Anda di halaman 1dari 5

REFLEKSI PEMBELAJARAN AZAS DAN FALSAFAH

OLAHRAGA

DISUSUN OLEH :

AHSANI TAQWIM (2022152006)

DOSEN PENGAMPU :

Dr. MUHSANA EL CINTAMI LANOS M.Pd

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN JASMANI

UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

TAHUN AJARAN 2022/2023


AZAS DAN FALSAFAH OLAHRAGA

Falsafah ialah suatu disiplin ilmiahh yang mengusahakan kebenaran yang umum
dan asas. Perkataan falsafah dalam bahasa melayu berasal dari bahasa arab dan yunani
{philosopia}, yang bermaksud “cinta kepada hikmah” Sehingga kini, ahli falsafah
masih belum mencapai kata sepakat mengenai takrifan falsafah. Malah ada yang
mngatakan bahwa falsafahmerupakan sesuatu yang tidak dapat ditakrifkan. Ini di
karenakan kita dapat berfalsafah tentang pengertian falsafah. maka dengan iitulah kita
akan menemui pendapat yang berbeda-beda mengenai takrif falsafah dari para ahli
falsafah. Sebagai rujukan umum dalam hal ini kita mengambil contoh takrif dari Drs.
sidi gazalba Berfalsafah ialah mencari kebenaran tentang segala sesuatu yang
dipermasalahkan, baik pemikiran secara radikal sistematik maupun sejagat. Apabila
seseorang berpikir demikian dalam menghadapi masalah maka sangat erat hubungannya
dengan falsafah. Berfalsafah secara mudah dapat dimaksudkan sebagai memikirkan
sesuatu dengan mendalam. Dimana berfalsafah merupakan bagian penting dari falsafah,
Bangsa kita saat ini tengah digoncang dengan maraknya alat-alat tekhnologi yang
canggih dimasyarakat ditambah dengan adanya krisis ekonomi yang sangat memukul
hati bangsa kita, dan hingga kini rasa itu terus membekas  bagaikan luka didalam
sebagian besar masyarakat kita belum lagi kondisi dunia saat ini yang dihadapkan pada
perebutan kekuasaan dan politik yang mengakibatkan ekonomi bangsa kita telah
terjatuh pada keadaan yang tak dapat terkendali lagi. Dan buah dari semua itu
manghasilkan suatu persoalan yang diantaranya harga barang yang tak dapat terkendali
selalu pada level yang tinggi, sulitnya hidup bagi para kaum kecil, ditambah konflik
yang terus terjadi diberbagai daerah dan kota, serta tinggginya pengangguran hingga
defisit negeri kita yang semakin memuncak.
Meskipun negara-negara maju telah mengambil langkah-langkah yang pasti
terhadap persoalan tersebut, namun negeri kita tetap dalam keadaan yang lemah, tidak
hanya itu namun kemajuan tekhnologi informasi dan komunikasi juga telah mencapai
saat yang begitu maju yang akhirnya menghadapkan kepada para remaja dan anak-anak
kita hidup pada gaya yang semakin jauh dari semangat perkembangan total,karena
mereka lebih asyik duduk dan bersantai  yang akhirnya mengorbankan kepentingan

2
keunggulan fisik dan moralnya secara individu. Mereka lebih mengutamakan bahkan
senang dengan gaya hidup sedenter { kurang gerak}. Ini diakibatkan dengan adanya
tekhnologi yang hampir semua pekerjaan dan gerakan hanya dilakukan oleh serangkaian
mesin yang tidak lain hanya membuat orang menjadi malas. Akhirnya akan
menimbulkan sebuah efek dimana kaki dan tangan tidak dapat lagi melakukan olahraga
sebagaimana mestinya, dalam keadaan serta kondisi seperti inilah kita akan dapat
mengetahi peranan makna dan kedudukan pendidikan jasmani.
Pada hakikatnya pendidikan jasmani adalah proses yang memanfaatkan aktivitas
fisik untuk menghasilkan perubahan dalam kualitas diri seseorang baik dalam hal fisik,
mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan seseorang sebagai sebuah
kesatuan utuh, mahluk total, dari pada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang
terpisah kualitas fisik dan mentalnya pendidikan jasmani adalah suatu ilmu pendidikan
yang memiliki kajian yang begitu luas. Titik fokusnya adalah memberikan peningkatan
pada gerak fungsi, Lebih utamanya penjas berkaitan dengan hubungan antara gerak
seseorang dan wilayah pendidikan lainnya hubungan dari perkembangan tubuh fisik dan
fikiran serta jiwanya.
Pendidikan diartikan dengan sebagai ungkapan dan kalimat namun pada akhirnya
memiliki esensi yang sama dimana jika disimpulkan akan bermakna jelas bahwa
pendidikan jasmani memanfaatkan alat fisik untuk pengembangan kebutuhan manusia.
Dalam kaitannya diartikan bahwa melalui fisik aspek mental dan emosional turut
terkembangkan, bahkan sampai pada penekanan yang cukup dalam. Berbeda dengan
bidang lain misalnya pendidikan moral, yang penekanannya benr-benar pada
perkembangan moral, tetapi aspek fisik tidak terkembangkan baik langsung maupun
tidak. sungguh, pendidikan jasmani ini karenanya harus menyebabkan perbaikan dalam
‘pikiran dan tubuh’ yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan harian seseorang.
Pandangan yang berbeda lahir dari filsafat monisme, yaitu suatu kepercayaan yang
memenangkan kesatuan tubuh dan jiwa. Kita bisa melacak pandangan ini dari
pandangan Athena Kuno, dengan konsepnya “jiwa yang baik di dalam raga yang baik.”
Moto tersebut sering dipertimbangkan sebagai pernyataan ideal dari tujuan pendidikan
jasmani tradisional: aktivitas fisik mengembangkan seluruh aspek dari tubuh; yaitu jiwa,
tubuh, dan spirit. Ungkapan Zeigler bahwa fokus dari bidang pendidikan jasmani adalah

3
aktivitas fisik yang mengembangkan, bukan semata-mata aktivitas fisik itu sendiri.
Selalu terdapat tujuan pengembangan manusia dalam program pendidikan jasmani.
Akan tetapi, pertanyaan nyata yang harus dikedepankan di sini bukanlah ‘apakah kita
percaya terhadap konsep holistik tentang pendidikan jasmani, tetapi, apakah konsep
tersebut saat ini bersifat dominan dalam masyarakat kita atau di antara pengemban tugas
penjas sendiri?
Dalam masyarakat sendiri, konsep dan kepercayaan terhadap pandangan dualisme di
atas masih kuat berlaku. Bahkan termasuk juga pada sebagian besar guru penjas sendiri,
barangkali pandangan demikian masih kuat mengakar, entah akibat dari kurangnya
pemahaman terhadap falsafah penjas sendiri, maupun karena kuatnya kepercayaan itu.
Yang pasti, masih banyak guru penjas yang sangat jauh dari menyadari terhadap
peranan dan fungsi pendidikan jasmani di sekolah-sekolah, sehingga proses
pembelajaran penjas di sekolahnya masih lebih banyak ditekankan pada program yang
berat sebelah pada aspek fisik semata-mata. Bahkan, dalam kasus Indonesia, penekanan
yang berat itu masih dipandang labih baik, karena ironisnya, justru program pendidikan
jasmani di kita malahan tidak ditekankan ke mana-mana. Itu karena pandangan yang
sudah lebih parah, yang memandang bahwa program penjas dipandang tidak penting
sama sekali.
Nilai-nilai yang dikandung penjas untuk mengembangkan manusia utuh menyeluruh,
sungguh masih jauh dari kesadaran dan pengakuan masyarakat kita. Ini bersumber dan
disebabkan oleh kenyataan pelaksanaan praktik penjas di lapangan. Teramat banyak
kasus atau contoh di mana orang menolak manfaat atau nilai positif dari penjas dengan
menunjuk pada kurang bernilai dan tidak seimbangnya program pendidikan jasmani di
lapangan seperti yang dapat mereka lihat. Perbedaan atau kesenjangan antara apa yang
kita percayai dan apa yang kita praktikkan (gap antara teori dan praktek) adalah sebuah
duri dalam bidang pendidikan jasmani kita.
Hubungan Pendidikan Jasmani dengan Bermain dan Olahraga
Bermain pada intinya adalah aktivitas yang digunakan sebagai hiburan. Kita
mengartikan bermain sebagai hiburan yang bersifat fisikal yang tidak kompetitif,
meskipun bermain tidak harus selalu bersifat fisik. Bermain bukanlah berarti olahraga
dan pendidikan jasmani, meskipun elemen dari bermain dapat ditemukan di dalam
keduanya.

4
DAFTAR PUSTAKA

http://materipenjasdanolahraga.blogspot.com/2016/11/asas-dan-falsafah-

penjas.htmlhttp://hadisafir.blogspot.com/2012/11/azas-dan-falsafah-penjaskes.html

Anda mungkin juga menyukai