Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“”

DISUSUN OLEH :

Muhammad Gatha Rheznandya 20051417011


Athian Ravanelli Dei Rizaldi 20051417041
Savira Ayu Candrika 20051417044

PRODI D IV TEKNIK SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai “Pancasila
sebagai Ideologi Negara” ini dengan lancar dan tanpa ada halangan yang berarti
pada kami. Sehingga dapat menyelesaikan tugas dari mata kuliah Pendidikan
Pancasila.
Makalah ini dapat terselesaikan tidak lepas karena bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak yang dengan tulus dan sabar memberikan sumbangan baik
berupa ide, materi pembahasan dan juga bantuan lainnya. Untuk itu kami
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya karena telah membantu
kelompok kami dalam menyelesaikan tugas makalah ini.

Disini kami juga sampaikan, jika dalam makalah ini terdapat hal-hal yang
tidak sesuai, maka kami memohon maaf. Untuk itu kami dengan senang hati
menerima masukan, kritikan, dan saran dari Bapak Dosen maupun pembaca yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Surabaya, 09 September
2021

Kelompok 15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimanakah menejemen proyek konstruksi?
2. Bagaimana tujuan menejemen proyek dalam pelaksanaan menejemen
konstruksi?
3. Bagaimana tahap-tahapan proyek?
4. Bagaimana peranan manajemen konstruksi pada tahapan proyek?
5. Bagaimana upaya mencegah kegagalan konstruksi ?
6. Bagaimana sistem manajemen keselamatan konstruksi (SMK3) pada
pelaksanaan pekerjaan konstruksi Jalan Tol Cibitung-Cilincing

1.3 Manfaat dan Tujuan


1. Mengetahui makna dari menejemen proyek konstruksi
2. Mengetahui tujuan sebenarnya dari menejemen proyek dalam pelaksanaan
menejemen konstruksi
3. Mengetahui tahapan proyek
4. Mengetahui peranan manajemen konstruksi pada tahapan proyek
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Manajemen Proyek


Manajemen Proyek merupakan pengelolaan masukan (input) yang
berupa sumber daya (manusia, dana, waktu, teknologi, bahan,
peralatan) untuk menghasilkan keluaran/hasil akhir proyek (output)
yang telah ditentukan untuk mencapai suatu tujuan program (goal)
dalam jangka waktu tertentu/terbatas.

2.2 Tujuan Manajemen Proyek

Tujuan Manajemen Konstruksi adalah mengelola fungsi


manajemen atau mengatur pelaksanaan pembangunan sedemikian rupa
sehingga diperoleh hasil optimal sesuai dengan persyaratan
(spesification) untuk keperluan pencapaian tujuan ini, perlu
diperhatikan pula mengenai mutu bangunan, biaya yang digunakan dan
waktu pelaksanaan Dalam rangka pencapaian hasil ini selalu
diusahakan pelaksanaanpengawasan mutu (Quality Control),
pengawasan biaya (Cost Control) dan pengawasan waktu pelaksanaan (
Time Control ).

2.3 Tahap-tahapan proyek


Penerapan konsep manajemen konstruksi yang baik adalah
mulai tahap perencanaan, namun dapat juga pada tahap – tahap lain
sesuai dengan tujuan dan kondisi proyek tersebut sehingga konsep MK
dapat diterapkan pada tahap – tahap proyek sebagai berikut
1. Manajemen Konstruksi dilaksanakan pada seluruh tahapan proyek.
Pengelolaan proyek dengan sistem MK, disini mencakup pengelolaan
teknis operasional proyek, dalam bentuk masukan – masukan dan atau
keputusan yang berkaitan dengan teknis operasional proyek konstruksi,
yang mencakup seluruh tahapan proyek, mulai dari persiapan,
perencanaan, perancangan, pelaksanaan dan penyerahan proyek.
2. Tim Manajemen Konstruksi sudah berperan sejak awal disain,
pelelangan dan pelaksanaan proyek selesai, setelah suatu proyek
dinyatakan layak (feasible) mulai dari tahap disain.
3. Tim Manajemen Konstruksi akan memberikan masukan dan atau
keputusan dalam penyempurnaan disain sampai proyek selesai, apabila
manajemen konstruksi dilaksanakan setelah tahap disain
4. Manajemen Konstruksi berfungsi sebagai koordinator pengelolaan
pelaksanaan dan melaksanakan fungsi pengendalian atau pengawasan,
apabila
5. manajemen konstruksi dilaksanakan mulai tahap pelaksanaan dengan
menekankan pemisahan kontrak – kontrak pelaksanaan untuk
kontraktor.

2.4 Peranan Manajemen Konstruksi pada tahapan proyek


- Agency Construction Manajement (ACM)
Pada sistim ini konsultan manajemen konstruksi mendapat tugas dari pihak
pemilik dan berfungsi sebagai koordinator "penghubung" (interface) antara
perancangan dan pelaksanaan serta antar para kontraktor. Konsultan MK
dapat mulai dilibatkan mulai dari fase perencanaan tetapi tidak menjamin
waktu penyelesaian proyek, biaya total serta mutu 6 bangunan. Pihak
pemilik mengadakan ikatan kontrak langsung dengan beberapa kontraktor
sesuai dengan paket-paket pekerjaan yang telah disiapkan.
- Extended Service Construction Management (ESCM)
Jasa konsultan MK dapat diberikan oleh pihak perencana atau pihak
kontraktor. Apabila perencana melakukan jasa Manajemen Konstruksi,
akan terjadi "konflikkepentingan" karena peninjauan terhadap proses
perancangan tersebut dilakukan oleh konsultan perencana itu sendiri,
sehingga hal ini akan menjadi suatu kelemahan pada sistim ini Pada type
yang lain kemungkinan melakukan jasa Manajemen Konstruksi
berdasarkan permintaan Pemilik ESCM/ KONTRAKTOR.
- Owner Construction Management (OCM)
Dalam hal ini pemilik mengembangkan bagian manajemen konstruksi
profesional yang bertanggungjawab terhadap manajemen proyek yang
dilaksanakan
- Guaranted Maximum Price Construction Management (GMPCM)
Konsultan ini bertindak lebih kearah kontraktor umum daripada sebagai
wakil pemilik. Disini konsultan GMPCM tidak melakukan pekerjaan
konstruksi tetapi bertanggung jawab kepada pemilik mengenai waktu,
biaya dan mutu. Jadi dalam Surat Perjanjian Kerja/ Kontrak konsultan
GMPCM tipe ini bertindak sebagai pemberi kerja terhadap para kontraktor
(sub kontraktor). Manajemen konstruksi juga dapat diartikan sebagai
sebuah model bisnis yang dilakukan oleh konsultan konstruksi dalam
memberi nasihat dan bantuan dalam sebuah proyek pembangunan.
- Construction Management Association of America (CMAA)
menyatakan bahwa ada tujuh kategori utama tanggung jawab seorang
manajer konstruksi, yaitu perencanaan proyek manajemen, manajemen
harga, manajemen waktu, manajemen kualitas, administrasi kontrak,
manajemen keselamatan, dan dan praktek profesional.
- Peranan Manajemen Konstruksi dalam Industri Konstruksi
adalah layanan yang sangat baik yang disediakan untuk
mengkoordinasikan dan mengkomunikasikan seluruh proses konstruksi.
Sebagai manajer proyek konstruksi akan menangani semua tahap
konstruksi proyek Anda. Pada tahap pra-konstruksi, kita akan melakukan
semua yang diperlukan studi kelayakan dan penelitian. Kemudian datang 7
desain dan perencanaan. Setelah spesifikasi arsitektur dan tujuan
penjadwalan yang didefinisikan dengan baik, pekerjaan dilanjutkan oleh
pembangun dan kontraktor untuk memulai membangun aktual bawah
pengawasan yang ketat kami. Menekankan pada independen dari para
profesional lain yang terlibat dalam konstruksi. netralitas ini
memungkinkan untuk secara objektif dan tidak memihak menyarankan
klien pada pilihan consultans dan kontraktor, yang memungkinkan klien
untuk mendapatkan manfaat maksimal.

2.5 Sistem Menejemen Keselamatan, Kesehatan, dan Kerja (SMK3)


Pengertian SMK3
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari
sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian
risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang
aman, efisien dan produktif. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah segala
kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PP No 50,
2012).
Tujuan dari penerapan Sistem Manajemen K3 adalah
1. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang
terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi.
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat
buruh.
3. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong
produktivitas.

Pedoman Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


(K3) di Indonesia.Kesuksesan program Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek konstruksi tidak lepas dari peran
berbagai pihak yang saling terlibat, berinteraksi dan bekerja sama. Hal ini
sudah seharusnya menjadi pertimbangan utama dalam pelak-sanaan
pembangunan proyek konstruksi yang dilakukan oleh tim proyek dan
seluruh manajemen dari berbagai pihak yang terkait didalamnya. Masing-
masing pihak mempunyai tanggung jawab bersama yang saling mendukung
untuk keberhasilan pelaksanaan proyek konstruksi yang ditandai dengan
evaluasi positif dari pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja.
Berikut ini akan dijelaskan mengenai pedoman penerapan SMK3 yang berlaku
di Indonesia menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia
No: PER.05/ MEN/ 1996:Komitmen dan KebijakanPengusaha dan pengurus
tempat kerja harus menetapkan komitmen dan kebijakan K3 serta organisasi
K3, menyediakan anggaran dan tenaga kerja dibidang K3. Disamping
itu pengusaha dan pengurus juga melakukan koordinasi terhadap
perencanaan K3. Dalam hal ini yang perlu menjadi perhatian penting terdiri
atas 3 hal yaitu:1. Kepemimpinan dan Komitmen 2. Tinjauan Awal K33.
Kebijakan K3Perencanaan Dalam perencanaan ini secara lebih rinci
menjadi beberapa hal:1. Perencanaan identifikasi bahaya, penilaian dan
pengendalian resiko dari kegiatan, produk barang dan jasa.2. Pemenuhan
akan peraturan perundangan dan persyaratan lainnya kemudian mem-
berlakukan kepada seluruh pekerja3. Menetapkan sasaran dan tujuan dari
kebijakan K3 yang harus dapat diukur, menggunakan satuan/indicator
pengukuran, sasaran pencapaian dan jangka waktu pencapaian.4.
Menggunakan indikator kinerja sebagai penilaian kinerja K3 sekaligus
menjadi informasi keberhasilan pencapaian SMK35. Menetapkan sistem
pertanggungjawaban dan saran untuk pencapaian kebijakan K36. Keberhasilan
penerapan dan pelaksanaan SMK3 memerlukan suatuproses perencanaan yang
efektif dengan hasil keluaran (output) yang terdefinisi dengan baik serta
dapat diukur

Penerapan Menerapkan kebijakan K3 secara efektif dengan


mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan
untuk mencapai kebijakan, tujuan dan sasaran K3. Suatu tempat kerja
dalam menerapkan kebijakan K3 harus dapat mengitegrasikan Sistem
Manajemen Perusahaan yang sudah ada.Yang perlu diperhatikan oleh
perusahaan pada tahap ini adalah :1. Jaminan Kemampuana. Sumber daya
manusia, fisik dan financial. b. Integrasic. Tanggung jawab dan tanggung
gugat.d. Konsultasi, Motivasi dan Kesadarane. Pelatihan dan Keterampilan2.
Dukungan Tindakana. Komunikasi b. Pelaporanc. Dokumentasid.
Pengendalian Dokumene. Pencatatan Manajemen Operasi3. Identifikasi
Sumber Bahaya dan Pengendalian Resikoa. Identifikasi Sumber Bahayab.
Penilaian Resikoc. Tindakan Pengendaliand. Perencanaan dan Rekayasae.
Pengendalian Administratiff. Tinjauan Ulang Kontrakg. Pembelianh.
Prosedur Tanggap Darurat atau Bencanai. Prosedur Menghadapi Insidenj.
Prosedur Rencana Pemulihan4). Pengukuran dan Evaluasi a. Inspeksi dan
pengujianb. Audit SMK3c. Tindakan perbaikan dan pencegahan

5). Tinjauan Oleh Pihak Manajemena. Evaluasi terhadap penerapan kebijakan


keselamatan dan kesehatan kerja.b. Tujuan, sasaran dan kinerja keselamatan dan
kesehatan kerja.c. Hasil temuan audit Sistem Manajemen K3.d. Evaluasi
efektifitas penerapan Sistem Manajemen K3 dan kebutuhan untuk mengubah
Sistem Manajemen K3 sesuai dengan:1) Perubahan peraturan
perundangan.2) Tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar.3) Perubahan
produk dan kegiatan perubahan.4) Perubahan struktur organisasi
perusahaan.5) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk
epidemologi.6) Pengalaman yang didapat dari insiden keselamatan dan
kesehatan kerja.7) Pelaporan.8) Umpan balik khususnya dari tenaga
kerja.

BAB III

3.1 Metode Penelitian


Metode penelitian yang digunakan dalam makalah ini adalah
menggunakan metode analisis study kasus yang diperoleh dari jurnal dan adanya
permasalahan yang timbul pada proyek tersebut.

3.2
Transportasi merupakan hal sangat penting dalam kaitannya dengan
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Jalan tol sebagai salah satu infrastruktur
utama untuk sistem transportasi adalah jalan umum yang kepada pemakaiannya
dikenakan kewajiban membayar tol dan merupakan jalan alternatif lintas jalan
umum yang telah ada.
Pembangunan infrastruktur jalan tol di Indonesia sangat dibutuhkan karena
dapat mengurangi inefisiensi akibat kemacetan pada ruas utama, serta untuk
meningkatkan proses distribusi barang dan jasa terutama di wilayah yang sudah
tinggi tingkat perkembangannya, serta dapat mengembangkan wilayah tersebut
menjadi sentra perekonomian (Sugiarto 2018). Secara khusus, penambahan
jaringan jalan dan pengaturan lalu lintas ini sangat diperlukan terutama di jalur
menuju Pelabuhan Tanjung Priok.
Pembangunan jalan Tol Cibitung – Cilincing merupakan jalan arteri
primer dimana fungsinya sangat penting sebagai alternatif yang menghubungkan
Cibitung – Cilincing (Kinanti 2019). Pada proyek pembangunan jalan Tol
Cibitung – Cilincing ini, PT. Waskita Karya selaku kontraktor akan merencanakan
konsep kerja berdasarkan gambar kontrak, spesifikasi umum, aspesifikasi khusus,
dan mengadakan peralatan yang dibutuhkan untuk pembangunan Jalan Tol
Cibitung – Cilincing.
Adapun yang menjadi lingkup pekerjaan yang dikerjakan oleh PT. Waskita Karya
Tbk. Dimulai dari konstruksi Jembatan Underpass Tiram Raya, Pipa BBM,
Sungai Sadang dan Sungai Jambe, juga Elevated Road STA 03+500 – STA
06+800, juga termasuk instalasi aksesoris jalan (rambu dan marka) serta elektrikal
dan drainase.

Pemicu ambruknya konstruksi proyek Tol Cibitung-Cilincing saat pengecoran


pada STA 31+128 yang pada Minggu, 16 Agustus 2020. Basuki menjelaskan
bahwa insiden ini terjadi karena human error.
"Itu karena cerucuknya (scaffolding). Jadi beberapa orang yang bertanggung
jawab kita udah minta ganti. Itu tuh human error bukan masalah teknis," kata
Basuki ketika ditemui di komplek DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (31/8/20).
Dia menjelaskan bahwa kontraktor meremehkan pentingnya perancah dalam
konstruksi tol tersebut. Hal inilah yang membuat proyek itu ambruk dan menimpa
para pekerja.
ANALISA KASUS
Runtuhnya konstruksi proyek Tol Cibitung-Cilincing saat pengecoran pada STA
31+128 pada Minggu, 16 Agustus 2020 adalah salah satu contoh kecelakaan pada
pelaksanaan pembangunan yang dalam hal ini merupakan tanggung jawab dari
penyedia jasa konstruksi. Runtuhnya jalan tol ini terjadi ketika proses pelaksaan
pembangunan proyek. Kegagalan ini bisa dari konstruksi struktur pile head berupa
gelagar, yang mengakibatkan konstruksi menjadi ambruk.
Adanya kecelakaan yang terjadi ketika pelaksanaan pembangunan proyek,
mengakibatkan timbulnya korban jiwa.
Dalam proses perjalanann sebuah kegiatan konstruksi dihadapkan pada berbagai
permasalahan dan seringkali tidak luput dari permasalahan tersebut. Banyak
faktor yang menyebabkan permasalahan itu terjadi dan ada berbagai macam jenis
permasalahan yang biasa terjadi dalam suatu proses konstruksi. Permasalahan
yang ditimbulkan oleh kondisi tersebut antara lain faktor manusia, Kesalahan
Operasional Konstruksi.

Solusi
Dari hasil analisis diperoleh hasil penyebab, lalu cara mengatasi kegagalan proyek
konstruksi yang terjadi terdiri dari 2 tahap yaitu : pengawasan, pelaksanaan. Pada
tahap ini yang menjadi penyebab terjadinya kegagalan proyek konstruksi adalah
1.tidak melakukan prosedur pengawasan yang sesuai
cara mengatasinya dengan melaksanakan
-Pengawasan sesuai dengan Rencana kerja dan syarat syarat (RKS) yang telah
diberikan oleh pihak ahli yang telah memahami hukum-hukum standart kontruksi
- Meningkatkan standar keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) sesuai dengan SNI
yaitu permenpu Nomor 05 Tahun 2014 tentang SMK3 konstruksi bidang pu
karena pihak pengawas kurang dalam memmikirkan resiko atau kecelakaan yang
mungkin terjadi.
2.kegagalan proyek konstruksi juga terjadi pada pihak pelaksana
Cara mengatasinya dengan pelaksana
-Sudah paham standar pembangunan proyek yang telah ditentukan oleh pihak ahli
yang telah memahami hukum-hukum yang berlaku tentang standar pelaksanaan.
-Melaksanakan metode kerja dengan benar dan sesuai dengan perancanaan yang
telah ditentukan.
BAB IV
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai