksanaan pada setiap tahapan pekerjaan,
 Tidak menimbulkan masalah kesehatan dan keselamatan kerja.

PEMAHAMAN DAN ORIENTASI LOKASI PROYEK


Sebagai dasar evaluasi dalam penyajian penawaran harga, maka CV. Jasindo Raya dalam hal
ini diwakili oleh team teknik, dipandang perlu untuk memahami situasi dan kondisi :
1. Akses menuju lokasi proyek.
2. Radius Lokasi proyek terhadap Sumber Material (Material alam atau Material
fabrikan/jadi)
3. Lokasi Proyek yang akan dibangun dan lingkungan sekitar proyek. kultur masyarakat
disekitar lokasi pekerjaan dan hal-hal yang dipandang perlu dan akan menimbulkan
dampak terhadap pelaksanaan proyek.
4. Pengaturan alur sirkulasi material dan pekerja agar tidak menggangu Kegiatan aktifitas
lalulintas dan pemukiman yang ada dilingkungan tersebut.

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan Pekerjaan ini adalah :
~ System keamanan Lingkungan yang harus tetap dijaga

vi
~ System pengaturan logistik proyek yang rapih serta tidak menggangu area yang
berhubungan dengan aktivitas Dilokasi Pekerjaan.
~ Dihindarkan terjadinya polusi suara dan polusi udara yang berlebihan .
~ Perlunya system pen – zoning - an area kerja dan aktifitas lingkungan yang tidak saling
mengganggu sehingga tetap terjaminnya kenyamanan para pekerja proyek maupun
dalam memberikan pelayanan dan rutinitas pekerjaan.
~ Perlunya system keamanan kerja bagi para pekerja maupun masyarakat didalam
pelaksanaan pekerjaan , mengingat cukup sempitnya area yang tersedia dalam
pelaksanaan fisik khususnya dalam pekerjaan.
~ Perlunya system pengadaan tenaga kerja yang tepat sehingga akan memberikan
efektivitas dan efisiensi kerja proyek yang optimal.
~ Perlunya system quality control yang tepat didalam pelaksanaan kerja proyek
sehingga tidak terjadinya pekerjaan bongkar pasang yang akan menyebabkan
terlambatnya schedule pelaksanaan proyek.

Untuk penerangan lokasi kerja bila pekerjaan berlangsung sampai dengan malam hari akan
menggunakan daya listrik atau dengan generator. Untuk rencana tersebut akan dibicarakan lebih
lanjut dengn pihak User dan Direksi Pengawas.

Setelah melihat dan memahami kondisi lokasi pelaksanaan maka akan sangat dibutuhkan sekali
adanya manajemen yang baik dan tepat sasaran yaitu tepat waktu , tepat mutu dan keselamatan
kerja. sehingga pada pelaksanaan pekerjaan dilapangan tidak akan terjadi kekurangan-
kekurangan atau kejadian yang tidak diingikan oleh semua pihak yang dapat memperlambat
proses pelaksanaan pekerjaaan.

II.2. MANAJEMEN PROYEK

Setelah memahami kondisi lapangan, maka langkah selanjutnya sebelum terjun ke kondisi
lapangan sebenarnya perlu dibentuk susunan organisasi guna mencapai tujuan proyek secara
keseluruhan, yaitu: Mutu, Waktu, Biaya dan keselamatan kerja.

Pengelola pelaksanaan pekerjaan di proyek ini ditangani oleh tenaga-tenaga terampil CV.
Jasindo Raya yang sudah berpengalaman dalam penanganan proyek-proyek sejenis, sehingga
keberhasilan pelaksanaan pekerjaan akan benar-benar terjamin, sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh semua pihak. Disamping itu, tenaga-tenaga kerja yang akan diikut sertakan
dalam pelaksanaan pekerjaan ini merupakan tenaga-tenaga yang telah dibina kemampuan dan
produktifitasnya dalam pelaksanaan proyek-proyek yang sebelumnya telah ditangani oleh CV.
Jasindo Raya

vii
STRUKTUR ORGANISASI PROYEK

Deskripsi Umum Tugas Dan Tanggung Jawab Pelaksana Pekerjaan

A. Project Manager :
 Seorang project manager mempunyai tanggung jawab dan tugas yang bermacam-
macam, tidak hanya terfokus pada hal-hal yg teknis sifatnya. Seorang project manager
harus mempunyai kemampuan membuat tim proyek agar tetap solid,
 Mengidentifikasi dan menyelesaikan potensi masalah yang akan timbul agar dapat
diantisipasi secara dini.
 Melakukan koordinasi kedalam (team proyek, manajemen, dll) dan keluar
 Dibantu semua koordinator menyiapkan rencana kerja operasi proyek, meliputi aspek
teknis, waktu, administrasi dan keuangan proyek
 Melaksanakan dan mengontrol operasional proyek sehingga operasi proyek dapat
berjalan sesuai dengan rencana (on track)
 Mengkomunikasikan dalam bentuk lisan dan tertulis (Laporan Kemajuan Pekerjaan).
 Seorang Project Manager harus mengontrol proyek yang ditanganinya. Proyek harus
selesai sesuai dengan budget, sesuai dengan spesifikasi, dan waktu.
 Proyek yang ditangani harus mempunyai return yang nyata terhadap organisasi. Taat
kepada setiap kebijakan yang di keluarkan organisasi, harus mengambil keputusan
dengan wewenang yang terbatas dari organisasi.

B. Site Manager :
 Melakukan komunikasi internal (perusahaan/penyedia jasa) dan external (jajaran
pengguna jasa).
 Melakukan komunikasi external kepada pihak ketiga, khususnya dalam perizinan-
perizinan yang mempengaruhi kecepatan dan kelancaran pekerjaan kepada instansi
terkait maupun masyarakat di sekitar/dilalui proyek.
 Menyusun rencana kerja detail bersama pelaksana (jadwal waktu, mutu dan biaya
pelaksanaan lapangan) yang meliputi pengerahan tenaga kerja, alat dan bahan.
 Melakukan pengarahan dan koordinasi dengan logistik/supply chain manager selama
proses pekerjaan agar tidak terhambatnya arus bahan dan alat yang diperlukan selama
pekerjaan.
 Melakukan pengarahan dan pengawasan kepada pelaksana dan chief/kepala tim kerja
yang selanjutnya dilaporkan kepada Site Engineer dan pengguna jasa (meliputi
sosialisasi shop drawing dan instruksi kerja kepada pelaksana dan tukang ahli).
 Melakukan komunikasi dengan logistik dan administrasi/keuangan dalam menyusun
rencana arus keuangan, bahan, alat dan administrasi pelengkapnya.
 Memimpin rapat dan membuat keputusan teknis lapangan bersama pengguna jasa yang
selanjutnya diteruskan kepada Site Engineer dan pengguna jasa (termasuk pembuatan
laporan dan dokumentasi proyek).

C. Ahli Teknik Elektro


 Meneliti Gambar dan Bahan yang akandi pakai serta jenis barang yang akan di pakai
sesuai permintaan owner dan di setujui bersama.
 Melaksanakan Komunikasi dengan pihak Konsultan untuk jenis bahan yang di pakai bila
Pelaskana tidak paham dengan kerjaan ini.
 Mengikuti Rapat Mingguan untuk menjelaskan permasalahan dilapangan.
 Menginventaris Barang Elektronik yang akan di pakai di Proyek yang sedang di kerjakan.

D. Ahli Mekanikal
 Menyiapkan data perencanaan yang dibutuhkan
 Melakukan kegiatan pembuatan sistem mekanikal berdasarkan hasil rancangan
 Melakukan pengawasan pelaksanaan pembuatan system mekanikal sesuai dengan jadwal
waktu dan spesifikasi yang telah ditentukan
 Melakukan pengawasan pada kegiatan instalasi system mekanikal mengacu pada manual
pemasangan yang telah ditentukan

viii
 Melakukan pengujian hasil instalasi sistem mekanikal
 Melakukan pemeliharaan sistem kekanikal yang telah dipasang
 Membuat laporan hasil pekerjaan

E. Ahli Keselamatan Keamanan Kerja (K3)

 Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja
 Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan
 Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan yang
diwajibkan
 Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan
yang diwajibkan
 Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan dan kesehatan
kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam
hal-hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih
dapat dipertanggung-jawabkan.

F. Pelaksana S1 Arsitek

 Melakukan Komunikasi dengan Site Engineer sesuai bidang pekerjaan dan keah-lian yang
dimilikinya dalam upaya menterjemahkan shop drawing, kebutuhan bahan, tenaga dan
alat bagi pelaksanaannya.
 Memberikan pengarahan kepada pelaksana pekerjaan sesuai bidang dan keahlian yang
dibawahinya.
 Melakukan komunikasi dengan logistik dan administrasi/keuangan dalam menyusun
rencana arus keuangan, bahan, alat dan administrasi pelengkapnya.
 Melakukan komunikasi dengan direksi pengguna jasa, khususnya pengawas harian
lapangan dalam sosialisasi shop drawing dan manual instruction sebelum dan selama
proses pekerjaan.
Memberi laporan progres lapangan, baik waktu, mutu

G. Pelaksana Lapangan STM


 Menyimpan gambar kerja dengan baik, tidak boleh merubah/mencoret tanpa seizin
atasan langsung,
 Melaksanakan pekerjaan dengan konsisten sesuai dengan rencana mutu proyek (instruksi
kerja), speksifikasi teknis dari pelanggan, dan gambar kerja yang diterimanya dengan
mengarahkan tukang/sub kontraktor dan pekerjanya hingga didapat pekerjaan yang
bermutu, tepat waktu, dan biaya yang seefisien mungkin,
 Membuat dan melaksanakan detail program kerja berdasarkan program
harian/mingguan/bulanan yang adan serta melaporkan prestasi kerja ke kepala proyek
 Membuat opname prestasi pekerjaan bersama-sama kepala proyek dan sub kontraktor
(bila ada) yang bersangkutan untuk keperluan tagihan dan lain-lain.
 Menyelenggarakan pencatatan-pencatatan atas tindakan yang telah dikerjakan baik
qualitatif maupun quantitatif untuk dapat membuat laporan mingguan mengenai:
1. Pemakaian bahan, mesin-mesin/alat-alat dalam pekerjaan yang sedang
dilaksanakan,
2. Penggunaan persekot karya yang dipercayakan kepadanya,
3. Melakukan final inspection atau memastikan bahwa seluruh kegiatan pemeriksaan
dan pengetesan telah dilaksanakan semuanya serta melakukan tes terhadap
material yang masuk khususnya yang dominan untuk mutu,
4. Mengontrol barang/alat yang dipasok untuk pelanggan apakah sesuai
persyaratan/perjanjian atau tidak dan menjamin bahwa keluhan pelanggan atau
produk tidak sesuai ditangani (prosedur mutu yang berlaku),
5. Mengkoordinir pelaksanaan lapangan terhadap tindakan koreksi dan
pencegahannya,
6. Bertanggung jawab penuh ke kepala proyek dan berkoordinasi ke konsultan
supervisi maupun direksi owner.

H. Pelaksana Elektrikal

ix
 Menyimpan gambar kerja dengan baik, tidak boleh merubah/mencoret tanpa seizin
atasan langsung,
 Melaksanakan pekerjaan dengan konsisten sesuai dengan rencana mutu proyek (instruksi
kerja), speksifikasi teknis dari pelanggan, dan gambar kerja yang diterimanya dengan
mengarahkan tukang/sub kontraktor dan pekerjanya hingga didapat pekerjaan yang
bermutu, tepat waktu, dan biaya yang seefisien mungkin,
 Membuat dan melaksanakan detail program kerja berdasarkan program
harian/mingguan/bulanan yang adan serta melaporkan prestasi kerja ke kepala proyek
 Membuat opname prestasi pekerjaan bersama-sama kepala proyek dan sub kontraktor
(bila ada) yang bersangkutan untuk keperluan tagihan dan lain-lain.
 Menyelenggarakan pencatatan-pencatatan atas tindakan yang telah dikerjakan baik
qualitatif maupun quantitatif untuk dapat membuat laporan mingguan mengenai:
1. Pemakaian bahan, mesin-mesin/alat-alat dalam pekerjaan yang sedang
dilaksanakan,
2. Penggunaan persekot karya yang dipercayakan kepadanya,
3. Melakukan final inspection atau memastikan bahwa seluruh kegiatan pemeriksaan
dan pengetesan telah dilaksanakan semuanya serta melakukan tes terhadap
material yang masuk khususnya yang dominan untuk mutu,
4. Mengontrol barang/alat yang dipasok untuk pelanggan apakah sesuai
persyaratan/perjanjian atau tidak dan menjamin bahwa keluhan pelanggan atau
produk tidak sesuai ditangani (prosedur mutu yang berlaku),
5. Mengkoordinir pelaksanaan lapangan terhadap tindakan koreksi dan
pencegahannya,
6. Bertanggung jawab penuh ke kepala proyek dan berkoordinasi ke konsultan
supervisi maupun direksi owner.

I, Pelaksana Ahli Pelambing


 Menyimpan gambar kerja dengan baik, tidak boleh merubah/mencoret tanpa seizin
atasan langsung,
 Melaksanakan pekerjaan dengan konsisten sesuai dengan rencana mutu proyek (instruksi
kerja), speksifikasi teknis dari pelanggan, dan gambar kerja yang diterimanya dengan
mengarahkan tukang/sub kontraktor dan pekerjanya hingga didapat pekerjaan yang
bermutu, tepat waktu, dan biaya yang seefisien mungkin,
 Membuat dan melaksanakan detail program kerja berdasarkan program
harian/mingguan/bulanan yang adan serta melaporkan prestasi kerja ke kepala proyek
 Membuat opname prestasi pekerjaan bersama-sama kepala proyek dan sub kontraktor
(bila ada) yang bersangkutan untuk keperluan tagihan dan lain-lain.
 Menyelenggarakan pencatatan-pencatatan atas tindakan yang telah dikerjakan baik
qualitatif maupun quantitatif untuk dapat membuat laporan mingguan mengenai:
1 Pemakaian bahan, mesin-mesin/alat-alat dalam pekerjaan yang sedang
dilaksanakan,
2 Penggunaan persekot karya yang dipercayakan kepadanya,
3 Melakukan final inspection atau memastikan bahwa seluruh kegiatan pemeriksaan
dan pengetesan telah dilaksanakan semuanya serta melakukan tes terhadap
material yang masuk khususnya yang dominan untuk mutu,
4 Mengontrol barang/alat yang dipasok untuk USER apakah sesuai
persyaratan/perjanjian atau tidak dan menjamin bahwa keluhan pelanggan atau
produk tidak sesuai ditangani (prosedur mutu yang berlaku),
5 Mengkoordinir pelaksanaan lapangan terhadap tindakan koreksi dan
pencegahannya,
6 Bertanggung jawab penuh ke kepala proyek dan berkoordinasi ke konsultan
supervisi maupun direksi owner.

J. Administrasi dan Keuangan Proyek


 Membantu Site Engineer dalam penyusunan rencana kerja, khususnya mengenai
administrasi dan keuangan.
 Membantu Site Engineer dalam pembuatan laporan proyek, baik teknis, administrasi
maupun keuangan.
 Membantu pelaksana dan logistik dalam hal administrasi dan keuangan sebagai upaya
menunjang kecepatan dan kelancaran kerja.

x
K. Juru Hitung
 Membantu Site Engineer dan pelaksana dalam menyusun rencana supply chain
management proyek (termasuk survey dan pengadaan bahan dan alat kerja).
 Mengawasi kebutuhan bahan dan alat kerja di tingkat pelaksana dan chief/kepala
kelompok kerja agar tidak terjadi keterlambatan supply chain matrial dan alat.
 Mengawasi kebutuhan bahan dan alat kerja di tingkat pelaksana dan chief/kepala
kelompok kerja agar tidak terjadi keterlambatan supply chain matrial dan alat.
 Melakukan komunikasi dengan direksi pengguna jasa, khususnya pengawas harian
lapangan dalam hal mutu maupun kapasitas dari bahan dan alat yang akan digunakan
oleh proyek.

M. Juru Gambar
 .Membantu Pelaksana Lapangan untuk membuat Shof drawing jika terjadi perubahan
rencana karena hal di luar perencana merubah gambar yang sudah ada.
 Membuat Gambar akhir Pekerjaan dengan beberapa perubahan yang mendasar du
tuangkan ke dalam laporan As Buit Drawing.

N. Tukang Las
 .Melaksanakan Pekerjaan pengelasan sesuai arahan dari pelaksana pekerjaan yang
sudah tercantum dalam RAB dan agenda kerja Pelaksana dilapangan.
 Membantu Pelaksana serta Juru Hitung untuk menginpentarisir kebutuhan alat dan
bahan yang di perlukan.

O. Tukang Kontruksi Baja


 Melaksanakan Pekerjaan dan menghitung struktur dengan ahli struktur untuk pekerjaan
Kontruksi Baja agar tidak terjadi salah hitung struktur baja.
 Membantu Pelaksana serta untuk menginpentarisir kebutuhan alat dan bahan yang di
perlukan untuk pekerjaaan Kontruksi Baja.

II.3. METODE PENCAPAIAN SASARAN

Dalam tujuan untuk mencapai sasaran yang dikehendaki terdapat hal-hal yang perlu
dikendalikan, antara lain pengendalian mutu dan pengendalian material. Dimana kedua hal
tersebut di atas tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain untuk mencapai hasil yang
optimum.

MANAJEMEN MUTU
A. PENGENDALIAN MUTU (QUALITY CONTROL)
Pengendalian Mutu ditujukan untuk setiap jenis kegiatan yang mendukung pekerjaan ini. Upaya
ini dilakukan untuk mendapatkan hasil maksimal sesuai dengan RKS, sehingga diharapkan
mendapatkan hasil maksimal pekerjaan secara keseluruhan.
Pelaksanaan Pengendalian Mutu di lakukan pada tahap/prosedur pelaksanaan tiap kegiatan,
Langkah tersebut dapat disederhanakan sebagai berikut ;
a. Pembuatan contoh Material yang sudah jadi sesuai dengan proposal teknis.
b. Pembuatan instruksi/manual pelaksanaan tiap item pekerjaan sebelum pelaksanaan kerja
kepada semua kelompok kerja dan garis perintah (disesuaikan dengan spesifikasi dalam
RKS).
c. Memberikan contoh, volume dan mutu bahan untuk disepakati oleh pengguna jasa sebelum
dan selama pelaksanaan pekerjaan.
d. Melakukan monitoring selama pelaksanaan pekerjaan serta evaluasi setelah pelaksana-an
pekerjaan secara berkesinambungan bersama penggunan jasa dan pengawas/ supervisor.
B. JAMINAN MUTU (QUALITY ASSURANCE)
Jaminan mutu dilakukan selama dan sesudah pelaksanaan pekerjaan dilakukan, antara lain;
a. Pemeriksaan mutu seperti : Bahan material Pabrikan dan bahan material Alam yang akan
digunakan dan kalau perlu jika diminta oleh pengguna jasa dapat dilakukan di Laboratorium
demikian pula dengan kegiatan lainnya.

xi
b. Pemeriksaan semua item kegiatan yang berkenaan dengan contoh, volume, mutu bahan dan
mutu produk sesuai dengan RKS dan telah disepakati bersama pengguna jasa.

Komitmen Manajemen Mutu secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut :


a. Penyedia jasa bertanggung jawab dalam proses pengendalian mutu produk pekerjaan sejak
awal dan untuk seluruh item pekerjaan yang telah disepakati dalam kontrak kerja.
b. Penyedia jasa bekerja sama dengan tim supervisi (dari pihak pengguna jasa kalau ada)
memberikan laporan kemajuan kerja kepada pengguna jasa yang meliputi seluruh kegiatan
pengendalian mutu, seperti; rencana dan urutan tiap jenis kegiatan (termasuk shop drawing
apabila diperlukan), pemilihan dan pemakaian bahan yang akan digunakan, kontrol proses
kerja dan evaluasi hasil/produk kerja.
c. Tim Supervisi: bertanggung jawab mewakili pengguna jasa di lapangan, antara lain bertugas
untuk mengawasi dan membantu penyedia jasa dalam proses pengendalian mutu pekerjaan,
baik teknis maupun administratif (seperti; persetujuan rencana dan urutan kegiatan,
pemilihan bahan, penggantian bahan, interpretasi gambar yang kurang jelas, memeriksa dan
mengkoreksi shop drawing yang dibuat penyedia jasa dan membuat as built drawing dll.).
d. Penyedia jasa bekerja sama dengan konsultan supervisi memberikan laporan kemajuan kerja
kepada pengguna jasa yang meliputi seluruh kegiatan pengendalian mutu, seperti; rencana
dan urutan tiap jenis kegiatan, pemilihan dan pemakaian bahan yang akan digunakan,
kontrol proses kerja dan evaluasi hasil/produk kerja. Seluruh pekerjaan maupun sub
pekerjaan dicatat/record dan didokumentasikan sebagai laporan akhir yang akan digunakan
oleh semua pihak yang terkait.

DIAGRAM MANAJEMEN MUTU TIAP PEKERJAAN/ ITEM PEKERJAAN

PERSIAPAN
PERSIAPAN MANUAL
MANUAL &&
PEDOMAN/PROSEDU INSTRUKSI PERSYARATAN,
PERSYARATAN, GAMBAR
PEDOMAN/PROSEDU INSTRUKSI KERJA
KERJA BAGI
BAGI GAMBAR
R KERJA
KERJA DAN
DAN SPESIFIKASI
R MUTU
MUTU (QA/QC)
(QA/QC) PELAKSANA
PELAKSANA SESUAI
SESUAI
TEKNIS
SPESIFIKASI
PENYEDIA PROGRAM
PROGRAM QA/QC TEKNIS PENGGUNA
PENGGUNA JASA
JASA
PENYEDIA JASA
JASA QA/QC

PERSIAPAN
PERSIAPAN TENAGA,
TENAGA, ALAT
ALAT &
&
BAHAN
BAHAN TIAP
TIAP ITEM
ITEM PEKERJAAN
PEKERJAAN OLEH
OLEH
PROYEK MANAGER
PROYEK MANAGER JASA
JASA
O NO PENGGUNA
PENGGUNA
K ENGINEER
ENGINEER
INHOUSE
PENGAWASAN
INHOUSE
PENGAWASAN PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN TENAGA,
TENAGA, ALAT
ALAT DAN
DAN ATAU
MUTU
MUTU OLEH
ATAU
OLEH BAHAN
BAHAN (KUALITAS
(KUALITAS &
& KUANTITAS
KUANTITAS )) KONSULTAN
PENYEDIA
PENYEDIA JASA
KONSULTAN
JASA DAN PEMBUATAN SHOP DRAWING
DAN PEMBUATAN SHOP DRAWING OLEH
MUTU OLEH
DIKOORDINASI
DIKOORDINASI OLEH
OLEH SITE
MUTU))
MUTU
(DIVISI
(DIVISI MUTU MANAGER
SITE PENGAWASAN
MANAGER PENGAWASAN
O NO
K
PELAKSANAAN
PELAKSANAAN KONSTRUKSI
KONSTRUKSI TIAP
TIAP
PEKERJAAN
PEKERJAAN OLEH
OLEH PELAKSANA
PELAKSANA
DIKOORDINASI OLEH SITE
DIKOORDINASI OLEH SITE
MANAGER
MANAGER

O NO
K
RECORD
RECORD & & DOCUMANTATION
DOCUMANTATION
((INCL
INCL.. AS
AS BUILT
BUILT DRAWING
DRAWING &
& FINAL
FINAL
REPORT)
REPORT)

xii
DIAGRAM MANAJEMEN MUTU PROYEK

KOMITMENT
KOMITMENT MUTU
MUTU PEDOMAN/PROSED
PEDOMAN/PROSED PEDOMAN/PROSEDUR
PEDOMAN/PROSEDUR
(QA/QC)
(QA/QC) UR
UR MUTU
MUTU (QA/QC)
(QA/QC) MUTU
MUTU (QA/QC)
(QA/QC)
PENYEDIA
PENYEDIA JASA
JASA PELAKSANAAN
PELAKSANAAN PENGGUNA
PENGGUNA JASA
JASA

PROGRAM/IMPLEMENTAS
PROGRAM/IMPLEMENTAS
II QA
QA
PENGAWASAN
PENGAWASAN MUTU
JASA
PENGGUNA JASA
MUTU
PENGGUNA
OLEH
OLEH PENYEDIA
PENYEDIA JASA
ENGINEER
JASA
ENGINEER
(DIVISI
(DIVISI MUTU)
INHOUSE
ATAU INHOUSE
MUTU)
ATAU
PROGRAM/IMPLEMENTAS
PROGRAM/IMPLEMENTAS KONSULTAN
KONSULTAN
II QC
QC OLEH
MUTU OLEH
MUTU
PENGAWASAN
PENGAWASAN

UJI
UJI &
& INSPEKSI
INSPEKSI QA/QC
QA/QC

RECORD
RECORD &
& REPORT
REPORT QA/QC
QA/QC

Bahasan ini mencoba menggambarkan manajemen pelaksanaan pekerjaan secara sederhana dan
meyeluruh mengenai pendekatan pelaksanaan pekejaan dalam upaya pencapaian keberhasilan
pekerjaan/layanan kami, yaitu dalam upaya pencapaian mutu yang sesuai dengan tuntutan
pengguna jasa.

Secara berurutan, upaya tersebut mencakup sebagai berikut :

1. Kondisi Umum

A. Inisiasi Pekerjaan
Tahap ini berusaha untuk mengurai semua permasalahan yang menyangkut pengenalan
terhadap pekerjaan. Hal ini mencakup pendalaman mengenai isi dari RKS, organisasi pekerjaan,
kondisi existing lapangan serta urutan pekerjaan.
Kegiatan ini dilakukan oleh top manajemen perusahaan yang dipimpin oleh Kepala Proyek
(manajer lapangan) yang telah memenuhi kualifikasi keahlian dan berpengalaman.

B. Pre Meeting I (Rapat Awal I).


Kegiatan ini merupakan kegiatan lanjutan dari Inisiasi pekerjaan dan persiapan pekerjaan yang
dilakukan oleh Kepala Proyek bersama pengguna jasa yang dibantu oleh tim supervisi.
Dalam tahap ini, penyedia jasa dan pengguna jasa akan melakukan review terhadap rencana
pelaksanaan pekerjaan dan volume kerja yang tertera pada dokumen kontrak. Apabila terdapat
hal-hal yang memerlukan perubahan, maka saat ini juga akan disusun perubahan-perubahan
yang timbul tersebut.
Perubahan-perubahan di atas dapat berupa : Jenis pekerjaan, Volume pekerjaan, Spesifikasi
pekerjaan maupun jadwal detail sebagai master schedule pelaksanaan.
Selanjutnya perubahan tersebut disepakati bersama antara pengguna jasa dan penyedia jasa
dalam bentuk Contract Change Order ataupun sekadar catatan dasar pelaksanaan biasa.

C. Peyusunan Urutan Pekerjaan Akhir (Final Works Breakdown).

xiii
Menindak lanjuti Pre Meeting (Rapat Awal) dan perubahan-perubahannya, maka akan disusun
Final Works Breakdown dan Master Schedule baru yang akan digunakan sebagai acuan selama
pelaksanaan oleh penjedia dan pengguna jasa.
Pelaksanaan dalam tahap ini melibatkan Direktur perusahaan dan site manager yang dibantu staf
kantor.

D. Pembentukan Tim Pekerjaan.


Setelah seluruh detail Dokumen telah dipahami, maka Site Engineer akan segera membentuk tim
pekerjaan yang menangani pekerjaan sesuai dengan profesi, keahlian dan bidangnya masing,
antara lain : Administrasi dan Keuangan Pekerjaan, Kepala Pelaksana, Kepala kelompok kerja
(bila perlu) sampai kepada level di bawahnya.
Dalam pembentukan tim ini, sekaligus dilakukan pemilihan dan penugasan kepada personal yang
cakap/ahli di bidangnya untuk mengepalai dan mengkoordinasikan bagian dan sub bagian
tersebut. Dengan demikian tim ini merupakan tim inti yang menentukan keberhasilan pekerjaan
ini.

E. Pre Meeting II (Rapat Awal II).


Segera setelah tim inti terbentuk, maka dilaksanakan pertemuan awal II. Beberapa agenda
penting dalam pertemuan ini antara lain adalah;
a. Persiapan dan Informasi pekerjaan oleh site manager yang mencakup nama pekerjaan, lokasi
pekerjaan, dan Informasi lain yang mungkin dibutuhkan.
b. Presentasi kepada seluruh tim supervisi maupun Pejabat Pembuat Komitmen mengenai
kebutuhan pekerjaan dan rencana kerja awal (Initial Work Plan).
c. Penetapan tata cara hubungan kerja dan komunikasi antar tim.
d. Tim lapangan yang dibentuk dan anggotanya harus melakukan seleksi prioritas kerja,
identifikasi masalah, klarifikasi tugas dan tanggung jawab serta orientasi tim pada pekerjaan
ini, sehingga diharapkan tercipta satu kesatuan dalam upaya pencapaian keberhasilan kerja.

F. Pelaksanaan pekerjaan (Project Implementation)


Menindak lanjuti Pre Meeting II, maka seluruh tim atau kelompok kerja segera melakukan
penyusunan rencana kegiatan masing-masing dan melapor serta mendiskusikan bersama site
manager dan tim supervisi, paling lambat 7 hari setelah pre meeting I.
Substansi laporan tersebut, minimal harus mencakup;
a. Lingkup pekerjaan tiap paket kerja tim.
b. Manual/instruksi detail kerja tiap sub kegiatan bagi kelompok di bawahnya.
c. Rencana kebutuhan dan penggunaan alat dan bahan.
d. Jadwal waktu pelaksanaan.
e. Biaya yang dibutuhkan.

G. Asbult Drawing Pekerjaan


Pada Setiap item Pelaksanaan pekerjaan secara detail di buatkan shop drawing pekerjaan untuk
dapat di ajukan dan di aprove oleh direksi lapangan, sebagai acuan pekerjaan yang akan di
kerjakan, dan gambar rencana kerja ini akan di ajukan setiap minggu nya kepada direksi
lapangan, dari keseluruhan gambar rencana kerja tersebut secara berkala di kumpulkan dan di
perbaiki bila ada koreksi atau ketidak sesuaian lapangan untuk di jadikan sebagai gambar jadi
atau asbuilt drawing pekerjaan.

Berdasarkan hasil bahasan bersama site engineer dan tim supervisi, maka pekerjaan diha-rapkan
dapat segera dilaksanakan tanpa mengalami hambatan yang berarti, baik dari MUTU, BIAYA
dan WAKTU pelaksanaan.

Mobilisasi dan Demobilisasi


Mobilisasi dan Demobilisasi mencakup alat, bahan dan personal pelaksana pekerjaan. Untuk
Mobilisasi dan Demobilisasi alat kerja manual dan personal boleh dikatakan tidak akan mengalami
hambatan yang berarti.

Proses kegiatan Mobilisasi adalah;


 Pengurusan ijin-ijin kerja di lokasi pekerjaan, baik lisan maupun tertulis.
 Mobilisasi personal inti untuk melakukan survey dan pengarahan awal.

xiv
 Mobilisasi personal dan alat.
 Mobilisasi bahan pekerjaan ke lokasi, khususnya untuk bahan yang masa kedaluarsa-nya
lama. Untuk bahan yang harus segera diolah, maka mobilisasi dilakukan setiap hari.
 Demobilisasi alat, bahan dan personal secara bertahap di akhir proses pelaksanaan.

Monitoring dan Evaluasi


Selama proses pelaksanaan akan dilakukan monitoring seluruh aspek pekerjaan bersama dengan
pihak pengguna jasa maupun tim supervisi yang ditunjuk oleh pengguna jasa.
Adapun evaluasi pekerjaan akan dilakukan bersama pengguna jasa maupun konsultan supervisi
pada milestone yang telah disepakati bersama saat penyusunan Master Schedule (pada saat pre
meeting I). Milestone dapat berupa waktu, jenis pekerjaan maupun progres tertentu yang telah
dicapai.

Pencatatan dan Pendokumentasian (Record & Documentation)


Seluruh hasil yang telah dicapai akan dicatat dan didokumentasikan sesuai dengan
tahapan/milestone yang telah disepakati dalam dokemen kontrak maupun pre meeting I dan II.
Pencatatan dan Pendokumentasian ini antara lain adalah;
a. Foto dokumentasi.
b. Laporan progres berjalan (fast tracking) maupun progres akhir.

Dengan upaya di atas, maka diharapkan pekerjaan dapat memenuhi pencapaian keberhasilan
utama, yaitu; tepat biaya, tepat mutu dan tepat waktu.

Untuk menjamin sistem manajemen dapat berlangsung dengan baik, CV. Jasindo Raya telah
membuat sistem penunjang dalam pelaksanaan berupa perangkat lunak (software) sebagai
sarana pengedali dan perangkat keras (hardware) yang berupa peralatan-peralatan sebagai
sarana penunjang pelaksanaan pekerjaan.
1. Sistem Pengendalian Proyek
Sarana pengendalian merupakan satu yang sangat diperlukan untuk menjamin
keberhasilan pelaksanaan pekerjaan. Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, segala
sesuatu yang ada hubungannya dengan pengendalian dipersiapan dan dituangkan dalam
bentuk daftar–daftar isian (formulir-formulir) pengendalian, yang mengacu pada jadwal
pelaksanaan pekerjaan yang berupa barchart.
2. Pemilihan Alat
Pemilihan peralatan yang tepat baik dari segi jenis, jumlah maupun kapasitas alat serta
sesuai dengan kondisi lapangan akan menjamin tercapainya sasaran pelaksanaan
pekerjaan yakni tepat biaya, tepat mutu dan tepat waktu.
3. Bahan/ Peralatan
Kebutuhan bahan proyek ini akan disupply sesuai dengan kebutuhan dilapangan
mengingat Bahan yang digunakan sangat terbatas. Sebelum melakukan pemesanan
barang/ material, maka contoh ataupun brosur, harus mendapat persetujuan dari pihak
pengawas terlebih dahulu. Untuk brosur, akan kami lampirkan sebagai dasar perhitungan
penawaran kami.
4. Tenaga kerja
Tenaga yang digunakan dalam penanganan proyek ini terdiri atas ;
 Tenaga pimpinan dan staf manajemen proyek
 Tenaga operasional lapangan terdiri dari pelaksana, dan pembantu– pembantunya.
 Pekerja (labour)

xv
Tenaga inti yang digunakan merupakan tenaga pilihan yang sering menangani proyek-
proyek dengan pekerjaan-pekerjaan yang sejenis.
5. Pengamanan ( Security )
Untuk pengawasan dan pengamanan proyek ini, CV. Jasindo Raya akan menyediakan
tenaga keamanan sesuai dengan kebutuhan, yang bertugas dalam hal :
 Pengawasan terhadap pekerja
 Pengawasan terhadap bahan-bahan dan peralatan untuk mencegah pencurian
 Mencegah dan menghindari terjadinya kebakaran di proyek, dengan melarang para
pekerja membuat api untuk keperluan apapun, dan menyediakan tabung pemadam
kebakaran yang mudah dicapai, baik di tempat pekerjaan maupun di kantor
lapangan.
 Menjaga keamanan para petugas proyek terhadap gangguan/ancaman dari pihak
luar, serta mencegah kemungkinan terjadinya keributan internal.
 Menjaga kelancaran lalu lintas agar tidak terjadi kemacetan akibat pembangunan.
6. Prosedur Keselamatan Kerja
Untuk menjamin segala aktifitas pelaksanaan pekerjaan berjalan dengan baik dan benar
serta aman, dan demi kelangsungan dan kelancaran pekerjaan maka penerapan
peraturan dan system Keselamatan kerja harus dipergunakan guna perlindungan kepada
para Pekerja dan pejabat terkait yang berhubungan langsung dilapangan.
Kelangsungan suatu proyek tergantung metode pelaksanaan, oleh sebab itu setiap
pelaksanaan proyek haruslah direncanakan oleh seorang yang betul-betul menguasai
teknik

Pemeriksaan Kegiatan
untuk menghindari
Penyimpangan

Pengendalian :
Pengukuran
Evaluasi
Perencanaan dan Pembandingan kinerja Pencapaian
Pengorganisasi Pelaksanaan Pencapaian
Pelaksanaan teradap rencana Jadwal
Jadwal Kerja
Kerja
proyek Proyek
Proyek

Tindakan
Tindakan
Koreksi
Koreksi Analisis
Penyimpangan

Siklus pengendalian mutu dan waktu

pengorganisasian (manajemen) proyek dan mampu menerapkan hasil pemikirannya di


lapangan serta didukung oleh sumber daya yang kompeten dalam mengaplikasikan metode
pelaksanaan dengan kenyataan di lapangan.

xvi
Network Planning

Industri konstruksi telah mengembangkan secara luas penerapan metode penjadwalan jaringan kerja
atau lazim disebut secara singkat metode jaringan. Terdapat beberapa cara, tetapi yang sering
digunakan adalah metode lintasan kritis (Critical Path Method, CPM) atau PERT (Programming
Evaluation and Review Technique). Walaupun pengem-bangan aslinya lebih dimaksudkan
sebagai teknik pemrograman dengan menggunakan komputer, tetapi pengembangan cara manual
juga membuktikan bahwa metode cukup mampu untuk dipakai menangani proyek dengan skala
cukup besar.
Sementara itu, meskipun jaringan kerja telah dipakai secara luas oleh kalangan industri konstruksi
disamping cukup luas pula cakupan pekerjaan yang menggunakannya dengan lebih baik, tetapi
masih saja muncul keraguan tentang metode tersebut. Keraguan berawal dari banyak kasus dalam
berbagai pengalaman penerapan yang membawa ke berbagai kesulitan kalau tidak boleh dikatakan
sebagai kegagalan. Sudah barang tentu reaksi wajar terhadap munculnya kesulitan-kesulitan dalam
penggunaan adalah penolakan terhadap metode tersebut. Dalam banyak kasus biasanya dilupakan
bahwa kesalahan sebenarnya bukan terletak pada metodenya tetapi lebih disebabkan karena tata
cara dalam penerapannya.
Melalui pengalaman dalam menggunakan metode penjadwalan jaringan kerja selama ini, metode
tersebut terbukti sangat bermanfaat dan memberikan banyak keuntungan bagi para manajer
proyek yang terlibat dalam pengendalian konstruksi dan berbagai pekerjaan yang semacam.
Metode jaringan kerja memberikan cara yang tepat untuk menggambarkan logika saling
ketergantungan dari sekian banyak kegiatan dalam proyek konstruksi. Komponenkomponen kegiatan
dengan ciri sangat terpisah-pisah dalam proyek konstruksi dihimpun dalam satu rangkaian

Ketergantungan yang logis.

Cara bagan balok dapat juga menyusun rencana kerja tersebut tetapi tidak dapat menunjukkan
bahwa suatu kegiatan harus sudah selesai terlebih dahulu sebelum kegiatan berikutnya dapat
dimulai. sementara jaringan kerja dapat menunjukkannya dengan tepat. Sangat mungkin kasus
contoh tersebut kurang dapat menggambarkan sepenuhnya tentang arti penting kegunaannya. Akan
tetapi untuk proyek besar di mana banyak sekali kegiatan-kegiatan saling tergantung adalah sukar
untuk dibayangkan bagaimana interaksi dapat berlangsung tanpa metode tepat seperti yang
disediakan jaringan kerja. Pada industri konstruksi seringkali rentang waktu penyelesaian telah
ditentukan dan kemudian harus diwujudkan dengan cara menekan pelaksanaan proyek agar dapat
memenuhi waktu yang tersedia. Untuk hal yang demikian, sangatlah mudah untuk menipu diri
dengan mengulur, memperpendek, atau menyusun saling tindih batang-batang pada bagan balok,
dengan mengabaikan kenyataan adanya saling ketergantungan antar kegiatan yang merupakan faktor
penting dan amat menentukan. Kegunaan metode penjadwalan jaringan kerja yang mengemuka
adalah kemampuannya untuk langsung menunjukkan: (1) kegiatan-kegiatan mana saja yang
mungkin dibuat saling tindih; dan (2) kegiatan individual mana yang masih mungkin memberikan
pengurangan waktu sehingga mampu menghemat waktu pelaksanaan proyek secara keseluruhan.

xvii
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3
1. Pekerjaan Persiapan dan Saran Kerja

Pekerjaan ini dilaksanakan guna menunjang pelaksanaan pekerjaan selanjutnya, dengan


kegiatan-kegiatan sebagai Pembuatan Sarana Penunjang Proyek
Sarana Penunjang Proyek yang diperlukan adalah :
1. Direksi keet
2. Air kerja
3. Penerangan proyek
4. Papan Nama

Direksi Keet
Direksi keet merupakan sarana pokok dalam suatu paket pekerjaan konstruksi, karena direksi
keet merupakan prasarana koordinasi antara Owner, Pengawas, Perencana, Kontraktor .
Luas yang diperlukan untuk direksi keet ini adalah 21 m2, yakni diantaranya untuk ruang
rapat dan untuk ruang direksi pengawas, untuk ruang kontraktor pelaksana.
Direksi keet ini akan diselesaikan dalam waktu 7 hari yakni dalam kurun waktu
dilaksanakannya persiapan lahan.

Fasilitas tersebut ditempatkan pada lokasi yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas
dan Pihak User.

xviii
Air Kerja
Untuk memenuhi kebutuhan air kerja kami rencanakan akan memakai prasarana yang ada
dengan pompa listrik 125 watt. Pelaksanaan pekerjaan inipun kami kerjakan bersamaan
dalam kurun waktu 7 hari pertama.

Penerangan Proyek
Dalam mempersiapkan kelancaran pekerjaan yang ada kalanya diperlukan kerja lembur maka
sangat diperlukan penerangan proyek yang cukup. Selain hal itu juga sangat diperlukan
untuk menunjang keamanan proyek. Untuk memenuhi kebutuhan di atas tentunya
diperlukan adanya listrik kerja.

Uitzet / Pengukuran

Pengukuran ulang perlu dilaksanakan untuk mengecek kembali antara ukuran yang ada pada
gambar rencana terhadap keadaan lahan yang akan di bangun.
Untuk memulai pelaksanaan pekerjaan Pembangunan, yang pertama kali harus dilakukan
ialah pekerjaan pengukuran dengan cara membuat suatu titik tolak / titik duga yang
disebut BM (Bench Mark) berupa patok beton ukuran 15/15 cm, yang diberi warna sesuai
dengan ketentuan.
Bench Mark merupakan titik tetap sebagai referensi ukuran posisi horisontal dan posisi
vertikal semua detail di dalam site dan sekitarnya. Selanjutnya dapat dilakukan pengukuran
dengan menggunakan benang-benang, unting-unting, penyipat datar serta meteran ukur
biasa.
Bench Mark tersebut harus dijaga dan dipelihara mulai dari saat pelaksanaan hingga
berakhirnya pekerjaan. Untuk mencapai keakuratan pengukuran untuk posisi horizontal
digunakan alat ukur Theodolite T. 2 , sedangkan untuk posisi vertikal digunakan dengan
alat ukur Waterpass.
Hal ini sangat penting dilakukan untuk menghasilkan akurasi pasangan dinding, lantai dan
plafond serta kemiringan saluran drainase yang merupakan masalah rumit bagi sebuah
bangunan.

xix
Pembuangan / Pembersihan site

Pembuangan / Pembersihan dilaksanakan berangsur-angsur agar tidak terjadi penumpukan


dilokasi pekerjaan, yang mana akan mengganggu terhadap tahapan pelaksanaan
berikutnya .

Pekerjaan Mobilisasi dan demobilisasi :

Pekerjaan Mobilisasi;

Pelaksanaan pekerjaan Mobilisasi adalah pekerjaan untuk mendatangkan sarana dan


prasarana penunjang untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dokumen kontrak
meliputi :
(a) Mendatangkan pekerja yang akan melaksanakan pekerjaan sampai dengan
selesai.
(b) Mendatangkan alat berat dan peralatan lainnya dengan jumlah sesuai dengan
yang tertuang dalam dokumen kontrak yang terdiri dari :
 Dump truck 3,5 ton
 Vibratory roller 5-8 T
 Concrete vibratory
 Tamper
 Jack hammer
 Alat dan peralatan penunjang lainnya.
Pelaksanaan pekerjaan Mobilisasi dimulai 1 hari setelah pelaksanakan rapat Pra
pelaksanaan (Pre Construction Meeting),

Pekerjaan Demobilisasi;

Pelaksanaan pekerjaan demobilisasi dilaukan setelah berakhir masa pelaksanaan


pekerjaan, penyedia jasa akan :
 Mengembalikan pekerja dan staf lapangan ke tempat masing – masing.
 Alat berat dan peralatan lainnya akan dikembalikan ke tempat asal menyewa atau
ke garasi masing – masing.

Pelaksanaan ini seluruh biaya yang harus ditanggung oleh penyedia jasa.
Mobilisasi Alat serta Perlengkapan yang dibutuhkan dan sesuai dengan keperluannya yang
meliputi :

Excavator berguna Lori berguna untuk


untuk melakukan melakukan pekerjaan
pekerjaan galian pengankutan jarak
tanah dekat

Dump Truk berguna Concrete Mexer


untuk melakukan berguna untuk
hauling melakukan
(pengangkutan) jarak pengadukan
jauh

Sekop, Cangkul, dan


alat lainnya berguna xx
untuk pengadukan
penggalian manual
Penyediaan Alat pemadam Kebakaran
Dengan dipergunakannya prosedur keselamatan kerja maka alat pemadam kebakaran
merupakan salah satu peralatan penunjang. Selama pembangunan berlangsung alat tersebut
akan dirpasang di beberapa titik dengan kapasitas yang cukup atau minimal satu tabung
kapasitas 5 kg.

Fire extinguiser

Papan Nama Proyek

PEMELIHARAAN LAPANG BASKET


TAHUN ANGGARAN 2021

Pekerjaan : Pekerjaan pemeliharaan lapang basket

Biaya : Rp. 115.295.000


Lokasi Proyek SMKN 10 BANDUNG
Jenis kontrak : Lungsum
Sumber Dana : 'DANA BOS PUSAT TAHUN ANGGARAN 2021
Waktu Pelaksanaan : 15 Hari Kalender
Konsultan Perencana :

xxi
CV. JASINDO RAYA

2. PEKERJAAN TANAH DAN URUGAN


Pekerjaan Persiapan
Survey Lapangan
Untuk menentukan peil dan pematokan dilapangan sebagai pedoman dalam pemasangan.
Hal ini dilakukan bersama untuk diketahui pengawas lapangan agar tidak terjadi kesalahan
penentuan as saluran.
Kelengkapan yang diperlukan :
- Data perencanaan
- Alat Ukur terkalibrasi (Theodolit, Bak ukur dll).
- Ketentuan jarak sebagai referensi (Pedoman lapangan).
- Radius tikungan.
- Patok-patok penandaan.
Pembersihan Lahan
Dilaksanakan sepanjang jalur pemasangan & lokasi yang sekiranya akan dijadikan lokasi
penumpukan sementara dari matrial yang dikirim kelapangan.

Pekerjaan Tanah/Galian Tanah


Penggalian tanah dilakukan secara bertahap, dan disesuaikan dengan kemampuan panjang
pemasangan saluran perhari. Hal ini penting guna menghindari kerusakan tanah dasar galian
apabila turun hujan.
Kedalaman galian dan lebar galian disesuaikan dengan kebutuhan (Dalamnya galian = dasar
saluran + tebal saluran + tebal dinding)

Catatan:
Apabila galian terlalu dalam, penimbunan kembali boleh dilakukan hingga kedalaman yang
diinginkan dengan ketentuan dipadatkan secara bertahap lapis demi lapis (biasa per 20 Cm).
Tanah dasar galian dipadatkan dengan stamper hingga mencapai kestabilan yang cukup.
Sisa tanah galian akan diratakan diatas kavling ( Tanpa pemadatan).
Dengan ketebalan tertentu (min. 10 Cm), Bedding berupa granular material diratakan diatas
dasar galian dan dipadatkan.

Pekerjaan Pemasangan
Pemasangan Bowplank pada galian untuk pengecekan kelurusan maupun elevasi dengan
jarak maksimum 20 m untuk menghindari lendutan benang acuan. Sebaiknya dengan 2
benang dimana yang satu pada as saluran sedang lainnya pada sisi luar precast untuk

xxii
kelurusan pamasangan saluran.
Pemasangan saluran batu kali segera dilaksanakan apabila seluruh proses diatas telah
dikerjakan. Dengan bantuan peralatan (untuk mengangkat dan penyetelkan dapat digunakan
Excavator dengan tetap mengacu prosedur). saluran dipasang mengikuti jalur galian yang
dibuat dan sebaiknya dari arah hilir ke hulu.
Pengurugan kembali lapis demi lapis ( 15 s/d 20 Cm perlapis ) dengan pemadatan dapat
dikerjakan dengan Stamper atau lainnya dengan material yang sesuai persyaratannya hingga
ke finishing surface.

Urutan kerja atau metode pelaksanaan pekerjaan galian secara garis besar dapat dilihat Pada
Gambar diagram berikut ini :

Penerapan SMKN 10 di lingkungan Pelaksanaan Pekerjaan

1. TUJUAN

1.1 Prosedur ini memuat ketentuan mengenai praktek dan prosedur yang berlaku
secara global yang mana CV. Jasindo Raya dalam kerjasamanya dengan
perwakilan dari para sub kontraktor dan pemilik harus mematuhi dan
melaksanakanya.

2. RUANG LINGKUP

2.1 Prosedur ini berlaku untuk semua proyek mekanikal elektrikal CV. Jasindo Raya
Dokumen ini adalah dokuman internal yang harus menjadi referensi bagi seluruh
karyawan CV. Jasindo Raya dan mitra kerja yang terlibat dalam proyek
mekanikal elektrikal tersebut.
2.2 Prosedur ini berlaku bagi sub-sub kontraktor dan sub-sub kontraktor yang
mereka kerjakan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu di lokasi proyek.
2.3 Sub-sub kontraktor dan sub-sub kontraktornya, diharuskan untuk menjalankan
Prosedur Keselamatan Kerja secara ketat sesuai denagan peraturan perundangan
setempat, baik propinsi maupun pusat, jika ada pertentangan antara peraturan
Negara dan dokuman ini, maka peraturan yang lebih ketat yang akan
berlakukan.

xxiii
2.4 Peraturan: ketentuan prosedur keselamatan kerja ini dapat digantikan oleh
peraturan dan prosedur keselamatan kerja yang spesifik pada operasional
tertentu dimana proyek dikerjakan.

3. IKHTISAR

3.1 Penilaian Atas Resiko di Tempat Kerja


3.1.1 Tim proyek (Proyek, mekanikal elektrikal, Group dsb) harus memutuskan
pada awal proyek apakah penilaian resiko tempat kerja yang resmi perlu
dilaksanakan. Jika dianggap perlu maka hal itu akan menjadi bagian dari
stragi pelaksanaan proyek.
3.1.2 Jika proses resmi tidak dibutuhkan maka menjadi tanggung jawab
Manager Lapangan CV. Jasindo Raya untuk memastikan bahwa
sebelum pekerjaan dilakukan, resiko telah diteliti dan pengedalian yang
benar sudah dijalankan dan meliput :
- Penilain Resiko Lapangan
- Ijin Bekerja
- Instruksi Pekerjaan
- Pelatihan Khusus
3.2 Rencana Keselamatan Lokasi
3.2.1 Tim Proyek (Proyek mekanikal elektrikal, Keselamatan Kerja, Group dsb),
sebelum fase penawaran, juga harus memutuskan.
3.2.2 Beberapa topik yang harus dimuat dalam rencana
- Organisasi di Lapangan
- Pelatih
- Pengidentifikasian Bahaya Lokasi
- Proses Audit
- Prosedur Keadaan Bahaya
- Riwayat Hidup Personil Kunci
- Pengawasan Akses ke Lokasi
3.2.3 Rencana keselamatan kerja dalam operasional proyek tertentu dapat
secara generic diatur dalam prosedur khusus lapangan yang dapat
mengubah dokumen ini. Hal itu harus digunakan bersama dengan
spesifikasi fabrikasi dan pembangunan sub-sub kontraktor.
3.2.4 Pelelangan dan badan pemerintah (local,propinsidan pusat) juga dapat
meminta rencana keselamatan lokasi yang resmi dan/ atau penilaian
resiko tempat kerja.

3.2.5 Jika rencana resmi tidak dibutuhkan maka menjadi tanggung jawab
manager Lapangan CV. Jasindo Raya untuk memastikan bahwa sub-
sub kontraktor memetuhi semua ketentuan keselamtan kerja CV.
Jasindo Raya dan juga peraturan peraturan perundangan lokal,
propinsi dan pusat.
3.3 jika diperlukan,seseorang dalam tim akan ditunjuk untuk memberitahu pejabat
bagian perundangansesuai peraturan local,propinsi dan pusat.
3.4 Bila mungkin, tampilan tinjauan keselamatan kerja dan mekanikal elektrikal
stabilitas atas gambar dan spesifikasi pada waktu fase engineering dan desain.
Hal ini khususnya penting bilamana menggunakan staf luar yang mungkin tidak
paham akan ketentuan keselamatan lokasi kita.
3.5 Managemen Keadaan Darurat
3.5.1 Semua lokasi mekanikal elektrikal harus memiliki Rencana Keadaan
Darurat Lokasi yang meliputi informasi yang meliputi informasi yang
dibutuhakn untuk mengatasi keadaan darurat secara efektif dan
professional.
3.5.2 Jenis-jenis Keadaan Darurat yang mungkin terjadi;
Prsedur memuat daftar jenis-jenis keadaan darurat yang mungkin terjadi
dilapangan dan diluar lapangan dan tindakan yang sesuai untuk
mengatasi masing-masing kasus.
- Insiden diluar lapangan yang mempengaruhi fasilitas CV.
Jasindo Raya
- Kebakaran
- Keadaan Darurat Transportasi

xxiv
- Ancaman Bom dan Telepon yang mengganggu
- Keadaan Darurat Alami
- Tindakan melanggar Hukum, Ancaman fisik

4. PENCATATAN DAN PELAPORAN KECELAKAAN

4.1 Semua Staff Lapangan, sub-sub kontraktor s/d mandor diharuskan untuk
menyimpan catatan kecelakaan kerja dan penyakit yang dialami jajaran yang ada
dibawahnya.
4.2 Staff lapangan diharuskan untuk segera melapor pada Site Manager atau
Keu/Adm Lapangan apabila terjadi kecelakaan kerja atau penyakit yang terjadi
dilokasi kerja. Hal ini harus diikuti dengan laporan tertulis. Kemudian dilaporkan
kepada Kabag Operasional CV. Jasindo Raya dalam 24 jam setelah kejadian.
4.3 Site Manager harus diwajibkan untuk menyelidiki setiap kecelakaan kerja untuk
menentukan penyebabnya dan menerapkan cara-cara perbaikan di masa depan,
Pertemuan tinjauan akan diadakan bersama semua Staff Lapangan.
4.4 Site Maneger harus segera memberitahukan Kabag. Operasional dan pihak yng
berwenangmengenai semua kecelakaan serius atau yang nyaris terjadi. Dan
berpartisipasi dalam penyelidikan kecelakaan dan harus menindak lanjuti dengan
pengajuan laporan kecelakaan dalam formulir yang disediakan. Laporan ini harus
diserahkan dalam waktu 24 jam hingga 48 jam setengah kejadian.
4.5 Setiap proyek harus menghimbau dan berpartisipasi dalam Sistem Operasional
Keselamatan (SOS) atau Komite Keselamatan Kerja Lokasi dan Melaporkan
Kejadian nyaris celaka. Lihatlah lampiran D untuk informasi lebih jauh. Teknik-
teknik pengawasan kerja” (APT) juga dapat digunakan.

5. PERTOLONGAN PERTAMA DAN BANTUAN MEDIS

5.1 Semua pertolongan pertama dan bantuan medis bagi pekerja harus ditangani
oleh pengawas dan petugas keadaan darurat medis yang memenuhi syarat.
5.2 Membuat pos pertolongan pertama yang mudah terlihat dan terbuka bagi semua
pegawai.
5.3 Pos pertolongan pertama akan berisi,namun tidak terbatas pada yang berikut.
5.3.1 Alat-alat P3K harus selalu diakses,dan paling sedikit berisi persedian
peralatan perpotongan pertama pada kecelakaan, sub-sub kontraktor
menetukan jenis,jumlah dan lokasi persediaan alat-alat P3K yang
memadai dengan luka/cedera yang mungkin terjadi dilokasi. Dalam
banyak kasus.persediaan P3K yang ada dalam kemasan yang dijual
secara komersial sudah memadai, namun setiap lokasi harus
menetapkan perlunya persediaan tambahaan berdasarkan keadaan
khusus dilokasi yang bersangkutan.
5.3.2 Perlengkapan pencucian mata.
5.3.3 tandu dan sabuk pengikat yang memenuhi spesifikasi pemerintah.
5.3.4 nomer telepon dokter, rumah sakit dan ambulan harus diletakan
ditempat-tempat yang jelas terlihat.
5.4 Selain itu proyek harus menyediakan suatu tempat yang berisi tempat tidur atau
tempat untuk seseorang merebahkan diri, tempat tidur atau tempat merebahkan
diri ini dijaga kebersihannya dan bebas dari barang-barang. Daerah ini sebaiknya
tidak dipakai untuk keperluan lain sebagai pos pertolongan pertama.

6. PERLENGKAPAN DAN ALAT-ALAT PELINDUNG DIRI


6.1 CV. Jasindo Raya mensyaratkan karyawan untuk mengenakan alat-alat
pelindung diri ketika mengerjakan semua pekerjaan yang dapat mangandung
kondisi resiko ketika diperlukan untuk mengenakan perlengkapan tersebut untuk
mengurangi resiko bahaya terhadap karyawan, ketika diharuskan oleh prosedur
operasional proyek atau pelelangan CV. Jasindo Raya melatih karyawanya
mengenai pemakaian perlengkapan tersebut secara benar. Ketentuan yang lebih
ketat yang akan didahuluakan.
6.2 Topi pelindung kerja yang disepakati (topi pelindug dari logam tidak boleh
dikenakan), kacamata pelindung kerja dengan penahan disisi, kemeja tangan
panjang. Celana panjang dan sepatu but kulit, merupakan perlengkapan yang

xxv
menjadi ketentuan dan harus selalu dipakai kapan saja dilokasi kerja. Kemeja
lengan pendek boleh dikenakan hanya dengan ijin dari pemilik atau perwakilan
CV. Jasindo Raya dan bergantung pda kondisi cuaca, jenis pekerjaan dan
lingkungan kerja. Jika kemeja tangan panjang diharuskan dikenakan, maka
lengannya tidak boleh digulung.Celana pendek dilarang dipakai.
6.3 Untuk Pengelasan, Pemotongan, penggerindaan
6.3.1 Helm Pengelasan dengan lensa yang bisa dilipat keatas (flip up) dan
kacamata keselamatan yang menyatu pada topi pelindung
direkomendasikan untuk dikenakan. Kacamata pelindung dengan sisi
pelindung harus selalu dikenakan dibawah tudung. Hal ini akan
memudahkan pengelas untuk mengelas dan menggerinda tanpa perlu
menaikkan atau melepaskan tudung.
6.3.2 Untuk menggerinda menggunakan alat listrik, diharuskan memakai
pelindung wajah yang disatukan dengan topi pelindung selain juga
kacamata pelindung dan sisi pelindung.
6.3.3 Serpihan dan percikan api sewaktu mengelas dapat terlempar cukup
jauh dan dapat beresiko untuk orang lain disekitarnya,oleh sebab itu
diperlukan layar atau pelindung sebagai pembatas
6.3.4 Sarung tangan harus dipakai untuk melindungi tangan dan pergelangan,
sarung tangan kerja dari kulit yang kuat, kaos lengan panjang atau jaket
dan pelindung wajah keseluruhan harus digunakan sewaktu mengelas,
memotong dengan las, atau menggerinda. Baju tahan api dari kulit atau
dari bahan lainnya yang cocok harus dipakai sebagai pelindungdari
pengaruh panas dan loncatan bunga api, pakaian harus bebas dari
minyak dan pelumas.
6.4 Sepatu but kulit diperlukan untuk pekerja mekanikal elektrikal dilapangan. Jika
tersedia CV. Jasindo Raya juga mengharuskan digunakanya sepatu dengan
pelindung ujung dari baja. Pekerja CV. Jasindo Raya yang berada dilapangan
untuk mengelola mekanikal elektrikal,pengujian, pendukung teknik atau
melakukan berbagai jenis pekerjaan selain kunjungan harus memakai sepatu
pelindung ujung kaki dari baja.
6.5 Jika ada kemungkinan partikel naik keudara (misalkan : saat mengepakkan rock
wool atau debu), kacamata goggle harus digunakan untuk melindungi mata dan
alat pernafasan harus digunakan menutupi hidung dan mulut.
6.6 Direkomendasikan untuk melepaskan cincin dan perhiasan tangan ketika
melakukan
setiap pekerjaan dilapangan.
6.7 Jaket dengan warna oranye, barikade dan tanda harus digunakan ketika bekerja
didaerah jalan raya.
6.8 Menyediakan pelindung pendengaran dan latihan pemakaiannya, seperti penutup
telinga atau muff, harus digunakan ditempat-tempat terjadinya suara yang
sangat keras.
6.9 Menyediakan kacamata pelindung dalam jumlah lebih dilapangan. Pembersih
kacamata pelindung juga harus selalu tersedia untuk semua pekerja dilapangan.
Kacamata pengaman tidak digunakan didalam atau diluar ruangan dengan konisi
6.10 Sebelum memasuki daerah yang diperkirakan atau dimungkinkan kadar
oksigenya menurun sehingga dapat beracun.sub-sub kontraktor harus
memastikan bahwa peralatan keselamatan sudah digunakan dengan benar,
termasuk jalur penyelamatan, wrislets dan personil pendukung. Ijin harus
diperoleh sebelum memasuki daerah tersebut. Sebelum masuk, kondisi udara
harus dicek menggunakan oksigen dan/atau peledak dengan kadar terendah
(Lower Explosive Limit/LEL).

xxvi
PENUTUP
Demikian paparan interprestasi dan Metoda Pelaksanaan ini dapat kami sampaikan sebagai
Bagian dari Lingkup Penawaran Kami mengenai Teknis tentang lingkup pekerjaan dan
Acuan pelaksanaan dalam Pekerjaan Belanja Modal Pengadaan Kontruksi Gedung
Sekolah SMKN 10 dan Sarana Pendukungnya Agar Mendapatkan hasil yang
maksmal, baik dari nilai mutu dan waktu.

Hal- hal yang lebih rinci lagi akan dibuat lebih lanjut sebelum dan selama pelaksanaan
pekerjaan nanti pada Gambar Kerja lapangan ( shop Drawing ).
Harapan kami, uraian ini dapat memberikan gambaran yang cukup jelas tentang langkah-
langkah yang akan dilakukan dalam pelaksanaan proyek ini.

Akhir kata, metode pelaksanaan merupakan perencanan manusia belaka, maka faktor-
faktor yang lain di luar kemampuan sangat berpengaruh dalam waktu rencana, misalnya :
a) Faktor cuaca
b) Faktor force majeur
c) Sistem koordinasi antara pengawas dan kontraktor serta instansi terkait lainnya.

Bandung, Nopember 2021


CV. Jasindo Raya

Direktur Utama

xxvii

Anda mungkin juga menyukai