Anda di halaman 1dari 79

Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

URAIAN PENDEKATAN,
METODOLOGI DAN PROGRAM
KERJA

3.1 MANAJEMEN KONSTRUKSI

Ada 7 (Tujuh) kategori utama tanggung jawab Konsultan Manajemen Konstruksi,


yaitu :
1. Perencanaan Proyek Manajemen.
2. Manajemen Harga.
3. Manajemen Waktu.
4. Manajemen Kualitas.
5. Administrasi Kontrak.
6. Manajemen Keselamatan.
7. Praktek Profesional.

Sebagai suatu sistem rekayasa, apabila semua sumber daya yang berupa waktu,
dana, peralatan, teknologi, manusia, material, didalam proses konstruksi disusun dan
diorganisasikan membentuk urutan kegiatan-kegiatan dalam suatu kerangka logis
menyeluruh akan membentuk sistem Manajemen Konstruksi.

Sesuai dengan sifat-sifat teknisnya, kegiatan-kegiatan didalam proses konstruksi pada


dasarnya memang cenderung bersifat terurai. Kegiatan-kegiatan baik yang berupa
sub sistem ataupun bagian-bagian dari pekerjaan membentuk struktur mekanisme

Bab 2 - 1
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

berlapis-lapis dengan saling ketergantungan tinggi. Sebagian besar darinya


merupakan pekerjaan bersifat khusus yang menuntut keahlian spesialisasi.
Pendekatan Analisa Manajemen Konstruksi Terhadap Pelaksanaan Pekerjaan. Pada
hakekatnya pembangunan mempunyai tujuan dan tahapan untuk memperoleh hasil
sesuai dengan yang diharapkan, namun dalam pelaksanaannya perlu memperhatikan
kondisi dari pembangunan tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan Konsultan
Manajemen Konstruksi/Pengawasan agar Pembangunan tersebut dapat terarah dan
terlaksana dengan baik.

Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung


KONDISI

TUJUAN TAHAPAN
KONSULTAN
MANAJEMEN KONSTRUKSI

HASIL

Menajemen Konstruksi memiliki maksud dan tujuan agar dalam penanganan proyek
dapat dicapai hasil maksimal, yaitu:
Memenuhi spesifikasi yang diinginkan.
Selesai tepat waktu.
Efisiensi biaya.
Keamanan dan keselamatan kerja terjamin.

Perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang Manajemen Konstruksi (MK) yang


menyediakan pelayanan manajemen selama proses predesain, desain, dan tahap
pelaksanaan konstruksi. Mereka juga memberikan pelayanan dalam pengontrolan
waktu dan biaya dalam pembangunan sebuah bangunan/proyek. Dengan demikian
perusahaan Manajemen Konstruksi tersebut mewakili pemilik dalam hal mengatur
dan melaksanakan segala fungsi manajemen termasuk dalam hal pengontrolan waktu
biaya dan kualitas dalam proyek yang akan dilaksanakan. Terlihat pada bagan
dibawah ini struktur organisasi proyek dari mulai proyek tersebut masih dalam proses
perencanaan sampai terwujudnya proyek tersebut.

Fungsi Manajemen Konstruksi Sebagai penghubung antara pemilik dengan


kontraktor/pelaksana adalah memberikan rekomendasi terhadap desain arsitek

Bab 2 - 2
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

maupun masalah pelaksana pekerjaan, rekomendasi tersebut dibuat dan harus


didukung oleh analisa yang masuk akal berdasarkan pengetahuan dan pengalaman
yang ia miliki, sedangkan hubungan sebagai penghubung antara pemilik dengan
perencana adalah memberikan rekomendasi mengenai langkah-langkah yang harus
diambil dalam memberikan keputusan terhadap arsitek/perencana.

Pemilik/Owner
Tahap perencanaan

Perencana/Arsitek Manajemen
Konstruksi

Tahap pelaksanaan

dst Kontraktor Kontraktor

Sub-Kontraktor Sub-Kontraktor

Faktor yang menjadi acuan seberapa besar lingkup wewenang Manajemen


Konstruksi, antara lain:
Besar dan lamanya proyek dilaksanakan.
Pengalaman organisasi.
Keuangan/financial perusahaan.
Tenaga ahli yang dimiliki.
Kekhususan dan kepentingan proyek (tingkat kesulitan yang berhubungan
dengan aspek teknologi, keuangan dan regulasi).
Kuantitas proyek.
Tingkatan control yang diharapkan (biaya dan jadwal waktu).

Pada kondisi optimal, faKtor-faktor, biaya, waktu dan kualitas membentuk tata
hubungan yang saling bergantung serta berpengaruh sangat kuat dengan kepekaan

Bab 2 - 3
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

tinggi. Jika salah satu darinya berubah atau digeser sedikit saja maka akan langsung
berdampak pada faktor lainnya dan pada umumnya merupakan hal yang sulit bahkan
mustahil untuk dapat mencegah pengaruhnya.

Pada industri konstruksi sebagaimana layaknya pelayanan jasa ketentuan mengenai


biaya, kualitas dan waktu penyelesaian sudah diikat dalam kontrak dan ditetapkan
sebelum konstruksi dimulai. Apabila muncul hal-hal yang tidak diperhitungkan secara
proses produksi tidaklah mudah untuk merubah ketentuan-ketentuan yang sudah
merupakan bentuk kesepakatan tersebut. Apabila didalam psoses konstruksi terjadi
penyimpangan kualiitas hasil pekerjaan baik hal tersebut hasil perbuatan yang
disengaja maupun tidak resiko yang ditanggung tidaklah kecil.

Dalam penyelenggaraan konstruksi, faktor biaya merupakan bahan pertimbangan


utama karena biasanya menyangkut jumlah investasi besar yang harus ditanamkan
pemberi tugas yang rentan terhadap resiko kegagalan. Fluktuasi pembiayaan suatu
konstruksi bangunan juga tidak terlepas dari pengaruh situasi ekonomi umum yang
mungkin dapat berupa kenaikan harga material, peralatan dan upah tenaga kerja
karena inflasi, kenaikan biaya sebagai akibat dari pengembangan bunga bank,
kesempatan modal kerja atau penundaan waktu pelaksanaan kegiatan karena
sesuatu keterlambatan.

Masalah-masalah yang mempengaruhi hasil kualitas pekerjaan lebih banyak berawal


dan didominasi oleh kualitas sumber daya manusia yang berkaitan dengan
kemampuan dan keterampilan teknis. Seperti misalnya dalam penyusunan criteria
perencanaan dan spesifikasi, pengelolaan segi financial Sebagai penunjang, tata cara
penyediaan material dan peralatan, pengerahan tenaga terampil dan kelemahan di
bidang pemeriksaan dan pengawasan selama konstruksi berlangsung. Selanjutnya
masih terdapat masalah-masalah tambahan yang cukup penting yang berpengaruh
secara sekaligus terhadap ketiga faktor, yaitu upaya analisis rekayasa nilai,
pembiayaan tak terduga yang mengakibatkan ekonomi biaya tinggi, dan program-
program pelatihan bagi pekerja.

Bab 2 - 4
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

3.2 FUNGSI DAN TUGAS SERTA TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN KONSTRUKSI

Fungsi Konsultan Manajemen Konstruksi pada dasarnya dibagi dalam 2 (Dua) fungsi
yaitu :
1. Fungsi Administratif.
a. Membantu Pejabat Pembuat Komitmen dalam memahami dan
melaksanakan ketentuan-ketentuan hukum yang tercantum dalam
dokumen kontrak, terutama sehubungan dengan penentuan kewajiban
dan tugas Penyedia Jasa Pemborongan.
b. Mengadakan komunikasi dan surat menyurat, membuat memorandum
atas pekerjaan konstruksi saluran-saluran dan koker untuk jenis
penanganan (peningkatan pemeliharaan/perbaikan, pembangunan
baru).
c. Membuat dokumentasi hasil-hasil test pelaksanaan pekerjaan berupa,
foto-foto yang dibuat sebelum pekerjaan berlangsung (mulai), sedang
berjalan dan pekerjaan selesai, serta kejadian dilapangan lainnya.
d. Menyiapkan dokumentasi sehubungan dengan Contract Change Order
dan Addendum sehingga perubahan-perubahan Kontrak yang diperlukan
dapat dibuat secara optimal dengan mempertimbangkan semua aspek
yang ada.
e. Menyiapkan dan menyampaikan laporan pekerjaan secara berkala.

Bab 2 - 5
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

2. Fungsi Pengawasan (Supervisi).


a. Membantu Pejabat Pembuat Komitmen dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya dalam mengendalikan pelaksanaan pekerjaan agar
pekerjaan dapat diselesaikan sesuai desain, persyaratan dan ketentuan
yang tercantum dalam dokumen kontrak serta jadwal waktu yang telah
ditetapkan.
b. Melaksanakan pengumpulan data lapangan yang diperlukan secara
terperinci untuk review design (bila ada), dan membantu Pejabat
Pembuat Komitmen agar perubahan desain tersebut dapat dilaksanakan.
c. Melaksanakan pengecekan secara cermat semua pengukuran dan
perhitungan volumen pekerjaan yang akan dipakai sebagai dasar
pembayaran, sehingga semua pengukuran pekerjaan, perhitungan
volumen dan pembayaran didasarkan kepada ketentuan yang tercantum
dalam dokumen kontrak.
d. Meninjau pengadaan personil dan peralatan Penyedia Jasa
Pemborongan sesuai dengan kebutuhan yang dipersyaratkan.
e. Memantau dan mengecek pengendalian mutu dan volumen pekerjaan
untuk sertifikasi “Monthly Certificate (MC)”.
f. Melaksanakan pengecekan dan persetujuan gambar terlaksana (as built
drawing).
g. Membantu Pejabatan Pembuat Komitmen dalam menyiapkan
pelaksanaan Provisional Hand Over (PHO).
h. Membantu Pejabat Pembuat Komitmen dalam pengawasan pekerjaan
pada periode pemeliharaan.

Tugas dan Tanggung Jawab Konsultan Manajemen Konstruksi pada dasarnya dibagi
dalam 2 (Dua) fungsi yaitu :
1. Tanggung jawab Konsultan Manajemen Konstruksi.
Konsultan Manajemen Konstruksi bertanggung jawab kepada Pejabat
Pembuat Komitmen bahwa hasil pelaksanaan pekerjaan oleh Kontraktor
benar-benar sesuai dengan ketentuan kontrak pemborongan. Konsultan akan
memberikan jaminan segala izin kerja, persetujuan dari setiap jenis/langkah
pelaksanaan dan persyaratan konstruksi yang telah dikeluarkan.

Bab 2 - 6
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

2. Tugas Konsultan Manajemen Konstruksi.


a. Pengendalian teknis.
b. Pengendalian atas proses koordinasi terkait.
c. Pengendalian administrasi kegiatan.
d. Evaluasi rencana kegiatan.
e. Value rencana kegiatan.
f. Pelaporan.

3.3 LINGKUP KEGIATAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

Konsepnya adalah mengkoordinasikan 4 (Empat) fungsi utama yaitu :


a. Perencanaan (Design).
b. Pengadaan (Procurement).

Bab 2 - 7
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

c. Pelaksanaan (Construction).
d. Tahap Mengoperasikan Bangunan (Masa Pemeliharaan).

Dalam kegiatan pelaksanaan , menekankan agar dikerjakan oleh Kontraktor spesialis


atau proyek ditangani banyak Kontraktor, dengan pemilihan metoda konstruksi yang
tepat. Konsultan Perencana bisa satu atau beberapa konsultan yang menyiapkan
dokumen pelaksanaan dalam paket-paket sesuai dengan urutan pekerjaan dan sesuai
dengan jumlah kontraktor spesialis. Metoda ini akan memberikan harapan bahwa
pekerjaan akan selesai lebih cepat dan lebih hemat biaya.

a. Tahap Persiapan

1. Bersama Manajemen Proyek mengatur strategi yang meyangkut


pelaksanaan proyek termasuk penempatan peralatan seperti Tower
Crane, dsb. Strategi ini akan memberi corak pada pekerjaan, planning
dan mengikat pekerjaan Kontraktor dalam penempatan peralatan
dilapangan.

2. Bersama Manajemen Proyek mengatur strategi yang meyangkut


pekerjaan pengadaan dan pembagian paket yang disinkronkan dengan
cashflow dan jadwalnya sekali. Strategi ini akan mempengaruhi
pemakaian jumlah dan jenis disiplin konsultan serta jumlah dan jenis
spesialis Kontraktornya sekali.

3. Menekankan pentingnya Site Engineering dan pekerjaan persiapan


terkoordinir dengan memperhatikan dampak lingkungan seperti :

Kebisingan peralatan serta getaranya

Air buangan limbah, sampah dan debu.

Keamanan pekerjaan dan pemukimam sekitarnya.

4. Manajemen Konstruksi memberi masukan hal-hal yang terkait dalam


kontrak agar sesuai dengan strategi diatas serta membuat pasal-pasal
yang mengkoordinir itu semua serta pasal-pasal pengamannya apabila
terjadi hambatan pada pekerjaan salah satu rekanan.

Bab 2 - 8
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

b. Tahap Perencanaan

1. Menyusun suatu sistem dan prosedur administrasi yang mengatur


hubungan antar Konsultan Perencana, Kontraktor, Supplier, Manajemen
Konstruksi dan menjalankan/menerapkan prosedure yang sudah
disetujui bersama.

2. Koordinasi antara rencana dan pelaksanaan, menserasikan perencanaan,


dan perancangan serta memberi petunjuk-petunjuk pada Perencana,
agar satu sama lainnya serasi sedemikian rupa sehingga berfungsi
sesuai dengan jadwal yang telah disepakati.

3. Mengusulkan pembagian paket pekerjaan disesuaikan dengan dana


yang tersedia .

4. Pelaksanaan sedemikian rupa sehingga waktu yang telah ditentukan


tidak terlampauinya.

5. Memberikan masukan, pandangan, pertimbangan atas perencanaan


yang dibuat oleh Konsultan Perencana.

6. Mempelajari semua dokumen yang telah disiapkan oleh Perencana


sebagai dokumen perencanaan dan dokumen tender yang meliputi
sedikitnya :
Gambar-gambar perencanaan dan perhitungannya.
Gambar-gambar kerja perencanaan dan detail.
RKS (Spesifikasi).
Jadwal waktu konstruksi proyek.

7. Termasuk disini ialah tugas-tugas mengenalkan kondisi lapangan kepada


para calon Kontraktor.

8. Memberi penjelasan pada waktu Aanwijzing hal-hal yang berkaitan


dengan jalan masuk, dan tata letak peralatan serta hal-hal lain yang
berkenaan dengan tahapan pelaksanaan pekerjaan dan persyaratan
dampak lingkungan.

Bab 2 - 9
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

c. Tahap Pelaksanaan

1. Menentukan titik-titik referensi dilapangan bagi Kontraktor pada saat


pematokan dan selanjutnya memeriksa dan mensahkan letak patok
yang dibuat oleh Kontraktor.

2. Menyampaikan serta mengawasi pekerjaan persiapan Kontraktor yang


meliputi :
Pagar halaman.
Jalan masuk bahan/orang.
Tata letak gudang bahan, dan alat-alat bantu lainnya.
Pengadaan air bersih dan MCK.
Pengadaan tempat sampah sementara.
Pengaturan keamanan.
Kantor Pelaksana dan bedeng pekerja.
Saluran buangan air kotor didalam site dan diluar site.

3. Mengawasi dan mempertanggung jawabkan agar pelaksanaan pekerjaan


yang dilaksanakan oleh Kontraktor/Supplier sesuai dengan spesifikasi,
kwalitas, biaya, dan waktu yang telah ditetapkan dalam kontrak dari
perencanaan paket pekerjaan yang bersangkutan.

4. Menyesuaikan jadwal pelaksanaan pekerjaan yang harus diikuti oleh


Kontraktor, memantau dan mempertahankan jadwal.

5. Memeriksa dan mempelajari rencana kerja kontraktor .

6. Mengatur dan menetapkan ruang kerja termasuk sarana penunjangnya


untuk masing-masing kontraktor yang berkaitan dengan tempat
penimbunan material, gudang sementara, workshop dilapangan, bedeng
kantor, lapangan untuk fabrikasi dll.

7. Menyelenggarakan rapat koordinasi dengan para Kontraktor, serta


mengundang Perencanan dan Pejabat Pembuat Komitmen, minimal satu
kali dalam seminggu.

8. Memeriksa dan menyetujui kemajuan pekerjaan dilapangan dan


menertibkan Berita Acara sertifikat pembayaran jika sudah sesuai
dengan kontrak.

Bab 2 - 10
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

9. Mengajukan kepada Pemberi Tugas jika terjadi adanya


perubahan/penambahan atau menampung keinginan Pejabat Pembuat
Komitmen jika ada keinginan perubahan untuk disampaikan kepada
Kontraktor.

10. Meneliti setiap instalasi mekanikal dan elektrikal yang menyangkut


tentang kesiapan system maupun operasinya terhadap pengetesan dan
penyalaan awal (Start-Up).

d. Tahap Mengoperasikan Bangunan (Masa Pemeliharaan)

1. Menyiapkan Cheklist setelah penyerahan pertama setiap paket


pekerjaan dan mengawasi saat pelaksanaan perbaikkan.

2. Membuat laporan perbaikan/rehabilitasi cacat dan kekurang sempurnaan


dalam aplikasi pelaksanaan.

3. Melakukan pengawasan selama masa pemeliharaan.

4. Menyiapkan Berita Acara Penyerahan kedua/terakhir dari setiap paket


pekerjaan.

5. Menginstruksikan Kontraktor untuk segera membuat As - Built


dokuments, serta memeriksa dan mempertanggung jawabkan
kebenaran dokumen tersebut dan selanjutnya digambar oleh Kontraktor
yang bersangkutan sebagai gambar As-built drawing. As built
dokuments adalah gambar-gambar terlaksana dari setiap paket
pekerjaan yang sudah sesuai dengan petunjuk teknis.

6. Membuat laporan akhir proyek berlangsung termasuk final account.

7. Menjamin terlaksananya pelatihan bagi teknisi Pemberi Tugas oleh


Kontraktor sebelum serah terima pekerjaan untuk kedua kalinya.

Bertindak untuk dan atas nama Pejabat Pembuat Komitmen mengendalikan


pelaksanaan fisik pembangunan yang dilakukan oleh Penyedia Jasa Pemborongan
pada saat pre-audit, monitoring dan post-audit, meliputi:
a. Aspek mutu hasil pekerjaan.
b. Aspek volumen pekerjaan.
c. Aspek waktu penyelesaian pekerjaan.
d. Aspek biaya keseluruhan pekerjaan.

Bab 2 - 11
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

3.4 PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI TERHADAP MANAJEMEN


KONSTRUKSI

Didalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang harus dilakukan oleh Konsultan


Manajemen Konstruksi adalah:
1. Rentang Kendali Pre-Audit.
Kegiatan Konsultan Manajemen Konstruksi dalam rangka pengendalian teknis
dalam rentang “pre-audit” adalah seluruh kegiatan konsultan sebelum
melakukan pengawasan pelaksanaan konstruksi dilapangan terdiri dari :
a. Pengumpulan dan analisa terhadap data.
b. Pengecekan hasil perencanaan dengan membandingkan terhadap
kondisi dilapangan.
c. Pemeriksaan terhadap kesiapan Penyedia Jasa Pemborongan, yang
meliputi material, peralatan, tenaga dan jadwal pelaksanaan.

Kegiatan pengumpulan dan analisa data, informasi dan hasil perencanaan


akan menghasilkan catatan mengenai seluruh pekerjaan antara lain :
a. Jenis pekerjaan.
b. Kuantitas pekerjaan.
c. Kualitas yang dipersyaratkan.
d. Schedule pelaksanaan.
e. Schedule pembayaran.

Pengecekan hasil perencanaan dilakukan dengan cara membawa hasil


perencanaan ke lokasi untuk menentukan apakah hasil perencanaan tersebut
telah sesuai dengan kondisi yang ada. Apabila ternyata dari hasil pengecekan

Bab 2 - 12
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

hasil design tidak sesuai dengan kondisi dilapangan, Konsultan Team


Manajemen Konstruksi akan membuat alternatif lain yang sesuai untuk
diajukan kepada Pejabat Pembuat Komitmen.

Material dan peralatan yang didatangkan Penyedia Jasa Pemborongan akan


diperiksa terlebih dahulu oleh Konsultan Manajemen Konstruksi, sehingga
benar-benar memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.

Jadwal waktu yang dibuat oleh Penyedia Jasa Pemborongan akan diteliti lebih
dahulu apakah sudah memadai terhadap volume pekerjaan yang akan
dilaksanakan dengan perkiraan tenaga kerja/tukang yang akan

Bab 2 - 13
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

mengerjakannya serta alat yang akan digunakan. Apabila menurut analisa


tidak seimbang antara volumen dengan tenaga kerja dan peralatan terhadap
waktu yang tersedia maka Konsultan akan menyarankan kepada Penyedia
Jasa Pemborongan untuk menyiapkan tenaga kerja dan peralatan yang
memadai agar bisa selesai tepat pada waktunya.

Penyimpangan biaya keseluruhan biasanya disebabkan oleh adanya pekerjaan


tambahan sebagai akbiat dari perubahan design dan pertambahan volumen
pekerjaan. Agar tidak terjadi perubahan biaya terlalu besar, Konsultan akan
menggantikan nilai pekerjaan tambah itu dengan pengurangan pekerjaan
lainnya sehingga terjadi kompensasi dan tidak memerlukan biaya tambah
sepanjang hal tersebut memungkinkan dan mendapat persetujuan dari
Pejabat Pembuat Komitmen. Dalam hal ini, Konsultan berupaya menghidari
pekerjaan tambah, justru mengupayakan pekerjaan kurang jika memang dari
evaluasi teknis dan biaya memungkinkan untuk dilakukan pekerjaan kurang.

2. Rentang Kendali Monitoring.


Kegiatan pengendalian teknis rentang monitoring adalah kegiatan-kegiatan
yang dilakukan selama masa pelaksanaan pekerjaan. Meskipun Konsultan
Manajemen Konstruksi telah melakukan pre-audit namun setiap langkah
pelaksanaan pekerjaan akan terus dimonitor agar kalau terjadi penyimpangan
segera diketahui dan dapat diluruskan kembali sesuai petunjuk yang benar.
Selama periode ini konsultan akan selalu melakukan evaluasi terhadap
progess dan kualitas pekerjaan yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa
Pemborongan.

Dalam melakukan monitoring, kerjasama antara anggota tima kan kita jaga
sebaik-baiknya sehingga informasi dan pelaporan bisa berjalan dengan cepat,

Bab 2 - 14
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

sehingga kerugian yang menyangkut aspek mutu, volumen, waktu dan biaya
keseluruhan hasil pekerjaan dapat dihindari atau ditekan sekecil-kecilnya,
selain mengawasi pekerjaan fisik Konsultan Manajemen Konstruksi juga
memonitor aspek lingkungan sekitar kegiatan, agar jangan sampai pelaksana
lapangan berikut tukang-tukangnya menggaggu, mematikan serta merusak
flora dan fauna yang ada. Faktor keselamatan kerja juga akan dimonitor
secara rutin dengan memperhatikan peraturan-peraturan yang berlaku.

3. Rentang Kendali Post-Audit.


Setiap kemajuan penyelesaian pekerjaan akan merupakan prestasi kerja bagi
Penyedia Jasa Pemborongan. Kemajuan fisik ini akan dipakai untuk kemajuan
pembayaran senilai hasil kerjanya. Namun Penyedia Jasa Pemborongan tidak
bisa menyajikan permintaan pembayaran sebelum mendapat rekomendasi
dari Konsultan Manajemen Konstruksi bahwa hasil pekerjaannya sudah
memenuhi persyaratan teknis atau tidak.

Konsultan Manajemen Konstruksi dalam rangka melaksanakan tugas pengendalian


teknis tersebut diatas berkewajiban mengendalikan proses koordinasi yang perlu
dilakukan oleh pihak lain (khususnya oleh Pengguna Jasa). Koordinasi dengan
instansi terkait, antara lain dengan :
Pejabat Pembuat Komitmen.
Konsultan lain yang terkait.
Instansi terkait lainnya.

Bab 2 - 15
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

Dalam hal ini Konsultan Manajemen Konstruksi berkewajiban merancang,


memberlakukan serta mengendalikan pelaksanaan keseluruhan sistem administrasi
kegiatan yang diawasinya, yaitu mencakup antara lain : surat, memorándum, risalah,
laporan, contoh barang, foto, berita acara, gambar, sketsa, brosur, kontrak,
addendum dan lain-lain yang dianggap perlu. Langkah-langkah dan tindakan yang
akan dilakukan Konsultan Manajemen Konstruksi untuk maksud tersebut adalah :
Mempelajari, menanggapi, memecahkan dan menyelesaikan sampai tuntas
maksud dari surat masuk maupun keluar.
Memperhatikan memorandum dan risalah untuk pedoman dalam
melaksanakan tugas Konsultan.
Mempersiapkan dan mengecek contoh barang agar memenuhi persyaratan
yang ditetapkan baik kualitas dan kuantitas.
Membuat foto-foto dokumentasi pada setiap paket pekerjaan.
Mempelajari dan mengecek gambar-gambar/skesta pelaksanaan agar sebelum
maupun sesudah pekerjaan selesai tidak terjadi penyimpangan.
Membantu/menyiapkan addendum serta hal-hal lain yang dianggap perlu
dalam penyelesaian pekerjaan.

Konsultan Manajemen Konstruksi melakukan evaluasi atas rencana kegiatan yang


akan dilaksanakan serta menyarankan perubahan/penyempurnaan/penyesuaian
rencana yang perlu dilakukan (bila ada) guna menjamin tercapainya maksud dan
tujuan kegiatan.

Konsultan Manajemen Konstruksi berwenang dan pada saatnya berkewajiban


menyatakan bahwa hasil pekerjaan Penyedia Jasa Pemborongan telah memenuhi
segala persyaratan untuk proses selanjutnya, yaitu persetujuan Pengguna Jasa.

3.5 KONTROL SISTEMATIK TERHADAP KEGIATAN PELAKSANAAN DILAPANGAN

Dalam konteks lebih luas, pekerjaan Manajemen Konstruksi mengemban juga fungsi
kontrol manajemen kegiatan konstruksi. Sebelum memeriksa hasil pekerjaan, perlu
diperiksa dahulu persiapan kerjanya. Persiapan pekerjaan yang dilakukan setengah-
setengah atau dengan cara perencanaan yang mendadak akan mengakibatkan hasil

Bab 2 - 16
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

kerja yang tidak memuaskan. Untuk menanggulangi masalah ini, Konsultan


Manajemen Konstruksi perlu menerapkan sistem kontrol yang sistimatik dilapangan.

Kontrol yang sistimatik terhadap kegiatan dilapangan memiliki 3 (Tiga) tujuan, yaitu :
Meninjau secara periodik hasil dan kemajuan pekerjaan pada beberapa bidang
kegiatan pokok. Bilamana terdapat kekurangan, maka harus dikembangkan
sasaran jangka pendek dan program kerja.
Memastikan bahwa pekerjaan pekerjaan pengawasan berjalan secara benar
sehingga peringatan secara dini dapat diberikan apabila terjadi sesuatu
kesalahan.
Mengamankan bahwa biaya yang sudah dianggarkan oleh kegiatan tidak
dilampuai bila tidak terjadi perubahan kontrak.

Kegiatan pokok yang perlu dikontrol pada waktu peninjauan dilapangan yaitu :
Pencapaian target kemajuan fisik.
Pencapaian target keuangan.
Pengadaan dan pembelian barang, bahan dan peralatan.
Pemakaian tenaga kerja dan peralatan untuk menjamin efektivitas dan
efesiensi kerja lapangan.
Pemantapan kerja sama antar pekerja kegiatan dari seluruh bagian/divisi.
Hubungan dengan pihak pemilik.

Tiap bidang tersebut diatas ditinjau apakah situasinya mantap, kurang memadai atau
menunjukan tendensi yang tidak menggembirakan. Dengan mengetahui keadaan dan
situasi masalah dengan benar, maka langkah-langkah yang diambil untuk
mengatasinya akan lebih cepat dan efektif.

Kunjungan Lapangan/Site Visit


Frekuwensi kunjungan kelapangan tergantung dari pentingnya keadaan lapangan,
sifatnya dapat secara harian, mingguan. Frekuwensi kunjungan dapat bergantung
pada tahapan dari Pejabat Pembuat Komitmen yang mengelolanya beserta pada
anggota tim sesuai urgensinya.

Bab 2 - 17
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

Pengontrolan Kegiatan
Merencanakan dan membangun adalah suatu aktifitas yang dinamis dan yang
dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor. Karena itu network/surve chart yang
telah disetujui sebagai pegangan untuk pelaksanaan harus secara periodik atau
sesuai kondisi dicheck kembali :
Apakah waktu yang direncanakan telah ditepati.
Akan tetapi dalam jangka panjang atau segera.
Nantinya akan ditepati (jangka panjang).

Bila perlu dapat diadakan perubahan baru untuk mengendalikan jalannya kegiatan
seperti yang dikehendaki.
Jarak waktu kontrol.
Jarak waktu kontrol dapat dibedakan menjadi 2 (Dua) macam rentang waktu
yaitu :
1-2 minggu untuk aktivitas yang kritis atau bisa kurang dari 1 minggu.
2-4 minggu untuk aktivitas-aktivitas yang tidak kritis.
Cara mengontrol.
Dibedakan 3 (Tiga) cara mengontrol, sebagai berikut :
Untuk sebuah aktivitas yang akan dimulai.
Untuk menguji pekerjaan yang seharusnya sudah dimulai.
Uji pekerjaan yang seharusnya sudah selesai.

Sistem Informasi Manajemen Kegiatan


Sistem informasi manajemen kegiatan pada hakekatnya adalah suatu sistem untuk
mendukung Pihak Pejabat Pembuat Komitmen dalam memantau dan mengendalikan
kegiatan. Tujuan sistem ini untuk digunakan pihak Pengguna Jasa dalam
mendapatkan informasi kegiatan setiap saat atau secara berkala., cepat dan akurat.
Sistem ini dibuat dan dikembangkan berdasarkan studi dan evaluasi situasi dan

Bab 2 - 18
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

kondisi yang dihadapi dilapangan serta mengintegrasikan keinginan-keinginan dari


Pejabat Pembuat Komitmen yang mewakili Pihak Pengguna Jasa tentang apa-apa
yang mau dimonitor dan dikendalikan.

Di project-site setiap saat hasil pekerjaan fisik berkembang bertambah banyak dan
supaya perkembangannya terjadi menurut rencana, dimana rencana tersebut
dijabarkan dalam besaran uang dan besaran waktu.

Mengontrol Kegiatan Yang Sudah Dimulai


Khusus untuk mengontrol mutu pekerjaan fisik, peranan sistim informasi manajemen
kegiatan hanya sebagai penerus informasi saja. Pengontrolan mutu pekerjaan
dilakukan oleh petugas khusus dan harus dilaksanakan dilapangan, tidak dapat
dilaksanakan dikantor. Tolok ukur pengukuran mutu pekerjaan adalah dokumen
tender (Spesifikasi Pekerjaan).

Mengontrol Kegiatan Yang Sudah Selesai


Perkembangan pekerjaan yang terjadi selalu diikuti oleh perkembangan datanya atau
dimonitor dimana perkembangan suatu kegiatan selalu diikuiti oleh perkembangan
data kegiatannya. Volume data kian hari kian membengkak sesuai dengan
perkembangan pekerjaan secara fisik.

Data kegiatan sesungguhnya belum dapat memberikan informasi kepada Pengguna


Jasa, karena masih belum diolah, jadi masih mentah. Data kegiatan yang telah
dikumpulkan secara periodik kemudian diolah/diproses untuk dijadikan infomasi
kegiatan (laporan kegiatan). Artinya dari laporan kegiatan dapat diketahui
perkembangan pekerjaan yang nyata terjadi (prestasi aktual). Dari laporan kegiatan
ini Pejabat Pembuat Komitmen baru dapat mengevaluasi perkembangan kegiatannya
dengan cara memperbandingkannya terhadap rencana.
Pejabat Pembuat Komitmen mengendalikan kegiatannya dengan keputusan-
keputusan yang dibuat dan diimplementasikan ke project site. Hasil dari
implementasinya menciptakan data kegiatan baru dan dengan demikian siklus project
manajemen control sistem berulangkali. Siklus ini baru berhenti apabila kegiatan
telah selesai.

Bab 2 - 19
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

3.6 PENGENDALIAN MUTU TERHADAP KEGIATAN PELAKSANAAN DILAPANGAN

Pengendalian Mutu
Selama periode konstruksi, Konsultan Manajemen Konstruksi akan senantiasa
memberikan pengawasan, arahan, bimbingan dan instruksi yang diperlukan kepada
Penyedia Jasa Pemborongan guna menjamin bahwa semua pekerjaan dilaksanakan
dengan baik, tepat kualitas. Aspek-aspek pengendalian mutu yang perlu diperhatikan
dalam pelaksanaan konstruksi antara lain sebagai berikut :
Peralatan laboratorium.
Penyimpanan bahan/material.
Cara pengangkutan material yang akan digunakan.
Pengujian material yang akan digunakan.
Pengujian rutin laboratorium selama pelaksanaan.
Test lapangan.
Administrasi dan formulir-formulir.

Laboratorium dan Personil


Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mengetahui kekuatan konstruksi beton
yang tidak bisa dilakukan dilapangan. Personil/tenaga yang terkait untuk maksud
pengujian harus cukup berpengalaman dan mengenal dengan baik tentang testing
laboratorium maupun lapangan.

Penyimpanan Bahan/Material
Mekanismes penyimpanan bahan/material dilakukan sebagai berikut :
Bahan-bahan harus disimpan dengan suatu cara yang sedemikian rupa untuk
menjamin perlindungan kualitas.

Bab 2 - 20
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

Bahan-bahan yang disimpan harus ditempatkan sedemikian rupa yang mudah


dapat diperiksa oleh konsultan.
Tempat penyimpanan harus bebas dari tumbuhan, puing dan mempunyai
drainase yang lancar.
Bahan-bahan yang diletakkan langsung diatas tanah tidak boleh digunakan
dalam pekerjaan, kecuali tempat kerja tersebut telah dipersiapkan dan diberi
lapisan atas dengan suatu lapisan pasir atau kerikil setebal 10 cm.
Bahan-bahan harus disimpan dengan cara yang sedemikian rupa untuk
mencegah segregasi dan untuk menjamin gradasi yang sesuai serta
mengontrol kadar air. Tinggi maksimun tumpukan 5 m.
Untuk kualitas bahan/material yang bagus harus disimpan di gudang tempat
penyimpanan bahan/material.

Cara Pengangkutan Material/Campuran


Konsultan dapat mengenakan pembatasan bobot pengangkutan untuk perlindungan
terhadap setiap jalan atau struktur yang ada disekitar pekerjaan. Bilamana terjadi
gangguan diantara operasi berbagai pekerjaan, konsultan akan mempunyai
wewenang untuk memerintahkan Penyedia Jasa Pemborongan dalam menentukan
urutan pekerjaan yang diperlukan guna mempercepat penyelesaian seluruh
pekerjaan.

Bab 2 - 21
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

Pengujian Material yang akan Digunakan


Semua material dari setiap bagian pekerjaan akan di inspeksikan oleh Konsultan. Staf
anggota team Konsultan setiap saat akan membuat rencana untuk menginspeksi
material yang akan digunakan berdasarkan atas jadwal kerja Penyedia Jasa
Pemborongan. Walaupun bahan-bahan yang disimpan telah disetujui sebelum
penyimpanan, namun dapat diperiksa ulang dan ditest kembali oleh Konsultan.
Material yang akan digunakan harus ditest dilaboratorium untuk mendapat
persetujuan dari Konsultan, jenis dan jumlah test seperti yang disebut dalam
spesifikasi.

Job Mix Formula


Agar mendapatkan campuran yang baik dan memenuhi persyaratan spesifikasi,
sebelum pekerjaan dimulai perlu dibuatkan dahulu suatu Job Mix Formula yang
disetujui Konsultan, antara lain untuk pekerjaan beton.

Bab 2 - 22
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

Pengujian Rutin Laboratorium


Selama pelaksanaan seperti yang disebutkan dalam spesifikasi, bahan-bahan atau
campuran-campuran perlu dilakukan pengujian rutin harian atau selama pekerjaan
berlangsung guna menjamin kualitas sesuai dengan persyaratan. Jenis dan
frekuensi/jumlah test rutin ini seperti yang disebutkan dalam spesifikasi.

Test Lapangan
Setelah pekerjaan selesai dilaksanakan, produk tersebut perlu pengujian/test
lapangan.

Administrasi Pekerjaan dan Formulir-Formulir


Form-form yang dimaksud antara lain :
Buku direksi.
Time Schedule.
Mco (Mutual Check Awal).
Laporan Mingguan.
Record cuaca.
Photo dokumentasi.
Change order.
Addendum.
Monthly certificate (MC).
PHO (Provisional Hand Over).
Dan lain-lain disesuaikan dengan kebutuhan pekerjaan.

Bab 2 - 23
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

Pengendalian Kuantitas
Pengawasan kuantitas (Quantity Control), akan mengecek bahan-bahan/campuran
yang ditempatkan atau yang dipindahkan oleh Penyedia Jasa Pemborongan atau
yang terpasang. Konsultan akan memproses bahan-bahan/campuran berdasarkan :
Hasil pengukuran yang memenuhi batas toleransi pembayaran.
Metode perhitungan.
Lokasi kerja.
Jenis pekerjaan.
Tanggal diselesaikannya pekerjaan.

Setelah produk pekerjaan memenuhi persyaratan, baik kualitas maupun kuantitas dan
persyaratan lainnya, maka pengukuran kuantitas dapat dilakukan agar volumen
pekerjaan dengan teliti/akurat yang disetujui oleh konsultan sehingga kuantitas
dalam kontrak adalah benar diukur dan dibayar oleh Konsultan dan mendapat
persetujuan Pengguna Jasa. Beberapa pengukuran pekerjaan tersebut antara lain:
1. Pengukuran meter persegi (m2).
Pengukuran dilapangan dapat dilakukan dengan meteran, yaitu panjang dan
lebar, setelah ketebalan memenuhi persyaratan tebal mínimum atau toleransi
yang digunakan dan spesifikasi.
2. Pengukuran meter panjang (m’).
Pengukuran dilapangan dapat dilakukan dengan meteran, setelah penampang
suatu konstruksi sesuai dengan gambar (dimensinya).
3. Pengukuran meter kubik (m3).
Pengukuran dilapangan dapat dilakukan dengan meteran untuk panjang dan
lebar. Sedangkan untuk ketebalan dapat diukur dengan alat ukur sehingga
panjang, lebar, dan tebal menghasilkan volumen yang akurat.
4. Pengukuran berat (ton).
Untuk pengukuran ton dapat dilakukan dengan 2 (Dua) cara yaitu :
Penimbangan dengan timbangan.
Pengukuran meter kubik dikalikan berat jenis bahan tersebut (berat
jenis dapat diketahui dari laboratorium).
Pengendalian Waktu
Didalam pekerjaan, alat berat, tenaga kerja dan jumlah jam kerja per hari sangat erat
sekali hubungannya dengan waktu pelaksanaan penyelesaian pekerjaan. berikut ini

Bab 2 - 24
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

dijelaskan bagaimana pengendalian waktu perlu mendapat perhatian agar tidak


terjadi perpanjangan waktu yang tidak perlu yang akan memboroskan waktu, tenaga
dan biaya.
1. Schedule Penyedia Jasa Pemborongan.
Sebelum pekerjaan dimulai konsultan akan mengecek Schedule pelaksanaan
yang dibuat Penyedia Jasa Pemborongan. Apakah rencana kerja progress
pekerjaan yang ditargetkan sudah layak dan realistis. Misalnya dalam musim
hujan, target pekerjaan lebih kecil bila dibandingkan pada musim kemarau
untuk pekerjaan saluran dengan kondisi kerja yang sama. Kemudian dicek
juga apakah construction methode dan urutan kerja Penyedia Jasa
Pemborongan sudah sistematis, konsepsional dan benar.

Selanjutnya, berdasarkan Schedule Penyedia Jasa Pemborongan yang sudah


disetujui, Konsultan Manajemen Konstruksi akan mengendalikan waktu
pelaksanaan tersebut. Time Schedule ini bisa djabarkan kedalam target
harian, sehingga setiap hari dapat dicek apakah target volumen tersebut bisa
tercapai atau tidak. Bila target tidak tercapai, maka selisih volume
diprogramkan/dikejar untuk Schedule hari berikutnya.

Bab 2 - 25
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

Bila time Schedule yang dibuat dan disetujui tersebut dilaksanakan


sebagaimana mestinya dan dikendalikan dengan baik, maka diharapkan
pekerjaan bisa diselesaikan “on Schedule”.

2. Alat Berat (Heavy Equipment).


Alat Untuk mengerjakan pekerjaan yang tingakat kesulitannya besar, dalam
artian kalau tidak menggunakan alat berat tidak efesien dan efektif, bisa
kombinasi/beberapa jenis alat dan jumlah alat yang mencukupi.

Pertama harus diketahui/dihitung kapasitas alat, kalau alat tersebut adalah


suatu kombinasi, maka kapasitas yang diperhitungkan adalah yang terkecil.
Dari alat tersebut dihitung produksi nyata per jam, kemudian produksi terkecil
yang digunakan untuk evaluasi pengendalian waktu.

Untuk rencana sekian jam kerja per hari, apakah mampu alat tersebut
menghasilkan produk sesuai volumen yang ditargetkan. Bila tidak tercapai,
perlu diambil tindakan-tindakan, antara lain: menambah jumlah alat atau
menambah jam kerja/over time, sedemikian rupa sehingga volumen
pekerjaan yang direncanakan bisa diselesaikan dalam waktu yang ditentukan.

3. Tenaga Kerja.
Demikian juga tenaga kerja, untuk suatu pekerjaan diperlukan tenaga kerja
yang mencukupi, sehingga pekerjaan akan bisa dikerjakan oleh tenaga kerja
sesuai dengan jadwal/waktu yang ditentukan. Bila kondisi pekerjaan
diperkirakan tidak bisa diselesaikan, maka tenaga kerja perlu ditambah atau
kerja dua shift atau kerja lembur/over time. Dengan tenaga kerja yang cukup

Bab 2 - 26
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

dan jam kerja yang cukup/efektif, maka pelaksanaan pekerjaan diharapkan


bisa tepat waktu sesuai yang ditargetkan.

4. Jumlah Jam Kerja.


Penyelesaian suatu pekerjaan sangat tergantung pada jam kerja per hari.
Jumlah jam kerja yang sedikit akan menghasilkan produk yang lebih kecil
dibandingkan bila jam kerja per harinya lebih banyak.

Jam kerja perlu disesuaikan dengan kapasistas alat, tenaga kerja, sedemikian
rupa sehingga volumen pekerjaan yang ditargetkan bisa diselesaikan. Kalau
suatu pekerjaan tidak bisa diselesaikan dalam satu hari siang, maka perlu
untuk kerja malam/over time.

Dalam administrasi pengendalian waktu, agar pengendalian dapat dicapai


secara optimal, maka Konsultan harus memahami secara sungguh-sungguh
Network Planning yang umumnya telah dibuat oleh Penyedia Jasa
Pemborongan dengan metode lintas kritis (Critical Path Methode/CPM).

Bab 2 - 27
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

Mengingat sangat pentingnya “Network Planning” ini dalam suatu pekerjaan


pengawasan, maka konsultan akan menganalisa secara rutin “Network
Planning” tersebut bila memang diperlukan.

5. Pengendalian Biaya Pelaksanaan Pekerjaan.


Didalam kontrak pelaksanaan pekerjaan tercantum :
Biaya pekerjaan.
Estimated Quantity/Volume Pekerjaan.
Harga satuan pekerjaan.

Guna pengendalian biaya pelaksanaan pekerjaan, hal-hal pokok yang perlu


diperhatikan antara lain sebagai berikut:
Pengukuran hasil pekerjaan, perlu dilakukan dengan akurat dan benar-
benar sehingga kwantitas yang dibayar sesuai dengan gambar rencana.
Dengan demikian volume dalam kontrak tidak dilampaui yang pada
akhirnya biaya yang dikeluarkan sudah sesuai dengan yang
dianggarkan.
Pekerjaan yang bisa dibayar adalah pekerjaan yang sudah diterima dari
pengukuran/kwantitas, sehingga biaya yang dikeluarkan adalah benar-
benar untuk pekerjaan yang sudah memenuhi spesifikasi.
Pekerjaan yang bisa dibayar adalah pekerjaan dengan harga satuan
pekerjaan yang tercantum dalam kontrak pelaksanaan, sehingga biaya
pekerjaan dibayarkan seuai dengan ítem pekerjaan yang ada didalam
kontrak.

6. Pemeriksaan Sertifikat Bulanan (MC).

Bab 2 - 28
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

Penyedia Jasa Pemborongan harus menyerahkan suatu nilai estimasi dari


pekerjaan yang dilaksanakan kepada Resident Engineer pada setiap akhir
bulan yang berjalan, yang selanjutnya disebut sebagai “Sertifikat Bulanan
(Monthly Certificate/MC)”. Format sertifikat bulanan harus sesuai dengan
standart atau diusulkan oleh Konsultan dan disetujui oleh Pengguna Jasa.
Resident Engineer akan memeriksa kemajuan pekerjaan yang diajukan pada
sertifikat bulanan dan apabila telah dianggap sesuai dengan sebenarnya yang
terjadi dilapangan, selanjutnya dapat disetujui untuk menandatagani bersama
oleh wakil Penyedia Jasa Pemborongan, Konsultan dan Pejabat Pembuat
Komitmen Pekerjaan.

7. Pemeriksaan Pembayaran Akhir.


Tim Pengawas Teknik akan memeriksa kembali seluruh pembayaran yang
telah lalu. Apabila terdapat kesalahan, pembayaran terdahulu yang sudah
disetujui masih dapat dikoreksi pada pembayaran berikutnya.

Bab 2 - 29
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

Dalam tahap pembayaran akhir, perlu diperiksa dan dievaluasi kuantitas yang
telah dibayar sebelumnya, sehingga kuantitas/volumen yang dibayar dalam
pembayaran akhir merupakan final quantity yang benar.

8. Prosedur Perubahan (Contract Change Order).


Perubahan terhadap pekerjaan dapat dimulai oleh Engineer atau Penyedia
Jasa Pemborongan dan harus disetujui dengan surat Perintah Perubahan yang
ditanda tangani oleh kedua belah pihak. Jika dasar pembayaran yang
ditetapkan dalam suatu Perintah Perubahan tersebut menyajikan suatu
perubahan dalam struktur Harga Satuan Jenis Pembayaran atau suatu
perubahan yang diperkirakan dalam Jumlah Kontrak, maka Perintah
Perubahan harus dirundingkan dan dirumuskan dalam Suatu Addendum.

Bab 2 - 30
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

9. Sertifikat Penyelesaian Akhir.


Bila Penyedia Jasa Pemborongan menganggap pekerjaan akan selesai,
termasuk semua kewajiban pada Periode Jaminan, maka ia harus membuat
permohonan untuk serah terima pertama. Setelah pekerjaan perbaikan yang
diminta oleh Panitia Serah Terima selesai dilakukan,yang dilanjutkan dengan
pemeriksaan akhir terhadap pekerjaan tersebut, maka Konsultan membantu
mempersiapkan Sertifikat Penyelesaian Akhir.

10. Pernyataan Perhitungan Akhir.


Penyedia Jasa Pemborongan harus membuat permohonan untuk pembayaran
perhitungan akhir, bersama-sama dengan semua rincian pendukung
sebagaimana diperlukan oleh engineer. Setelah peninjauan kembali oleh
engineer dan jika diperlukan amandemen oleh Penyedia Jasa Pemborongan,
engineer akan mengeluarkan suatu pernyataan Perhitungan Akhir yang
disetujui untuk pembayaran oleh Pengguna Jasa.

Bab 2 - 31
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

11. Addendum Penutup.


Berdasarkan pada rincian Pernyatan Engineer mengenai Perhitungan Akhir.
Setelah memperoleh tanda tangan Penyedia Jasa Pemborongan, engineer
akan menyampaikan addendum penutupan tersebut kepada Pemberi
Pekerjaan untuk ditanda tangani bersama-sama dengan Pernyataan
Perhitungan Akhir yang disetujui.

12. Dokumen Catatan Pekerjaan.

Bab 2 - 32
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

Penyedia Jasa Pemborongan harus memelihara catatan yang cermat tentang


semua perubahan dalam Dokumen Kontrak dan Dokumen Catatan Pekerjaan
selama pelaksanaan pekerjaan.

13. Manajemen Lalu Lintas dan Keselamatan Kerja.


Bila pekerjaan ini berada dilokasi atau menimbulkan volumen lalu lintas yang
cukup padat, diperlukan pengaturan lalu lintas dan metoda pelaksanaan yang
lebih khusus dan teliti, baik pada saat pelaksanaan pekerjaan survey maupun
pada saat pelaksanaan pekerjaan konstruksinya, agar lalu lintas yang ada
tetap terjaga kelancarannya dan pemakai jalanpun merasa aman
melewatinya. Manfaat yang didapatkan pada pemeliharaan lalu-lintas yang
baik selama pelaksanaan memberikan keselamatan dan kenyamanan lalu
lintas yang lebih baik pula.

Situasi seperti itu sangat membantu untuk menghilangkan persoalan-


persoalan yang diakibatkan oleh kacaunya lalu lintas yang pada gilirannya
akan menghambat pelaksanaan pembangunan itu sendiri. Oleh karena itu,
penanganan khusus sangat diperlukan agar tercapai hasil yang optimal dan
sedikit mungkin akibat buruknya.

Bab 2 - 33
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

Demikian pula dengan penanganan pembuangan tanah hasil galian haruslah


dengan penanganan yang baik, misalnya dimana Dump Truck harus masuk
dan keluar dari lokasi pekerjaan. tidak kalah pentingnya dari penanganan
tersebut diatas adalah cara pemuatan dan transportasi pembuangan tanah
hasil galian haruslah memperhatikan lingkungan. Tanah yang dimuat diatas
Dump Truck harus diberi penutup agar tidak tercecer di atas permukaan jalan
yang ada, sebab bila turun hujan akan menjadi licin dan dapat menyebabkan
kecelakaan lalu lintas yang pada gilirannya menghambat arus lalu lintas yang
ada. Dalam pelaksanaan “Traffic Management” untuk pekerjaan ini kriteria
penanganan dibagi menjadi 2 (Dua) bagian yaitu :
Pelayanan umum.
Keselamatan kerja.

Pelayanan Umum
Indikasi yang diperlukan dalam pelayanan umum adalah sebagai berikut :
a. Efektivitas sistem informasi.
Sistem informasi bersifat pemberitahuan kepada calon pemakai jalan
selama pelaksanaan yang tujuannya memberikan informasi bahwa akan
ada pekerjaan pembangunan. Sistem ini dapat diwujudkan melalui :
Media cetak yang bersifat pengumuman.
Pembagian “pamflet”.

Bab 2 - 34
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

b. Mengurangi kemacetan.
Dalam mengatasi adanya kemacetan lalu lintas, dapat dilakukan dengan
perambuan sementara selama pelaksanaan pekerjaan dan dengan
menyiagakan satuan penanggulangan gangguan.

Keselamatan Kerja
Indikasi yang diperlukan dalam keselamatan kerja meliputi hal-hal berikut ini :
a. Disiplin kerja.
Pengendalian pelaksanaan dilapangan secara ketat dan terus menerus
dimonitor dengan perlengkapan komunikasi untuk dapat saling
berhubungan setiap saat dengan cepat.

Pengendalian waktu dimaksudkan agar penyelesaian pekerjaan sesuai


jadwal yang telah ditetapkan. Pengendalian waktu ini disesuaikan
dengan tuntutan lapangan yang mencakup seluruh aspek terkait.

b. Peniadaan kecelakaan fatal.


Perambuan sesuai dengan standar perambuan. Pemasangan pagar
pengaman yang juga berfungsi sebagai penciptaan kerapihan kerja
sepanjang daerah pekerjaan (kiri dan kanan) dan diberi lampu agar
mudah terlihat pada malam hari.

Dalam pelaksanaan pekerjaan, ada beberapa faktor keselamatan kerja yang


terkait, antara lain:
Faktor perambuan darat.
Sistem transportasi pada lokasi pekerjaan.
Atribut pada tenaga kerja.
Astek.

Pada tahap pelaksanaan yang mana banyak aktivitas jenis pekerjaan yang
ditangani dan melibatkan banyak tenaga yang bekerja, maka keselamatan
kerja dari pada semua eksponen terkait menjadi faktor utama dari kelancaran
progres yang hendak dicapai.

Bab 2 - 35
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

Perambuan Darurat
Seperti pada tahap perencanaan, maka perambuan pada tahap
pelaksanaanpun mempunyai andil besar dalam keselamatan kerja yang
memberikan rasa aman dalam melaksanakan pekerjaan bagi para pekerja
yang verada pada daerah perambuan. Rambu-rambu darurat yang diperlukan
pada tahap pelaksanaan misalnya rambu peringat, rambu perintah dan
larangan serta rambu petunjuk, juga rubber cone serta lighting yang
pengaturan letak penempatan serta jaraknya, seperti ditunjukan pada
keperluan “rambu darurat”.

Disamping itu, diperlukan pagar pembatas antara daerah kerja dan lajur yang
beroperasi yang diletakkan sepanjang daerah kerja. Pagar pembatas dicat
dengan warna crossing “kuning-biru” dan pada setiap jarak tertentu diberi
tanda “spot light” atau cat berpendar yang bisa terlihat bila kena sorot lampu
pada malam hari. Bisa juga dengan lampu-lampu sebagai pengganti spot
light.

Sistem Transportasi Pada Lokasi Pekerjaan


Pengaturan transportasi, adalah sebagai berikut :
a. Pintu keluar/masuk kendaraan pekerjaan pada daerah kerja ditentukan,
rute perjalanan pembuangan dibuat searah dengan arus lalu lintas, pada
prinsipnya tidak boleh ada arah “crossing” sehingga tidak ada konflik.
Dump Truck yang menunggu giliran pengangkutan, antri dan berderet
ke belakang namun harus masih tetap dalam area perambuan.

Bab 2 - 36
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

b. Untuk pengangkutan tanah, tiap Dump Truck harus dilengkapi dengan


penutup bak belakang. Ini dimaksudkan agar tanah yang diangkut tidak
tercecer di muka jalan, sebab tanah yang tercecer dimuka jalan, sebab
tanah yang tercecer tersebut sangat licin bila sedikit saja kena air hujan
dan ini dapat mengakibatkan kecelakan fatal.
c. Mobilisasi peralatan berat ke lapangan juga harus memperhatikan
keselamatan dari peralatan maupun operatornya dan bila perlu minta
bantuan pengawal dari pihak kepolisian.

Atribut Pada Tenaga Kerja


Semua tenaga kerja disarankan mengenakan atribut yang mudah dikenal dan
terlihat dari jarak jauh yang cukup jauh dan ini bisa terpenuhi dengan
pemakaian baju rompi refleksionis warna mencolok yang harus dikenakan
pada saat melaksanakan tugas.

Bab 2 - 37
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

Penggunaan topi dilapangan juga dianjurkan, sebab sangat membantu


mengurangi keletihan akibat terik matahari. Bekerja pada kondisi badan letih
yang dipaksakan apalagi dijalan yang padat lalu lintas yang beroperasi sangat
membahayakan dan mengurangi akurasi.

14. Quality Assurance.


Jaminan mutu memerlukan perubahan struktural terhadap metode supervisi.
Juga diperlukan supervisi yang permanen (tentunya untuk pekerjaan yang
lebih besar), standarisasi test dan pengetesan (termasuk kekerapan
pengetesan) serta kriteria untuk penaksiran (termasuk toleransi yang
diizinkan). Diperlukan pula quideline yang spesifik untuk supervisor dan client
atau pihak ketiga (seperti konsultan atau team audit teknis).

Aspek lain yang sangat mempengaruhi mutu akhir pekerjaan sipil ialah
kecermatan rancangan. Rancangan yang dibuat berdasarkan dana yang
tersedia dan/atau berdasarkan survey yang tidak akurat cenderung
mendapatkan lebih banyak masalah mutu dibandingkan dengan rancangan
yang secara akurat mewakili kebutuhan-kebutuhan di lapangan.

Karena sebagian besar kontrak berdasarkan kuantitas, maka fokus


pengawasan juga berdasarkan kuantitas. Hal ini dikuatkan pula dengan
banyaknya perbaikan yang diperlukan sebagai akibat tidak akuratnya
rancangan. Perbaikan administratif ini juga memakan banyak waktu dan
usaha Penyedia Jasa Pemborongan dan supervisor sehingga mereka hampir
tidak mempunyai waktu untuk pemeriksaan mutu.

Bab 2 - 38
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

Pada format kontrak saat ini, supervisor harus membuktikan bahwa pekerjaan
Penyedia Jasa Pemborongan mengikuti standar. Ini berarti bahwa semua
pengetesan harus dibayarkan oleh Pengguna Jasa (kecuali kontrak tersebut
secara spesifik menetapkan yang sebaiknya), dengan kata lain : cadangan
anggaran untuk pengetesan merupakan persyaratan untuk lebih memperkuat
mutu.

Jaminan mutu mengarah pada kontrak lump sum (dengan harga borongan)
dan bentuk-bentuk kontrak lainnya yang tidak berdasarkan unit price, pada
paket yang lebih besar yang lebih mudah dilaksanakan dan pada
pencantuman per-syaratan testing serta kekerapan testing (yang harus
dikeluarkan dari kontrak) di dalam surat kontrak. Persyaratan testing dan
kekerapannya pada dasarnya berarti pergeseran tanggung jawab, yaitu
Penyedia Jasa Pemborongan harus membuktikan bahwa pekerjaan itu
dilakukan menurut spesifikasinya, bukannya supervisor harus membuktikan
bahwa pekerjaan ada di bawah standard. Memulai dan membentuk perubahan
tanggung jawab ini bukanlah praktek yang mudah dan cepat. Pola kerja dan
prosedur yang sudah terbentuk harus dibuang, praktek dan prosedur baru
harus diambil tetapi input-input seperti pengauditan teknis, evaluasi yang
dilakukan Penyedia Jasa Pemborongan dan lain-lain cenderung mempunyai
dampak pada pendekatan masalah ini. Pertama-tama perlu untuk memberi
jalan pada publik luas dalam pemerintah untuk melihat hasil perhitungan
teknis. Yang kedua, alternatif untuk format kontrak dan prosedur supervisi
saat ini perlu ditentukan, ditest dan dibentuk.

Konsultan akan mendukung dan coba memulai perubahan-perubahan tersebut


melalui saran-saran yang sehubungan dengan perhitungan teknis, saran yang
berhubungan dengan evaluasi yang dilakukan Penyedia Jasa Pemborongan,
saran pengawasan konstruksi serta pelatihan.

15. Value Engineering.


Value engineering adalah suatu teknik manajemen yang telah teruji yang
menggunakan pendekatan sistematis dan suatu upaya yang diatur sedemikian
rupa untuk menganalisa fungsi suatu item/masalah atau sistem dengan tujuan

Bab 2 - 39
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

untuk memperoleh fungsi yang diminta dengan biaya kepemilikan total yang
paling kecil, tentu saja disesuaikan dengan persyaratan permintaan
penampilan, rahabilitasi, kualitas, teknis, dan kemudahan untuk pemeliharaan
suatu pekerjaan. Program value engineering, mencari kemampuan
manajemen seseorang untuk mengadakan perubahan yang berarti dengan
cara agar dapat menemukan biaya yang tidak berguna dan
menghilangkannya.

Program value engineering secara teoritis dapat digunakan kapan saja selama
siklus pelaksanaan pekerjaan. Yang paling baik adalah begitu disain akan
dimulai untuk dikerjakan, langsung dilakukan studi value engineering.

Selain tugas pokok Konsultan sebagai pengawas, juga melakukan value


engineering untuk membantu Pengguna Jasa dalam hal mencarikan alternatif
yang lebih baik dan lebih murah atas pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
Pada pekerjaan ini, kegiatan value engineering antara lain dapat berupa :
a. Revisi desain, sedemikian hingga didapat desain yang lebih murah, lebih
mudah dan lebih cepat pelaksanaannya, namun tetap aman dari segi
konstruksi.

Dalam perioda pelaksanaan, tidak tertutup kemungkinan dapat


dilakukan review design untuk penyesuaian-penyesuaian lapangan atas
dasar pertimbangan teknis dan biaya serta kondisi lapangan.

Bab 2 - 40
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

b. Menerapkan metode konstruksi, termasuk manajemen operasi alat


berat, sehingga didapat penggunaan alat yang tepat guna, ideal,
optimal, efisien. Dengan cara ini diharapkan diperoleh biaya yang lebih
murah dan waktu pelaksanaan bisa dipercepat.

Dengan adanya analisa yang baik dalam construction method


diharapkan peralatan yang dioperasikan dapat tepat waktu dan tepat
guna untuk menangani suatu pekerjaan.

Untuk mendapatkan hasil optimal dan efisien, diperlukan suatu


rencana/metode kerja yang tepat. Kebutuhan peralatan dan
pengendalian biaya pekerjaan dapat ditentukan dari metode kerja yang
dipakai.

Rencana kerja value engineering adalah sebagai berikut :


Phase pemilihan (seleksi).
Informasi (investigasi).
Spekulasi.
Evaluasi.

c. Pendekatan kondisi kerja.


Hari dan jam kerja yang direncanakan untuk pelaksanaan konstruksi
berdasarkan kondisi sebagai berikut:
Hari minggu dan hari libur resmi nasional tidak ada jam kerja,
kecuali mengejar target penyelesaian atau memindahkan alat ke
lokasi lain atau kondisi khusus.
Setiap bulan tidak ada hari kerja selama 2 hari untuk maintenance
peralatan.
Jam kerja normal per hari = 7 jam, dan dapat lebih bila diperlukan
over time.

d. Analisa waktu penyelesaian.


Total volume pekerjaan = V (ton)
Site output terkecil kombinasi peralatan = Q (ton/jam)

Bab 2 - 41
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

Waktu yang diperlukan : T = V/Q (jam, konversikan ke bulan)

3.7 METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN

Rekayasa pembangunan pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang berdasarkan


analisa dari berbagai aspek untuk mencapai sasaran dan tujuan tertentu dengan hasil
seoptimal mungkin. Secara garis besar, aspek-aspek yang berkaitan dengan rekayasa
pembangunan dapat dikelompokkan menjadi empat tahapan kegiatan, yaitu :

Tahapan Studi.
Tahapan Perencanaan.
Tahapan Pelaksanaan.
Tahapan Operasi dan Pemeliharaan.

Pilihan Aliran Dalam Metode Penilaian Lingkungan Visual

MASUKAN PROSES ANALISIS HASIL KELUARAN

Kualitatif Kualitatif
Kualitatif

Kuantitatif Kuantitatif Kuantitatif

Kualitatif Kualitatif

Berdasarkan tahapan rekayasa pembangunan secara makro seperti yang telah


dijelaskan di atas, pekerjaan ini termasuk dalam Tahapan Pelaksanaan Konstruksi.

Berdasarkan acuan yang telah digariskan dalam Kerangka Acuan/TOR, maka dalam
menyiapkan rencana kegiatan akan dilakukan pendekatan teknis dan metodologi
Manajemen Konstruksi yang optimal, ekonomis, tepat guna dan solusinya dapat
diandalkan. Oleh karena itu dalam melaksanakan pekerjaan ini, pihak konsultan akan
menyajikan pendekatan teknis dan metodologi pengawasan dari masing-masing
kegiatan yang dimulai dari tahap awal hingga penyelesaian akhir pekerjaan.

Bab 2 - 42
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

Lingkup kegiatan tersebut akan dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut :

1. Tahapan Persiapan.
2. Tahapan Koordinasi.
3. Tahapan Pengawasan Lapangan.
4. Tahapan Penyerahan Hasil.

Tahapan Persiapan

Pekerjaan persiapan ini meliputi penyelesaian administrasi, mobilisasi personil dan


peralatan.

1. Penyelesaian Administrasi.
Masalah administrasi yang harus diselesaikan terutama meliputi administrasi
kontrak dan legalitas personil yang akan ditugaskan untuk melaksanakan
pekerjaan ini, baik di lingkungan intern konsultan maupun untuk berhubungan
dengan pihak lain.

2. Mobilisasi Personil dan Peralatan.


Bersamaan dengan penyelesaian administrasi, konsultan akan melakukan
mobilisasi personil dan peralatan yang diperlukan dalam pekerjaan ini.
Kemudian setelah semua personil dimobilisir, dilakukan rapat koordinasi untuk
menentukan langkah-langkah guna penyelesaian pekerjaan pengawasan ini
agar didapatkan hasil kerja yang maksimal.

Tahapan Koordinasi

Merupakan tahapan yang mempertemukan berbagai pihak yang terkait dengan


pelaksanaan pembangunan/konstruksi, yaitu Pengguna Jasa, Penyedia Jasa
Pemborongan, Konsultan Perencana, Konsultan Manajemen Konstruksi serta pihak-
pihak lain yang dianggap berkaitan untuk bersama-sama melakukan koordinasi
sehubungan dengan pelaksanaan konstruksi di lapangan.

1. Rapat Koordinasi Pengendalian Pelaksanaan Konstruksi.


Untuk kelancaran pelaksanaan konstuksi, pihak-pihak yang terkait, yaitu
Penyedia Jasa Pemborongan, Pengguna Jasa, Konsultan Manajemen
Konstruksi dan Konsultan Perencana perlu mengadakan pertemuan guna
mencari solusi dari setiap permasalah yang ditemui di lapangan baik

Bab 2 - 43
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

menyangkut bahan, metode kerja maupun volume pekerjaan. Hasil keputusan


dari pertemuan ini yang akan diterapkan di lapangan guna mengatasi
masalah-masalah tersebut. Pertemuan-pertemuan atau koordinasi ini akan
kontinu dilakukan selama masa pelaksanaan konstruksi.

2. Penentuan Patok-patok Referensi dan Elevasi Titik Kontrol.


Dalam setiap awal pelaksanaan konstruksi suatu bangunan, Konsultan
Pengawas akan memberikan petunjuk secara tertulis kepada Penyedia Jasa
Pemborongan mengenai lokasi dan elevasi titik kontrol tetap dan titik referensi
berupa patok beton untuk keperluan survey dan pengukuran pelaksanaan
pekerjaan.

Tahapan Pengawasan Lapangan

Pengawasan pelaksanaan pekerjaan harus disesuaikan dengan spesifikasi teknis,


gambar kerja dan kesepakatan yang telah disetujui oleh semua pihak.

Pengendalian Mutu Bahan.


Pengendalian Metode Kerja.
Pengendalian Volume dan Gambar.

Dalam pengendalian mutu pekerjaan konstruksi, beberapa hal yang harus dilakukan
adalah sebagai berikut :

1. Pengendalian Mutu Bahan.


Pengendalian mutu bahan menyangkut jenis dan spesifikasi bahan-bahan
yang digunakan untuk konstruksi baik itu bahan bangunan maupun bahan
pompa. Sebelum digunakan, bahan-bahan ini akan diuji kualitasnya oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi.

Penjelasan pengujian bahan selengkapnya telah dijelaskan di pembahasan


sebelumnya.

2. Pengendalian Metode Kerja.

Dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan, metode kerja yang digunakan oleh


Penyedia Jasa Pemborongan harus sesuai dengan yang telah diberikan pada

Bab 2 - 44
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

spesifikasi teknis. Konsultan akan mengawasi cara-cara yang digunakan oleh


Penyedia Jasa Pemborongan tersebut dan memberikan masukan kepada
Penyedia Jasa Pemborongan apabila tidak begitu mengerti tentang metode
yang ada di dalam spesifikasi teknis.

3. Pengendalian Volume dan Gambar.


Volume dan gambar merupakan dasar bagi pelaksanaan konstruksi yang
utama di lapangan. Oleh karenanyas menjadi tugas Konsultan Manajemen
Konstruksi untuk mengecek apakah pelaksanaan yang ada sudah sesuai
dengan apa yang tercantum pada gambar rencana dengan volume yang
sesuai.

Dari ketiga jenis pengendalian mutu di atas, Konsultan Manajemen Konstruksi


akan memberikan laporan kepada Pengguna Jasa secara berkala sesuai
dengan perkembangan di lapangan.

Pada pengendalian mutu ini, tidak menutup kemungkinan adanya


permasalahan yang akan timbul di lapangan yang disebabkan kondisi lokasi
setempat baik mengenai metode kerja dan gambar rencana. Untuk itu perlu
dilakukan penyesuaian-penyesuaian (revisi) terhadap sistem pengendalian di
atas selama tidak menyimpang dan kesepakatan awal dan spesifikasi yang
ada. Hasil revisi ini akan dicatat oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan
terhadap perubahan-perubahan yang ada oleh Penyedia Jasa Pemborongan
akan dibuatkan gambar hasil pelaksanaan dari perubahan tersebut.

Output.
Laporan harian, mingguan dan bulanan hasil uji mutu bahan.
Laporan harian, mingguan dan bulanan prestasi volume pekerjaan.
Laporan harian, mingguan dan bulanan prestasi metode pekerjaan.
Gambar pelaksanaan lapangan (as built drawing).
Perjanjian perubahan kontrak (adendum).

Diagram jaringan (network diagram) adalah diagram yang memberikan permulaan


tanggal dini atau lambat dari masing-masing aktivitas agar dimungkinkan diperoleh

Bab 2 - 45
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

jadwal jalur kritis (critical path). Juga dibuat sub jadwal untuk menunjukkan jadwal
pekerjaan kritis dari keseluruhan jadwal konstruksi.

Di samping pembuatan diagram jaringan, untuk kontrol terhadap waktu perlu dibuat
juga jadwal kerja dalam pengawasan pelaksanaan konstruksi yang terdiri dari :

1. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi.


Pembuatan jadwal ini yang mengacu pada jadwal kegiatan Penyedia Jasa
Pemborongan dibuat untuk rencana pelaksanaan pekerjaan dan agar
kemajuan pekerjaan dari waktu ke waktu dapat dievaluasi ketepatan
waktunya. Jadwal tersebut diperlukan untuk menguraikan berbagai aktivitas
pekerjaan.

2. Jadwal Kedatangan Bahan Bangunan.

Jadwal kedatangan bahan bangunan harus disesuaikan dengan jadwal


pelaksanaan pekerjaan dan dibuat terpisah. Dalam jadwal harus sudah
termasuk/memperhitungkan waktu pengajuan, rencana produksi bahan di
pabrik/sumber bahan, jadwal rencana pengiriman, pengujian, pengambilan
sampel dan persetujuan dari Pengguna Jasa.

3. Jadwal Penggunaan Tenaga Kerja.


Jadwal ini juga mengacu kepada jadwal yang dimiliki oleh Penyedia Jasa
Pemborongan pelaksana di lapangan. Dari sini nantinya akan dilihat
perkembangan dan kecenderungan kebutuhan tenaga kerja yang digunakan
dalam pelaksanaan.

4. Jadwal Penggunaan Peralatan Konstruksi.


Untuk membantu pelaksanan konstruksi, biasa digunakan berbagai peralatan
baik itu peralatan ringan maupun alat-alat berat. Untuk itu, sangat perlu
dilakukan penjadwalan atas penggunaan alat-alat yang ada untuk melihat
tingkat efisien alat-alat tersebut.

Secara berkala Konsultan Manajemen Konstruksi akan memperbarui jadwal-


jadwal di atas yang disesuaikan dengan jadwal-jadwal Penyedia Jasa

Bab 2 - 46
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

Pemborongan untuk menggambarkan seteliti mungkin kemajuan pekerjaan


secara aktual sampai hari terakhir bulan yang bersangkutan.

Output.
Diagram jaringan (network diagram).
Laporan harian, mingguan dan bulanan pelaksanaan konstruksi aktual.
Laporan harian, mingguan dan bulanan kedatangan bahan bangunan.
Laporan harian, mingguan dan bulanan penggunaan tenaga kerja.
Laporan harian, mingguan dan bulanan penggunaan peralatan.

Pengawasan kegiatan dilakukan dengan membandingkan kurva S rencana


(yang dibuat Penyedia Jasa Pemborongan) dengan kurva S aktual sehingga
dapat diketahui apakah pekerjaan terlambat, sesuai atau mendahului jadwal
rencana. Dari sini kemudian dapat dilihat bobot biaya yang telah dikeluarkan
Penyedia Jasa Pemborongan untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi
sampai dengan kemajuan yang ada. Dengan kurva S ini, Penyedia Jasa
Pemborongan dapat mengajukan pembayaran yang akan diterima sesuai
dengan hasil kerja yang dilakukan.

Output.
Kurva S Aktual yang dibandingkan dengan Kurva S Rencana.
Berita Acara Kemajuan Pekerjaan untuk pembayaran Penyedia Jasa
Pemborongan.
Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan Tambah/Kurang bila ada perubahan
pekerjaan.

Tahapan Penyerahan Hasil


Tujuan adalah menyerahkan hasil-hasil pekerjaan pengawasan Konsultan Manajemen
Konstruksi terhadap pelaksanaan konstruksi oleh Penyedia Jasa Pemborongan.

Mengasistensi kepada Pejabat Pembuat Komitmen atas kebenaran dan


kelengkapan hasil pengawasan.
Evaluasi hasil pelaksanaan serta bukti-bukti pemenuhan kontrak oleh Penyedia
Jasa Pemborongan.
Menyusun dokumen penyerahan pekerjaan.
Surat Pernyataan selesainya pekerjaan.

Bab 2 - 47
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

Berita Acara Penyerahan Pekerjaan.

3.8 PEDOMAN PENGAWASAN MANAJEMEN KONSTRUKSI TERHADAP


PEKERJAAN

Evaluasi Gambar Kerja

Dalam evaluasi gambar kerja, beberapa hal yang dijadikan perhatian adalah :

1. Apabila ada keragu-raguan mengenal dimensi satuan, Penyedia Jasa


Pemborongan wajib menanyakan terlebih dulu kepada Konsultan Manajemen
Konstruksi.
2. Dasarnya bila ada perbedaan/konflik antara gambar dan uraian pekerjaan dan
persyaratan pelaksanaan, maka yang berlaku adalah yang tertulis. Ketentuan
tersebut berlaku bila tidak ada ketentuan lain dari Konsultan Manajemen
Konstruksi dan atau Konsultan Perencana.
3. Meskipun demikian, setiap kali ada perbedaan, ketidaksesuaian atau
keraguraguan di antara gambar kerja, maka sebelum melaksanakan pekerjaan
tersebut, Kontraktor harus melaporkan secara tertulis kepada Konsultan
Manajemen Konstruksi, dan Konsultan Manajemen Konstruksi memberikan
keputusan gambar mana yang akan dijadikan pegangan, sesudah berunding
dengan Konsultan Perencana.
4. Perbedaan-perbedaan tersebut tidak boleh dijadikan alasan bagi Kontraktor
untuk mengadakan claim pada waktu pelaksanaan.

Review Design
Pekerjaan review design akan dilakukan oleh Team Leader/Ahli Arsitektur dan Tenaga
Ahli lainnya, dimana data-data lapangan akan dikumpulkan dan di proses di kantor.
Pekerjaan ini akan dilakukan dengan berpedoman pada buku panduan yang
dikeluarkan oleh berbagai sumber, baik pemerintash ataupun swasta dan peraturan-
peraturan yang berlaku. Apabila diperlukan perubahan yang besar dari rencana,
maka akan di koordinasikan dan di konsultasikan dengan Team Leader/Site
Engineering dan Staf Proyek Pemberi Tugas. Berdasarkan masukan data yang
diperoleh maka ditentukan apakah design yang ada layak atau perlu dilakukan
perbaikan.

Bab 2 - 48
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

Pembuatan Shop Drawing


1. Shop drawing merupakan gambar detail pelaksanaan yang harus dibuat
kontraktor berdasarkan gambar perencanaan/gambar kerja yang disesuaikan
dengan keadaan lapangan dan/atau persyaratan pabrik dan bahan yang
dipakai.
2. Shop drawing ini harus memberikan semua data yang diperlukan termasuk
keterangan produksi, bahan, cara pemasangan, dimensi dan lain-lainnya.
3. Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan berdasarkan shop drawing tersebut
yang sebelumnya telah diajukan dan mendapat persetujuan tertulis dari
Konsultan Pengawas.
4. Pada dasarnya kontraktor diwajibkan membuat shop drawing apabila ada
persyaratan khusus dari pabrik/produksi bahan tertentu dan/atau belum
tercakup secara lengkap dalam gambar kerja, dan/atau disesuaikan dengan
kondisi lapangan.

Dokumentasi Pelaksanaan Konstruksi


1. Kontraktor harus membuat foto-foto berwarna dari bagian-bagian pekerjaan
yang sedang dilaksanakan atau yang telah selesai dilaksanakan seperti yang
diminta oleh Direksi/Pengawas Lapangan. Contoh-contoh foto harus
diserahkan kepada Direksi/Pengawas Lapangan pada akhir setiap bulan.
Ukuran foto sekurang-kurangnya ukuran postcard dan dipasang pada album.
Keterangan yang menyebutkan kegiatan/macam pekerjaan dan tanggal
pengambilan harus disertakan ukuran masing-masing foto.
2. Dari contoh yang dipilih Direksi/Pengawas Lapangan, Kontraktor harus
membuat foto dokumentasi 3 (Tiga) set dalam waktu 2 (Dua) hari
sesudahnya.
3. Negatif foto dokumentasi tersebut menjadi milik Pemberi Tugas atau
Konsultan Manajemen Konstruksi/Pengawas Lapangan dan tidak diijinkan
untuk membuat cetakan dan negatif tanpa persetujuan tertulis dari Pemberi
Tugas atau Konsultan Manajemen Konstruksi/Pengawas Lapangan untuk
diserahkan kepada siapa pun.

Mobilisasi dan Demobilisasi


Yang dimaksud dengan mobilisasi dan demobilisasi mencakup :

Bab 2 - 49
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

1. Pembongkaran dan pemindahan semua instalasi sementara, peralatan


pembangunan dan peralatan lainnya, sedemikian rupa sehingga lokasi
kegiatan bersih dan teratur kembali dan diterima baik oleh Pengawas.
2. Dalam waktu 7 (Tujuh) hari setelah Kontraktor menerima surat pelulusan,
Kontraktor harus memasukkan rencana kepada Konsultan Manajemen
Konstruksi/Pengawas Lapangan mengenai prosedur mobilisasi.
3. Hal ini harus menjamin dilaksanakannya mobilisasi di atas dalam waktu 10
(Sepuluh) hari setelah Konsultan Manajemen Konstruksi/Pengawas Lapangan
memberikan nota dimulainya pekerjaan, peralatan harus sudah berada di
lokasi kegiatan sesuai dengan jadwal dibutuhkannya alat-alat tersebut.
4. Kontraktor diharuskan mengajukan daftar terperinci tentang peralatan yang
akan digunakannya untuk melaksanakan pekerjaan. Daftar tersebut harus
sesuai dengan kebutuhan pekerjaan dan disetujui oleh Pengawas Lapangan
dalam hal fungsi dalam pekerjaan, kapasitas, jumlah, tahun pembuatan,
pabrik pembuat, kondisi dan rencana waktu tiba di tempat pekerjaan.
Kontraktor wajib mendatangkan alat-alat tersebut tepat pada waktunya sesuai
dengan jadwal pemakaian.
5. Kontraktor dalam keadaan apapun tidak dibenarkan untuk memindahkan alat-
alat tersebut sebagian atau seluruhnya, selama pelaksanaan pekerjaan tanpa
persetujuan Pengawas Lapangan.
6. Kontraktor diharuskan untuk mempersiapkan peralatan yang diperlukan untuk
melaksanakan tiap-tiap bagian/komponen/tahap pekerjaan sebelum pekerjaan
tersebut dimulai. Penyediaannya di tempat pekerjaan dan persiapannya harus
terlebih dahulu mendapat pemeriksaan dan persetujuan dari Pengawas.

Material/Bahan Bangunan
1. Kontraktor harus mengajukan contoh material dan daftar tertulis kepada
Pengawas untuk mendapat persetujuan tentang tempat asal/sumber dan
macam bahan bangunan yang dipesan untuk digunakan dalam pekerjaan,
yaitu : koral, split, pasir, besi beton, PC untuk mendapatkan persetujuan
Pengawas.
2. Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Pengawas akan dipakai sebagai
standar/pedoman untuk memeriksa/menerima material yang dikirim oleh
Kontraktor ke lapangan.

Bab 2 - 50
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

3. Kontraktor diwajibkan untuk membuat tempat penyimpanan contoh-contoh


yang telah disetujui Pengawas.
4. Sebelum dilaksanakan pemasangan, Kontraktor diwajibkan memberikan
kepada Pengawas “certificate test” dari bahan-bahan besi dan portland
cement dari produsen/pabrik.
5. Persyaratan bahan bangunan yang digunakan antara lain adalah :
a. Portland cement :
Semen yang digunakan harus semen Portland jenis I atau II atau
V yang memenuhi Standard Semen Indonesia (NI-8-1964) dan
ASTM C-150.
Umur semen yang akan digunakan tidak boleh lebih dan 2 bulan.
Semen yang telah menggumpal tidak boleh digunakan.
Kadar alkali maksimum 0,40%.

b. Agregat :
Agregat beton dapat berupa agregat hasil desintegrasi alami atau
buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu, tetapi agregat
tersebut harus memenuhi test, standard laboratorium dan
mempunyai gradasi yang memenuhi persyaratan ASTM 0-33.
Agregat kasar harus mempunyai susunan gradasi yang baik, cukup
syarat kekerasannya dan padat (tidak porous). Selain itu, agregat
beton yang digunakan haruslah bersih, uncoated, keras dan
terbebas dan lumpur, garam, partikel pipih dan material-material
merusak lainnya seperti alkali, organik dan bahan-bahan lunak &
ekspansif.
Sumber-sumber pengambilan agregat terlebih dahulu harus
mendapat persetujuan Konsultan Pengawas. Kontraktor harus
menyediakan sample agregat seberat 25 kg untuk setiap ukuran
dari sumber pengambilan agregat yang akan digunakan untuk
disetujui pengawas. Jika pengawas memandang perlu untuk
mengadakan pemeriksaan di laboratorium, maka pemeriksaan
tersebut sudah harus diperhitungkan di dalam penawaran.
Dimensi maksimum dari agregat kasar tidak lebih dari 20 mm dan
sesuai dengan ASTM Grade Size #67 (19,0 sampai 4,75 mm).

Bab 2 - 51
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dari bebas
dan bahan-bahan organik, tanah lempung dan sebagainya.

c. Air :
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih, segar dan tidak
mengandung minyak, asam, alkali, garam, dan bahan organik atau
bahan lain yang dapat menurunkan mutu pekerjaan dan sesuai
dengan pasal 3.6 P81 1971 dan pasal 9 PUBI – 1982.
Apabila dipandang perlu, Pengawas dapat minta kepada
Kontraktor supaya air yang dipakai diperiksa di laboratorium
pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya Kontraktor.

d. Baja tulangan :
Besi beton harus bebas dari karat, sisik, oli, gemuk dan kotoran-
kotoran lain yang dapat mengurangi lekatannya pada beton dan
harus memenuhi persyaratan dalam PBI 1971.
Baja tulangan harus mempunyai tanda standard SII dengan
ukuran sesuai dengan dokumen lelang.
Kontraktor harus memberikan copy sertifikat dari pabrik mengenai
kekuatan dan ukuran baja tulangan.
Untuk mendapatkan jaminan akan kualitas besi yang diminta,
maka disamping adanya sertifikat dari pabrik, juga harus
ada/dimintakan sertifikat dari laboratorium baik pada saat
pemesanan maupun secara periodik minimum masing-masing 2
(dua) contoh percobaan (stress strain) dan pelengkung untuk
setiap 20 ton besi. Pengetesan dilakukan pada laboratorium-
laboratorium yang disetujui oleh Pengawas.
e. Admixture :
Untuk setiap penggunaan admixture yang dianggap perlu,
Kontraktor diminta terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari
Pengawas mengenai hal tersebut.
Untuk itu Kontraktor diharapkan memberitahukan nama
perdagangan admixture tersebut dengan keterangan mengenai
tujuan, data-data bahan, nama pabrik produksi, jenis bahan

Bab 2 - 52
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

mentah utamanya, cara-cara pemakaiannya, resiko-resiko dan


keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu.
Admixture yang mengandung unsur clorida, flourida, ion sulfide,
ion nitrat dan unsur-unsur lainnya yang dapat merusak
bahanbahan beton dan tulangan baja tidak boleh digunakan pada
pekerjaan ini.
High-range water-reducing, jika diijinkan untuk digunakan, harus
sesuai dengan persyaratan ASTM C494 type F atau G.

Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan yang harus dilaksanakan kontraktor meliputi pekerjaan
mobilisasi peralatan dan material, pemasangan papan nama proyek, pekerjaan
pengukuran kembali (setting out).
1. Pekerjaan Mobilisasi Peralatan dan Material/Bahan.

Kotraktor harus menyediakan semua peralatan, perlengkapan, lampu untuk


penerangan, rambu-rambu pengamanan, pekerjaan sementara, suku cadang,
tenaga kerja dan orang-orang termasuk segala sesuatau yang diperlukan
untuk melaksana-kan pekerjaan dengan baik dan selalu siap selama pekerjaan
berlangsung.

Pekerjaan persiapan ini juga menyediakan kantor lapangan untuk Kontraktor


dan Direksi, barak untuk tempat tinggal karyawan Kontraktor, lapangan untuk
persiapan (work-yards), pengadukan beton (batch plant), bengkel, depot dan
gudang. Kegiatan ini juga termasuk pekerjaan asembling dan pemuatan untuk
transportasi peralatan di gudang pusat Kontraktor atau tempat dimana
peralatan tersebut berada, pengangkutan dan pengiriman peralatan maupun
material dan suku cadang ke lokasi pekerjaan, pembongkaran, pemasanga
sehingga siap pakai semua peralatan, material dan suku cadang ke lokasi
pekerjaan, pembongkaran, pemasangan sehingga siap pakai semua peralatan,
material dan suku cadang termasuk segala sesuatu yang diperlukan untuk
melakasanakan pekerjaan.

Bab 2 - 53
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

2. Papan Nama Proyek.

Kontraktor berkewajiban memasang papan nama proyek di lokasi yang mudah


terlihat, di sekitar jalan masuk lokasi pekerjaan. Papan nama proyek dipasang
pada balok kayu dengan mutu yang baik, yang tertancap dalam tanah
sehingga tidak bisa digerak-gerakkan atau diubah-ubah.

Papan nama proyek berisi informasi pekerjaan yang sedang dilaksanakan,


meliputi :
Nama dan nomor kontrak pekerjaan yang dilaksanakan.
Identitas pemilik pekerjaan.
Identitas pelaksana pekerjaan.
Waktu pelaksanaan pekerjaan.
Nilai pekerjaan yang dilaksanakan.

Papan nama proyek dibuat dari kayu dengan mutu yang baik, terbuat dari
papan dengan ukuran tebal 3 cm, lurus dan diserut rata. Papan nama proyek
dipasang tegak (tidak miring), tinggi sisi atas papan nama proyek harus sama
satu dengan lainnya.

3. Pengurukan Kembali.
Pengukuran kembali dimaksudkan untuk memastikan lokasi tapak pekerjaan
serta situasi lokasi pekerjaan, agar didapat gambaran yang jelas (dalam
bentuk peta situasi) untuk pelaksanan pekerjaan.
a. Persyaratan
Sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor diharuskan untuk
mengadakan pengukuran dan penggambaran kembali lokasi
pembangunan dengan dilengkapi keterangan-keterangan mengenai peil
ketinggian tanah, letak pohon, letak batas-batas tanah dengan alat-alat
yang sudah ditera kepresisiannya.

Ketidakcocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan


lapangan yang sebenarnya harus segera dilaporkan kepada Direksi
Pengawas untuk dimintakan keputusannya.

Bab 2 - 54
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudutnya hanya dilakukan dengan


alat-alat waterpas/theodolit yang ketepatannya dapat
dipertanggungjawabkan.

Kontraktor harus menyediakan theodolit/waterpas beserta Petugas yang


melayaninya untuk kepentingan pemeriksaan Direksi Pengawas selama
pelaksanaan pekerjaan/proyek.

Pengukuran sudut prisma atau benang secara azas segi tiga phytagoras
hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang disetujui oleh
Direksi Pengawas.

Kontraktor harus memasang tugu patokan dasar (bench mark) sebagai


titik acuan. Untuk patok pekerjaan, kontaktor juga harus memasang
patok-patok penuntun dan papan dasar pelaksanaan.

b. Tugu patokan dasar (Bench Mark).


Tugu patokan dasar dibuat dari beton berpenampang sekurang-
kurangnya 20×20 cm, tertancap kuat kedalam tanah sedalam 1 meter
dengan bagian yang menonjol diatas muka tanah sekurang-kurangnya
setinggi 40 cm.

Letak dan jumlah patokan dasar ditentukan oleh Direksi Pengawas,


minimal diperlukan 2 buah tugu patokan dasar.

Tugu patokan dasar dibuat permanen, tidak bisa diubah, diberi tanda
yang jelas dan dijaga keutuhannya sampai ada instruksi tertulis dari
Direksi Pengawas untuk membongkarnya.
Pada waktu pematokan (penetuan) peil dan setiap sudut-sudut tapak
(perpindahan), Kontraktor wajib membuat shop drawing dahulu sesuai
keadaan lapangan.
c. Papan dasar pelaksanaan (Bouwplank) dan patok pekerjaan.
Papan dasar pelaksanaan dipasang pada sepasang patok kayu ukuran
5/7 cm dengan mutu yang baik. Patok kayu tersebut tertancap dalam

Bab 2 - 55
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

tanah dan tidak bisa digerak-gerakkan atau diubah-ubah posisinya,


dengan jarak satu sama lain maksimum 1,50 meter.

Papan dasar pelaksanaan/bouwplank dibuat dari kayu dengan mutu


yang baik yang disetujui Direksi Pengawas, dengan ukuran tebal 3 cm,
lebar 20 cm, lurus dan diserut rata pada sisi sebelah atasnya.

Tinggi sisi atas papan patok ukur harus sama satu dengan lainnya,
kecuali dikehendaki lain oleh Direksi Pengawas.

Papan dasar pelaksanaan dipasang sejauh 100 cm dari sisi luar lokasi
pekerjaan.

Setelah selesai pemasangan papan dasar peleksanaan, Kontraktor harus


melaporkannya kepada Direksi Pengawas.

Pekerjaan Beton
1. Persyaratan.
Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, Kontraktor diwajibkan untuk
membuat mix design dari sebagian jumlah bahan untuk beton yang
sudah memenuhi persyaratan dengan pelaksanaannya mengikuti
Standar Konstruksi Bangunan Indonesia l.4.5.3.1989-UDC:693.5.
Kontraktor harus menyerahkan rencana konstruksi acuan dan perancah
kepada Pengawas untuk memperoleh persetujuannya. Pelaksanaan
pembuatan bangunan acuan dan perancah tidak diperkenankan sebelum
gambar rencana bangunan pembentuk disetujui Pengawas.
Pekerjaan pengecoran tidak dapat dimulai sebelum rencana tahap-
tahap, cara-cara dan persiapan pengecoran mendapat persetujuan
Pengawas.
Perbandingan adukan harus sesuai hasil percobaan dan persyaratan
yang diminta dan angka perbandingan adukan tersebut harus
menyatakan takaran dalam satuan isi yang dilaksanakan dalam keadaan
kering tanpa digetarkan. Alat penakar harus dibuat dengan baik, kuat
dan harus mendapatkan persetujuan Pengawas terlebih dahulu.

Bab 2 - 56
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

Adukan beton tersebut sudah harus terpakai dalam waktu 1 jam setelah
pengadukan dengan air dimulai. Bila digerakkan kontinyu secara
mekanik, jangka waktu tersebut bisa diperpanjang satu jam. Adukan
beton tersebut harus dicorkan sedekat-dekatnya ke tujuan secara
kontinyu sampai mencapai syarat-syarat pelaksanaan yang disetujui
Pengawas.
Pengecoran harus dilakukan secara teliti dan harus selalu diperiksa
sehingga bisa menghasilkan bentuk permukaan serta ketinggian yang
dibutuhkan sesuai dengan gambar kerja.
Pelaksanaan pemadatan/penggetaran harus dilaksanakan oleh pekerja-
pekerja yang telah berpengalaman dan dilaksanakan sesuai dengan
pengarahan dan petunjuk Pengawas.

2. Pemeriksaan Mutu Beton.


Kontraktor harus memberikan jaminan atas kemampuannya membuat
kualitas beton ini dengan memperhatikan data-data pelaksanaan
ditempat lain atau dengan mengadakan trial mixes di laboratorium yang
ditunjuk oleh Pengawas.
Selama pengecoran beton harus selalu dibuat benda-benda uji setiap 5
m3 beton dengan minimum 1 benda uji setiap hari sesuai dengan
Standar Konstruksi Bangunan Indonesia 1.4.5.3.1989-UDC:693.5 dan
diberi tanggal dan nomor urut yang menerus. Pengambilan benda uji
dilakukan atas persetujuan Pengawas.
Kontraktor harus membuat laporan terlulis atas data kualitas beton yang
dibuat dengan disahkan oleh Pengawas dan laporan tersebut harus
dilengkapi dengan nilai karakteristiknya.
Persiapan, cara-cara pembuatan, penyimpanan dan pemeriksaan mutu
hasil pelaksanaan pekerjaan beton harus mengikuti ketentuan-
ketentuan.

3. Penerimaan Hasil Pekerjaan Beton.

Pekerjaan beton dapat diterima setelah syarat-syarat dan ketentuan-


ketentuan dalam spesifikasi teknik dan gambar perencanaan telah dipenuhi

Bab 2 - 57
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

seluruhnya dan umur beton telah mencapai 28 hari. Kriteria penerimaan hasil
pekerjaan beton ditentukan berdasarkan PBI 1971.

Apabila hasil pemeriksaan benda-benda uji menunjukkan kekurangan


kekuatan beton hasil pekerjaan yang tidak melebihi 10% dari kekuatan beton
yang disyaratkan, maka hasil pekerjaan ini dapat diterima oleh Pengawas.
Atau diambil tindakan-tindakan sesuai dengan pasal 4.8 PBI 1971.
Penyimpangan hasil pelaksanaan terhadap spesifikasi teknis, gambar
perencanaan atau petunjuk Pengawas dapat menyebabkan hasil pekerjaan
tersebut dibongkar dan diperbarui kembali sesuai dengan persyaratan dan
ketentuan-ketentuan dalam persyaratan dokumen kontrak.

4. Penolakan Hasil Pekerjaan Beton.


Pengawas berhak menolak dan memerintahkan pembongkaran hasil
pekerjaan beton jika pekerjaan beton tersebut menunjukkan hasil-hasil
sebagai berikut :
Porous, segregasi atau berlubang-lubang.
Construction joints dibuat pada lokasi maupun cara-cara yang tidak
sesuai dengan rencana.
Letak/posisi tulangan baja bergeser (tidak sesuai dengan rencana)
selama dan setelah pengecoran.
Penyimpangan-penyimpangan hasil pelaksanaan sudah di luar batas
toleransi yang dapat diberikan sesuai dengan spesifikasi teknis ini.
Permukaan finishing tidak dapat memenuhi persyaratan.
Hasil pemeriksaan mutu beton maupun tindakan penanggulangannya
tidak dapat memenuhi persyaratan pada PB 1971 (N I-2).
Hasil pekerjaan tidak memenuhi persyaratan dalam spesifikasi teknis ini.

Pekerjaan Mekanikal
1. Bahan Baku.
Material (bahan baku) yang digunakan harus baru dan mempunyai nilai
kualitas nomor satu bebas dari cacat dan ketidak sempurnaan, serta
sesuai dengan tingkatan klasifikasi pada desain.

Bab 2 - 58
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

Semua pengadaan komponen ukuran, dimensi dan spesifikasinya harus


sesuai dengan gambar desain yang telah disetujui pemilik proyek. Untuk
semua komponen mekanik lainnya seperti ulir baut, mur dan pipa harus
dalam ukuran matriks.
Semua hasil pengecoran harus memenuhi persyaratan ketebalan, bebas
terhadap porosity, blow holes, shrinkage, crack dan lain-lain. Kesalahan
pengecoran tidak boleh diperbaiki dengan cara penambahan atau
pengelasan tanpa ijin dari Pemilik Proyek.

2. Pabrikasi.
Kontraktor harus mengajukan terlebih dahulu gambar-gambar yang jelas
untuk mendapatkan persetujuan dari Pemilik Proyek/Pengawas Lapangan
sebelum pekerjaan fabrikasi dimulai, baik untuk pekerjaan yang perlu
difabrikasi di luar area proyek maupun di dalam area proyek. Hasil pekerjaan
fabrikasi tersebut, akan diperiksa oleh Pemilik Proyek/Pengawas Lapangan
untuk mendapat persetujuan sebelum dikirim ke lokasi/pemasangan.

3. Pengelasan.

Kontraktor diwajibkan menyerahkan prosedur pengelasan untuk disetujui oleh


pihak proyek sama dengan yang ada didalam gambar. Ukuran dan tipe las
yang dibutuhkan harus diperlihatkan dalam gambar kontraktor.

Kualifikasi operator las (tukang las) yang akan melakukan pekerjaan harus
mempunyai kartu rekam (pass) selama 6 (Enam) bulan sesuai dengan JIS Z
3801 atau yang setara. Kontraktor harus menyerahkan 3 (Tiga) salinan
sertifikat laporan hasil tes las specimen pada tes kualifikasi. Bila pihak proyek
meragukan sertifikat para operator las yang diajukan kontraktor maka pihak
proyek berhak untuk meminta tes kualifikasi ulang. Semua biaya tersebut
ditanggung oleh kontraktor.

Kawat las yang digunakan harus mengacu pada JIS Z 3211 atau 3212, Low
hidrogen type covering atau yang setara. Kawat las tahan karat (stainless)
yang digunakan pada bagian di dalam air untuk pelindung atau
penyambungan harus menggunakan chromium nickel. Tipe, komposisi kimia

Bab 2 - 59
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

dan JIS atau acuan standar untuk kawar las yang akan digunakan harus
mendapat persetujuan dari pihak proyek.

4. Pengecatan.
Pemilihan cat dan warna yang akan digunakan harus di setujui oleh proyek
dan kontraktor harus mengusulkan merk cat dan warna, dengan menyerahkan
contoh warna termasuk spesifikasi cat untuk setiap lapisan sampai dengan
lapisan cat terakhir.

3.9 PROGRAM KERJA MANAJEMEN KONSTRUKSI

Dalam pelaksanaan pekerjaan layanan konsultansi, perlu adanya suatu program kerja
yang konsepsional, efektif dan efisien, sehingga setiap aktivitas kerja untuk mencapai
target sukses pekerjaan dapat terprogram dengan baik. Program kerja yang akan
dilaksanakan disesuaikan dengan ketentuan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) atau
Terms of Reference (TOR).

Penyusunan program kerja ini dilakukan berdasarkan :


1. Ruang lingkup pekerjaan.
2. Volume pekerjaan.
3. Batas waktu.
4. Keahlian personil.
5. Jumlah personil.
6. Peralatan yang dipakai.
7. Schedule mobilisasi.
8. Arahan Pengguna Jasa.
9. Aspek-aspek teknis dan non teknis lainnya.

Agar tujuan dan sasaran pekerjaan dapat dicapai sebagaimana yang diharapkan,
maka program kerja akan disusun secara sistematis dan dilaksanakan berdasarkan
urutan pekerjaan efektif dan waktu pelaksanaannya. Untuk mendapatkan efektivitas
yang tinggi atas input konsultan, dengan menggunakan sumber daya yang tersedia
secara efisien, dibutuhkan suatu perencanaan dan pelaksanaan sistem layanan

Bab 2 - 60
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

konsultansi yang ketat. Hanya dengan cara ini kualitas maupun kuantitas pekerjaan
dapat dikontrol, seraya menghindari beban pekerjaan puncak yang cukup besar.
Beban puncak dalam pekerjaan memerlukan mobilisasi staf tambahan dan
pengenalan terhadap pekerjaan. Aktivitas yang mengakibatkan berkurangnya kualitas
pekerjaan diupayakan untuk dihindari.

Aktivitas pokok pekerjaan pengawasan teknik meliputi tahapan utama sebagai


berikut:
1. Persiapan awal, studi terdahulu.
2. Koordinasi konsultan dengan Pemimpin Pekerjaan.
3. Koordinasi dengan unsur pekerjaan.
4. Koordinasi team konsultan.
5. Koordinasi dengan instansi terkait.
6. Tahap pengawasan teknik.

Persiapan Awal dan Studi Terdahulu


1. Persiapan awal.
Setelah konsultan mengadakan mobilisasi, dimana Team Leader telah
dimobilisasi, kemudian disusul dengan mobilisasi personil yang lain sesuai
Manning Schedule dan kebutuhan aktivitas pekerjaan, team konsultan segera
mengadakan persiapan awal untuk pekerjaan ini, yang kegiatannya antara lain
meliputi :
Menata/penyiapan kantor, furniture, perlengkapan kantor, dan lain-lain.
Mengadakan rapat koordinasi awal seluruh team Konsultan.
Mengadakan kunjungan/koordinasi awal dengan instansi-instansi dan
pihak-pihak terkait.
Penyiapan format/form-form standar yang akan diperlukan/digunakan
selama periode pekerjaan.
Pengumpulan data yang tersedia.
Studi/analisa data yang tersedia.
Field reconnaisance/site visit.
Mempelajari kembali design dan scope pekerjaan fisik.

2. Studi terdahulu.

Bab 2 - 61
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

Semua data yang akan dijadikan dasar/pegangan pelaksanaan pengawasan


konstruksi adalah berupa gambar-gambar rencana dan spesifikasi-spesifikasi,
baik teknis maupun umum yang akan dikumpulkan/dicari konsultan pengawas
untuk dipelajari dan kemudian dilaksanakan. Data tersebut umumnya dapat
diperoleh dari Pengguna Jasa.

Koordinasi
Dalam rangka menunjang pelaksanaan pekerjaan, konsultan akan melakukan
koordinasi secara rutin dengan Pejabat Pembuat Komitmen, unsur pekerjaan, instansi
terkait dan koordinasi intern konsultan.
1. Pemimpin Pekerjaan.
Koordinasi dengan Pemimpin Pekerjaan perlu dilakukan secara rutin dan
dengan frekwensi yang cukup.

2. Unsur Pekerjaan.
Selama waktu pelaksanaan, akan diadakan “Monthly Project Meeting” antara
Konsultan, Penyedia Jasa Pemborongan dan pejabat Pembuat Komitmen, di
sini bisa dievaluasi, dimonitor dan dibahas hal-hal antara lain :
Membahas pekerjaan yang akan dikerjakan, agar tidak terjadi keragu-
raguan atau kesalahan dalam pelaksanaan.
Management/pengaturan/penempatan alat berat oleh Penyedia Jasa
Pemborongan.
Kemajuan pekerjaan.
Informasi-informasi yang perlu disampaikan kepada Penyedia Jasa
Pemborongan dan atau sebaliknya.
Masalah-masalah di lapangan dan pemecahannya.
Rencana kerja Penyedia Jasa Pemborongan untuk bulan berikutnya.

Bila terjadi hal-hal khusus misal kelambatan pekerjaan, pekerjaan yang perlu
dilaksanakan dengan “crash-program” dan lain-lain, dalam hal ini perlu
diadakan pertemuan khusus.
Project meeting antara Konsultan dan Penyedia Jasa Pemborongan dilakukan
secara periodik (mingguan), untuk kondisi khusus dapat dilakukan dalam
rentang 2 – 3 harian.

Bab 2 - 62
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

3. Instansi Terkait.
Dalam rangka melaksanakan tugas pengawasan teknik, konsultan perlu
melakukan koordinasi dengan instansi dan konsultan lain terkait yang
berhubungan dengan scope pekerjaan.

4. Intern Konsultan.
Dalam melaksanakan tugas, team konsultan selain akan melaksanakan
tugasnya sesuai dengan job description, juga perlu ada koordinasi
antara Team Leader dengan stafnya, seperti antara lain dan tidak
terbatas pada :
a. Rapat bulanan antara Team Leader dan staff, membahas :
Laporan bulanan.
Aktivitas yang sudah dan akan dilaksanakan.
Masalah lapangan dan pemecahannya.
Penjelasan dan diskusi teknis untuk menunjang kelancaran
pekerjaan.

b. Profesional staf Konsultan akan melakukan kunjungan setiap hari atau


secara berkala ke lapangan pada waktu pekerjaan berjalan untuk
meyakinkan bahwa pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan kontrak.

c. Sub profesional staf akan melaksanakan inspeksi harian untuk


meyakinkan bahwa material, tenaga kerja dan hasil pekerjaan fisik
sesuai dengan dokumen kontrak dalam hal mutu, volume dan waktu.

d. Pertemuan-pertemuan khusus antara team leader dengan team atau


antar staf Konsultan dengan frekwensi yang cukup atau sesuai
kebutuhan, agar terjadi komunikasi, koordinasi, informasi yang baik.

Tahap Pengawasan
Konsultan selama periode konstruksi, akan senantiasa memberi arahan, bimbingan
dan instruksi yang diperlukan kepada Penyedia Jasa Pemborongan guna menjamin
bahwa semua pekerjaan dilaksanakan dengan baik, tepat kualitas, tepat kuantitas,
tepat waktu dan tepat biaya dengan berdasarkan dokumen kontrak dan petunjuk
teknis lainnya. Selain itu, tugas konsultan meliputi melakukan sertifikasi atas
pekerjaan ini yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa Pemborongan.

Bab 2 - 63
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

Secara rinci, pekerjaan yang dilakukan pada tahap supervisi adalah :


1. Masa Konstruksi/Masa Perbaikan :
2. Mengecek data titik survey di lapangan
3. Menyelenggarakan pengawasan menerus di lapangan untuk mendapatkan
kepastian bahwa semua pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan persyaratan di
dalam dokumen kontrak.
4. Memeriksa test laboratorium dan test lapangan untuk pekerjaan fisik, juga
material yang akan digunakan dan metode kerja untuk mendapatkan
kepastian sudah sesuai dengan persyaratan.
5. Menjaga, mengendalikan, mengontrol, memonitor, meevaluasi rencana
kemajuan pekerjaan yang terbaru berupa bar-chart dan atau metode lain
yang digunakan sesuai dengan rencana kerja yang sudah disetujui.
6. Memeriksa dan menyetujui semua gambar kerja dan detailnya yang diajukan
oleh Penyedia Jasa Pemborongan, penyesuaian design bila diperlukan, agar
sesuai dengan kebutuhan teknis/lapangan.
7. Memberikan laporan secara berkala semua pengukuran kuantitas pekerjaan
yang sudah di test termasuk penggunaan material, dengan menggunakan
bentuk yang sudah disetujui oleh Pengguna Jasa.
8. Memberikan laporan khusus jika ada masalah yang timbul, dan memberikan
rekomendasi pemecahan permasalahan.
9. Membantu mempersiapkan semua perubahan (change orders) dan membantu
Pengguna Jasa pada saat dilakukan negosiasi harga dan biaya konstruksi
terhadap perubahan kontrak tersebut (bila ada).
10. Mengevaluasi dan membantu menyiapkan rekomendasi bagi Pengguna Jasa
dalam bertindak atas klaim terhadap kontrak, perselisihan, penambahan
lingkup pekerjaan kontrak dan perubahan-perubahan lain di luar lingkup
pekerjaan yang tercantum dalam dokumen kontrak.
11. Memeriksa rancangan sertifikat pembayaran bulanan yang akan
disertifikasikan oleh Pengawas untuk mendapatkan persetujuan Pejabat
Pembuat Komitmen.
12. Menyediakan bantuan dan arahan pada saat yang tepat bagi Penyedia Jasa
Pemborongan di dalam semua masalah yang ada hubungannya dengan
dokumen kontrak, pengecekan terhadap survey tanah dasar, test pengawasan

Bab 2 - 64
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

mutu dan masalah lain yang berhubungan dengan dipenuhinya kontrak dan
kemajuan pekerjaan.
13. Menjamin penerimaan dan menjaga sebagai laporan tetap semua jaminan
yang diperlukan di bawah syarat-syarat yang tercantum di dalam dokumen
kontrak, untuk material dan peralatan yang digunakan di pekerjaan. Semua
material yang digunakan di pekerjaan termasuk sumbernya juga harus
disetujui terlebih dahulu.
14. Menyediakan informasi yang diperlukan oleh Pengguna Jasa, menghadiri dan
mencatat semua rapat/pertemuan dengan Penyedia Jasa Pemborongan,
Pejabat Pembuat Komitmen dan Instansi pemerintah lain serta menyediakan
bantuan teknis bila dan kapan diperlukan dalam kaitannya dengan
pelaksanaan pekerjaan dan masalah-masalah kontrak.
15. Mendokumentasikan kondisi cuaca harian, peralatan Penyedia Jasa
Pemborongan dan personil di lapangan serta peristiwa/kejadian yang bisa
mengakibatkan keterlambatan, dan langkah-langkah yang diambil untuk
mencegah keterlambatan tersebut.
16. Memberikan bantuan advis kepada Pejabat Pembuat Komitmen di dalam
menyusun kebijakan dan langkah untuk mencegah dan mengurangi klaim.
17. Membuat laporan bulanan, laporan teknik/khusus dan laporan akhir pekerjaan
seperti yang dikehendaki oleh Pengguna Jasa.
18. Pemeriksaan Serah Terima Sementara, termasuk penyiapan laporan dan
Berita Acara Serah Terima Sementara yang diperlukan, serta menyiapkan
Sertifikat Penerimaan Sementara (Certificate of Provisional Acceptance).

Secara ringkas, semua aktivitas di lapangan dirangkum di bawah ini :


1. Persiapan lapangan.
Pada tahap persiapan di lapangan, tim konsultan akan mengawasi dan
mencek aktivitas-aktivitas konstruksi seperti yang dijabarkan berikut ini :
Memeriksa kualitas semua bahan yang akan digunakan untuk
konstruksi.
Penyiapan rancangan campuran pekerjaan (job mix formula) untuk
beton dan lain-lain.
Lokasi letak bahan-bahan.
Kondisi tumpukan bahan di lokasi kerja.

Bab 2 - 65
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

Jumlah dan kondisi semua peralatan.


Jumlah personil Penyedia Jasa Pemborongan.
Jumlah dan kualitas bahan-bahan.
Kondisi cuaca.
Prosedur administrasi Penyedia Jasa Pemborongan.
Form/formulir kerja.
Persiapan form-work.
Mengecek jadual Penyedia Jasa Pemborongan.
Persiapan konstruksi.

2. Pekerjaan konstruksi/Perbaikan.
Setelah mobilisasi dan persiapan di lapangan selesai dan diperiksa oleh
konsultan dan Pejabat Pembuat Komitmen, maka Penyedia Jasa Pemborongan
akan diijinkan untuk melanjutkan pekerjaan konstruksi. Team konsultan akan
mengecek langsung hal-hal berikut ini :
Metoda pekerjaan konstruksi;
Penggunaan bahan;
Pengecekan jadwal;
Kondisi cuaca dari waktu ke waktu selama periode pelaksanaan
pekerjaan;
Pengambilan contoh (sampling).

Sebelum pekerjaan fisik dimulai, Penyedia Jasa Pemborongan mengajukan


“Request” terlebih dahulu, yang berisi antara lain :
Jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan;
Lokasi pekerjaan;
Peralatan yang akan digunakan;
Estimasi volume pekerjaan;
Material yang akan digunakan;
Rencana jam kerja.

3. Pengawasan mutu.

Bab 2 - 66
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

Sebelum memulai aktivitas konstruksi, Penyedia Jasa Pemborongan akan


membuat suatu permohonan tertulis kepada konsultan untuk prosedur
konstruksi dan persetujuan pekerjaan. Konsultan akan :
Menginspeksi dan menyetujui bahan-bahan yang akan digunakan.
Menginspeksi dan menyetujui pelaksanaan pekerjaan fisik.
Menginspeksi dan menyetujui metoda serta ketelitian pekerjaan
Memeriksa/menginstruksikan test-test lapangan.
Memeriksa/menginstruksikan test laboratorium terhadap sampel-sampel
yang diambil dari lokasi kerja.
Memeriksa/menginstruksikan test yang lain sesuai spesifikasi.

4. Pengawasan kuantitas.
Pengawasan kuantitas (quantity control) akan mengecek bahan-bahan yang
ditempatkan oleh Penyedia Jasa Pemborongan. Konsultan akan memproses
bahan-bahan dan produk fisiknya berdasarkan atas :
Hasil pengukuran yang memenuhi batas toleransi.
Metoda perhitungan.
Lokasi kerja.
Jenis pekerjaan (work item).
Tanggal diselesaikannya pekerjaan.

5. Catatan-catatan teknis.
Catatan-catatan akan dikeluarkan/diberikan dari waktu ke waktu, untuk
memberikan petunjuk-petunjuk kepada Penyedia Jasa Pemborongan guna
meningkatkan aspek-aspek pekerjaan fisik, metode kerja/construction
methode dan lain-lain.

Demikian juga catatan-catatan/instruksi-instruksi diberikan juga untuk


pekerjaan yang hasilnya tidak sesuai dengan spesifikasi.

6. Fase value engineering :


Pekerjaan yang dilakukan pada tahap value engineering antara lain sebagai
berikut :

Bab 2 - 67
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

Memeriksa original design, untuk mengetahui apakah dimungkinkan


dilakukan redesign untuk penghematan sesuai usulan Penyedia Jasa
Pemborongan.
Metode konstruksi, pengoperasian alat berat, sehingga diharapkan
diperoleh penghematan biaya konstruksi.

Tahap Pelaporan

Selama proses pengawasan pelaksanaan pekerjaan dan akhir dari pelaksanaan


pekerjaan, maka konsultan akan membuat laporan, yaitu : Laporan Hasil Review
Dokumen Perencanaan, Laporan Mingguan, Laporan Bulanan, Laporan Akhir dan
Laporan Executive Summary.

Laporan mingguan/bulanan berisi tentang progres fisik pekerjaan dan kendala-


kendala selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung untuk setiap minggu/bulannya.
Proses penyusunan laporan mingguan/bulanan akan mengacu kepada laporan dari
field engineer dan pengawas lapangan untuk setiap lokasi yang akan diawasi.
Sebelumnya diarsipkan maka perlu dilakukan pembahasan bersama-sama dengan
direksi.

Sedangkan laporan Akhir berisikan tentang perhitungan volume akhir pekerjaan dan
evaluasi pelaksanaan pekerjaan. Laporan tersebut akan dilengkapi dengan foto-foto
dokumentasi yang bedasarkan prosentase kemajuan pekerjaan (0 %, 25 %, 50 %,
75 % dan 100 %). Secara rinci, isi laporan adalah sebagai berikut :

Adapun jenis-jenis laporan yang dikeluarkan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi


adalah sebagai berikut :

1. Laporan Hasil Review Dokumen Perencanaan.


Laporan ini dihasilkan dalam Tahap Review Dokumen Perencanaan yang berisi :
Laporan hasil evaluasi/penelitian terhadap dokumen perencanaan Detail
Enginering (DED) yang dihasilkan oleh Konsultan Perencana, dokumen lelang
dan rekomendasi Konsultan manajemen Konstruksi bahwa dokumen siap untuk
dilelang. Sebelum dituangkan dalam laporan hasil review, hasil evaluasi
dimaksud untuk setiap paket Pekerjaan harus disampaikan kepada Pemberi
Tugas secara tertulis sebelum rapat Penjelasan Pekerjaan.

Bab 2 - 68
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

Laporan ini harus sudah diserahkan selambat-lambatnya minggu pertama dan


dibuat dalam 3 (tiga) Eksemplar.

2. Laporan Mingguan.
Laporan Mingguan, terdiri dari :
1. Laporan Harian Lapangan/Bobot Harian.
2. Data Umum Proyek.
3. Hasil Pembahasan/Laporan Rapat Lapangan (Masukan Rapat).
4. Rekapitulasi Bobot Progress Pekerjaan Pelakasanaan Konstruksi.
5. Rencana Kerja.
6. Quality Control Pekerjaan pelaksanaan konstruksi harian terhadap
jumlah tenaga kerja, peralatan dan material laporan ini harus sudah
diserahkan selambat-lambatnya akhir minggu setiap minggunya dan
dibuat dalam 3 (tiga) Eksemplar.

3. Laporan Bulanan.
Laporan Bulanan, terdiri dari :
1. Laporan Harian Lapangan (dari referensi buku harian lapangan).
2. Laporan Mingguan/Bobot Mingguan.
3. Administrasi kegiatan, antara lain :
a. Bantara erita Acara perubahan pekerjaan tambah dan kurang (bila
ada), termasuk menyiapkan usulan addendum kontrak dan analisa
perubahan pekerjaan tambah.
b. Berita Acara perubahan waktu pelaksanaan (bila ada) termasuk
menyiapkan usulan addendum kontrak.
c. Revisi Schedule (bila ada) dan networking planning.
d. Qualitty Control antara lain : Cek dimensi dan Tes material (beton,
besi beton, batu dan lain-lain).
e. Rekomendasi atas prestasi bobot yang telah dicapai berkaitan
dengan rencana tagihan/penarikan termyn.
f. Laporan pemeriksaan baik persyaratan fisik ataupun administrasi
berkaitan dengan rencana serah terima pekerjaan yang diusulkan
oleh Penyedia Jasa.

Bab 2 - 69
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

Laporan ini harus sudah diserahkan selambat-lambatnya akhir bulan setiap


bulannya dan dibuat dalam 3 (tiga) Eksemplar.

4. Laporan Bulanan SMK3.


Laporan Bulanan diserahkan tiap akhir bulan kalender selama pelaksanaan fisik
berlangsung. Jumlahnya sebanyak 3 (tiga) eksemplar, laporan ini akan dibahas
dengan Tim Teknis terkait.

5. Laporan Akhir :
Laporan Akhir Pengawasan Teknis memuat :
 Kesimpulan dan saran.
 Bagian pokok, yang memuat uraian dan hasil pelaksanaan pekerjaan.
 Cakupan fakta dan dokumentasi yang menggambarkan pendekatan dan
metodologi yang dipilih oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dalam
pemberian jasa.
 Laporan akhir ini harus merangkum tanggapan dan perubahan yang
disepakati.
 Revisi program dan kegiatan pengendalian dan pengawasan waktu,
mutu, biaya dan administrasi kontrak tahap pelaksanaan (bila ada
revisi).
 Laporan akhir ini mencakup keseluruhan kegiatan Manajemen Konstruksi
dari tahap persiapan sampai dengan serah terima kedua pekerjaan
pelaksanaan.
 Laporan akhir harus diserahkan pada saat Konsultan mengakhiri
tugasnya sebanyak 3 (tiga) Eksemplar.

6. Laporan Executive Summary :


Laporan ini akan berisikan laporan tertulis mengenai pelaksanaan pekerjaan
konstruksi selama sebulan yang memuat kemajuan pekerjaan fisik lapangan,
hambatan-hambatan, hasil rapat mingguan, penggunaan tenaga kerja,
peralatan dan bahan serta pengamatan keadaan cuaca.
Laporan Executive Summary harus diserahkan pada saat Konsultan mengakhiri
tugasnya sebanyak 3 (tiga) Eksemplar.

Bab 2 - 70
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

7. Dokumentasi dan Harddisk External (Soft File Laporan Kegiatan) :


Semua dokumentasi pelaksanaan pekerjaan dari awal hingga berakhir masa
pelaksanaan dan semua laporan harus diserahkan berbentuk soft copy.

3.10 ORGANISASI DAN PERSONIL MANAJEMEN KONSTRUKSI

Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan


Berdasarkan metodologi dan pendekatan penanganan pekerjaan sebagaimana telah
diuraikan, maka disusun organisasi pelaksana pekerjaan dalam rangka koordinasi,
pertukaran informasi, evaluasi dan pengendalian pelaksanaan pekerjaan secara
makmimal serta struktur organisasi tim konsultan.

Sasaran eksternal
Dalam arti tujuan koordinasi, pertukaran informasi, evaluasi dan pengendalian
pelaksanaan pekerjaan antara Tim Konsultan dengan Pelaksanaan Penyediaan
Perumahan Sumatera III Satuan Kerja Penyediaan Perumahan Provinsi
Sumatera Barat.

Sasaran internal
Dalam arti koordinasi, evaluasi dan pengendalian pelaksanaan di dalam Tim
Konsultan sendiri, baik dalam tahap persiapan maupun tahap pengawasan.
Koordinasi dilakukan antara anggota tim dan angota tim dengan ketua tim sesuai
tugas dan tanggung jawab masing-masing anggota tim.

Adapun mekanisme pelaksanaan penyusunan pekerjaan adalah sebagai berikut :

1. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).


Dalam hal ini Pejabat Pembuat Komitmen, bertindak sebagai
penanggung jawab pekerjaan dan akan mempunyai peran dalam hal
koordinasi khususnya secara administratif dan teknis.

2. Konsultan Manajemen Kontsruksi (MK).


Direktur Perusahaan, bertanggung jawab atas masalah kontrak,
manajemen personil dan pembiayaan pekerjaan secara keseluruhan.
Team Leader, bertanggung jawab sebagai koordinator semua kegiatan
administrasi maupun teknis dan organisasi Tim Manajemen Konstruksi.

Bab 2 - 71
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

Ahli Teknik Bangunan Gedung, bertanggung jawab membantu Team


Leader dalam pengawasan/pengecekan/penilaian atau advist teknis
untuk setiap pekerjaan struktur bangunan gedung yang akan
dikerjakan oleh pelaksana pekerjaan/proyek konstruksi.
Tenaga Ahli Mekanikal, bertanggung jawab membantu Team Leader
dalam pengawasan/pengecekan/penilaian atau advist teknis untuk
setiap pekerjaan mekanikal bangunan gedung yang akan dikerjakan
oleh pelaksana pekerjaan/proyek konstruksi.
Tenaga Ahli Elektrikal, bertanggung jawab membantu Team Leader
dalam pengawasan/pengecekan/penilaian atau advist teknis untuk
setiap pekerjaan elektrikal bangunan gedung yang akan dikerjakan
oleh pelaksana pekerjaan/proyek konstruksi.
Tenaga Ahli Ahli K3, bertanggung jawab pada semua analisis dan
rumusan yang berkaitan dengan pekerjaan keselamatan dan kualitas
kerja dalam pelaksanaan proyek.
Tenaga Pengawas Lapangan Sipil, bertanggung jawab memonitor setiap
kegiatan pelaksanaan pekerjaan struktur secara kuantitas serta kualitas
sesuai dengan tahapan-tahapan proyek pada saat dilaksanakannya
pelaksanaan konstruksi fisik.
Tenaga Pengawas Lapangan Arsitektur, bertanggung jawab memonitor
setiap kegiatan pelaksanaan pekerjaan arsitektur secara kuantitas serta
kualitas sesuai dengan tahapan-tahapan proyek pada saat
dilaksanakannya pelaksanaan konstruksi fisik.
Tenaga Pengawas Lapangan Mekanikal, bertanggung jawab memonitor
setiap kegiatan pelaksanaan pekerjaan mekanikal secara kuantitas serta
kualitas sesuai dengan tahapan-tahapan proyek pada saat
dilaksanakannya pelaksanaan konstruksi fisik.
Tenaga Pengawas Lapangan Elektrikal, bertanggung jawab memonitor
setiap kegiatan pelaksanaan pekerjaan elektrikal secara kuantitas serta
kualitas sesuai dengan tahapan-tahapan proyek pada saat
dilaksanakannya pelaksanaan konstruksi fisik.
Quality Surveyor, bertanggung jawab mengikuti petunjuk teknis dan
instruksi dari Team Leader dan selalu mengusahakan agar supaya Team

Bab 2 - 72
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

Leader dan PPK selalu mendapat informasi yang diperlukan berkitan


dengan pengendalian mutu.
Quality Control, bertanggungjawab menentukan peralatan/metode kerja
yang akan digunakan untuk pekerjaan konstruksi yang effisien
berdasarkan uji coba pemadatan timbunan dan hasil uji campuran
beton.
Estimator, bertanggung jawab berkoordinasi dengan tenaga ahli dan
tenaga penunjang dalam menghitung estimasi biaya pelaksanaan
pekerjaan.
Operator CAD/Drafter, bertanggung jawab berkoordinasi dengan tenaga
ahli dan tenaga penunjang untuk pembuatan dan pelaksanaan gambar
teknis kegiatan.
Administrasi/Operator Komputer, bertanggung jawab dan berkoordinasi
dengan Team Leader, tenaga ahli untuk laporan administrasi kantor dan
proyek.

Tenaga Ahli :

1. Team Leader

Berjumlah 1 (satu) orang dengan Latar belakang pendidikan Sarjana Sarjana


Teknik Arsitektur Strata 1 (S1) lulusan universitas atau perguruan tinggi
negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah
lulus ujian Negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi.
Memiliki sertifikasi keahlian (SKA) Ahli Manajemen Konstruksi
(601)/Manajemen Proyek (602)/Ahli Sistem Manajemen Mutu (604) klasifikasi
madya yang dikeluarkan oleh Asosiasi Profesi yang telah disahkan oleh LPJK.
Diutamakan yang telah mempunyai pengalaman sebagai ketua tim minimum
selama 3 (tiga) Tahun di bidang pekerjaan tersebut dilengkapi dengan
referensi kerja. Lingkup tugas Team Leader yaitu memimpin dan
mengkoordinir seluruh kegiatan anggota tim kerja dalam pelaksanaan
pekerjaan sampai dengan pekerjaan dinyatakan selesai.

Tugas dan tangungjawabnya pada pekerjaan ini adalah:

Bab 2 - 73
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

a. Sebagai penanggung jawab tertinggi pelaksanaan pekerjaan MK secara


keseluruhan.
b. Sebagai koordinator semua kegiatan administrasi maupun teknis dan
organisasi Tim Manajemen Konstruksi.
c. Sebagai pemimpin unsur pengarah, pengawas dan pengendali mutu
pekerjaan pada setiap tahap kegiatan pelaksanaan pembangunan.
d. Menyusun Organisasi Kerja Tim Manajemen Konstruksi secara
keseluruhan.
e. Mengkoodinasikan pelaksanaan pengendalian dan pengawasan terhadap
semua hal yang berhubungan dengan kelancaran pekerjaan
pelaksanaan fisik oleh pihak Kontraktor Pelaksana.
f. Mengkoordinasikan hubungan kerja antar organisasi kerja sesuai tugas
masing-masing dengan semua unsur proyek dan instansi terkait.
g. Memimpin rapat koordinasi bulanan yang melibatkan pihak-pihak lain
yang terkait (Pemberi Tugas maupun Konsultan Perencana).

2. Tenaga Ahli Mekanikal Elektrikal dan Plambing


Berjumlah 1 (satu) orang dengan Latar belakang pendidikan Sarjana Sarjana
Teknik Elektro Strata 1 (S1) lulusan universitas atau perguruan tinggi negeri
atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus
ujian Negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi.
Memiliki sertifikasi keahlian (SKK) Ahli Teknik Elektrikal klasifikasi muda yang
dikeluarkan oleh Asosiasi Profesi yang telah disahkan oleh LPJK. Diutamakan
yang telah mempunyai pengalaman sebagai ketua tim minimum selama 5
(lima) Tahun di bidang pekerjaan tersebut dilengkapi dengan referensi kerja.
Tenaga tersebut utamanya membantu Team Leader memberikan masukan
pengarahan, pengawasan (waktu dan spesifikasi/kualitas), pelaporan, review
desain pekerjaan mekanikal bangunan maupun kawasan.

Tugas dan tangungjawabnya pada pekerjaan ini adalah :


a. Membantu Team Leader dalam pengawasan/pengecekan/penilaian atau
advist teknis terhadap seluruh bahan-bahan/material yang digunakan,
baik kualitas dan kuantitas yang sesuai dengan spesifikasi yang

Bab 2 - 74
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

dipersyaratkan untuk pekerjaan mekanikal yang akan dikerjakan oleh


pelaksana pekerjaan/proyek.
b. Membantu Team Leader dalam pengawasan/pengecekan/penilaian atau
advist teknis untuk setiap pekerjaan mekanikal bangunan gedung
yang akan dikerjakan oleh pelaksana pekerjaan/proyek konstruksi.
c. Membantu Team Leader dalam pengawasan/pengecekan/penilaian atau
advist teknis untuk seluruh hasil akhir pekerjaan mekanikal bangunan
gedung yang akan dikerjakan oleh pelaksana pekerjaan/proyek
konstruksi.
d. Dalam melaksanakan tugas, Tenaga Ahli Mekanikal bertanggung jawab
kepada Team Leader.

Peralatan Pendukung

1. Ruang Kerja/Kantor/Mess

Mengingat bahwa dalam melaksanakan tugasnya, konsultan akan selalu


berhubungan dengan pihak pemberi kerja, maka diperlukan suatu ruang kerja
yang bisa dihubungi, dan juga merupakan tempat bekerja seluruh anggota
tim, sehingga pelaksanaan tugas oleh konsultan dapat terkoordinasi dengan
baik. Adapun kegiatan pekerjaan ini dilakukan di Provinsi Sumatera Barat.

2. Peralatan Kerja

Dalam menunjang kegiatan tim konsultan pada pelaksanaan pekerjaan ini


memerlukan beberapa peralatan kerja, antara lain :

Meja tulis/meja kantor dan kursi 2 Set


Komputer 9 Unit
Laptop 11 Unit
Printer Colour A3 5 Unit
Printer Colour A4 5 Unit
Scanner 5 Unit
Komputer Supplies 5 Set

3. Transportasi

Bab 2 - 75
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

Guna menunjang pelaksanaan pekerjaan ini, konsultan memerlukan


kendaraan operasional sebagai alat transpotasi tim. Alat transportasi yang
diperlukan berupa :

Kendaraan Roda Empat 2 Unit

Dalam pemakaian sarana kendaraan tersebut disesuaikan dengan jadwal


pelaksanaan pekerjaan, jadwal penugasan personil, dan jadwal survey.

4. Telekomunikasi

Untuk komunikasi baik lokal maupun interlokal selama pengerjaan proyek ini
konsultan menggunakan fasilitas jasa telekomunikasi seperti :

Telephone 1 Buah

Faksimile 1 Set

Wifi 1 User

5. Peralatan Survey

Meteran 5m, 30m, 50 meter 11 Unit

Camera Digital 11 Unit

Hand GPS 5 Unit

Safety Helmet 11 Buah

Safety Shoes 11 Pasang

Jaket Lapangan 11 Buah

Sarung Tangan 11 Pasang

Masker 11 Buah

Bab 2 - 76
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan dan Jadwal Penugasan Personil


Secara keseluruhan Pekerjaan Manajemen Konstruksi Pembangunan
Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung memerlukan waktu 180 Hari
Kalender.

Bab 2 - 77
Manajemen Konstruksi Pembangunan Lanjutan Rumah Susun Pemkab Sijunjung

Bab 2 - 1

Anda mungkin juga menyukai