Anda di halaman 1dari 7

PERANAN MANAJEMEN KONSTRUKSI PROYEK

Muhammad Kharisma Alfi Nuzul Huda

5230811187

Teknik Sipil UTY

Seorang konsultan manajemen konstruksi berperan sebagai pemberi nasihat,

pembantu, dan rekan kerja. Keterlibatan konsultan manajemen konstruksi diharapkan

dapat memberikan informasi terpercaya kepada pemilik proyek. Pemakaian jasa

konsultan manajemen konstruksi umunya digunakan pada proyek berskala besar,

dimana konsultan manajemen konstruksi memiliki peran dalam mengelola manajemen

proyek. Macam-macam kendala ketika tahap pelaksanaan konstruksi proyek biasanya

sering terjadi. Salah satu permasalahan yang secara umum terjadi ialah keterlambatan

waktu konstruksi yang menyebabkan suatu proyek konstruksi tidak selesai sesuai

dengan waktu yang telah dijadwalkan. Faktor yang memicu terjadinya keterlambatan

adalah: struktur organisasi proyek tidak beraturan, SDM kurang profesional ataupun

hambatan karena kondisi alam. Maka dari itu, sangat dibutuhkan peninjauan apa saja

peranan konsultan manajemen konstruksi juga bagaimana realisasi peranan tsb dalam

mencegah keterlambatan konstruksi.

Gambar 1. 1 Gambar Ilustrasi


Peranan Konsultan Manajemen Konstruksi berjalan dengan baik pada suatu proyek
konstruksi (Tuelah et al,2014). Pemakaian jasa konsultan MK umumnya dipakai untuk
proyek-proyek yang memiliki skala besar & merupakan tim kerja dengan keahlian
dalam mengelola manajemen proyek dan bertanggung jawab untuk pemantauan,
pengendalian, dan integrasi ke dalam proses proyek. Tim ini bertindak sebagai
konsultan implementasi proyek di lokasi dalam peran mulai dari perencanaan hingga
konstruksi. Beberapa tugas belum dilaksanakan, tetapi konsultan manajemen
konstruksi telah memainkan peran yang cukup baik dalam mengkoordinasikan hal ini.
Permasalahan yang ditemui adalah terjadinya keterlambatan dalam mengirimkan
material & kurangnya peran dari konsultan manajemen konstruksi dalam mengatasi
masalah ini (Lempoy et al,2013). Oleh karena itu, dengan adanya konsultan
manajemen konstruksi ini di harapkan mampu mencegah terjadinya keterlambatan
waktu konstruki pada pembangunan proyek gedung bertingkat. (ANALISIS PERANAN
KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI DALAM MENCEGAH
KETERLAMBATAN WAKTU KONSTRUKSI, t.t.)

1. Fungsi Manajemen Konstruksi

Gambar 1. 2 Diagram Fungsi Manajemen Konstruksi


Menurut Ervianto (2005) fungsi dasar manajemen tersebut diatas dapat
dikelompokkan menjadi empat kelompok kegiatan antara lain :

a) Planning ( Perencanaan )
Fungsi Perencanaan/Planning dari manajemen konstruksi adalah suatu
proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan,
dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam perencanaan, ada beberapa
faktor yang harus dipertimbangkan yaitu harus SMART :

1. Specific artinya perencanaan harus jelas maksud maupun ruang


lingkupnya. Tidak terlalu melebar dan terlalu idealis.
2. Measurable artinya program kerja atau rencana harus dapat diukur
tingkat keberhasilannya.
3. Achievable artinya dapat dicapai.Jadi bukan anggan-angan.
4. Realistic artinya sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang ada.
Tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Tapi tetap ada tantangan. ada.
Tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Tapi tetap ada tantangan.
b) Organizing (Organisasi)
Fungsi Organizing / Organisasi dari Manajemen konstruksi adalah
mengelompokkan kegiatan – kegiatan yang diperlukan, dan bagaimana
hubungan antar kegiatan tersebut dalam suatu bentuk struktur organisasi
atau institusi. Dalam hal ini organisasi
berarti sebagai wadah atau tempat menyatukan pemikiran dari
sekelompok orang didalamnya diantaranya owner, Konsultan Perencana,
Pihak Kontraktor, dan Konsultan Pengawas untuk mencapai satu tujuan.
Organizing adalah proses dalam memastikan kebutuhan manusia dan fisik
setiap sumber daya
tersedia untuk menjalankan rencana dan mencapai tujuan yang
berhubungan dengan organisasi.
c) Actuating ( Pelaksanaan )
Fungsi actuating/pelaksanaan dalam manajemen konstruksi bertujuan
untuk mewujudkan bangunan yang dibutuhkan oleh pemilik proyek, dan
yang sudah dirancang oleh konsultan perencana dalam batasan biaya dan
waktu yang telah disepakati, serta dengan mutu yang disyaratkan. Dalam
tahap ini, fungsi actuating dibagi menjadi 2, yaitu fungsi staffing dan fungsi
directing. Fungsi staffing berkenaan dengan (recruitment), penempatan,
penilaian kinerja, pelatihan, dan pengembangan tenaga kerja dalam
organisasi. Sedangkan fungsi directing merupakan usaha utuk memobilisasi
sumber-
sumber daya yang dimiliki oleh organisasi agar dapat bergerak dalam satu
kesatuan sesuai dengan rencana
yang telah dibuat. Dalam tahapan proses directing juga terkandung usaha-
usaha bagaimana memotivasi agar dapat bekerja dengan baik dan
bagaimana proses kepemimpinan agar tercapai tujuan.
d) Controlling ( Pengawasan )
Fungsi pengendalian dari manajemen konstruksit erdiri dari fungsi
controlling,supervising, dan koordinasi. Agar pekerjaan berjalan sesuai
dengan visi, misi, aturan dan program kerja maka dibutuhkan pengontrolan.
Baik dalam bentuk supervisi, pengawasan, inspeksi hingga audit. Kata-kata
tersebut memang memiliki makna yang berbeda, tapi yang terpenting
adalah bagaimana sejak dini dapat diketahui penyimpangan-penyimpangan
yang terjadi. Baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan maupun
pengorganisasian. Sehingga dengan hal tersebut dapat segera dilakukan
koreksi, antisipasi dan penyesuaian-penyesuaian sesuai dengan situasi,
kondisi dan perkembangan zaman.

2. Peranan Manajemen Konstruksi

Peranan Manajemen Konstruksi pada tahapn proyek konstruksi dapat


dibagi menjadi :

a) Agency Construction Management (ACM)


Pada sistem ini konsultan manajemenkonstruksi mendapat tugas dari
pihakpemilik dan berfungsi sebagaikoordinator “penghubung”
(interface)antara perancangan dan pelaksanaan serta antar para kontraktor.
Konsultan MK dapat mulai dilibatkan mulai darifase perencanaan. Pihak
pemilik mengadakan ikatan kontrak langsung dengan beberapa kontraktor
sesuai dengan paket-paket pekerjaan yang telah disiapkan.
b) Extended Service Construction Manajemen (ESCM)
Jasa konsultan MK dapat diberikan oleh pihak perencana atau pihak
kontraktor. Apabila perencana melakukan jasa manajemen Konstruksi,
akan terjadi “konflik- kepentingan” karena peninjauan terhadap proses
perancangan tersebut dilakukan oleh konsultan perencana itu sendiri,
sehingga hal ini akan menjadi suatu kelemahan pada sistem ini. Pada type
yang lain kemungkinan melakukan jasa Manajemen Konstruksi
berdasarkan permintaan Pemilik ESCM/ KONTRAKTOR.
c) Owner Construction Management (OCM)
Dalam hal ini konstruksi yang baik adalah mulai tahap perencanaan,
namun dapat juga pada tahap - tahap lain sesuai dengan tujuan dan kondisi
proyek tersebut sehingga konsep MK dapat diterapkan pada tahap - tahap
proyek sebagai berikut pemilik mengembangkan bagian manajemen
konstruksi professional bertanggungjawab Yang terhadap manajemen
proyek yang dilaksanakan.
d) Guaranted Maximum Price Construction Management (GMPCM)
Konsultan ini bertindak lebih ke arah kontraktor umum daripada sebagai
wakil pemilik. Disini konsultan GMPCM tidak melakukan pekerjaan
konstruksi tetapi bertanggungjawab
kepada pemilik mengenai waktu, biaya dan mutu. Jadi dalam Surat
Perjanjian Kerja/ Kontrak konsultan GMPCM tipe ini bertindak sebagai
pemberi kerja terhadap para kontraktor (sub kontraktor).

3. Penerapan Manajemen Konstruksi

konstruksi yang baik adalah mulai tahap perencanaan, namun dapat


juga pada tahap - tahap lain sesuai dengan tujuan dan kondisi proyek
tersebut sehingga konsep MK dapat diterapkan pada tahap - tahap proyek
sebagai berikut

a) Manajemen Konstruksi dilaksanakan pada seluruh tahapan proyek.


Pengelolaan proyek dengan sistem MK, disini mencakup pengelolaan teknis
operasional proyek, dalam bentuk masukan - masukan dan atau Keputusan
yang berkaitan dengan teknis operasional proyek konstruksi, yang
mencakup seluruh tahapan proyek, mulai dari persiapan, perencanaan,
perancangan, pelaksanaan dan penyerahan proyek.

b) Tim MK sudah berperan sejak awal disain, pelelangan dan


pelaksanaan proyek selesai, setelah suatu proyek dinyatakan layak
('feasible ") mulai dari tahap disain.
c) Tim MK akan memberikan masukan dan atau keputusan dalam
penyempurnaan disain sampai proyek selesai, apabila manajemen
konstruksi dilaksanakan setelah tahap disain

d) MK berfungsi sebagai coordinator Pengelolaan pelaksanaan dan


melaksanakan fungsi pengendalian atau pengawasan, apabila manajemen
konstruksi dilaksanakan mulai tahap pelaksanaan dengan menekankan
pemisahan kontrak variabel studi. Setelah pengumpulan data yang telah
diisi dari responden, maka hasil data analisis dengan mean rank,yang
merupakan teknik-pelaksanaan untuk kontraktor. (Kusuma Tama dkk., t.t.)
DAFTAR PUSTAKA

Summary for Policymakers. (2014). In Climate Change 2013 – The Physical Science
Basis (pp. 1–30). Cambridge University Press.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

ANALISIS PERANAN KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI DALAM MENCEGAH


KETERLAMBATAN WAKTU KONSTRUKSI. (n.d.).

eran Konsultan Manajemen Konstruksi Pada Tahap Pelaksanaan (Studi Kasus Proyek
Pembangunan Rumah Sakit Jiwa Daerah Prof. V. L. Ratumbusyang). (n.d.).

Kaming, P. F., Ambar, D., & Saputra, Y. (n.d.). STUDI PERAN KONSULTAN
MANAJEMEN KONSTRUKSI PADA TAHAPAN PROYEK (079K). In Universitas Sebelas
Maret (UNS)-Surakarta (Vol. 7, Issue 7).

Kusuma Tama, A., Anggraini, L., & Tutuko, B. (n.d.). ANALISIS KINERJA MANAJEMEN
KONSTRUKSI PADA PROYEK GEDUNG DIGITASI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG.

IPLBI-2021-K079-K086-Peran-Konsultan-Manajemen-Konstruksi-dalam-Pembangunan-
Terowongan-Silaturahmi-Masjid-Istiqlal. (n.d.).

Indriaty, J., Mandagi, A. R. J. M., Tjakra, J., & Sibi, M. (2014). KAJIAN PERANAN
PENGELOLA PROYEK DALAM MENYELENGGARAKAN PROYEK PADA TAHAP
PELAKSANAAN. Jurnal Sipil Statik, 2(2), 94–106.

Priestley Giovanni Wuwungan JECh Langi, T., Rantung, J., & Sibi, M. (2012). PERANAN
KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI PADA TAHAP PELAKSANAAN
MECHANICAL ELECTRICAL-PLUMBING (ME-P) PROYEK PEMBANGUNAN PT.
TRAKINDO UTAMA. In Jurnal Sipil Statik (Vol. 1, Issue 1).

Syutrika, A., Mandagi, L. R. J. M., & Walangitan, D. R. O. (2015). Pengendalian Bahan


Proyek Dengan Pendekatan Manajemen Konstruksi (Studi Kasus : Pembangunan Gedung
Sekolah SMP/SMA St. Thedorus Kotamobagu-Sulut) (Vol. 13, Issue 64).

Daniel, J., Tuelah, P., Tjakra, J., & Walangitan, D. R. O. (n.d.). PERANAN KONSULTAN
MANAJEMEN KONSTRUKSI PADA TAHAP PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN
(Studi Kasus : THE LAGOON TAMAN SARI).

Anda mungkin juga menyukai