Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN

LANDASAN PSIKOLOGIS

Disusun Oleh :

Herlina Julianna (2224190085)


Muhammad Khaizir (2224190082)

JURUDAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
landasan pendidikan dengan judul “landasan psikologis”

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Serang, 10 Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Tujuan.......................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Pengertian Psikologi................................................................................3
2.2 Pengertian Psikologi Pendidikan...........................................................3
2.3 Psikologi Perkembangan........................................................................4
2.4 Psikologi Belajar......................................................................................9
2.5 Teori Belajar dan Implikasinya............................................................10
2.6 Manfaat Mempelajari Psikologi Pendidikan......................................14
BAB 3 PENUTUP................................................................................................17
3.1 Kesimpulan............................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan selalu melibatkan kejiwaan manusia, sehingga landasan


psikologi merupakan salah satu landasan yang penting dalam bidang
pendidikan. Sementara itu, keberhasilan pendidik dalam melaksanakan
berbagai peranannya antara lain akan dipengaruhi oleh tentang
pemahamannya dalam pendidikan perkembangan peserta didik. Oleh
karena itu agar sukses dalam mendidik, kita perlu memahami proses
perkembangan, sebab hal ini membantu kita dalam memahami tingkah
laku. Tingkah laku siswa sendiri dipelajari dalam suatu ilmu yang disebut
sebagai psikologi.

Menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem


pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 ( 1) pendidikan adalah “Usaha dasar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara”. Dalam hal ini, tentu saja diperlukan
adanya pendidikan professional; yakni guru di sekolah-sekolah dasar dan
menengah, serta dosen di perguruan-perguruan tinggi sebagaimana yang
tersirat dalam bab XI Pasal 39 (2) UU Sisdiknas tersebut.

Berdasarkan keterkaitan antara pendidikan dan kejiwaan, landasan


psikologis pendidikan diartikan sebagai suatu landasan dalam proses
pendidikan yang membahas berbagai informasi tentang kehidupan
manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek
pribadi manusia pada setiap tahapan usia perkembangan tertentu untuk
mengenali dan menyikapi manusia sesuai dengan tahapan usia
perkembangannya yang bertujuan untuk memudahkan proses pendidikan.

Untuk melaksanakan profesinya, tenaga pendidik khususnya guru


sangat memerkulan aneka ragam pengetahuan dan keterampilan keguruan
yang memadahi dalam arti sesuai dengan tuntunan zaman dan kemajuan
sains dan teknilogi. Di antara penegetahuan-pengetahuan psikologi terapan
dengan pendekatan baru yang erat kaitannya dengan proses belajar dan
mengajar dalam suasana zaman yang berbeda dan penuh tantangan seperti
sekrang ini. Untuk memenuhi kebutuhan akan psikologi terapan dengan
pendekatan baru itulah, makalah psikologi ini disusun, dengan harapan
dapat memberikan konstribusi yang berarti memantapkan kualitan
kompetensi calon guru dan guru dan dosen professional yang bertugas
pada jenjang masing-masing.

1
1.2 Tujuan

1. Mengetahui pengertian psikologi


2. Mengetahui pengentian pesikologi pendidikan
3. Mengetahui psikkologi perkembangan dan implikasinya
4. Mengetahui apa itu psikologi belajar
5. Mengetahui apa saja teori dalam pendidikan dan implikasina
6. Mengatahui implikasinya terhadap pendidikan

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Psikologi

“Psikologi” berasal dari perkataan yunanipsyche yang artinya


adalah jiwa, dan logo yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi secara
etimologi psikologi artinya adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa,
baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya, maupun latar
belakangnya.
Pengertian Psikologi menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid
13 (1990), Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan
binatang baik yang dapat dilihat secara langsung maupun yang tidak dapat
dilihat secara langsung.
Psikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa
manusia. Jiwa itu sendiri adalah roh dalam keadaan mengendalikan
jasmani yang dapat dipengaruhi oleh alam sekitar. Karena itu jiwa atau
psikis dapat dikatakan inti dan kendali kehidupan manusia yang berada
dan melekat dalam manusia itu sendiri.
Jiwa manusia berkembang sejajar dengan pertumbuhan jasmani.
Jiwa balita baru berkembang sedikit sekali sejajar dengan tubuhnya yang
juga masih berkemampuan sederhana sekali. Semakin besar anak itu,
semakin berkembang pula jiwanya, dengan melalui tahap-tahap tertentu
akhirnya anak itu mencapai kedewasaan baik dari segi kejiwaaan maupun
dari segi jasmani.
Jadi, Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah
laku manusia, baik sebagai individu maupun dalam hubungannya dengan
lingkungannya.

2.2 Pengertian Psikologi Pendidikan

Menurut Muhibin Syah (2002), psikologi pendidikan adalah


sebuah disiplin psikologi yang menyelidiki masalah psikologis yang
terjadi dalam dunia pendidikan.
Menurut Muhibin Syah (2002), pengertian psikologi pendidikan
adalah sebuah disiplin psikologi yang menyelidiki masalah psikologis
yang terjadi dalam dunia pendidikan. Sedangkan menurut ensiklopedia
amerika, Pengertian psikologi pendidikan adalah ilmu yang lebih
berprinsip dalam proses pengajaran yang terlibat dengan penemuan –
penemuan dan menerapkan prinsip – prinsip dan cara untuk meningkatkan
keefisien di dalam pendidikan.

3
Psikologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari bagaimana
manusia belajar dalam pendidikan pengaturan, efektivitas intervensi
pendidikan, psikologi pengajaran, dan psikologi sosial dari sekolah
sebagai organisasi. Psikologi pendidikan berkaitan dengan bagaimana
siswa belajar dan berkembang, dan sering terfokus pada sub kelompok
seperti berbakat anak-anak dan mereka yang tunduk pada khusus
penyandang cacat .

Jadi, Pengertian Psikologi Pendidikan adalah ilmu yang


mempelajari tentang perilaku manusia di dalam dunia pendidikan yang
meliputi studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang
berhubungan dengan pendidikan manusia yang tujuannya untuk
mengembangkan dan meningkatkan keefisien di dalam pendidikan.

2.3 Psikologi Perkembangan

Psikologi perkembangan adalah suatu cabang dari ilmu psikologi


yang membahas tentang prilaku dan emosional makhluk hidup mulai dari
lahir sampai mati.
Psikologi perkembangan ini membahas perkembangan individu sejak
masa konsepsi sampai dengan dewasa (proses belajar dan pematangan)
melalui interaksi dengan lingkungan.

Ada tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan. Pendekatan


yang dimaksud adalah : (Nana Syaodih,1988)
1. Pendekatan Pentahapan
Perkembangan individu berjalan melalui tahapan-tahapan tertentu.
Pada setiap tahap memiliki ciri-ciri khusus yang berbeda dengan
ciri-ciri pada tahap-tahap yang lain.
2. Pendekatan Diferensial
Pendekatan ini dipandang individu-individu itu memiliki
kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan. Atas dasar ini lalu
orang-orang membuat kelompok–kelompok. Anak-anak yang
memiliki kesamaan dijadikan satu kelompok. Maka terjadilah
kelompok berdasarkan jenis kelamin, kemampuan intelek, bakat,
ras, status sosial ekonomi, dan sebagainya.
3. Pendekatan Ipsatif
Pendekatan ini berusaha melihat karakteristik setiap individu, dapat
saja disebut sebagai pendekatan individual. Melihat perkembangan
seseorang secara individual.

Psikologi perkembangan, menurut Crijns periode atau tahap


perkembangan manusia secara umum adalah :
1. Umur 0 – 2 tahun disebut masa bayi. Pada masa itu dimanfaatkan
untuk tidur, memendang, belajar merangkak dan berbicara

4
2. Umur 2 – 4 tahun disebut masa kanak-kanak. Pada masa ini anak
sudah mulai bisa berjalan menyebut beberapa nama,melihat
struktur,permainan-permainan mereka bersifat fantasi,mengalami
masa egosentris
3. Umur 5 – 8 tahun disebut masa dongeng. Anak sudah mulai sadar
akan dirinya sebagai orang yang mempunyai kedudukan
tersendiri.Mereka sudah mulai bisa bermain bersama dan
melakukan tindakan-tindakan yang konstruktif. Kesadaran akan
lingkungan sudah mulai muncul
4. Umur 9 – 13 tahun disebut masa Robinson Cruose. Pada masa ini
mulai berkembang pemikiran kritis, nafsu persaingan, minat-minat
dan bakat
5. Umur 13 tahun disebut masa pubertas pendahuluan. Pada masa ini
anak mulai tertuju ke dalam dirinya sendiri,mereka sudah mulai
belajar bersolek, suka menyendiri, melamun, dan segan berolah
raga. Mereka cepat gelisah, cepat tersinggung, suka marah-marah,
keras kepala, acuh tak acuh, dan senang bermusuhan. Terhadap
jeni kelamin lain mereka ingin sama-sama tahu namun masih
canggung
6. Umur 14 – 18 tahun disebut masa puber. Sudah mulai sadar akan
pribadinya sebagai orang yang bertanggung jawab.Sadar akan hak-
hak nya.Mulai tahu bahwa seseorang memiliki jalan dan tujuan
hidup sendiri-sendiri.Mulai mengoreksi diri.Mereka menemui
nilai-nilai hidup,tetapi mereka juga cepat beralih ke nilai-nilai
hidup yang lain.Ini merupakan periode pembentukan cita.
7. Umur 19 – 21 tahun disebut masa adolesen. Mulai menemui
keseimbangan,mereka sudah punya rencana hidup tertentu dengan
nilai-nilai yang sudah dipastikannya.Namun mereka belum
berpengalaman,maka timbullah sikap radikal,ingin
menolak,mencela,dan merombak hal-hal yang tidak disetujui oleh
mereka.
8. Umur 21 tahun ke atas disebut masa dewasa. Pada masa ini remaja
mulai inshaf bahwa pekerjaan manusia tidak mudah dan selalu ada
cacatnya.Mereka mulai berhati-hati

Implikasi perkembangan terhadap pendidikan :

Aspek-aspek perkembangan peserta didik yang berimplikasi


terhadap proses pendidikan akan diuraikan seperti di bawah ini.
1. Implikasi Perkembangan Biologis dan Perseptual
Menurut Budiamin, proses perkembangan biologis atau
perkembangan fisik mencakup perubahan-perubahan dalam tubuh
individu seperti pertumbuhan otak, otot, sistem syaraf, struktur tulang,
hormon, organ-organ inderawi, dan sejenisnya. Termasuk juga di
dalamnya perubahan dalam kemampuan fisik seperti perubahan dalam
penglihatan, kekuatan otot, dan lain-lain. Pemikiran tersebut menuntut
perlunya suatu penyelenggaraan pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik dan kebutuhan fisik seperti yang telah diungkapkan.

5
Selanjutnya Budiamin, mengemukakan bahwa perkembangan
perseptual pada dasarnya merupakan proses pengenalan individu
terhadap lingkungan. Semua informasi tentang lingkungan sampai
kepada individu melalui alat-alat indera yang kemudian diteruskan
melalui syaraf sensori ke bagian otak. Informasi tentang objek
penglihatan diterima melalui mata, informasi tentang objek
pendengaran diketahui melalui telinga, objek sentuhan melalui kulit,
dan objek penciuman melalui hidung. Tanpa adanya alat-alat indera
tersebut, otak manusia akan terasing dari dunia yang ada di sekitarnya.
Di sinilah kita melihat bahwa perkembangan fisik peserta didik
memegang peranan yang penting terhadap pendidikan. Dengan
demikian, jelaslah bahwa perbedaan perkembangan fisik harus
dihadapi dengan cara yang tepat oleh para pendidik.
Pemahaman tentang karakteristik per-kembangan akhirnya
membawa beberapa implikasi bagi penyelenggaraan pendidikan di
sekolah dasar. Implikasi-imlikasi dimaksud khususnya berkenaan
dengan penyelenggaraan pembelajaran secara umum, pemeliharaan
kesehatan dan nutrisi anak, pendidikan jasmani dan kesehatan, serta
penciptaan lingkungan dan pembiasaan berperilaku sehat.

2. Implikasi Perkembangan Intelektual


Proses perkembangan intelektual melibatkan perubahan dalam
kemampuan dan pola berpikir, kemahiran berbahasa, dan cara individu
memperoleh pengetahuan dari lingkungannya. Aktivitas-aktivitas seperti
mengamati dan mengklasifikasikan benda-benda, menyatukan beberapa
kata menjadi satu kalimat, menghapal doa, memecahkan soal-soal
matematika, dan menceritakan pengalaman kepada orang lain merupakan
peran proses intelektual dalam perkembangan anak.
Perkembangan intelektual pada anak usia sekolah dasar sudah
cukup untuk menjadi dasar diberikannya berbagai kecakapan yang dapat
mengembangkan pola pikir atau daya nalarnya. Perkembangan intelektual
dan pengalaman belajar anak sangat erat kaitannya. Perkembangan
intelektual peserta didik akan memfasilitasi kemampuan belajarnya.
Peserta didik sudah dapat diberikan dasar-dasar keilmuan, seperti
membaca, menulis, dan berhitung. Dalam mengembangkan daya nalar,
caranya dengan melatih peserta didik untuk mengungkapkan pendapat,
gagasan, atau penilaiannya terhadap berbagai hal. Misalnya yang berkaitan
dengan materi pelajaran, tata tertib sekolah, dan sebagainya.

3. Implikasi Perkembangan Bahasa


Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Pada dasarnya bahasa sebagai alat komunikasi tidak hanya berupa bicara,
melainkan juga dapat diwujudkan dengan tanda isyarat tangan atau
anggota tubuh lainnya yang memiliki aturan sendiri.
Budiamin, kemudian memaparkan implikasi perkembangan bahasa
pada peserta didik:

6
1. Apabila kegiatan pembelajaran yang diciptakan bersifat efektif,
maka perkembangan bahasa peserta didik dapat berjalan secara
optimal. Sebaliknya apabila kegiatan pembelajaran berjalan
kurang efektif, maka dapat diprediksi bahwa perkembangan
bahasa peserta didik akan mengalami hambatan.
2. Bahasa adalah alat komunikasi yang paling efektif dalam
pergaulan sosial. Jika ingin menghasilkan pembelajaran yang
efektif untuk mendapatkan hasil pendidikan yang optimal,
maka sangat diperlukan bahasa yang komunikatif dan
memungkinkan peserta didik yang terlibat dalam interaksi
pembelajaran dapat berperan secara aktif dan produktif.
3. Meskipun umumnya anak SD memiliki kemampuan potensial
yang berbeda-beda, namun pemberian lingkungan yang
kondusif bagi perkembangan bahasa sejak dini sangat
diperlukan.

4. Implikasi Perkembangan Kreativitas


Secara umum kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan
berpikir dan bersikap tentang sesuatu dengan cara yang baru dan tidak
biasa guna menghasilkan penyelesaian yang unik terhadap berbagai
persoalan.
Guilford dalam pidatonya menegaskan bahwa kreativitas perlu
dikembangkan melalui jalur pendidikan guna mengembangkan potensi
peserta didik secara utuh dan bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan seni.
Menyadari posisi strategis kreativitas dalam kehidupan peserta didik, perlu
dikemukakan berbagai upaya yang dapat mendukung pengembangan
kreativitas terhadap pendidikan. Namun dalam kenyataannya, kreativitas
bukanlah sesuatu yang diajarkan kepada peserta didik, melainkan hanya
memungkinkan untuk dapat dimunculkan.
Oleh sebab itu, Treffinger mengemukakan sejumlah pengalaman
belajar yang dapat dikembangkan oleh pendidik agar mampu mendorong
kreativitas peserta didik, khususnya dalam proses pembelajaran. Hal
tersebut antara lain guru diharapkan dapat menyajikan materi
pembelajaran, menyiapkan berbagai media, menggunakan pendekatan
pembelajaran yang memungkinkan posisi peserta didik sebagai subjek
daripada objek pembelajaran, serta mengadakan evaluasi yang tepat
sehingga mampu mendukung pengembangan kreativitas peserta didik.

5. Implikasi Perkembangan Sosial


Manusia menurut pembawaannya adalah makhluk sosial. Sejak
dilahirkan, bayi sudah termasuk ke dalam masyarakat kecil yang disebut
keluarga. Lingkungan sosial merupakan pengaruh luar yang datang dari
orang lain. Selain itu, yang termasuk lingkungan sosial ialah pendidikan.
Dalam hal ini, yang dimaksud dengan pendidikan adalah pengaruh-
pengaruh yang disengaja dari anggota berbagai golongan tertentu, seperti
pengaruh ayah, nenek, paman, dan guru-guru.

7
Berkat perkembangan sosial, seorang anak dapat menyesuaikan
diri dengan kelompok teman sebaya maupun dengan lingkungan
masyarakat sekitar. Dalam proses belajar di sekolah, kematangan
perkembangan sosial ini dapat dimanfaatkan oleh pendidik dengan
memberikan tugas-tugas kelompok, baik yang membutuhkan tenaga fisik
maupun pikiran. Tugas-tugas kelompok ini harus memberikan kesempatan
kepada setiap peserta didik untuk menunjukkan prestasinya, tetapi juga
diarahkan untuk mencapai tujuan bersama. Dengan melaksanakan tugas
kelompok, peserta didik dapat belajar tentang kebiasaan dalam bekerja
sama, saling menghormati, dan bertanggung jawab.
Dilihat dari pemahaman terhadap aspek perkembangan sosial pada
peserta didik, terdapat beberapa implikasi menurut Budiamin, yaitu: (1)
untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menyadari dan
menghayati pengalaman sosialnya, dapat dilakukan aktivitas-aktivitas
bermain peran yang ditindaklanjuti dengan pembahasan di antara mereka;
(2) keberadaan teman sebaya bagi anak usia sekolah dasar merupakan hal
yang sangat berarti, bukan saja sebagai sumber kesenangan bagi anak
melainkan dapat membantu mengembangkan banyak aspek perkembangan
anak. Ini mengimplikasikan perlunya aktivitas-aktivitas pendidikan yang
memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik untuk berdialog
dengan sesamanya.

6. Implikasi Perkembangan Emosional


Hurlock mengungkapkan secara jelas bahwa emosi mempengaruhi
cara belajar anak, yaitu: (1) menyiapkan tubuh untuk melakukan tindakan;
(2) reaksi emosional apabila diulang-ulang akan berkembang menjadi
kebiasaan; (3) emosi merupakan suatu bentuk komunikasi; (4) emosi
mewarnai pandangan anak; dan (5) emosi dapat menggangu aktivitas
mental.
Emosi yang positif seperti perasaan senang, bersemangat, atau rasa
ingin tahu akan mempengaruhi individu untuk berkonsentrasi terhadap
aktivitas belajar, seperti memperhatikan penjelasan guru, aktif dalam
berdiskusi, mengerjakan tugas, dan sebagainya.
Memperhatikan dan memahami emosi siswa dapat membantu
pendidik mempercepat proses pembelajaran yang lebih bermakna dan
permanen. Memperhatikan dan memahami emosi siswa berarti
membangun ikatan emosional dengan menciptakan kesenangan dalam
belajar, menjalin hubungan, dan menyingkirkan segala ancaman dari
suasana belajar. Melalui kondisi belajar di maksud, para siswa akan lebih
ikut serta dalam kegiatan sukarela yang berhubungan dengan bahan
pelajaran.

8
7. Implikasi Perkembangan Moral
Perkembangan moral anak dapat berlangsung melalui beberapa
cara, salah satunya melalui pendidikan langsung, seperti diungkapkan oleh
Yusuf, Pendidikan langsung yaitu melalui penanaman pengertian tentang
tingkah laku yang benar-salah atau baik-buruk oleh orang tua dan gurunya.
pada usia sekolah dasar anak sudah dapat mengikuti tuntutan dari
orang tua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini, anak dapat
memahami alasan yang mendasari suatu bentuk perilaku dengan konsep
baik-buruk. Misalnya, dia memandang bahwa perbuatan nakal, berdusta,
dan tidak hormat kepada orang tua merupakan suatu hal yang buruk.
Sedangkan perbuatan jujur, adil, dan sikap hormat kepada orang tua
merupakan suatu hal yang baik.
Sekolah dapat berfungsi sebagai kawasan yang sejuk untuk
melakukan sosialisasi bagi anak-anak dalam pengembangan moral dan
segala aspek kepribadiannya. Pelaksanaan pendidikan moral di kelas
hendaknya dihubungkan dengan kehidupan yang ada di luar kelas. Dengan
demikian, pembinaan perkembangan moral peserta didik sangat penting
karena percuma saja jika mendidik anak-anak hanya untuk menjadi orang
yang berilmu pengetahuan, tetapi jiwa dan wataknya tidak dibangun dan
dibina.

8. Implikasi Perkembangan Spiritual


Anak-anak sebenarnya telah memiliki dasar-dasar kemampuan
spiritual yang dibawanya sejak lahir. Untuk mengembangkan kemampuan
ini, pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting. Oleh karena itu,
untuk melahirkan manusia yang ber-SQ tinggi dibutuhkan pendidikan
yang tidak hanya berorientasi pada perkembangan aspek IQ saja,
melainkan EQ dan SQ juga.
Pendidikan pada manusia tidak terletak pada perkem-bangan
biologis saja, akan tetapi, pendidikan pada manusia harus diperhitungkan
pula perkembangan rohaninya. Itulah kelebihan manusia yang diberikan
oleh Allah Swt., yaitu dianugerahi fitrah (perasaan dan kemampuan) untuk
mengenal penciptanya, yang membedakan antara manusia dengan
binatang. Fitrah ini berkaitan dengan aspek spiritual.

2.4 Psikologi Belajar

Belajar adalah perubahan perilaku yang relative permanen sebagai


hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat, atau
kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain serta
mampu mengomunikasikannya kepada orang lain.
Secara psikologis, belajar dapat didefinisikan sebagai “suatu usaha
yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku secara sadar dari hasil interaksinya dengan lingkungan”.
Definisi ini menyiratkan dua makna. Pertama, bahwa belajar merupakan
suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu yaitu untuk mendapatkan
perubahan tingkah laku Kedua, perubahan tingkah laku yang terjadi harus
secara sadar.

9
Dari pengertian belajar di atas, maka kegiatan dan usaha untuk
mencapai perubahan tingkah laku itu dipandang sebagai proses belajar,
sedangkan perubahan tingkah laku itu sendiri dipandang sebagai hasil
belajar. Hal ini berarti, belajar pada hakikatnya menyangkut dua hal yaitu
proses belajar dan hasil belajar.

2.5 Teori Belajar dan Implikasinya

1. Teori Belajar Behaviorisme


Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage
dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar
yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik
pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik.
Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai
hasil belajar. Teori ini juga mementingkan input dan output. Teori ini tidak
mementingkan proses yang terjadi antara stimulus dan respon, sebab
proses ini tidak dapat diukur.
Menurut teori belajar behavioristik, belajar merupakan suatu proses
perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan
respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang
dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan
cara yang baru sebagai hasil dari interaksi stimulus dan respon. Seseorang
dianggap telah belajar apabila ia bisa menunjukkan perubahan tingkah
lakunya. Contoh, seorang anak mampu berhitung penjumlahan dan
pengurangan, meskipun dia belajar dengan giat tetapi dia masih belum
bisa mempraktekkan penjumlahannya, maka ia belum bisa dikatakan
belajar karena ia belum menunjukkan perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari belajar.

Implikasi :

Pembelajaran pada teori behaviorisme memandang bahwa


pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan
telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan
pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan
(transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pelajar. Pebelajar
diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan
yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah
yang harus dipahami oleh murid.
Metode behaviorisme ini sangat cocok untuk kemampuan yang
membutuhkan praktek dan pembiasaan contohnya: percakapan bahasa
asing, mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang, olahraga dan
sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang
masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan
harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk
penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.

10
Penerapan teori behaviroristik mengakibatkan terjadinya proses
pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru
sebagai central, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru
melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid. Murid
dipandang pasif, perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh
penguatan yang diberikan guru. Murid hanya mendengarkan denga tertib
penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang
sebagai cara belajar yang efektif. Penggunaan hukuman yang sangat
dihindari oleh para tokoh behavioristik justru dianggap metode yang
paling efektif untuk menertibkan siswa.

2. Teori Belajar Kognitivisme


Secara bahasa kognitif berasal dari bahasa latin ”Cogitare” artinya
berfikir. Dalam teori kognitif, tingkah laku seseorang ditentukan oleh
persepsi dan pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan
tujuan. Perubahan tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh proses
belajar dan berfikir internal yang terjadi selama proses belajar. Teori
belajar kognitif muncul dilatarbelakangi oleh ada beberapa ahli yang
belum merasa puas terhadap penemuan-penemuan para ahli
sebelumnya mengenai belajar, sebagaimana dikemukakan oleh teori
Behavior, yang menekankan pada hubungan stimulus-respons-
reinforcement.
Teori belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih
mementingkan proses belajar daripada hasil belajar. Pada model belajar
kognitif adalah suatu bentuk teori belajar yang sering disebut dengan
model perseptual. Belajar kognitif menyatakan bahwa perilaku seseorang
ditentukan oleh pandangan serta pemahamannya mengenai situasi yang
berhubungan dengan tujuan belajar mereka. Belajar adalah perubahan
pandangan dan pemahaman yang tidak selalu bisa terlihat sebagai perilaku
yang terlihat. Teori belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang
lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar.
Psikologi kognitif berfokus menggali sebagai spesifikasi dari otak
manusia tersebut. Kognisi adalah suatu perabot dalam benak manusia
sebagai pusat penggerak berbagai aktivitas untuk mengenali lingkungan,
melihat berbagai masalah, menganalisa beragam masalah, mencari
informasi baru, menarik kesimpulan. Aliran kognitif adalah suatu proses
mental yang aktif untuk mencapai, mengingat dan menggunakan
pengetahuan, maka dengan itu sebuah perilaku yang tampak tidak dapat
diukur, diamati tanpa melihat proses mentalnya, seperti : (1) motivasi. (2)
kesengajaan. (3) keyakinan dan sebagainya. Jadi dapat disimpulkan bahwa
psikologi kognitif adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang proses
mental yang aktif untuk memperoleh informasi untuk akhirnya terjadinya
perubahan tingkah laku.

11
Implikasinya :

Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh
karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan
cara berfikir anak; Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat
menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar
dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya; Bahan yang harus
dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing; Berikan
peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya. Di dalam kelas,
anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi
dengan teman-temanya.
Menghadapkan anak pada suatu situasi yang membingungkan atau
suatu masalah, anak akan berusaha membandingkan realita di luar dirinya
dengan model mental yang telah dimilikinya, dan dengan pengalamannya
anak akan mencoba menyesuaikan atau mengorganisasikan kembali
struktur-struktur idenya dalam rangka untuk mencapai keseimbangan di
dadalam benaknya
Aplikasi teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran, guru harus
memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam
proses berpikirnya, anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar
menggunakan benda-benda konkret, keaktifan siswa sangat dipentingkan,
guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari
sederhana kekompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna,
memperhatian perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan
siswa.

3. Teori Belajar Humanisme


Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut
pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan
utama para pendidik adalah membantu peserta didik untuk
mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk
mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu
dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan
bermuara pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan
pentingya isi dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak
berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang
paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar
dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya,
seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian.. Teori apapun
dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan manusia” (mencapai
aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai.
Jadi, teori belajar humanistik adalah suatu teori dalam
pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia
serta peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya. Teori belajar
humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan
bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu
mengembangkan potensi dirinya.

12
Implikasinya :

Guru sebagai fasilitator, membantu untuk memperoleh dan


memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-
tujuan kelompok yang bersifat umum. guru juga berperan dalam
memberikan motivasi kepada peserta didiknya.
Peserta didik berperan sebagai pelaku utama (student center) yang
memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan peserta didik
memahami potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif dan
meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif. Mendorong peserta didik
untuk mengembangkan kesanggupan peserta didik untuk belajar atas
inisiatif sendiri.
Mendorong peserta didik untuk peka berpikir kritis, memaknai
proses pembelajaran secara mandiri. eserta didik di dorong untuk bebas
mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukkan apa
yang diinginkan dan menanggung resiko dari perilaku yang ditunjukkan.

4. Teori Belajar Kontruktivisme


Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang
bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang
dipelajari. Beda dengan aliran behavioristik yang memahami hakikat
belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus respon,
kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia
membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada
pengetahuannya sesuai dengan pengalamanya. Konstruktivisme
sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam
kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan
pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai
pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.

Adapun ciri – ciri pembelajaran secara kontruktivisme adalah:


1. Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru
melalui penglibatan dalam dunia sebenarnya.
2. Menggalakkan soalan/idea yang dimulakan oleh murid dan
menggunakannya sebagai panduan merancang pengajaran.
3. Menyokong pembelajaran secara koperatif mengambil kira
sikap dan pembawaan murid.
4. Mengambil kira dapatan kajian bagaimana murid belajar
sesuatu ide.
5. Menggalakkan & menerima daya usaha & autonomi murid.
6. Menggalakkan murid bertanya dan berdialog dengan murid
& guru.
7. Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama
penting dengan hasil pembelajaran.
8. Menggalakkan proses inkuiri murid melalui kajian dan
eksperimen.

13
Implikasi :

pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah


menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir
untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi. Murid terlibat secara
langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan
dapat mengapliksikannya dalam semua situasi. peserta didik diharapkan
selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya.
Oleh kerana murid terlibat secara langsung dalam mebina pengetahuan
baru, mereka akan lebih faham dan boleh mengapliksikannya dalam semua
situasi.Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan teman
yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi
pengetahuan pada diri peserta didik.

2.6 Manfaat Mempelajari Psikologi Pendidikan

1. Memahami perbedaan siswa


Masing masing siswa memiliki kemampuan dan potensi yang
berbeda beda. Sebagai guru, perlu untuk memahami perbedaan perbedaan
karakteristik setiap siswa, tahap tumbuh kembangnya, serta tipe
perilakunya. Pemahaman tersebut dapat menghasilkan interaksi
pembelajaran yang sesuai dan pembelajaran yang efektif serta efisien.

2. Menciptakan iklim belajar yang kondusif di kelas


Kemampuan guru menciptakan iklim belajar yang kondusif
meningkatkan efektifitas kegiatan belajar mengajar dalam kelas.
Pengetahuan tentang prinsip-prinsip dasar pendekatan dan interaksi yang
menyenangkan kepada siswa sesuai dengan masing masing karakteristik
siswa, akan memberikan iklim belajar yang kondusif dan proses
pembelajaran yang efektif.

3. Memilih strategi pembelajaran yang tepat,


Mempelajari psikologi untuk mengenal karakteristik masing
masing siswa dan mengenal metode pembelajaran yang disukai, akan
memberikan kemampuan untuk memilih strategi pembelajaran yang tepat
di dalam kelas. Strategi pembelajaran yang sudah tepat, akan memberikan
situasi efektif belajar mengajar.

4. Memberikan bimbingan pada siswa


Psikologi memberikan kemampuan kepada guru untuk menjadi
seorang pembimbing bagi siswanya dengan pendekatan emosional dari
hati ke hati untuk mendapatkan kepercayaan siswa. Ketika siswa sudah
memberikan rasa percayanya kepada guru, maka proses membantu
penyelesaian masalah untuk proses pembelajaran yang efektif akan dapat
dilakukan dengan mudah.

14
5. Berinteraksi dengan tepat dengan siswa
Prinsip-prinsip psikologi mendasari cara berkomunikasi yang tepat
dalam pembelajaran. Komunikasi dengan siswa dinyatakan dengan
menempatkan diri sesuai tahapan tumbuh kembang siswa. Sehingga dapat
memberikan suatu interaksi yang menyenangkan. Penyesuaian dengan
tahapan rumbuh kembang siswa menciptakan pemahaman pengajar dari
sudut siswa dan mengetahui keinginan atau proses pembelajaran yang
disukai dan juga karakter masing masing siswa.

6. Memberikan evaluasi hasil pembelajaran


Sebagai seorang pendidik, dengan mempelajari psikologi
pendidikan akan mampu memberikan penilaian hasil pembelajaran secara
adil. Selain itu juga dapat menyesuaikan dengan kemampuan masing-
masing siswa tanpa membedakan satu dengan yang lainnya. Evaluasi hasil
pembelajaran bisa berupa nilai ujian secara intelegensi, nilai sikap, dan
nilai keaktifan mengikuti kegiatan sekolah. Ketiga hal tersebut
menentukan kualitas perbaikan itngkah laku siswa menjadi lebih baik.

7. Memotivasi belajar
Bekal psikologi pendidikan untuk pengajar agar pengajar mampu
memberikan dukungan, dorongan atau motivasi untuk siswanya dalam
semangat belajar yang lebih tinggi. Psikologi pendidikan mengajarkan
tentang memahami masing masing karakteristik siswa dan memberikan
motivasi sesuai dengan karakter tersebut agar lebih efektif mempengaruhi
semangat belajar siswa. Pemberian dukungan positif kepada siswa
menghasilkan semangat belajar yang meningkat.

8. Menetapkan tujuan pembelajaran


Psikologi pendidikan membantu pegajar untuk menentukan tujuan
pembelajaran terhadap perubahan perilaku seperti apa yang diinginkan
sebagai hasil pembelajaran. Tujuan pembelajaran ditetapkan pada setiap
materi yang akan diberikan. Oleh karena itu, tujuan pembelajaran
dijadikan patokan kesesuaian hasil pembelajaran apakah nantinya
dianggap berhasil atau tidak.

9. Penggunaan media pembelajaran yang tepat


Pengetahuan psikologi pendidikan juga bermanfaat untuk
menentukan media pembelajaran yang tepat untuk siswa, misalnya media
audio, visual, motorik, dan lain sebagainya sebagai aktivitas pembelajaran
yang menyenangkan. media pembelajaran juga disesuaikan dengan materi
belajar yang akan disampaikan. Siswa terkadang lebih tertarik dengan
proses pembelajaran yang menggunakan komponen audiovisual dalam
proses pemahaman materi dan lebih efisien dalam pengembangan
imajinasi siswa.

15
10. Penyusunan jadwal pelajaran yang sesuai
Penyusunan jadwal pelajaran juga disesuaikan dengan kondisi
siswa, seperti pelajaran yang butuh pemikiran lebih rumit seperti
matematika akan lebih baik jika diletakkan pada jam belajar pertama, saat
pikiran siswa masih segar dan konsentrasinya masih maksimal. Jika mata
pelajaran seperti matematika diletakkan pada akhir kelas, maka hal itu
tidak akan efektif. Siswa sudah lelah, daya tangkapnya menurun,
konsentrasi menurun, dan pembelajaran menjadi tidak efektif. Baca juga :
Cabang Cabang Psikologi
Psikologi pendidikan memberikan dampak dan manfaat dari
berbagai aspek dalam pembelajaran. Psikologi pendidikan membantu
pengajar untuk memahami siswa lebih dalam berdasarkan
karakteristiknya, tahap tumbuh kembangnya, perilaku dan tingkah
lakunya, secara emosional untuk memberikan proses belajar mengajar
yang tepat dan sesuai sehingga menghasilkan proses pembelajaran yang
efektif dan efisien. Proses pembelajaran yang baik tersebut akan
berdampak pada hasil yang memuaskan. Siswa yang mendapatkan proses
pembelajaran baik, akan menerapkan pola pola kebiasaan yang baik
setelah dirinya masuk ke dalam keluarga dan masyarakat dan memberikan
dampak perilaku positif dalam setiap kehidupannya.

16
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku
manusia, baik
sebagai individu maupun dalam hubungannya dengan lingkungannya,
sedangkan psikologi Pendidikan adalah ilmu yang mempelajari tentang
perilaku manusia di dalam dunia pendidikan yang meliputi studi
sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan
dengan pendidikan manusia yang tujuannya untuk mengembangkan dan
meningkatkan keefisien di dalam pendidikan.
Psikologi perkembangan adalah suatu cabang dari ilmu psikologi
yang membahas tentang prilaku dan emosional makhluk hidup mulai dari
lahir sampai mati serta membahas perkembangan individu sejak masa
konsepsi sampai dengan dewasa (proses belajar dan pematangan) melalui
interaksi dengan lingkungan. Adapun implikasi dari perkembangan itu
sendiri mempengaruhi biologis dan perseptual, intelektual, bahasa,
kreatifitas, social, emosional, moral, dan spiritual. Dalan psikologi
terdapat beberapa teori belajar, yaitu teori belajar behaviorisme,
kogntivisme, humanism, kontruktivisme. Dimana semua teoti belajar iini
memiliki implikasinya tersendiri.

17
DAFTAR PUSTAKA

http://ulfahnurulwahdah.blogspot.com/2014/09/makalah-tugas-
perkembangan-dan.html

Pidarta, made.(2013).Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan


Bercorak Indonesia.Jakarta:Rineka Cipta.

http://gubukwaqit.blogspot.com/2016/04/teori-belajar-dan-
implikasinya.html

18

Anda mungkin juga menyukai