Anda di halaman 1dari 10

NILAI-NILAI PSIKOLOGI

DALAM PENDIDIKAN JASMANI


Diajaukan untuk memenuhi salah satu tugas UAS mata kuliah ”Aspek Psikologi dan Sosiologi
dalam Penjas di Sekolah Dasar” semester Ganjil tahun akademik 2020/2021
Dosen Pengampu mata Kuliah : Prof. Dr. Herman Subarjah. M.Si,

Disusun Oleh:
Ilham Mirdad (1905459)

PROGRAM STUDI PGSD PENDIDIKAN JASMANI


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS SUMEDANG
2021
ABSTRAK
Nilai-nilai psikologi yang harus bisa tersampaikan dalam pendidikan jasmani pada saat
pandemi covid yang sedang kita alami saat ini, dari berbagai aspek sangatlah berpengaruh
terhadap sifat atau perilaku manusia. Hal ini menyangkut pada nilai-nilai psikologi yang
menyangkut dalam pendidikan jasmani. Nilai-nilai psikologi yang saling berkaitan dengan
pendidikan jasmani, dimana nilai-nilai psikologi tersebut haarus bisa di terapkan dan dalam
kehidupannya.
Banyak sekali nilai-nilai psikologi yang harus diterapkan kepada peserta didik agar
nantinya dapat memiliki jiwa sopan santun dan salinng menghargai. Dalam hal ini psikologi
pendidikan jasmani dalam mempelajari ataupun memberikan dampak yang positif terhadap
perilaku seseorang dalam pendidikan jasmani. Sehingga pendidikan jasmani yang diberikan
terhadap anak peserta didik selain menjadikan anak bertumbuh dan berkembang potensi yang
dimilikinya, karakter dan perilaku yang juga akan mempengaruhi peserta didik di
lingkungannya.

Kata kunci : nilai-nilai psikologi, pendidikan jasmani


PENDAHULUAN
Pada masa pandemic covid semua kegiatanpun terhambat, dengan melibatkan sekolah
yang ditutup pendidikan di Indonesia semakin menurun, walaupun tetap diadakannya pendidikan
melalui daring menurut saya tidaklah sangat efektif. Banyaknya anak sekolah dasar yang
bermain saja dan yang mengerjakan tugas adalah orang tuanya. Dengan begitu banyak sekali di
desa saya sendiri menjumpai anak-anak yang masih duduk di sekolah dasar perilaku dan sikap
terhadap orang yang lebih tua itu sudah mulai memudar. Dalam hal tersebut banyak anak yang
kurang interaksi sosial dengan lingkungannya.
Bentuk proses sosial yang timbul akibat interaksi sosial adalah: (1) proses asosiatif
terdiri dari kerjasama, akomodasi, asimilasi, dan (2) proses disosiatif terdiri dari
persaingan dan kontravensi/konflik (Soekanto, 1999:77-78; Susanto, 1987:53). Bentuk-
bentuk proses sosial akan tampak nyata dalam aktivitas cabang olahraga permainan yang
dipertandingkan secara beregu, tidak dibedakan atas kelompok usia meski pada proses
disosiatif tingkat persaingan dan konflik akan lebih menonjol pada olahraga yang dilakukan
orang dewasa dibandingkan dengan anak-anak. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan
perkembangan proses sosial yang telah dilalui oleh keduanya.
Pendidikan merupakan sebuah proses atau pembelajaran mengenai pengetahuan,
ketrampilan, wawasan yang melalui pengajaran, pelatihan atau penelitian. Pendidikan sangatlah
penting bagi kehidupan manusia dalam menuntut ilmu untuk bekal dalam menghadapi suatu
permasalahan yang dihapapi. Pendidikan sangatlah penting untuk siapapun karena setiap anak
yang lahir merupakan genari bangsa yang untuk menyelamatkan bangsa dan memajukan bangsa
Indonesia ini.
Pendidikan jasmani itu merupakan pendidikan yang mengajarkan tentang keolahragaan di
sisi lain pendidikan jamani memberikan faktor yang dapat mempengaruhi dan memberikan suatu
perkembangan dan pertumbuhan seorang anak. Sedangkan psikologi itu merupakan ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang sifat, perilaku dan tingkah laku manusia. Jadi dalam
pendidikan jamani dengan psikologi berkaitan karena dalam pendidikan jamani dalam
berolahraga pun harus mampu mengidentifikasi setiap perilaku atau sifat anak dalam berolahraga
agar dapat dikembangkan potensi dan bakat yang dimiliki anak tersebut.
TINJAUAN PUSTAKA

Sport psychology merupakan satu dari tujuh sub-disiplin ilmu keolahragaan yang
telah berkembang dengan pesat (Haag, 1994) di samping sport medicine, sport
biomechanics, sport pedagogy, sport sociology, sport history, dan sport philosophy.
Peningkatan pembinaan olahraga secara menyeluruh perlu mengintegrasikan ke tujuh sub-
disiplin ilmu keolahragaan tersebut. Metode-metode ilmiah amat diperlukan. Wawasan
berbagai ilmu pendukung seyogianya dimiliki para pelatih dan pembina olahraga. Ilmu
pengetahuan dan teknologi olahraga berperan banyak di dalam menciptakan suatu kultur dan
sistem pembinaan olahraga yang tidak stagnan. Kemajuan-kemajuan iptek pada era globalisasi
terjadi dalam percepatan yang tidak terbayangkan, demikian juga dalam konteks keolahragaan.
Pemberdayaan ilmu keolahragaan di setiap lini sub-disiplinnya merupakan kebutuhan yang amat
mendesak, apabila kita tidak ingin tertinggal lebih jauh lagi oleh negara-negara lain di dunia.
Melorotnya prestasi keolahragaan nasional boleh jadi merupakan bukti yang menunjukkan
bahwa iptek olahraga di Indonesia selama ini tidak berperan banyak, karena memang
kurang bahkan tidak diberdayakan sama sekali.
Sub-disiplin psikologi olahraga tumbuh dari induk ilmunya yaitu psikologi, yang
mengaplikasikan pendekatan psikologis terhadap masalah-masalah yang muncul dalam
kegiatan olahraga. Orientasi pendekatannya bersifat behavioral (fokusnya pada perilaku pelatih
dan atlet yang dipengaruhi lingkungannya), psychophysiological (dasarnya adalah proses
fisiologis dari otak yang berpengaruh terhadap kegiatan fisik, terutama denyut jantung, aktivitas
gelombang otak, dan kerja otot), dan cognitive-behavioral yang mengacu pada kognisi dan
lingkungan sebagai faktor penentu perilaku (Weinberg & Gould, 1995). Terdapat tiga bentuk
layanan psikologi olahraga yaitu layanan klinis, layanan edukatif, dan layanan penelitian
(Anshel, 1990b). Layanan klinis meladeni atlet yang menderita masalah emosional yang
gawat seperti depresi dan rasa panik. Layanan edukatif terkait dengan komponen pengajaran
kepada atlet dalam membantu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan psikologis
seperti rileksasi, konsentrasi, visualisasi, dan manajemen stres, termasuk juga layanan konseling
kepada atlet yang membutuhkan. Layanan penelitian menjadi tanggungjawab para
akademisi yang menjadikan psikologi olahraga sebagai bidang keahliannya. ( dikutip dari
makalah Danu Hoedaya : 2007 )

PEMBAHASAN
Pendidikan Jasmani Dan Psikologi
Dalam pembahasan ini ada beberapa definisi pendidikan jasmani menurut Cholik
Mutohir (Cholik Mutohir, 1992) Olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan
atau usaha yang dapat mendorong mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan
rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk permainan,
perlombaan/ pertandingan, dan kegiatan jasmani yang intensif untuk memperoleh rekreasi,
kemenangan, dan prestasi puncak dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang
berkualitas berdasarkan Pancasila.

Nixon and Cozens (1963: 51) mengemukakan bahwa pendidikan jasmani didefinisikan
sebagai fase dari seluruh proses pendidikan yang berhubungan dengan aktivitas dan respons otot
yang giat dan berkaitan dengan perubahan yang dihasilkan individu dari respons tersebut.

Sedangkan menurut Dauer dan Pangrazi (1989: 1) mengemukakan bahwa pendidikan


jasmani adalah fase dari program pendidikan keseluruhan yang memberikan kontribusi, terutama
melalui pengalaman gerak, untuk pertumbuhan dan perkembangan secara utuh untuk tiap anak.
Pendidikan jasmani didefinisikan sebagai pendidikan dan melalui gerak dan harus dilaksanakan
dengan cara-cara yang tepat agar memiliki makna bagi anak. Pendidikan jasmani merupakan
program pembelajaran yang memberikan perhatian yang proporsional dan memadai pada
domain-domain pembelajaran, yaitu psikomotor, kognitif, dan afektif.

Jadi pendidikan jasmani itu merupakan sebuah fase atau proses yang memberikan sebuah
pengetahuan atau wawasan dan pengalaman gerak aktivitas yang dapat meningkatkan kebugaran
jasmani dan pertumbuhan maupun perkembangan seorang anak.
Secara etimologis, psikologi diartikan sebagal ilmu tentang jiwa. Istilah psyche atau jiwa
masih sulit didefinisikan karena jiwa itu merupakan objek yang bersifat abstrak, sulit dilihat
wujudnya, meskipun tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Dalam beberapa dasawarsa ini
istilah jiwa sudah jarang dipakai dan diganti dengan istilah psikis. Berikut ini adalah pengertian
psikologi menurut para ahli: Menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 13 (1990) psikologi
adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan binatang baik yang dapat dilihat secara
langsung maupun yang tidak dapat dilihat secara langsung. Menurut Dakir (1993), psikologi
membahas tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya. Menurut Muhibbin
Syah (2001), psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan
tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan
lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi
perbuatan berbicara, duduk, berjalan dan lain sebagainya, sedangkan tingkah laku tertutup
meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya.

NILAI-NILAI PSIKOLOGI PENDIDIKAN JASMANI

1. Nilai Agresivitas
Agresivitas biasa juga disebut dengan giat atau keuletan adalah suatu tindakan yang
dilakukan atas motif dan motivasi yang tinggi dalam diri seseorang atau atlet.Keuletan
yang dimiliki oleh seseorang sangat tinggi pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi.
Warchel dan Cooper (1977) membagi aspek agresivitas menjadi dua yaitu; 1) agresivitas
yang terkontrol dan 2).Agresivitas yang tidak terkontrol. Agresivitas yang terkontrol
dengan ketat akan menunjukkan adanya kontrol yang ekstrem terhadap tingkahlaku
agresif dalam berbagai kondisi, sedangkan agresivitas yang tidak terkontrol menunjukkan
kurangnya larangan terhadap pengungkapan tingkahlaku agresif dan kecendrungan untuk
mengadakan respons terhadap frustrasi dengan tindakan-tindakan agresif.
2. Nilai Motivasi
Tanpa motivasi tidak akan ada prestasi yang muncul seperti yang dinyatakan oleh Cratty
melalui penelitian mengenai kecemasan dan motivasi terhadap prestasi olahraga
menunjukkan bahwa tingkat kecemasan rendah dan motivasi tinggi menghasilkan
penampilan olahraga yang meningkat. Motivasi merupakan proses aktualisasi sumber
penggerak dan pendorong tingkah laku individu memenuhi kebutuhan untuk mencapai
tujuan tertentu. Motivasi olahraga diartikan keseluruhan daya penggerak (motif-motif) di
dalam diri individu yang menimbulkan kegiatan berolahraga, menjamin kelangsungan
latihan dan memberi arah pada kegiatan latihan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki
(Gunarsa, 2004). Terdapat dua jenis motivasi dalam olahraga yaitu motivasi intrinsik dan
ekstrinsik

3. Nilai Kepercayaan Diri


kepercayaan diri (self confidence) Kepercayaan diri atau percaya diri adalah salah satu
aspek kejiwaan yang harus dimiliki oleh seorang atlet dan aspek ini termasuk banyak
menentukan penampilan atlet di lapangan. Sudibyo (1993) mengemukakan bahwa untuk
dapat berprestasi tinggi, atlet harus memiliki rasa percaya diri, percaya bahwa ia sanggup
dan mampu untuk mencapai prestasi yang diinginkan . Perbedaan kepercayaan diri dapat
dibedakan menjadi 3 yaitu’ 1) over confidence, 2) lack confidence, dan 3) full
confidence. Over confidense adalah rasa percaya diri yang berlebihan yang dimiliki atlet.
Lack confidence atau rasa kurang percaya diri adalah kurang menguntungkan dalam
pertandingan, karena kurang percaya diri ini merupakan tumpuan yang lemah untuk dapat
mencapai prestasi tinggi. Full confidence adalah rasa penuh percaya diri.
4. Nilai Kecemasan
Rasa cemas adalah suatu perasaan subyektif akan ketakutan dan meningkatnya
kegairahan secara fisiologik (E.E. Lavit, 1980). Hal ini mirip dengan konsep takut.
Seorang atlet yang mengalami rasa cemas, selama pertandingan akan mengalami
kenaikan tingkatan kegairahan, perasaan tegang dan takut. Saparinah dan Sumarno
(1982) mengemukakan bahwa jika stress yang dihadapi seseorang atau atlet berlangsung
terus menerus, maka akan timbul kecamasan. Kecemasan adalah suatu perasaan tak
berdaya, perasaan tidak aman, tanpa sebab yang jelas.Perasaan semas atau anxiety kalau
dilihat dari kata anxiety berarti tercekik. Sudibyo (1993) mengemukakan bahwa stress
yang berlangsung terus menerus dapat menimbulkan kecamasan.
5. Nilai Emosi
Emosi adalah keadaan mental yang ditandai oleh perasaan yang kuat dan diikuti ekspresi
motorik yang berhubungan dengan subjek atau situasi eksternal. Tingkat emosi seseorang
atlit akan berubah dari waktu ke waktu dan sangat tergantung terhadap tekanan mental
yang dihadapi atlit pada saat itu. James Draver (1971) mengemukakan bahwa emosi
ditandai adanya perasaan yang kuat biasanya merupakan dorongan terhadap bentuk-
bentuk tingkah laku tertentu.

Jadi dalam pendidikan jasmani itu terdapat nilai-nilai yang perlu diberikan kepada setiap
peserta didik agar dalam perkembangan maupun pertumbuhan yang sedang dialaminya
berkembang dengan baik. Dalam hal itu anak dimulai dari usia sekolah dasar harus sudah
ditanamkan nilai-nilai psikologi agar dapat tercapainya prestasi dari setiap perjalanan
hidupnya. Dalam setiap anak didik harus mempunyai nilai psikologi seperti motivasi,
kepercayaan diri dan dikenalkan bagaimana cara mengontrol atau mengatasi emosi dan
kecemasan.

MANFAAT PSIKOLOGI PENDIDIKAN JASMANI

1. Membantu agar bakat olahraga yang ada dalam diri seseorang dapat dikembangkan
sebaik-baiknya tanpa adanya hambatan dan faktor-faktor yang ada dalam kepribadiannya.
2. Membantu seseorang agar dapat menampilkan prestasi optimal, yang lebih baik dari
sebelumnya.
3. Sebuah proses pendidikan yang menggunakan aktivitas fisik sebagai sarana untuk
membantu orang memperoleh keterampilan, kebugaran, pengetahuan, dan sikap yang
memberikan kontribusi yang optimal kepada pembangunan dan kesejahteraan.
4. Memberikan kontribusi untuk perkembangan atlet atau pendidikan jasmani seutuhnya.
5. Sebagai motivasi berolahraga, motivasi untuk berprestasi, perkembangan kepribadian,
pengaruh individu/keluarga/ lingkungan manusia, gejala peningkatan dan merosotnya
prestasi atlet, pembinaan mental, pengelolaan tim serta problema psikologi.

Jadi menurut buku atau artikel yang berjudul “Nilai-nilai karakter dalam pendidikan
jasmani” ditulis oleh Sugeng Purwanto dan Ermawan Susanto tahun 2018. Dapat diambil
kesimpulannya bahwa psikologi berpengaruh dan saling berkaitan dengan pendidikan
jasmani, dalam hal tersebut psikologi bergerak dalam memotivasi, memberikan
kontribusi dan membantu mengembangkan bakat olahraga yang dimilikinya.
KESIMPULAN
Psikologi dalam pendidikan jasmani merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang sifat atau perilaku manusia dalam olahraga. Psikologi dengan pendidikan jasmani
saling berkaitan dan saling berkesinambungan, bahwa dalam pendidikan jasmani yang
mempelajari olahraga juga dalam psikis tentang sifat dan perilakunya harus diberikan
pemahaman agar mampu menghargai satu sama lain. Dalam hal itu psikologi dalam
pendidikan jasmani mempunyai nilai-nilai seperti, nilai motivasi, nilai agresifitas, nilai
kecemasan, nilai emosi dan nilai kepercayaan diri.
DAFTAR PUSTAKA

Agus Supriyanto. (2015). PSIKOLOGI OLAHRAGA. Yogyakarta: UNY Press.

Anggi Pratiwi. (2013, Juli 12). Media Pembelajaran. Retrieved from Pengertian Pendidikan Jasmani
menurut para ahli: http://anggipratiwi77.blogspot.com/2013/07/pengertian-pendidikan-
jasmani-menurut.html#:~:text=%C2%B7%20Nixon%20and%20Cozens%20(1963%3A,dihasilkan
%20individu%20dari%20respons%20tersebut.

DANU HOEDAYA . (2007, Agustus). PSIKOLOGI OLAHRAGA : TINJAUAN DARI PERSPEKTIF KEILMUAN.
Retrieved from KAJIAN PSIKOLOGI OLAHRAGA DARI PERSPEKTIF DISIPLIN KEILMUAN:
https://fdokumen.com/document/psikologi-olahraga-tinjauan-dari-perspektif-keilmuan.html

Dede Rohmat Nurjaya dan Dadan Mulyana. (2010). Mengembangkan Perilaku Asosiatif Siswa SD Melalui
Penerapan Pendekatan Bermain Dalam Konteks Pembelajaran Penjas. Jurnal Pendidikan
Jasmani dan Olahraga, 52-53.

Hastria Effendi. (2016). PERANAN PSIKOLOGI OLAHRAGA DALAM MENINGKATKAN PRESTASI ATLET.
Nusantara ( Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial ), 24-28.

Sugeng Purwanto dan Ermawan Susanto. (2018). NILAI-NILAI KARAKTER DALAM PENDIDIKAN JASMANI.
Yogyakarta: UNY Press.

Anda mungkin juga menyukai