Anda di halaman 1dari 2

RANGKUMAN

Matakuliah : Pendidikan Jasmani dan Kebugaran


Angkatan/Kelas : D4 TRKBG 2020A
Judul Tugas : Falsafah dan Pentingnya Penyelenggaraan Pendidikan Jasmani
Nama Mahasiswa : Muhammad Gatha Rheznandya
NIM : 20051417011
Program Studi : D4 Teknik Sipil

A. Pokok Pikiran
Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas
fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental,
serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk
total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.
menurut Barrow (2001 ; dalam Freeman, 2001) Pendidikan jasmani dapat didefinisikan
sebagai pendidikan tentang dan melalui gerak insani, ketika tujuan kependidikan dicapai melalui
media aktivitas otot-otot, termasuk: olahraga (sport), permainan, senam, dan latihan jasmani
(exercise). Hasil yang ingin dicapai adalah individu yang terdidik secara fisik. Nilai ini menjadi salah
satu bagian nilai individu yang terdidik, dan bermakna hanya ketika berhubungan dengan sisi
kehidupan individu. Dalam menempatkan posisi pendidikan jasmani, diyakini pula bahwa kontribusi
pendidikan jasmani hanya akan bermakna ketika pengalaman-pengalaman gerak dalam pendidikan
jasmani berhubungan dengan proses kehidupan seseorang secara utuh di masyarakat. Manakala
pengalaman dalam pendidikan jasmani tidak memberikan kontribusi pada pengalaman kependidikan
lainnya, maka pasti terdapat kekeliruan dalam pelaksanaan program pendidikan jasmaninya.
Pada kenyataannya, pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas. Titik
perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, penjas berkaitan dengan
hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya: hubungan dari perkembangan
tubuh-fisik dengan pikiran dan jiwanya. Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap
wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang menjadikannya unik.
Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani yang berkepentingan dengan
perkembangan total manusia.
Definisi, pendidikan jasmani diartikan dengan berbagai ungkapan dan kalimat. Namun
esensinya sama, yang jika disimpulkan bermakna jelas, bahwa pendidikan jasmani memanfaatkan
alat fisik untuk mengembangan keutuhan manusia. Dalam kaitan ini diartikan bahwa melalui fisik,
aspek mental dan emosional pun turut terkembangkan, bahkan dengan penekanan yang cukup dalam.
Berbeda dengan bidang lain, misalnya pendidikan moral, yang penekanannya benar-benar pada
perkembangan moral, tetapi aspek fisik tidak turut terkembangkan, baik langsung maupun secara
tidak langsung. Karena hasil-hasil kependidikan dari pendidikan jasmani tidak hanya terbatas pada
manfaat penyempurnaan fisik atau tubuh semata, definisi penjas tidak hanya menunjuk pada
pengertian tradisional dari aktivitas fisik. Kita harus melihat istilah pendidikan jasmani pada bidang
yang lebih luas dan lebih abstrak, sebagai satu proses pembentukan kualitas pikiran dan juga tubuh.
Di dalam Pendidikan jasmani ini harus menyebabkan perbaikan dalam ‘pikiran dan tubuh’
yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan sehari-hari seseorang. Pendekatanholistik tubuh-jiwa
ini termasuk pula penekanan dalam ketiga domain kependidikan : psikomotor, kognitif, dan afektif.
Dengan apa yang diungkapkan Robert Gensemer ( Freeman, 2001), bahwa pedidikan jasmani
diistilahkan sebagai proses menciptakan “tubuh yang baik bagi tempat pikiran aataau jiwa”. Artinya,
dalam tubuh yang baik ‘diharapkan’ pula terdapat jiwa yang sehat, sejalan dengan pepatah Romawi
Kuno yaitu Men sana in corporesano.
Ada satu pertanyaan sulit di sepanjang jaman adalah pemisahan antara jiwa dan raga atau
tubuh. Kepercayaan umum menyatakan bahwa jiwa dan raga terpisah, dengan penekanan berlebihan
pada satu sisi tertentu, disebut dualisme, yang mengarah pada penghormatan lebih pada jiwa, dan
menempatkan kegiatan fisik secara lebih inferior.
Pandangan yang berbeda tersebut lahir dari filsafat monisme, yaitu suatu kepercayaan yang
memenangkan kesatuan tubuh dan jiwa. Kita bisa melihat pandangan ini dari pandangan Athena
Kuno, dengan konsepnya “jiwa yang baik di dalam raga yang baik.” Moto tersebut sering
dipertimbangkan sebagai pernyataan ideal dari tujuan pendidikan jasmani tradisional yaitu aktivitas
fisik mengembangkan seluruh aspek dari tubuh, jiwa, dan spirit. Tepatlah ungkapan Zeigler
(Freeman, 2001) bahwa fokus dari bidang pendidikan jasmani adalah aktivitas fisik yang
mengembangkan, bukan semata-mata aktivitas fisik itu sendiri. Selalu terdapat tujuan pengembangan
manusia dalam program pendidikan jasmani. Akan tetapi, pertanyaan nyata yang harus
dikedepankan apakah konsep tersebut saat ini bersifat dominan dalam masyarakat kita atau di antara
pengemban tugas penjas sendiri?

B. Penerapan

Nilai-nilai yang terkandung dalam mata kuliah Pendidikan jasmani sangatlah penting untuk
mengembangkan mahasiswa utuh secara menyeluruh, dimasa pandemi ini mahasiswa dapat
mengembngkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan aktivitas jasmani, perkembangan
estetikan dan perkembangan social secara teori, lalu kita praktekkan di lingkungan rumah kita sendiri.
Dengan begitu mahasiswa memperoeh dan mempertahakaan derajat kebugaran jasmani yang optimal
untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali. Tetapi pada kenyataan tingkat
kesadaran dan pengakuan mahasiswa masih kurang, masih ada mahasiswa menolak manfaaat atau nilai
positif dari pendidikan jasmani dan beranggapan tidak bernilai karena tidak seimbangnya program
pendidikan jasmani di lapangan seperti apa yang mereka lihat. akan tetapi hal tersebut tidak selalu
terjadi pada semua mahasiswa. Banyak mahasiswa menerima nilai positif dengan baik, semua itu
tergantung pada metode pembelajaran yang diberikan kepada mahasiswa dan juga respon mahasiswa
terhadap pengampu.

Anda mungkin juga menyukai