Anda di halaman 1dari 26

TUGAS

PSIKOLOGI PENDIDIKAN PERSPEKTIF UMUM DAN ISLAM

Literasi Fisik dan Interpersonal

Dosen Pembimbing :

Drs. Mujidin, M.Si, Ph.D

Disusun Oleh:

Ferihana 21070440009

Muna Kamila 2207044025

PROGRAM STUDI MAGISTER PSIKOLOGI SAINS

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

YOGYAKARTA

2023
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab 1. Pendahuluan

Bab 2. Teori

Bab 3. Implementasi

Bab 4. Pendidik yang disyaratkan

Daftar Pustaka
KATA PENGANTAR

Semoga berkah dan keselamatan tercurah kepada kita semua. Puji syukur ke
hadirat Allah SWT, yang dengan berkat, rahmat, dan karunia-Nya, telah memberikan
kemudahan dan kelancaran dari pengerjaan tugas dan terselesaikannya
penyusunan tugas ini.

Kami ucapkan trimakasih kepada Bapak Drs. Mujidin, M.Si, Ph.D yang telah
banyak melakukan bimbimgan kepada kami. Semoga Allah Karuniakan balasan
kebaikan yang berlimpah di dunia dan adi akhirat, aamiin

Penulis berharap agar penyusunan laporan observasi ini dapat memberikan


sumbangan pengetahuan yang berkaitan dengan Psikologi Pendidikan, terutama
untuk jenjang pendidikan menegah pertama. Penulis menyadari bahwa penyusunan
laporan observasi ini masih banyak kekurangan, sehingga penulis mengundang
saran, kritik, serta masukan dari pembaca sekalian.

Yogyakarta, Januari 2023

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN
Konsep literasi fisik telah banyak digunakan dinegara maju. Literasi fisik telah
ditetapkan sebagai tujuan dalam pendidikan. Dan yang terpenting adalah implikasi
dari konsep literasi fisik tersebut (Whitehead et al., 2018).

Literasi Fisik harus dipilih, direncanakan dan pada saat penyampaiannya


dapat dijadikan sebagai pusat pembelajaran bagi siswa. Isi pembelajaran ini harus
dirancang untuk mengembangkan motivasi, kepercayaan diri, kompetensi fisik serta
pengetahuan dan pemahaman siswa. Konten yang yang diberikan pada siswa
adalah “apa” dan “bagaimana” untuk diinformasikan dalam literasi fisik (Durden-
Myers et al., 2018).

Literasi fisik dalam masa pandemi ini merupakan potensi yang dapat
dikembangkan kepada anak-anak sejak dini secara optimal. Pembiasaan aktivitas
literasi fisik dilingkungan keluarga dengan membiasakan orang tua
memberikancontoh bagi anaknya. Dilingkungan sekolah aktivitas literasi fisik dapat
diberikan lewat guru pendidikan jasmani selama pembelajaran sehari-hari berkaitan
dengan aktivitas gerak siswa. Peran pendidikan jasmani sangat penting dalam
pembentukan litrasi fisik pada anak, dimana aspek kognitif, afektif dan psikomotor
ada dalam tujuan pendidikan jasmani.

Dengan menguatkan literasi fisik pada anak diharapkan dapat memberikan


motivasi dan percaya diri serta antusias untuk tetap melakukan aktivitas fisik.
Dengan anak melakukan aktivitas fisik maka akan meningkatkan imunitas tubuh,
sehingga tubuh anak akan tetap bugar dan menjaga kesehatan. Harus disadarkan
bahwa aktifitas fisik itu penting untuk menjaga kesehatan terutama dimasa pandemi
saat ini.

Pendidikan jasmani di Indonesia adalah mata pelajaran wajib yang harus


sekolah berikan dan siswa pelajari selama di dalam jenjang pendidikan dasar,
menengah dan perguruan tinggi. Alokasi waktu 3 jam pelajaran perminggunya
seharusnya mampu dimanfaatkan dengan baik bagi guru penjas. Namun waktu yang
banyak ini tidak sepenuhnya digunakan untuk mengkampanyekan gaya hidup aktif,
mengkampanyekan aktivitas fisik seumur hidup, mengkampanyekan pencegahan
penyakit yang berkaitan dengan perilaku hidup sehat. Pendidikan jasmani bukan
hanya tentang mempraktikan latihan fisik dan olahraga sehingga siswa kurang
diberikan informasi tentang pentingnya aktivitas fisik untuk masa kini dan masa
depan mereka.

Guru pendidikan jasmani harus betul-betul menyadari bentuk gerakan yang


mereka rancang, agar dapat dikembangkan dan diaplikasikan dalam pendidikan
jasmani dengan berbagai konteks gerakan. Hal ini berarti bahwa konten pendidikan
jasmani tidak hanya fokus pada pengalaman aktivitas fisik saja, namun juga harus
mempertimbangkan perkembangan kompetensi yang bermakna dan bermanfaat
bagi peserta didik disetiap gerakannya, dengan menyeimbangkan kualitas dan
kuantitas. Waktu yang terlalu lama akan mengakibatkan kebosanan, sedangkan
waktu yang terlalu sedikit tidak akan memberikan hasil yang berarti bagi peserta
didik.

Mengenai pendidikan, sekolah merupakan tempat siswa untuk menuntut ilmu


tidak hanya dari unsur kognitif saja yang didapatkan akan tetapi unsur afektif dan
psikomotor juga perlu diperhatikan. Hal tersebut tidak dapat terlepas dari
pembelajaran di kelas yang meliputi dua unsur penting yaitu guru dan siswa.

Guru memiliki tugas dan peran penting untuk mendidik siswa, sementara
siswa menerima apa yang telah ditransfer oleh guru. Guru professional akan
berperan penting dan memiliki strategi tersendiri untuk menyiapkan siswa yang
memiliki kecerdasan memahami dirinya sendiri

Siswa merupakan individu yang dapat membangun unsur kognitifnya sendiri,


dapat diartikan bahwa anak lahir tidak seperti tabularasa namun telah memiliki
sejumlah potensi yang siap dikembangkan. Setiap manusia mempunyai keunikan
tersendiri, termasuk anak-anak memiliki ciri tersendiri dari yang lainnya. Sebelum
siswa tingkar dasar memasuki usianya, karakter mereka terbentuk saat usia dini
akan tetapi dapat berkembang sejalan di usia sekolah dasar.

Perkembangan siswa tingkat dasar dapat dilakukan dengan memberikan


stimulus pendidikan agar dapat membantu meningkatkan perkembangan
kepribadian baiknya, meskipun masa respon dari stimulus yang diberikan guru
hasilnya berbeda-beda sesuai dengan meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan siswa secara individual. Taraf kecerdasan seseorang meliputi
intelegensi umum, bakat khusus, kreativitas, wujud minat, serta keterampilan yang
beriringan membuat ciri khas pada pribadi sendiri. Masing-masing individu dapat
mencapai keinginannya dan cenderung memahami pribadi sendiri. Hal ini sejalan
dengan cara seseorang untuk memanfaatkan memahami diri sendiri agar dapat
berpikir semaksimal mungkin, dengan cara tersebut seseorang dapat mengatur
kehidupan pribadinya.

Sesuai dengan konsep Howard Gardner yang tertuang pada (Mubarak, 2022)
mengenai kecerdasan seseorang atau Multiple Intelligences meliputi beberapa
kecerdasan yaitu kecerdasan visual spasial, kecerdasan musical, kecerdasan
kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan, kecerdasan intrapersonal,
kecerdasan naturalis, dan kecerdasan eksistensial. Salah satu kecerdasan di atas
yang paling utama diterapkan pada kehidupan sosial anak adalah kecerdasan
interpersonal. Yang mana anak dibimbing untuk dapat berinteraksi dengan sesama.
Kecerdasan tidak terpaku pada implementasi keterampilan dan resitasi namun
berkaitan mampu memanage kehidupannya sehari-hari. Guru pada dasarnya harus
menjadi guru yang dapat menguasai seluruh kompetensi, kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional. Akan
tetapi selain itu guru harus cerdas dalam interpersonal sehingga guru dapat
menempatkan diri sesuai dengan profesinya dan akan berdampak baik bagi
kepribadian siswa.

Pada dasarnya kecerdasan intrapersonal adalah bagian dari kecerdasan


emosional yang pada awalnya kecerdasasn emosional terbagi mejnadi dua bagian
yaitu kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal. Oleh karanya
kecerdasan intraoersonal harus dimiliki oleh siswa dan guru perlu membimbingnya ,
diperhatikan dan dikembangkan di sekolah. Hal ini mengingat bahwa kondisi
kehidupan ketika dewasa akan semakin kompleks dan kehidupan yang kompleks
akan memberikan dampak buruk bagi tataran hidup seseorang (Saleh, 2018).

Campbell dalam (Wahyudi, 2011) menerangkan bahwa kecerdasan


intrapersonal yang dimiliki anak tinggi sebagian besar dapat mengungkapkan apa
yang diinginkan dengan cara yang teladan, tidak memaksakan kehendaknya, paham
akan kekuatan dan kelemahannya. Hal dibuktikan dengan percaya dirinya tampil
ketika anak merasa mampu. Sebaliknya dengan anak yang memiliki kecerdasan
intrapersonalnya rendah, mereka akan merasa kurang percaya diri tampil sementara
itu mereka mampu untuk melakukannya. Meskipun guru perlu membimbing siswa
untuk mendapatkan kecerdasan intrapersonal perlu diperhatikan pendidikan in
formal siswa yaitu pendidikan yang diterapkan oleh orang tua. Terdapat tiga pola
pengasuhan anak untuk mendapatkan kecerdasan intrapersonal, sudah tentu hal ini
perlu adanya koordinasi dan kerjasama yang baik antara guru dan orang tua. Tiga
pola pengasuhan orang tua di antaranya adalah otoriter, autoritatif, dan permisif.
Sebagian besar orang tua yang memiliki pola asuh otoriter adalah generasi baby
boomer yang mana orang tua lebih cenderung menuntut anak untuk menjadi
keiinginannya tanpa membantah. Pada umumnya pola asuh seperti ini jarang
ditemui pada pola asuh orang tua generasi milenial. Pola asuh autoritatif selalu
memberi pengertian pada anak tentang alasan dari aturan atau perintah yang
diberikan. Cukup terbuka terhadap keinginan anak, walau demikian mereka tetap
memberikan batasan-batasan untuk menolong anak mereka tetap berada pada jalur
yang benar. Sedangkan orangtua yang permisif cenderung mengalah pada
keinginan anak. Tipe autoritatif lebih cocok, karena orang tua perlu bersikap terbuka
terhadap perasaan, keinginan, dan pemikiran anak agar aspirasi anak dapat
tersalurkan dengan baik.

BAB II

TEORI LITERASI DAN INTERPERSONAL

A. Literasi Fisik
Menurut Alvin Toffler, literasi adalah kemampuan seseorang dalam
melakukan proses learning (mengumpulkan pengetahuan dan pengalaman
sebanyak-banyaknya), unlearning (merefleksikan pengalaman dan
pengetahuan untuk mendapatkan nilai, ide dan inspirasi), dan relearning
(mengambil Langkah dan tindakan nyata yang lebih konstruktif berdasarkan
inspirasi dari pengalaman dan pengetahuan terkait). Interpersonal merupakan
relasi antar orang dalam sebuah tim baik dalam skala kecil, menengah
maupun besar.
Perkembangan literasi jasmani di Indonesia masih sebatas konsep dan
pengertian. Penulusuran penulis dalam jurnal terindeks hanya menemukan
satu artikel yang relevan tentang kajian literasi jasmani dari (Widodo, 2018)
menyebutkan makna literasi jasmani dengan melek jasmaniah sedangkan
penulusuran diluar artikel jurnall yaitu pada Asosiasi Guru Pendidikan
Jasmani Indonesia (AGPJI, 2019), mengemukakan literasi jasmani adalah
ketika anak-anak telah mengembangkan keterampilan dan kepercayaan
dirinya agar dapat aktif secara fisik untuk kehidupanya. Kemudian dalam
Webinar Pendidikan Jasmani (Mutohir, 2020) menyatakan bahwa literasi
jasmani (physical literacy) adalah kemampuan untuk menggerakan badan
secara percaya diri selama beraktivitas fisik, memilih gaya hidup sehat dan
mempraktikan variasi keterampilan olahraga disekolah, rumah dan komunitas
lainya. Kembali pada fokus pertanyaan sebelumnya dari konsep maupun
pengertian tentang literasi jasmani di Indonesia, lalu bagaimana cara
mengukurnya ? Beberapa literatur barat menunjukan keberagaman mengenai
konsep literasi jasmani dengan memakai bahasa aslinya yaitu physical
literacy (PL). Sejak penggagas pertama PL (Whitehead, 2001, 2010, 2013)
sebagai jalan menuju peningkatan perwujudan dan keberadaan literasi
jasmani. Sejak karya asli Whitehead konsep ini telah diadopsi para pakar
Pendidikan jasmani lainya sebagai pendekatan baru untuk dunia Pendidikan
Jasmani serta sebagai tahap awal mempromosikan literasi jasmani.
Kemudian konsep PL dikembangakn dan dipopulerkan oleh Canadian Sport
Forl Life (CS4L) di Kanada. Kemudian karya (Balyi et al., 2013)
mempengaruhi kebijakan olahraga di Kanada pada Tahun 2012 dengan Long
Term Athlete Development (LTAD) sebagai awal kebijakan partisipasi dalam
olahraga.

Yang dimaksud literasi fisik dalam penjas dan olahraga, sebagaimana


disampaikan dalam Webinar Pendidikan Jasmani (Mutohir, 2020)
menyatakan bahwa literasi jasmani (physical literacy) adalah kemampuan
untuk menggerakan badan secara percaya diri selama beraktivitas fisik,
memilih gaya hidup sehat dan mempraktikan variasi keterampilan olahraga
disekolah, rumah dan komunitas lainya.
Literasi fisik dapat melalui aktivitas bermain dapat memengaruhi
perkembangan motorik pada anak usia sekolah sehingga bermanfaat
dalam memperkaya gerakan tubuh. Dengan menguatkan literasi fisik pada
anak diharapkan dapat memberikan motivasi dan percaya diri serta antusias
untuk tetap melakukan aktivitas fisik. Dengan anak melakukan aktivitas fisik
maka akan meningkatkan imunitas tubuh, sehingga tubuh anak akan tetap
bugar dan menjaga kesehatan. Literasi fisik sangat penting diberikan untuk
anak sekolah dasar, karena dengan menguatkan literasi fisik pada anak
diharapkan dapat memberikan motivasi dan percaya diri serta antusias untuk
tetap melakukan aktivitas fisik. Dengan anak melakukan aktivitas fisik maka
akan meningkatkan imunitas tubuh, sehingga tubuh anak akan tetap bugar
dan menjaga kesehatan

Ada enam komponen dalam literasi dasar ini, yaitu kemampuan baca-
tulis-berhitung, sains, teknologi informasi dan komunikasi (TIK), keuangan,
budaya, dan kewarganegaraan.
Peran pendidikan jasmani sangat penting dalam pembentukan litrasi
fisik pada anak, dimana aspek kognitif, afektif dan psikomotor ada dalam
tujuan pendidikan jasmani. Dengan menguatkan literasi fisik pada anak
diharapkan dapat memberikan motivasi dan percaya diri serta antusias untuk
tetap melakukan aktivitas fisik. Dengan anak melakukan aktivitas fisik maka
akan meningkatkan imunitas tubuh, sehingga tubuh anak akan tetap bugar
dan menjaga kesehatan. Harus disadarkan bahwa aktifitas fisik itu penting
untuk menjaga kesehatan terutama dimasa pandemi saat ini.
Salah satu upaya dalam meningkatkan aktivitas fisik di sekolah yakni
dengan menerapkan konsep literasi fisik. sama halnya dengan pengertian
literasi pada umumnya, literasi fisik adalah menyadarkan dan memahamkan
akan pentingnya aktivitas fisik yang berhubungan dengan Kesehatan. The
International Physical Literacy Association, (Mei 2014) mendefinisikan,
“Literasi fisik adalah motivasi, kepercayaan diri, kompetensi fisik,
pengetahuan, dan pemahaman untuk menghargai dan bertanggung jawab
atas keterlibatan dalam aktifitas fisik seumur hidup. Physical literacy atau
Literasi fisik dapat diartikan tentang mengembangkan keterampilan,
pengetahuan, dan perilaku yang memberikan kepercayaan diri dan motivasi
kepada anak-anak untuk menjalani gaya hidup aktif dan sehat. Membangun
proses literasi fisik pada anak-anak dapat mengarahkan mereka menuju jalan
yang tepat agar lebih Bahagia dan lebih sehat. Literasi fisik akan memberikan
manfaat yang luar biasa terhadap anak-anak, di antaranya : 1. Peningkatan
kemampuan fisik dan Kebugaran tubuh. 2. Sikap dan emosi yang memotivasi
mereka untuk hidup aktif. 3. Keterampilan untuk bersosialisasi dengan orang
lain. 4. Meningkatkan Pengetahuan dan pemahaman untuk apa, mengapa,
bagaimana dan kapan mereka Latihan. Sekolah sebagai sarana
pengembanagn Literasi Fisik (Physical Literacy).
Menurut United Nations Educational, Scientific and Cultural
Organization (2015), sekolah adalah satu-satunya tempat yang banyak anak-
anak berpartisipasi dalam aktivitas fisik secara teratur, terutama mereka yang
berasal dari latar belakang sosial ekonomi rendah. Ini tidak mengherankan
mengingat sebagian besar anak menghabiskan sebagian besar waktunya di
sekolah. Akibatnya, sekolah memiliki peran penting dalam menyediakan
lingkungan bagi anak-anak untuk mengembangkan literasi fisik mereka dan
pada gilirannya, meningkatkan motivasi mereka untuk aktif secara fisik.
Pemimpin sekolah, pendidik, pelatih, dan keluarga semuanya memiliki
peranan yang penting dalam mengembangkan dan mempromosikan
pemahaman literasi fisik kepada setiap siswa di sekolah. Pengembangan
literasi fisik atau “melek” gaya hidup aktif dapat dicapai melalui pendekatan
yang seutuhnya dalam proses pembelajaran di sekolah, meliputi kegiatan
bermain sehari-hari, kegiatan olahraga, kegiatan ekstrakurikuler bahkan
proses pembelajaran dikelas. Keterlibatan anak pada kegiatan sekolah
hendaknya bersifat menyenangkan, dan dapat meningkatkan keterampilan
motorik. beberapa contoh upaya literasi fisik di sekolah yang bisa diterapkan
yaitu : 1. Brain Breaks. Aktivitas ini sudah cukup popular diterapkan di
berbagai sekolah di Amerika. Aktivitas yang dilakukan di sela-sela proses
pembelajaran ini dapat dilakukan dengan kegiatan berjalan mengelilingi kelas,
senam sederhana di kelas, ataupun kegiatan berjoget. Kegiatan ini
menitikberatkan pada kegiatan yang bersifat menggerakkan tubuh. 2. Active
Playground. Hal sederhana yang bisa dilakukan untuk membuat para siswa
selalu aktif yaitu menyediakan area bermain yang representative untuk
mereka mengembangkan kemampuan fisiknya. Membuat tsiswa di tembok,
mengecat lantai menjadi arena bermain mereka, merupakan salah satu cara
yang aqcukup efektif. Selain itu, tersedianya poster-poster yang memberikan
informasi Kesehatan dan kebugaran tubuh juga sebagai upaya sekolah
mendukung kegiatan literasi fisik. 3. Active Week Program. Seluruh
stakeholder sekolah memiliki peran penting untuk mengupayakan adanya
literasi fisik di lingkungannya. Penyuluhan tentang Kesehatan, pencegahan
penyakit dengan selalu melakukan aktivitas fisik dapat dilakukan dengan
agenda melaksanakan program minggu sehat. Dalam satu pekan, guru dan
seluruh elemen sekolah mengupayakan program-program kesehatan seperti
penyuluhan gizi, kebersihan diri, peran aktivitas fisik sehari-hari. 4.
Memaksimalkan Pembelajaran Olahraga dan Kebugaran Jasmani. Peran
pendidikan jasmani sangat penting dalam pembentukan litrasi fisik pada anak,
di mana aspek kognitif, afektif dan psikomotor ada dalam tujuan pendidikan
jasmani. Dengan menguatkan literasi fisik pada anak diharapkan dapat
memberikan motivasi dan percaya diri serta antusias untuk tetap melakukan
aktivitas fisik. Dengan anak melakukan aktivitas fisik maka akan
meningkatkan imunitas tubuh, sehingga tubuh anak akan tetap bugar dan
menjaga kesehatan. Harus disadarkan bahwa aktifitas fisik itu penting untuk
menjaga Kesehatan. Bukti manfaat Literasi Fisik (Physical literacy) pada
anak. Literasi fisik memiliki dampak yang sangat baik terhadap Kesehatan
jangka panjang seseorang.
Seorang anak yang memahami arti penting kesehatan tubuh
sepanjang hayat, mensiswakan seorang tersebut sudah terliterasi dengan
baik tentang fisik atau tubuhnya. Bukti menunjukkan bahwa literasi fisik
mendorong peningkatan aktivitas fisik, yang menghasilkan banyak manfaat
fisik, psikologis, sosial dan kognitif sepanjang hidup anak-anak. Berikut
beberapa studi yang membuktikan hal tersebut. 1. Literasi fisik meningkatkan
kegiatan fisik anak. Studi yang dilakukan oleh Peter Holle dkk, 2019,
menjabarkan orang yang terliterasi fisik lebih cenderung memiliki kapasitas
dan komitmen yang lebih baik untuk gaya hidup aktif secara fisik. Selain itu,
studi dari Brown dkk, 2020 juga menyebutkan bahwa pemahaman literasi fisik
merupakan gerbang pertama untuk seseorang mau melakukan aktivitas fisik.
Sehingga dari kedua studi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
seseorang akan secara sadar dan bertanggung jawab melakukan aktivitas
fisik, jika mereka sudah memahami arti penting kesehatan melalui
pendekatan literasi fisik. 2. Literasi fisik meningkatkan aspek psikologis
secara keseluruhan pada anak. Selain aspek fisik, seseorang yang terliterasi
fisik akan merasakan manfaat psikologis yang akan didapatkan. Studi dari
SportEngland.org melaporkan, anak-anak yang terliterasi fisik dengan baik
cenderung memiliki tingkat kesenangan yang tinggi, percaya diri meningkat
dan tidak mudah stres. 3. Meningkatnya kemampuan fisik berpengaruh
terhadap performa kognitif (akademik). Banyak studi yang membuktikan
tentang hal tersebut, meningkatnya kemampuan fisik seseorang juga memiliki
pengaruh yang positif terhadap kemampuan akademik seseorang.
Salah satu studi dari Telford dkk, 2012 mengungkapkan sekolah yang
memiliki rata-rata kebugaran jasmani siswanya tinggi, mendapatkan nilai
literasi dan numerasi yang lebih baik. Selain itu, studi serupa di ungkapkan
oleh Donely and Lambourne, 2010. Hasil studi itu menjabarkan siswa yang
memilki tingkat pola hidup aktif yang baik memiliki 6% kemampuan lebih baik
daripada teman sebayanya yang memilki pola hidup pasif. 4. Aktivitas fisik
yang aktif berpengaruh pada memori otak anak-anak. Penelitian yang
dilakukan oleh Hillman dkk, 2009, menyebutkan bahwa setelah melakukan
aktivitas fisik, anak-anak memiliki respons yang lebih kuat di dalam otak dari
pada anak-anak yang duduk mereka juga mampu menjawab soal ujian
dengan lebih akurat dan menyelesaikan tugas belajar dengan lebih cepat dan
akurat.

B. Komunikasi Interpersonal
Hubungan interpersonal bisa terjadi dimana saja seperti kita menonton
film, belajar, dan bekerja. Komunikasi interpersonal juga disebut sebagai
komunikasi antar pribadi. Efektifitas antarpribadi ditentukan oleh seberapa
jelas pesan yang disampaikan. Keterampilan interpersonal merupakan
komunikasi yang dilakukan dalam suatu hubungan antara dua orang atau
lebih, baik secara verbal maupun nonverbal, dengan tujuan untuk mencapai
kesamaan bersama. Dengan kemampuan interpersonal maka memungkinkan
terjaganya hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-teman karena
kita mampu berkomunikasi dan memahami perasaan maupun ide-ide mereka.
Kemampuan interpersonal dapat terwujud dalam taktik, tindakan atau
diplomas yang kita gunakan saat berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan
interpersonal pula yang mampu membuat kita mampu bersikap toleran,
memiliki empati, dan menghargai orang lain. Bahkan, cara kita
menyampaikan dan menerima kritik pun dipengaruhi oleh keterampilan
interpersonal yang kita miliki
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan seseorang untuk
memahami emosi dan perilaku orang lain. Anak yang memiliki kecerdasan
interpersonal yang baik umumnya memiliki keterampilan bersosialisasi yang
baik dengan orang lain. Dalam pergaulan, ia akan selalu menjadi orang yang
memiliki banyak teman karena orang-orang nyaman berteman dengannya.

Beberapa karakteristik anak yang memiliki kecerdasan interpersonal


yang tinggi di antaranya piawai berkomunikasi, mampu mengungkapkan apa
yang dirasakannya, berani berpendapat dan senang bekerja dalam kelompok.
Anak dengan kecerdasan interpersonal tinggi biasanya terlihat memiliki
kepercayaan diri tinggi, solidaritas tinggi terhadap orang lain, dan mampu
menjadi pendengar yang baik. Karena itu, ia mudah disukai banyak orang
karena membuat orang lain nyaman berada di dekatnya.

Beberapa implementasi mendorong kecerdasan interpersonal siswa di


antaranya:

1. Permainan Kelompok

Permainan kelompok membutuhkan kerja sama dalam tim. Dengan


mengajaknya bermain dalam permainan kelompok, kegiatan ini akan
memberikan kesempatan bagi si kecil dan teman-temannya untuk melatih
kreativitas dan membangun kerja sama yang baik. Beberapa permainan seru
yang bisa dimainkan anak di antaranya: kasti, gobak sodor, bentengan, sepak
bola, dan futsal.

2. Melatih siswa bertanya dan mewawancarai orang lain atau


temannya
Disesuaikan dengan minat siswa. Misalnya, siswa tertarik dengan
Olahraga. Agar siswa memiliki pemahaman mengenai Olahraga, guru bisa
mengajaknya wawancara dengan orang yang tahu banyak mengenai hal
tersebut misalnya Atlit, atau mengundangnya di sekolah untuk di wawancara
Dengan mengajaknya wawancara, siswa bukan hanya belajar berani
berinteraksi dengan orang lain untuk menambah wawasan, tetapi ia juga akan
mencoba memahami cerita orang lain.

3. Bermain Peran

Cara lain untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal adalah


dengan bermain peran. Saat bermain peran, siswa akan belajar
menempatkan dirinya ke dalam suatu karakter. Ia akan melatih imajinasi dan
kreativitasnya agar bisa memerankan peran tersebut dengan baik. Semakin
baik eksplorasi perannya, maka akan semakin baik pula peran yang ia
bawakan. Saat bermain peran, siswa bukan hanya mendalami perannya
namun ia juga sedang mengembangkan empatinya. Siswa dengan empati
yang baik berarti memahami perasaan dan kebutuhan orang lain, hal ini juga
menunjukkan bahwa anak memiliki kecerdasan interpersonal yang baik.

4. Membantu Guru (Menulis di papan tulis dll)

Terkesan sederhana, namun membantu Guru dapat menjadi aktivitas


pilihan untuk menumbuhkan kecerdasan interpersonal. Kegiatan masak
bersama bisa membantu melatih anak menumbuhkan inisiatif dan mengambil
peran. Selain itu membantu Guru juga bisa menjadi momen belajar bagi anak
bahwa segala sesuatunya membutuhkan proses yang panjang. Dengan
begitu, anak akan lebih menghargai proses dan kerja keras dalam hidup.

5. Kegiatan Makan bersama (Buka bersama dll)

Kegiatan buka bersama adalah momen penting dimana masing-


masing pelajar bisa saling berinteraksi. Makan bersama juga bisa menjadi
momen siswa untuk terbuka, menyampaikan perasaannya, juga mampu
menanggapi obrolan orang lain. Memanfaatkan momen buka bersama
sebagai kegiatan yang tidak hanya membangun hubungan yang dekat antar
siswa namun juga menumbuhkan kecerdasan interpersonal siswa itu sendiri

6. Mengajak Berbagi
Siswa usia sekolah memang masih kentara dengan fase egois. Tetapi
tidak ada salahnya jika orang tua mengajak anak untuk belajar berbagi sejak
usia dini, tentunya tanpa ada paksaan. Sebelum mengajak siswa berbagi,
sebaiknya kita memberi contoh terlebih dulu pada mereka. Perlahan siswa
akan tertarik untuk melakukan aktivitas yang sedang kita lakukan, dan seiring
berjalannya waktu mereka akan dengan sukarela ikut terlibat. Seperti halnya
saat kita hendak memberikan atau berbagi makanan kepada pejalan kaki.
Ajaklah siswa untuk mengikuti proses mulai pembuatan nasi dan lauk pauk,
membungkus, sampai membagikan pada pejalan kaki yang membutuhkan.
Dengan itu siswa akan belajar dalam melihat proses serta kebahagiaan
tersendiri yang didapat.

7. Memahami Kepemilikan
Bagi siswa usia sekolah yang masih usia dini akan selalu merasa jika semua
benda merupakan miliknya. Maka, Guru perlu mengajarkan pada anak mana
benda miliknya dan mana benda milik orang lain. Guru juga perlu
mengajarkan tentang hak barang tersebut untuk dirawat dan juga dijaga.
Tidak hanya itu, orang tua tentu perlu mengajarkan pada anak untuk meminta
izin terlebih dahulu ketika akan memakai barang milik orang lain.

8. Mengajarkan Kepedulian
Dalam menstimulasi kecerdasan interpersonal siswa, Guru perlu memupuk
rasa kepekaan dan kepedulian siswa. Kepedulian ini bisa mencakup banyak
hal. Termasuk bagaimana peduli pada perasaan orang lain. Selain itu, banyak
hal yang bisa Guru lakukan untuk mengasah kepedulian tersebut. Bisa
dengan membacakan cerita, menonton film bersama, menghubungi teman
yang sedang sakit, menjenguk dan mendoakannya. Guru juga bisa
melakukannya dengan bermain peran, dan melibatkan siswa dalam kegiatan
sehari-hari seperti halnya membersihkan kelas

BAB III
IMPLEMENTASI
Tabel Fisik dan Interpersonal

Aspek Program Tujuan IndiKator Frekuensi

Kesehata Program outbond Melatih fisik anak Fisik anak 1x setiap


n dan dan membiasakan lebih akhir
Olahraga ( permainan di siswa untuk sehat. semester
dalamnya : flying meninggalkan rasa genap
rasa takut
fox, two line takut pada
pada
bridge, halang ketinggian.
ketinggian
rintang, menaiki Hal ini juga
menjadi
jaring laba-laba). merupakan
hilang atau
Bisa ditambah perwujudan dari
berkurang.
jalan santai pagi tadabur alam,
Semakin
setelah sehingga selain
mampu
melakukan sholat mensyukuri
mensyukur
subuh berjamaah, pemberian Allah
i
atau sebelum berupa alam dan
pemberian
shalat dhuha). juga mensyukuri
Allah
fisik dengan
berupa
menjaga Kesehatan.
alam dan
Juga melatih
juga
keberanian dan
mensyukur
kekuatan, dimana
i fisik.
seorang muslim
yang kuat lebih
Allah dicintai
daripada yang
lemah

Kesehata Program senam Memberikan Anak lebih 3x dalam 1


n dan ceria motivasi dan semangat minggu
Olahraga percaya diri serta untuk
antusias untuk tetap melakukan
melakukan aktivitas olahraga
fisik. Dengan anak sehingga
melakukan aktivitas sadar
fisik maka akan bahwa
meningkatkan kesehatan
imunitas tubuh, itu penting.
sehingga tubuh
anak akan tetap
bugar dan menjaga
kesehatan.

Kesehata Program Siswa belajar Mampu 1x dalam 2


n dan penyempurnaan menyempurnakan berwudhu, minggu
Kebersih wudhu, bersuci, wudhu dan bersuci. bersuci,
an dan praktek Siswa sudah belajar dan
gerakan sholat tentang kebersihan melakukan
yang sempurna diri sendiri. gerakan
Sedangkan untuk sholat
gerakan sholat, jika dengan
siswa sudah sempurna.
melakukan gerakan
sholat yang
sempurna maka
akan berdampak
dengan
kesehatannya).

Simpati Program Siswa belajar untuk Terbiasa 1x dalam 1


terhadap menyumbang menumbuhkan rasa ikhlas semester
Orang kepedulian terhadap untuk
Pakaian bekas
Lain orang lain melakukan
layak pakai
sedekah

Untuk anak panti


Terhadap
asuhan/
orang yang

Orang yang
membutuh
membutuhkan
kan

Simpati Infaq Senin dan Siswa membiasakan Ringan hati 2x dalam 1


terhadap Jum’at diri dalam minggu
Orang Menyisihkan uang Memberika (setiap hari
lain untuk n sebagian senin dan

Memberikan kepada Harta Jum’at)


orang yang untuk
orang lain
Lebih membutuhkan

Kerjasam Program Mengembangkan Siswa 1x dalam


a dan perkemahan interpersonal siswa, dapat setahun
misal : membangun saling
Bertangg (pertengah
tenda antar bantu
ung an antara
kelompok, saling membantu
jawab
bantu membantu dalam Semester
dalam pengerjaan pengerjaan ganjil dan
tugas yang sudah tugas.
ditentukan). Genap)

Disiplin Program Sahur Siswa belajar ber Siswa 2x dalam 1


dan call, Tahajud call, berkomunikasi mampu minggu
Komunik dan Shubuh call secara berurutan berkomuni
asi untuk kasi
membangunkan dengan
teman setelahnya baik
untuk sahur, tahajud
dan sholat subuh.
Jadi, siswa dibagi
menjadi beberapa
kelompok kemudian
guru menelfon siswa
yang ada di urutan
pertama dalam
setiap kelompok,
setelah itu yang
urutan pertama
menelfon ke teman
urutan setelahnya
begitupun
seterusnya, setelah
itu teman yang ada
di urutan terakhir
menelfon ke guru
untuk laporan
selesai).

Bekerjas Program dekorasi Siswa bekerjasama Siswa 2x dalam 1


ama dan kelas dan membersikan kelas mampu tahun
Kepekaa membersihkan dengan skala besar bekerjasa ( dilakukan
n kelas, membutuhkan ma saat awal
kepekaan antar menyelesai Pergantian
siswa agar kan satu semester
pekerjaan dilakukan tujuan. 1 dan 2)
oleh semua siswa
Timbul
bukan beberapa
kepekaan
saja, sedangkan
antar siswa
untuk dekorasi kelas
mengajarkan untuk
kerja sama
menyelesaikan
suatu tujuan). Hal ini
merupakan
perwujudan dari
“Kebersihan
Sebagian dari Iman”
dan “Allah itu indah
dan mencintai
keindahan”

BAB III
PENDIDIK YANG DISYARATKAN

Guru atau pendidik dalam literasi fisik adalah pendidik yang merupakan
tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran literasi fisik dan pendidikan jasmani, menilai hasil pembelajaran ],
melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat. Untuk menjadi guru pendidikan jasmani yang
profesional harus memenuhi persyaratan tertentu antara lain harus memiliki
kompetensi pokok yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi
personal, dan kompetensi sosial.
Adapun profesionalisme guru Pendidikan Penjas meliputi : a) Menguasai
bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah dan Page 4 menguasai bahan
pendalaman/aplikasi bidang studi. b) Mengelola program belajar mengajar. c)
Mengelola kelas.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun
2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, adapun macam-
macam kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga guru antara lain: kompetensi
pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial yang diperoleh melalui pendidikan
profesi. Apa tujuan guru penjas? Selain sebagai mata pelajaran, biasanya guru
pendidikan jasmani juga membimbing ekstrakurikuler yang berhubungan dengan
olahraga. Guru olahraga berperan memandu murid dalam berbagai jenis olahraga,
seperti atletik, permainan bola serta berenang. cara meningkatkan profesionalisme
guru penjas sekolah dasar? Peningkatan profesionalisme seorang guru pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara
lain: program pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan guru, program musyawarah
guru mata pelajaran (MGMP), dan program sertifikasi guru.mPendidikan merupakan
salah satu instrumen utama pengembang sumber daya manusia (SDM), maka
tenaga kependidikan memiliki tanggung jawab untuk mengemban tugas
mengembangkan SDM. Oleh karena itu siapa saja yang mengemban tugas profesi
tenaga kependidikan harus secara kontinyu menjalani profesionalisasi, baik secara
formal maupun informal. Di Indonesia saat sekarang sudah dibentuk Lembaga
Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) di setiap propinsi, yang bertugas secara umum
bagaimana meningkatkan tenaga kependidikan menjadi bermutu dan profesional.

Guru memiliki peran penting dalam kegiatan pembelajaran di sekolah


untuk menciptakan kegiatan belajar yang efektif dan bisa memenuhi tujuan
pembelajaran. Guru bukan hanya dituntut memiliki kemampuan mengajar yang
baik, tetapi juga harus memiliki interpersonal skill yang baik pula. Seperti yang
diketahui bahwa interpersonal skill atau keterampilan interpersonal sangat
penting dimiliki setiap orang, tak terkecuali guru untuk menciptakan hubungan
yang baik dengan rekan kerja maupun siswa yang diajar. Dengan begitu, hasil
kerja pun menjadi optimal dan memuaskan

Interpersonal skill termasuk ke dalam soft skill yaitu perilaku personal dan
interpersonal dalam mengembangkan serta memaksimalkan kinerja manusia
seperti membuat keputusan, membangun tim, inisiatif, komunikasi yang baik,
simpati, empati, dan lainnya. Interpersonal skill bukanlah keterampilan teknis
seperti merakit komputer, mendesain atau lainnya, melainkan keterampilan
nonteknis untuk melengkapi kemampuan akademik dan bakat setiap orang. Guru
harus memiliki interpersonal atau soft skill yang kuat dalam diri karena
keterampilan ini berkaitan dengan orang lain dan untuk mengatur dirinya sendiri
dalam mengembangkan kerja secara maksimal. Interpersonal skill memang
sangat penting dimiliki oleh guru karena keterampilan ini mencakup beberapa
kemampuan seperti menghangatkan hubungan, membuat pendekatan yang lebih
mudah terhadap siswa, membangun hubungan secara konstruktif, menggunakan
diplomasi, serta teknik untuk mencairkan situasi pembelajaran di kelas.

Tak sedikit yang masih keliru dalam memahami dan membedakan


kemampuan personal dan interpersonal. Thomas F. Mader dan Diane C. Mader
sendiri membedakan keduanya dalam hal komunikasi. Pada komunikasi
interpersonal masing-masing orang saling memahami, namun tidak terjadi
keterlibatan emosi. Komunikasi interpersonal sendiri memiliki kualitas kedekatan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan impersonal.

Syarat bagi Pendidik Interpersonal , yaitu:

1. Bisa Berkomunikasi dengan Baik

Seorang yang memiliki interpersonal skill yang baik bisa membangun hubungan
dengan orang lain yang harmonis, maka mereka memiliki kemampuan
berkomunikasi yang baik dan nyambung dengan orang lain, termasuk guru
terhadap siswa. Dengan keterampilan ini, Siswa bisa saling berdiskusi,
memberikan materi atau informasi, dan melakukan pendekatan lebih mudah
terhadap siswa.
Selain itu, Siswa juga bisa membangun rasa saling menghargai terhadap siswa,
menerima masukan dari orang lain, dan mempertimbangkan pendapat yang
masuk. Komunikasi yang baik bukan hanya membangun hubungan erat terhadap
siswa, tetapi juga terhadap rekan kerja atau dengan guru-guru lainnya. Dengan
komunikasi, Siswa bisa menyelesaikan tugas pekerjaan dalam kantor lebih baik
dan lebih cepat.

2. Memiliki Hubungan Pribadi yang Baik

Dengan memiliki interpersonal skill, Siswa dapat menjalin hubungan yang baik
dengan orang lain, baik rekan kerja maupun siswa. Hal ini tentu memberikan
manfaat tersendiri bagi diri Siswa. Bukan hanya membangun hubungan yang
baik dengan orang baru, tetapi mempertahankan hubungan yang sudah lama
terjalin sebelumnya. Pasalnya, mempertahankan hubungan yang sudah lama
terjalin dinilai lebih sulit dibandingkan membangun hubungan baru.

Ketika siswa Siswa sudah lulus, Siswa tetap bisa menjalin hubungan baik
dengan mereka, membimbing mereka, saling bertukar informasi, dan lainnya.
Cara terbaik untuk mempertahankan sebuah hubungan yaitu dengan memiliki
sikap tulus terhadap orang lain.

3. Menumbuhkan Rasa Percaya Orang Lain

Menumbuhkan rasa saling percaya dengan orang lain bukanlah hal yang mudah,
padahal hal tersebut sangat penting dilakukan untuk menciptakan hasil kerja
yang optimal. Hasil penelitian yang dilakukan oleh American Psychological
Association menyatakan bahwa sebanyak 50% karyawan di Amerika Serikat
tidak percaya lagi dengan pimpinan perusahaan mereka. Hal ini bisa
dikarenakan pemimpin perusahaan tidak memiliki interpersonal skill yang baik,
mereka juga tidak terbuka dengan karyawan di bawahnya. Jika Siswa
merupakan kepala sekolah atau ingin menjadi kepala sekolah, maka harus
meningkatkan keterampilan interpersonal dan terbuka dengan rekan-rekan di
bawah Siswa. Hal ini akan berdampak pada kinerja mereka.

4. Mampu Memimpin

Seperti yang diketahui sebelumnya, jika Guru memiliki interpersonal yang baik,
tak menutup kemungkinan Guru akan naik pangkat atau menjadi kepala sekolah
suatu hari nanti. Pasalnya, menjadi seorang pemimpin memerlukan keterampilan
yang cukup banyak mulai dari membagi waktu dengan baik, tegas dan
lugas, public speaking, dan lainnya. Pemimpin yang baik harus bisa memahami
kebutuhan anggota timnya untuk menciptakan hasil kerja yang optimal. Apabila
Guru tidak memiliki interpersonal skill saat menjadi pemimpin, tak menutup
kemungkinan Guru akan kehilangan anggota tim yang berharga serta
menghilangkan produktivitas kerja.
5. Memiliki Sifat Empati

Setiap orang harus memiliki sikap empati yang tinggi. Hal ini tidak didapatkan
begitu saja dari lahir, melainkan harus dikembangkan. Sikap empati yang Guru
berikan kepada orang lain dapat menciptakan hubungan baik dengan orang-
orang di sekitar, termasuk rekan kerja dan Guru Guru. Jika Guru menjadi pribadi
yang baik, maka akan menciptakan kesetiaan, memfasilitasi komunikasi, serta
meningkatkan moral satu sama lain. Guru bisa memberikan simpati kepada Guru
dan rekan kerja, terutama ketika mereka berada dalam kesulitan, seperti jatuh
sakit, ada anggota keluarga yang meninggal, terkena musibah, dan lain
sebagainya. Bentuk perhatian tersebut juga akan kembali kepada diri Guru,
ketika Guru merasakan kesulitan suatu hari nanti.
DAFTAR PUSTAKA

Juniar S. (2020). Gambaran Tingkat Aktivitas Fisik Anak Usia Sekolah Yang
Mengalami Gizi Lebih Di SDIT Al Hikmah Maros. Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanudin, Makasar.

Jasmani, Majumi, Nur, 2021, SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN 2021


“Penguatan Riset, Inovasi, Dan Kreativitas Peneliti Di Era Pandemi Covid-19”
ISBN: 978-623-387-014-6 Analisis Pengetahuan Literasi Fisik Anak Usia 8-12
Tahun Pada Pembelajaran Pendidikan

Kaioglou V, Dania A & Venetsanou F. (2020). How Physically Literate Are Children
Today? A Baseline Assessment Of Greek Children 8-12 Years Of Age.
Journal Of Sports Sciences

Lestari I, Ratnaningsih T.(2016). The Effects Of Modified Games On The


Development Of Gross Motor Skill In Preschoolers. International Journal Of
Evaluation And Research In Education (IJERE) Vol.5, No.3, 216~220

Padehban V, Negarandeh R, Nikpeyma N. (2020). The Study Of Regular Physical


Activity Status And Perception Of Barriers For Performing It In Adolescents.
Nursing Practice Today Poitras VJ, Etc. (2016). Systematic Review Of The
Relationships Between Objectively Measured Physical Activity And Health
Indicators In School-Aged Children And Youth. Applied Physiology, Nutrition,
And Metabolism

Centers For Disease Control And Prevention. How Much Physical Activity Do
Children Need? Https://Www.Cdc.Gov/Physicalactivity/Basics/Children/Index.Htm,

Rahmat Permana, 2020, Analisis Assesmen Literasi Jasmani Dengan Kebutuhan


Pembelajaran PJOK Di Sekolah Dasar Muhammadiyah Tasikmalaya Analysis
Of Physical Literacy Assessment With Learning Needs Of PJOK In
Muhammadiyah Tasikmalaya Elementary Schools 1)
Tamar, Rimayanti, 2017, KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU PEMBIMBING
AKADEMIS DENGAN SISWA DALAM MENINGKATKAN PRESTASI DI MAN
1 PEKANBARU Elga Megri Tamar & Nita Rimayanti Megri.Elga@Gmail.Com
JOM FISIP Vol. 4 No. 2 Oktober 2017

Jurbala, P. (2015). What Is Physical Literacy, Really? Quest, 67(4), 367–383.


Https://Doi.Org/10.1080/00336297.2015.1084341

Anda mungkin juga menyukai